Anda di halaman 1dari 14

Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10

BAB X
PENETAPAN HARGA BARANG DAN JASA PUBLIK DI INDONESIA

Mata Kuliah: Akuntansi Sektor Publik


Team Teaching

A. Pengantar
Barang atau jasa publik adalah barang atau jasa yang dapat dinikmati oleh publik tanpa
harus mengeluarkan biaya. Dengan kata lain, barang atau jasa publik adalah fasilitas yang
diberikan oleh pemerintah untuk publik atau masyarakat secara umum tanpa masyarakat
tersebut mengeluarkan biaya untuk menikmatinya. Jasa publik disediakan secara seragam
kepada seluruh pengguna diseluruh daerah dan seluruh masyarakat dapat memanfaatkan jasa
ini. Namun demikian, bukan berarti bahwa penyediaan jasa publik ini tanpa menimbulkan
biaya. Sebuah proses politik digunakan dalam menentukan jumlah yang harus disediakan
dan didistribusi biaya kepada para individu. Pemerintah terlibat dalam penyediaan barang
dan jasa publik ini karena kegagalan mekanisme pasar. Pada BAB ini akan dibahas seputar
penetapan harga barang dan jasa publik yang ada di Indonesia.

B. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan bagaimana penetapan harga
barang dan jasa publik di Indonesia.

C. Pokok Bahasan
1. Manajemen Pelayanan Publik dan Manajemen Pelayanan Swasta/Bisnis
2. Penentuan Harga Pelayanan Publik
3. Pelayanan Publik Yang Dapat Dijual
4. Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan Sektor Swasta
5. Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan Publik
6. Argumen Terhadap Pembebanan Tarif Pelayanan
7. Prinsip dan Praktek Pembebanan
8. Kegunaan Pembebanan Dalam Praktek
9. Penetapan Harga Pelayanan
10. Permasalahan Marginal Cost Pricing
11. Kompleksitas Strategi Harga
12. Taksiran Harga

D. Pre Test
1. Bagaimana manajamen pelayanan publik dan manajemen pelayanan swasta/bisnis?
2. Bagimana penentuan harga pelayanan publik?
3. Bagaimana pelayanan publik yang dapat dijual?
4. Apa yang menjadi dasar pembebanan tarif pelayanan sektor swasta?
5. Apa yang menjadi dasar pembebanan tarif pelayanan publik?
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10

E. Deskripsi Materi
1. Manajemen Pelayanan Publik dan Manajemen Pelayanan Swasta/Bisnis
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MenegPAN) Nomor
63/KEPM.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik yaitu segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undang. Fungsi pelayanan publik adalah salah satu fungsi fundamental yang
harus diemban pemerintah di tingkat pusat maupun daerah fungsi ini juga diemban oleh
BUMN atau BUMD dalam memberikan dan menyediakan layanan jasa dan/atau barang
public. Dalam konsep pelayanan, dikenal dua jenis pelayanan yaitu penyedia layanan
dan penerima layanan. Menurut Barata (2003) penyedia layanan atau service provider
adalah pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen, berupa
layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan barang (goods) maupun jasa-jasa
(service). Penerimaan layanan adalah pelanggan (customer) atau konsumen (consumer)
yang menerima layanan dari para penyedia layanan.
Pada prinsipnya pelayanan publik berbeda dengan pelayanan swasta. Namun
demikian terdapat persamaan, yaitu:
1) Keduanya berusaha memenuhi harapan pelanggan dan mendapatkan
kepercayaannya.
2) Kepercayaan pelanggan adalah jaminan atas kelangsungan hidup organisasi.
Karakteristik khusus dari pelayanan publik yang membedakannya dari pelayanan
swasta adalah sebagai berikut:
1) Sebagian besar layanan pemerintah berupa jasa, barang, dan barang tak nyata.
Misalnya sertifikat, perizinan, ketertiban, dan sebagainya.
2) Selalu terkait dengan jenis pelayanan pelayanan yang lain dan membentuk sebuah
jalinan sistem pelayanan yang berskala regional atau bahkan nasional, misalnya
pelayanan transportasi.
3) Pelanggan internal cukup menonjol sebagai akibat dari tatanan organisasi
pemerintah yang cenderung birokratis. Dalam dunia pelayanan berlaku prinsip
utamakan pelanggan eksternal lebih dari pelanggan internal.
4) Efisiensi dan efektivitas pelayanan akan meningkat seiring dengan peningkatan
mutu pelayanan.
5) Masyarakat secara keseluruhan diperlakukan sebagai pelanggan tidak langsung yang
sangat berpengaruh kepada upaya-upaya pengembangan pelayanan.
6) Tujuan akhir dari pelayanan publik adalah terciptanya tatanan kehidupan
masyarakat yang berdaya untuk mengurus persoalannya masing-masing.

Tabel 1. Pengelompokan Barang dan Jasa Berdasarkan

Ciri Dasar Exclusion dan Consumption

Exclusion Konsumsi Individual Konsumsi Kolektif


Mudah mencegah orang lain Barang privat Barang semi publik
untuk ikut menikmati.
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10

Sulit mencegah orang lain Barang semi privat Barang publik


untuk ikut mengikuti.

1) Barang privat
Barang dan jasa jenis ini dikonsumsi secara individual dan tidak dapat diperoleh
oleh si pemakai tanpa persetujuan pemasoknya.
2) Barang semi privat
Barang dan jasa jenis ini dikonsumsi secara individual, namun sulit mencegah
siapapun untuk memperolehnya meskipun mereka tidak mau membayar.
3) Barang semi publik
Barang dan jasa jenis ini umumnya digunakan secara bersama-sama, namun si
pengguna harus membayar mereka dan tidak dapat/mau membayar dapat dengan
mudah dicegah dari kemungkinan menikmati barang tersebut.
4) Barang publik
Barang dan jasa ini umumnya digunakan secara bersama-sama dan tidak mungkin
mencegah siapapun untuk menggunakannya sehingga masyarakat pada umumnya
tidak bersedia membayar berapapun tanpa dipaksa untuk memperoleh barang ini,
misalnya jalan raya dan taman.

Dalam Keputusan Menpan Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman


Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, pengelompokan pelayanan publik secara
garis besar adalah:
1) Pelayanan administratif
2) Pelayanan barang
3) Pelayanan jasa

Pelayanan publik adalah identik dengan representasi dari eksistensi birokrasi


pemerintah, karena berkenaan langsung dengan salah satu fungsi pemerintah yaitu
memberikan pelayanan oleh karena itu sebuah kualitas pelayanan. Peran pihak diluar
pemerintah tidak sedikit peran dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
Stewart & Ranason (1988) secara umum menggambarkan perbedaan manajemen
pelayanan pada sektor publik dan manajemen pelayanan sektor swasta, yaitu:
1) Sektor swasta lebih mendasarkan pada pilihan individu dalam pasar, sedangkan
pada sektor publik tidak mendasarkan pada pilihan individu dalam pasar tetapi
pilihan kolektif dalam pemerintahan.
2) Karakteristik sektor swasta dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran,
sedangkan sektor publik dipengaruhi oleh kebutuhan sumber daya.
3) Manajemen di sektor swasta bersifat tertutup terhadap akses publik, sedangkan
sektor publik bersifat terbuka untuk masyarakat terutama yang terkait dengan
manajemen pelayanan.
4) Sektor swasta berorientasi pada keadilan pasar yaitu adanya kesempatan yang sama
untuk masuk pasar dan berkepentingan untuk menghilangkan hambatan dalam
memasuki pasar, sedangkan orientasi sektor publik adalah menciptakan keadilan
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10

kebutuhan yang berkepentingan untuk menciptakan adanya kesempatan yang sama


bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
5) Tujuan manajemen pelayanan sektor swasta adalah untuk mencari kepuasan
pelanggan (selera pasar), sedangkan sektor publik bertujuan untuk menciptakan
keadilan dan kesejahteraan sosial.
6) Organisasi sektor swasta memiliki konsepsi bahwa pelanggan adalah raja,
sedangkan organisasi sektor publik kekuasaan tertinggi adalah masyarakat.
7) Persaingan dalam sektor swasta merupakan instrumen pasar, sedangkan dalam
sektor publik yang merupakan instrumen pemerintahan adalah tindakan kolektif.

Kekuatan sektor swasta adalah kekuatan pasar, sehingga kekuatan pasar yang
akan memaksa orang membeli atau keluar dari pasar. Sektor swasta bisa membebankan
harga yang berbeda untuk pelanggan yang berbeda dan hal ini tidak akan mengundang
proses berupa demonstrasi. Akan tetapi, jika Pemerintah sebagai organisasi penyedia
layanan publik menaikkan harga pelayanan publik, misalnya harga BBM, tarif dasar
listrik dan telepon, tarif PDAM maka hal tersebut akan mengundang reaksi yang hebat
dari masyarakat.

2. Penentuan Harga Pelayanan Publik


Dalam penentuan kebijakan penetapan harga barang dan jasa publik, ternyata
tidak lepas dari proses politik. Karena pemerintah memiliki andil yang besar dalam
penentuannya, proses politik diperlukan dalam menentukan:
1) Berapa jumlah barang publik yang harus disediakan.
2) Bagaimana implikasinya terhadap distribusi dia yang akan menjadi tanggungjawab
para individu.
Dalam penentuan harga pelayanan publik, pemerintah perlu turun tangan untuk
menjamin bahwa manfaat eksternal juga harus dipertimbangkan. Faktor eksternal yang
dimaksud adalah faktor-faktor yang berada di luar lingkungan perusahaan atau lembaga
pemerintahan pelayanan publik yang dapat mempengaruhi perubahan kebijakan harga
barang atau jasa publik. Dalam menentukan harga pelayanan publik, pemerintah
mempertimbangkan beberapa tujuan terkait dengan penyediaan barang atau jasanya,
yaitu:
1) Dapat dijual dengan harga pasar.
2) Dijual dengan tingkat harga tertentu yang berbeda dengan harga pasar.
3) Diberikan secara gratis kepada para konsumen.
Keputusan penentuan harga oleh pemerintah ditunjukkan untuk memperbaiki
alokasi sumber daya ekonomi pada sektor publik. Dalam perekonomian, tingkat harga
merupakan suatu tanda tingginya nilai yang merupakan kesediaan konsumen untuk
membayar atas barang yang dihasilkan oleh produsen, sekaligus merupakan tingginya
biaya untuk menghasilkan barang tersebut oleh produsen. Ketidakefisienan akan terjadi
apabila dipandang dari ilmu ekonomi yaitu konsumen nilai barang atau jasa yang
disediakan oleh pemerintah terlalu mudah diperoleh, misalnya penyediaan utilitas
publik oleh pemerintah seperti air minum dan listrik. Pemerintah tidak diharapkan untuk
memperoleh keuntungan dari penyedia barang yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak
itu sehingga pemerintah dapat menetapkan harga tertinggi. Pemerintah hanya menutup
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10

biaya totalnya yang mengakibatkan perusahaan-perusahaan pemerintah penyedia barang


utilitas publik akan tetap dapat berjalan tanpa mengalami kerugian.
Akan tetapi situasi penyediaan utilitas publik tersebut tidak berlaku untuk seluruh
barang dan jasa uang disediakan oleh pemerintah. Perusahaan yang mengelola utilitas
publik yang harus menjual produksinya tanpa memperoleh keuntungan sama sekali akan
menghadapi permasalahan dalam ekspansi atau melakukan perluasan usaha. Maka
pemerintah akan mengarahkan perusahaan pada kondisi bahwa, selain menghasilkan
barang dan jasa sebanyak mungkin untuk mencukupi kebutuhan masyarakat banyak,
perusahaan juga diizinkan untuk memperoleh keuntungan dalam jumlah tertentu.
Pemerintah akan menetapkan jumlah keuntungan maksimal, kemudian konsumen akan
membayar jumlah di atas nilai yang ditetapkan sebelumnya pada saat zero profit. Pada
kondisi ini, Konsumen tidak terlalu dibebankan tingkat harga yang terlalu tinggi, tetapi
produsen masih dapat melakukan perluasan usaha untuk menambah investasinya.
Penentuan harga dengan metode Inilah yang harus dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan penyediaan barang publik oleh pemerintah. Kajian-kajian harus
dilakukan untuk memperoleh kebijakan yang tepat sasaran, artinya perusahaan
penghasilan utilitas publik diwajibkan menyediakan barang dan jasa publik, sedangkan
pemerintah berkewajiban membatasi keuntungan yang harus diperoleh oleh perusahaan-
perusahaan tersebut mengingat tugas pemerintah dalam penyediaan barang dan jasa
yang dibutuhkan oleh masyarakat.

3. Pelayanan Publik Yang Dapat Dijual


Dalam mardiasmo (2009) disebutkan bahwa pemerintah dapat dibenarkan
menarik tarif untuk pelayanan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung melalui
perusahaan milik pemerintah. Beberapa pelayanan publik yang dapat dibebankan pada
pelayanan yaitu:
1) Penyedia air bersih
2) Transportasi publik
3) Jasa pos dan telekomunikasi
4) Energi dan listrik
5) Perumahan Rakyat fasilitas rekreasi atau pariwisata
6) Pendidikan
7) Jalan tol
8) Irigasi
9) Jasa pemadam kebakaran
10) Pelayanan kesehatan
11) Pengolahan sampah dan limbah.

Dalam membebankan tarif pelayanan publik mardiasmo (2009) juga menyatakan


beberapa alasannya yaitu:

1) Adanya barang privat versus barang publik


Barang privat adalah barang-barang kebutuhan masyarakat yang manfaat
barang atau jasa tersebut hanya dinikmati secara individual oleh pembelinya,
sedangkan yang tidak mengonsumsi tidak dapat menikmati barang tersebut seperti
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10

listrik, telepon, dan lain-lain. Barang publik adalah barang-barang kebutuhan


masyarakat yang manfaat dan jasa tersebut dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat
secara bersama-sama seperti biasa jasa polisi. Ada juga barang campuran antara
barang privat dan barang publik, meskipun dikonsumsi secara individual seringkali
masyarakat secara umum juga membutuhkan barang atau jasa tersebut, seperti
pendidikan, pelayanan kesehatan, transportasi publik, dan air bersih.
Kesulitan dalam membedakan barang publik dengan barang privat yaitu:
a. Batasan antara barang publik dan barang privat sulit untuk ditentukan.
b. Terdapat barang atau jasa yang merupakan barang dan jasa publik, tetapi dalam
penggunaannya tidak dapat dihindari keterlibatan beberapa elemen pembebanan
langsung.
c. Terdapat kecenderungan membebankan tarif pelayanan dari pada membebankan
pada pajak.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan pelayanan publik adalah:


a. Identifikasi barang atau jasa yang menjadi kebutuhan masyarakat (apakah barang
publik atau privat).
b. Siapa yang lebih berkompeten (lebih efisien) untuk menyediakan kebutuhan
publik tersebut (pemerintah atau swasta).
c. Dapatkah penyediaan pelayanan publik tertentu diserahkan kepada sektor swasta
atau sektor ketiga.
d. Pelayanan publik apa saja yang tidak harus dilakukan oleh pemerintah namun
dapat ditangani oleh swasta.

Pola hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Unit Bisnis Pemerintah Pemerintah Unit-Unit Pelayanan


(BUMN/BUMD) Pemerintah

Pelayanan Publik

Non Pemerintah: Swasta, Voluntary, LSM,


Gabungan (kontrak dan kerja sama)

1) Efisiensi ekonomi
Mekanisme harga memiliki peran penting dalam mengalokasikan sumber daya
melalui:
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10

a. Pendistribusian permintaan.
b. Pemberian insentif kepada pemasok yang berkaitan dengan skala produksi.
c. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan.
d. Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan
meningkatkan persediaan jasa.
Tanpa adanya suatu mekanisme harga, permintaan, dan penawaran tidak
mungkin menuju titik keseimbangan sehingga alokasi sumber daya tidak efisien
seperti penyediaan air, obat-obatan, dan sebagainya.

2) Prinsip keuntungan
Pembebanan biaya hanya dikenakan terhadap mereka yang menggunakan dan
diuntungkan dengan pelayanan publik. Pembebanan tarif pelayanan publik pada
dasarnya juga menguntungkan pemerintah karena dapat digunakan sebagai salah satu
sumber penerimaan pemerintah. Pemerintah tidak boleh melakukan maksimalisasi
keuntungan.

4. Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan Sektor Swasta


Perusahaan dalam menetapkan harga suatu produk atau jasa, ada 2 faktor yang
harus dipertimbangkan yaitu sebagai berikut:
1) Faktor internal perusahaan
a. Tujuan pemasaran perusahaan
Faktor utama yang menentukan dalam penetapan harga adalah tujuan pemasaran
perusahaan yaitu memaksimalisasi laba, mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan, meraih pangsa pasar yang besar, menciptakan kepemimpinan dalam
hal kualitas, mengatasi persaingan, melaksanakan tanggung jawab sosial, dan
lain-lain.
b. Strategi bauran pemasaran
Harga peroleh dikoordinasikan dan saling mendukung dengan bauran pemasaran
lainnya yaitu produk, distribusi, dan promosi.
c. Biaya
Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang harus ditetapkan
perusahaan agar tidak mengalami kerugian.

2) Faktor eksternal perusahaan


a. Sifat pasar dan perusahaan
Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang
dihadapinya, apakah termasuk pasar persaingan sempurna, persaingan monopoli,
maupun oligopoli, faktor lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah elastisitas
permintaan.
b. Persaingan
Kebebasan perusahaan dalam menentukan harga itu bergantung pada jenis pasar
yang berbeda-beda. Berdasarkan bentuk persaingan nya ada 4 jenis pasar yaitu
pasar persaingan murni, pasar persaingan monopoli, pasar persaingan oligopoli,
dan pasar monopoli murni.
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10

Secara umum penetapan harga jual cukup bervariasi atas dasar cost pricing,
mark up pricing, mark up cost pricing dan atas dasar target pricing. Juga ada seorang
penjual yang menetapkan harga berdasarkan suatu kombinasi barang secara fisik
ditambah beberapa jasa lain, serta profit yang diinginkan. Jika penetapan harga
memakai pendekatan geografi maka konsep FOB (free on board) dan UDP (uniform
delivered pricing) bisa menjadi pertimbangan lebih lanjut.

5. Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan Publik


Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat , instansi milik pemerintah
pemerintah apakah apakah BUMN dan BUMD akan memberikan tarif pelayanan public
yang diwujudkan dalam bentuk retribusi, pajak, dan pembebanan tarif jasa langsung
kepada masyarakt sebagai konsumen jasa publik.
Dalam strategi harga terdapat alternatif untuk menentukan harga adalah dengan
two part tarif yaitu fixed change untuk menutup biaya overhead atau biaya infrastruktur
dan variabel yang didasarkan atas besarnya konsumsi. Dengan peak load tarif,
pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi. Harga pelayanan didasarkan pada
biaya peluang atau biaya total untuk menghasilkan pelayanan dan harga diatas margin
cost. Seperti tarif mobil adanya beberapa biaya perizinan atau license free. Penentuan
tarif ini juga harus mempertimbangkan opportunity cost untuk staf, perlengkapan,
opportunity cost of capital, accounting price untuk input ketika harga pasar tidak
menunjukkan value to siciety.
Dalam penentuan standar pelayanan minimum sebagai feedback pelayanan kepada
masyarakat maka organisasi sektor publik harus memperhatikan pemangku kepentingan
sebagai orang yang berkepentingan dengan keberadaan perusahaan karena keterlibatan
stakeholder dalam penyusunan tarif dan standar pelayanan minimum sangat penting
seperti masyarakat umum, akademis dan para konsultan, serta pihak yang
berkonsentrasi dalam sektor publik. Penutup pembebanan pelayanan publik merupakan
salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah selain pajak, penjualan hasil pemerintah,
utang dan laba BUMN atau BUMD. Dalam menentukan harga pelayanan publik juga
harus dianut konsep different cost purpose yaitu membedakan biaya untuk pelayanan
yang berbeda. Pemerintah juga menetapkan UU Nomor 25 Tahun 2009 dalam
penjelasan lebih mendetail tentang kebijakan dan pengaturan mengenai pelayanan
publik.

6. Argumen Terhadap Pembebanan Tarif Pelayanan


Dasar pembebanan langsung (direct charging) biasanya ditentukan karena alasan
sebagai berikut:
1) Suatu jasa, baik merupakan barang publik maupun barang privat, mungkin tidak
dapat dapat diberikan kepada setiap orang, sehingga tidak adil bila biayanya
dibebankan kepada semua masyarakat melalui pajak, sementara mereka tidak
menikmati jasa tersebut.
2) Suatu pelayanan mungkin membutuhkan sumber daya yang mahal atau langka
sehingga konsumsi publik harus disiplinkan (hemat).
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10

3) Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan pilihan
daripada kebutuhan.
4) Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntungkan dan
untuk memenuhi kebutuhan domestic secara individual maupun industrial.
5) Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan publik
atas suatu jasa apabila jenis dan standar pelayanannya tidak dapat ditentukan secara
tegas.
Argumen yang menentang pembebanan tarif pelayanan antara lain sebagai
berikut:
1) Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan.
Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan adanya sistem pencatatan dan pengukuran
yang handal (seperti: tarif jalan tol, meteran untuk air). Hal tersebut dapat
meningkatkan biaya penyediaan pelayanan. Akan tetapi keterukuran membuat
penafsiran tarif pelayanan lebih mudah dibandingkan dengan perhitungan pajak
(seperti: menghitung besarnya biaya untuk air dan listrik lebih mudah
dibandingakan dengan menghitung pajak penghasilan).
2) Yang miskin tidak mampu untuk membayar.
Kesenjangan ekonomi dan pendapatan yang lebar menyebabkan orang miskin tidak
mampu membayar pelayanan dasar yang mestinya mereka dapatkan, seperti
pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi umum dan bahkan makanan sehat.
3) Adanya eksternalitas, merit good, dan persyaratan legal.
Eksternalitas positif (spilover effects) misalnya tarif pelayanan yang terlalu tinggi
membuat masyarakat tidak terdorong untuk menggunakannya. Demikian juga
barang yang dianggap sebagai merid good mungkin lebih baik diberikan secara
gratis atau tanpa beban biaya, seperti pendididkan. Selain itu terdapat peraturan
perundang – undangan yang mensyaratkan pemerintah untuk menyediakan
pelayanan tertentu seperti pendidikan dasar 9 tahaun, sehingga kebutuhsan barabg
tersebut biasanya dianggap bebas dari beban masyarakat dan tidak perlu ditarik tarif
pelayanan. Terdapat cara alternatif untuk alokasi sumber daya selain dengan
pembebanan harga pelayanan, misalnya melalui pembagian kupon (cards) dan
vouchers. Meskipun metode kupon tersebut menjamin kaum miskin mendapat
kesempatan yang sama, akan tetapi sistem kupon tersebut tidak dapat memenuhi
fungsi sistem harga dan mudah untuk disalahgunakan.

7. Prinsip dan Praktek Pembebanan


Prinsip dan praktek pembebanan sebagian barang dan jasa yang disediakan
pemerintah lebih sesuai dibiayai dengan pembebanan tarif. Semakin dekat suatu
pelayanan terkait dengan barang privat, semakin sesuai barang tersebut dikenai tarif.
namun batasan identifikasi barang privat dan publik kadang sulit dan harus dilakukan
dengan dasar tiap pelayanan. Dalam praktiknya, pelayanan yang gratis secara nominal
seringkali sulit dijumpai. Pelayanan gratis menyebabkan insentif rendah, sehingga
terkadang kualitas pelayanan menjadi sangat rendah. Misalnya pemberian pelayanan
kesehatan gratis biasanya kualitasnya kurang memuaskan.
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10

Devas, 1989 (dalam Mardiasmo, 2002: 114) menyatakan bahwa, meskipun


demikian dalam perakteknya permasalahan administrasi dan pertimbangan sosial dan
politik memiliki prioritas yang lebih besar dibanding pertimbangan efisiensi ekonomi.
Namun perlu diwaspadai bahwa kesalahan dalam menetapkan tarif pelayanan publik
merupakan penyebab utama defisit anggaran di negara berkembang.

8. Kegunaan Pembebanan Dalam Praktek


Praktik pembebanan pelayanan publik berbeda-beda tiap negara, antara jasa yang
disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik
negara, dan antar pemerintah pusat dan daerah. Charging for services merupakan salah
satu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah tertentu. Pemerintah memperoleh
penerimaan dari beberapa sumber, antara lain :
1) Pajak
2) Pembebanan langsung pada masyarakat (Charging for services)
3) Laba BUMN/BUMD
4) Penjualan aset milik pemerintah
5) Hutang

Data biaya kadang sulit diperoleh dan sulit diperbandingkan, terutama antara jasa
yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik
negara. Pada kasusu perusahaan negara, hanya net defisit atau surplus yang muncul
dalam rekening pemerintah

9. Penetapan Harga Pelayanan


Jika pemerintah tidak membebankan biaya pelayanan kepada konsumennya, maka
pemerintah harus memutuskan berapa beban yang pantas dan wajar atau dengan kata
lain berapa harga pelayanan yang akan ditetapkan? Aturan yang biasa dipakai adalah
bahwa beban (Charge) dihitung sebesar total biaya untuk menyediakan pelayanan
tersebut (Full cost recovery). Akan tetapi untuk menghitung biaya total tersebut terdapat
beberapa kesulitan, karena :
1) Kita tidak tahu secara tepat berapa biaya total (full cost) untuk menyediakan suatu
pelayanan. Oleh karena itu, kita perlu memperhitungkan semua biaya sehingga
dapat mengindentifikasi biaya secara tepat untuk setiap jenis pelayanan. Amun tidak
boleh terjadi pencampuradukan biaya untuk pelayanan yang berbeda atau harus ada
prinsip different costs for different purposes. Biaya overhead harus dibebankan
secara proporsional terhadap berbagai pelayanan. Selain itu juga harus diidentifikasi
adanya biaya-biaya tersembunyi (hidden costs) dalam penyediaan pelayanan publik.
Hidden costs juga terkait dengan biaya birokrasi ( costs of bureaucracy).
2) Sangat sulit mengukur jumlah yang dikonsumsi.
Karena jumlah biaya untuk melayani sau orang dengan orang lain berbeda-beda,
maka diperlukan pembedaan pembebanan tarif pelayanan, sebagai contoh
diperlukan biaya tambahan untuk pengumpulan sampah dari lokasi rumah yang sulit
dijangkau atau memiliki jarak yang jauh. Jika hal ini dilakukan maka akan terlihat
tidak adil, meskipun untuk hal tertentu. Misalnya : bus kota, jarak jauh maupun
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10

dekat dikenai tarif sama. Namun yang jelas, pada prinsipnya pembebanan harus
merefleksikan biaya total (full cost) untuk menyediakan pelayanan tersebut.
3) Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar. Jika
orang miskintidak mampu membayar suatu pelayanan yang sebenarnya vital, maka
mereka harus disubsidi. Mungkin perlu dibuat diskriminasi harga atau diskriminasi
produk untuk menghindari subsidi.
4) Biaya apa saja yang harus diperhitungkan : apakah hanya biaya operasi langsung
(currnt operation costs), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital costs).
Aturan umumnya adalah bahwa kita harus memasukkan bukan saja biaya operasi
dan pemeliharaan, akan tetapi juga biaya penggantian barang modal yang sudah
usang (kadaluwarsa), dan biaya penambahan kapasitas. Prinsip tersebut disebut
marginal costs pricing.

Ahli ekonomi umumnya menganjurkan untuk menggunakan marginal costs


pricing, yaitu tarif yang dipungut seharusnya sama dengan biaya untuk melayani
konsumen tambahan (costs of serving the marginal consumer). Harga tersebut adalah
harga yang juga berlaku dalam pasar persaingan untuk pelayanan tersebut. Marginal
costs pricing mengacu pada harga pasar yang paling efisien (economically efficient
price), karena pada tingkat harga tersebut (ceteris paribus) akan memaksimalkan
manfaat ekonomi dan penggunaan sumber daya yang terbaik. Masyarakat akan
memperoleh peningkatan output dari barang atau jasa sampai titik dimana marginal
costs sama dengan harga.
Penetapan harga pelayanan publik dengan menggunakan marginal cost pricing,
setidaknya harus memperhitungkan :
1) Biaya operasi variabel (variable operating cost)
2) Semi variable overhead cost seperti biaya modal atas aktiva yang digunakan untuk
memberikan pelayanan.
3) Biaya penggantian atas aset modal yang digunakan dalan penyediaan pelayanan
4) Biaya penambahan aset modal yang digunakan untuk memenuhi tambahan
permintaan.
Akan tetapi, marginal cost pricing tidak memperhitungkan pure historic capital
cost atau pure overhead cost, yang tidak terkait sama sekali dengan penggunaan jasa.
Contoh kasus klasik dari historical cost adalah seperti jembatan penyebrangan.
Marginal cost pricing menganjurkan tidak ada biaya yang ditarik atas jasa
penyebrangan karena marginal cost yang ada nol. Memungut biaya penyebrangan
sehingga menimbulkan kapasitas menganggur atas jembatan tersebut, ini akan
mengurangi total economic benefit. Sebaliknya, marginal cost untuk menyediakan
rumah tidak sama dengan nol, karena sejak ditempati kapasitas ruang yang sudah
digunakan, sehingga marginal cost-nya sama dengan biaya untuk menyediakan rumah
pengganti dan biaya pemeliharaan.
Contoh : penyediaan air, marginal cost-nya misalnya :
1) Tambahan air yang dikonsumsi
2) Tambahan jarak yang diambil
3) Pemasangan pipa besar untuk industri
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10

10. Permasalahan Marginal Cost Pricing


Penggunaan marginal cost pricing memiliki beberapa permasalahan, antara lain :
1) Sulit untuk memperhitungkan secara tepat marginal cost untuk jasa tertentu, dalam
praktik, kadang biaya rata-rata (average cost) digunakan sebagai pengganti walau
hal ini menyimpang dari syarat ekonomis dan efisiensi. Juga terdapat masalah
pengukuran dan pengumpulan data biaya yang membuat marginal cost sulit
diimplementasikan.
2) Apakah harga seharusnya didasarkan pada biaya marginal jangka pendek (short run
MC) atau biaya marginal jangka panjang (long run marginal cost). Dalam kasus
penyediaan air, akan timbul suatu titik ketika marginal consumer memerlukan
pabrik baru. Tidak mungkin mengharapkan konsumen menanggung full cost
sendirian.
3) Marginal cost pricing bukan berarti full cost recovery. Historic capital cost tidak
mungkin dipulihkan, demikian juga full operating cost. Ketika sumber daya yang
terbatas, kegagalan untuk menutup biaya menimbulkan adanya penghematan yang
dikorbankan (opportunity loss) dalam pemakaian alternative sumber daya tersebut.
Kerugian tersebut harus diukur dengan efisiensi yang dikorbankan (efficiency loss)
yang berasal dari penaikan harga di atas marginal cost.
4) Konsep kewajaran digunakan untuk menunjukkan :
a. Hanya mereka yang menerima manfaat yang membayar.
b. Semua konsumen membayar sama tanpa memandang perbedaan biaya dalam
menyediakan pelayanan tersebut.
5) Ekternalitas konsumsi, seperti manfaat kesehatan umum dari air bersih untuk minum
dan mandi dapat secara signifikan merubah “efisiensi harga” yang ditentukan oleh
marginal cost.
6) Pertimbangan ekuitas mensyaratkan yang kaya membayar lebih, paling tidak untuk
jasa seperti air, dimana terdapat beberapa macam bentuk diskriminasi harga, (seperti
tarif progesif) yang mungkin digunakan.

11. Kompleksitas Strategi Harga


1) Two-part tariffs.
Banyak kepentingan publik (seperti listrik) dipungut dengan two-part tariffs, yaitu
fixed charge untuk menutupi biaya overhead atau biaya infrastruktur dan variable
charge yang didasarkan atas besarnya konsumsi.
2) Peak-load tariffs.
Pelayanan publik dipungut berdasarkan tarif tertinggi. Permasalahannya adalah
beban tertinggi, membutuhkan tambahan kapasitas yang disediakan, tarif tertinggi
untuk periode puncak yang harus menggambarkan higher marginal cost (seperti
telepon dan transportasi umum).
3) Diskriminasi harga.
Hal ini adalah salah satu cara untuk mengakomodasikan pertimbangan keadilan
(equity) melalui kebijakan penetapan harga. Jika kelompok dengan pendapatan
berbeda dapat diasumsikan memiliki pola permintaan yang berbeda, pelayanan yang
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10

diberikan kepada kelompok dengan pendapatan tinggi. Hal tersebut tergantung dari
kemampuan mencegah orang kaya menggunakan pelayanan yang dimaksudkan
untuk orang miskin.
4) Full cost recovery.
Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total untuk menghasilkan
pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas pelayanan publik perlu
mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan publik untuk membayar.
5) Harga diatas marginal cost.
Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga diatas marginal cost, seperti tarif
parker mobil, adanya beberapa biaya perijinan atau licence fee.

12. Taksiran Harga


Penentuan harga dengan teknik apapun yang digunakan pada dasarnya adalah
mendasarkan pada usaha penaksiran biaya secara akurat. Hal ini melibatkan beberapa
pertimbangan sebagai berikut :
1) Opportunity cost untuk staf, perlengkapan, dll.
2) Opportunity cost of capital
3) Accounting price untuk input ketika harga pasar tidak menunjukkan value to society
(opportunity cost).
4) Pooling, ketika biaya berbeda-beda antara setiap individu.
5) Cadangan inflasi.
Pelayanan menyebabkan unit kerja harus memiliki data biaya yang akurat agar
dapat mengestimasi marginal cost, sehingga dapat ditetapkan harga pelayanan yang
tepat. Prinsip biaya memberikan dasar yang bermanfaat untuk penentuan harga di sektor
publik. Marginal cost pricing bukan merupakan satu-satunya dasar untuk penetapan
harga di sektor publik. Digunakan MC pricing atau tidak, yang jelas harus ada kebijakan
yang jelas mengenai harga pelayanan yang mampu menunjukkan biaya secara akurat
dan mampu mengidentifikasi skala subsidi publik.

F. Post Test
1. Jelaskan bagaimana prinsip-prinsip charging for service?
2. Perusahaan milik pemerintah pada satu sisi dituntut untuk semakin efisien dan
professional. Disisi lain, terdapat tekanan dari masyarakat agar pemerintah mampu
memberikan pelayanan publik yang murah dan berkualitas. Terhadap fenomena tersebut,
jelaskan bagaimana strategi yang dilakukan dalam menentukan harga produk pelayanan
tertentu agar memenuhi prinsip efisiensi dan keadilan?
3. Jelaskan teknik akuntansi untuk menentukan harga pelayanan publik?
4. Jelaskan peran akuntansi biaya dalam penentuan harga pelayanan publik?
5. Biaya apa saja yang relevan dipertimbangkan untuk penentuan harga pelayanan publik?
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10

G. Referensi
Halim, A. (2012). Akuntansi Sektor Publik : Penetapan Harga Barang Dan Jasa Publik Di
Indonesia. Yogyakarta: Salemba Empat.

Halim, A., & Kusufi, M. S. (2017). Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi Sektor Publik,
Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Mardiasmo. (2018). Akuntansi Sektor Publik, Edisi Terbaru. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai