BAB X
PENETAPAN HARGA BARANG DAN JASA PUBLIK DI INDONESIA
A. Pengantar
Barang atau jasa publik adalah barang atau jasa yang dapat dinikmati oleh publik tanpa
harus mengeluarkan biaya. Dengan kata lain, barang atau jasa publik adalah fasilitas yang
diberikan oleh pemerintah untuk publik atau masyarakat secara umum tanpa masyarakat
tersebut mengeluarkan biaya untuk menikmatinya. Jasa publik disediakan secara seragam
kepada seluruh pengguna diseluruh daerah dan seluruh masyarakat dapat memanfaatkan jasa
ini. Namun demikian, bukan berarti bahwa penyediaan jasa publik ini tanpa menimbulkan
biaya. Sebuah proses politik digunakan dalam menentukan jumlah yang harus disediakan
dan didistribusi biaya kepada para individu. Pemerintah terlibat dalam penyediaan barang
dan jasa publik ini karena kegagalan mekanisme pasar. Pada BAB ini akan dibahas seputar
penetapan harga barang dan jasa publik yang ada di Indonesia.
C. Pokok Bahasan
1. Manajemen Pelayanan Publik dan Manajemen Pelayanan Swasta/Bisnis
2. Penentuan Harga Pelayanan Publik
3. Pelayanan Publik Yang Dapat Dijual
4. Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan Sektor Swasta
5. Dasar Pembebanan Tarif Pelayanan Publik
6. Argumen Terhadap Pembebanan Tarif Pelayanan
7. Prinsip dan Praktek Pembebanan
8. Kegunaan Pembebanan Dalam Praktek
9. Penetapan Harga Pelayanan
10. Permasalahan Marginal Cost Pricing
11. Kompleksitas Strategi Harga
12. Taksiran Harga
D. Pre Test
1. Bagaimana manajamen pelayanan publik dan manajemen pelayanan swasta/bisnis?
2. Bagimana penentuan harga pelayanan publik?
3. Bagaimana pelayanan publik yang dapat dijual?
4. Apa yang menjadi dasar pembebanan tarif pelayanan sektor swasta?
5. Apa yang menjadi dasar pembebanan tarif pelayanan publik?
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10
E. Deskripsi Materi
1. Manajemen Pelayanan Publik dan Manajemen Pelayanan Swasta/Bisnis
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MenegPAN) Nomor
63/KEPM.PAN/7/2003, memberikan pengertian pelayanan publik yaitu segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undang. Fungsi pelayanan publik adalah salah satu fungsi fundamental yang
harus diemban pemerintah di tingkat pusat maupun daerah fungsi ini juga diemban oleh
BUMN atau BUMD dalam memberikan dan menyediakan layanan jasa dan/atau barang
public. Dalam konsep pelayanan, dikenal dua jenis pelayanan yaitu penyedia layanan
dan penerima layanan. Menurut Barata (2003) penyedia layanan atau service provider
adalah pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen, berupa
layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan barang (goods) maupun jasa-jasa
(service). Penerimaan layanan adalah pelanggan (customer) atau konsumen (consumer)
yang menerima layanan dari para penyedia layanan.
Pada prinsipnya pelayanan publik berbeda dengan pelayanan swasta. Namun
demikian terdapat persamaan, yaitu:
1) Keduanya berusaha memenuhi harapan pelanggan dan mendapatkan
kepercayaannya.
2) Kepercayaan pelanggan adalah jaminan atas kelangsungan hidup organisasi.
Karakteristik khusus dari pelayanan publik yang membedakannya dari pelayanan
swasta adalah sebagai berikut:
1) Sebagian besar layanan pemerintah berupa jasa, barang, dan barang tak nyata.
Misalnya sertifikat, perizinan, ketertiban, dan sebagainya.
2) Selalu terkait dengan jenis pelayanan pelayanan yang lain dan membentuk sebuah
jalinan sistem pelayanan yang berskala regional atau bahkan nasional, misalnya
pelayanan transportasi.
3) Pelanggan internal cukup menonjol sebagai akibat dari tatanan organisasi
pemerintah yang cenderung birokratis. Dalam dunia pelayanan berlaku prinsip
utamakan pelanggan eksternal lebih dari pelanggan internal.
4) Efisiensi dan efektivitas pelayanan akan meningkat seiring dengan peningkatan
mutu pelayanan.
5) Masyarakat secara keseluruhan diperlakukan sebagai pelanggan tidak langsung yang
sangat berpengaruh kepada upaya-upaya pengembangan pelayanan.
6) Tujuan akhir dari pelayanan publik adalah terciptanya tatanan kehidupan
masyarakat yang berdaya untuk mengurus persoalannya masing-masing.
1) Barang privat
Barang dan jasa jenis ini dikonsumsi secara individual dan tidak dapat diperoleh
oleh si pemakai tanpa persetujuan pemasoknya.
2) Barang semi privat
Barang dan jasa jenis ini dikonsumsi secara individual, namun sulit mencegah
siapapun untuk memperolehnya meskipun mereka tidak mau membayar.
3) Barang semi publik
Barang dan jasa jenis ini umumnya digunakan secara bersama-sama, namun si
pengguna harus membayar mereka dan tidak dapat/mau membayar dapat dengan
mudah dicegah dari kemungkinan menikmati barang tersebut.
4) Barang publik
Barang dan jasa ini umumnya digunakan secara bersama-sama dan tidak mungkin
mencegah siapapun untuk menggunakannya sehingga masyarakat pada umumnya
tidak bersedia membayar berapapun tanpa dipaksa untuk memperoleh barang ini,
misalnya jalan raya dan taman.
Kekuatan sektor swasta adalah kekuatan pasar, sehingga kekuatan pasar yang
akan memaksa orang membeli atau keluar dari pasar. Sektor swasta bisa membebankan
harga yang berbeda untuk pelanggan yang berbeda dan hal ini tidak akan mengundang
proses berupa demonstrasi. Akan tetapi, jika Pemerintah sebagai organisasi penyedia
layanan publik menaikkan harga pelayanan publik, misalnya harga BBM, tarif dasar
listrik dan telepon, tarif PDAM maka hal tersebut akan mengundang reaksi yang hebat
dari masyarakat.
Pelayanan Publik
1) Efisiensi ekonomi
Mekanisme harga memiliki peran penting dalam mengalokasikan sumber daya
melalui:
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10
a. Pendistribusian permintaan.
b. Pemberian insentif kepada pemasok yang berkaitan dengan skala produksi.
c. Pemberian insentif untuk menghindari pemborosan.
d. Penyediaan sumber daya pada supplier untuk mempertahankan dan
meningkatkan persediaan jasa.
Tanpa adanya suatu mekanisme harga, permintaan, dan penawaran tidak
mungkin menuju titik keseimbangan sehingga alokasi sumber daya tidak efisien
seperti penyediaan air, obat-obatan, dan sebagainya.
2) Prinsip keuntungan
Pembebanan biaya hanya dikenakan terhadap mereka yang menggunakan dan
diuntungkan dengan pelayanan publik. Pembebanan tarif pelayanan publik pada
dasarnya juga menguntungkan pemerintah karena dapat digunakan sebagai salah satu
sumber penerimaan pemerintah. Pemerintah tidak boleh melakukan maksimalisasi
keuntungan.
Secara umum penetapan harga jual cukup bervariasi atas dasar cost pricing,
mark up pricing, mark up cost pricing dan atas dasar target pricing. Juga ada seorang
penjual yang menetapkan harga berdasarkan suatu kombinasi barang secara fisik
ditambah beberapa jasa lain, serta profit yang diinginkan. Jika penetapan harga
memakai pendekatan geografi maka konsep FOB (free on board) dan UDP (uniform
delivered pricing) bisa menjadi pertimbangan lebih lanjut.
3) Terdapat variasi dalam konsumsi individual yang lebih berhubungan dengan pilihan
daripada kebutuhan.
4) Suatu jasa mungkin digunakan untuk operasi komersial yang menguntungkan dan
untuk memenuhi kebutuhan domestic secara individual maupun industrial.
5) Pembebanan dapat digunakan untuk mengetahui arah dan skala permintaan publik
atas suatu jasa apabila jenis dan standar pelayanannya tidak dapat ditentukan secara
tegas.
Argumen yang menentang pembebanan tarif pelayanan antara lain sebagai
berikut:
1) Terdapat kesulitan administrasi dalam menghitung biaya pelayanan.
Penetapan tarif pelayanan mensyaratkan adanya sistem pencatatan dan pengukuran
yang handal (seperti: tarif jalan tol, meteran untuk air). Hal tersebut dapat
meningkatkan biaya penyediaan pelayanan. Akan tetapi keterukuran membuat
penafsiran tarif pelayanan lebih mudah dibandingkan dengan perhitungan pajak
(seperti: menghitung besarnya biaya untuk air dan listrik lebih mudah
dibandingakan dengan menghitung pajak penghasilan).
2) Yang miskin tidak mampu untuk membayar.
Kesenjangan ekonomi dan pendapatan yang lebar menyebabkan orang miskin tidak
mampu membayar pelayanan dasar yang mestinya mereka dapatkan, seperti
pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi umum dan bahkan makanan sehat.
3) Adanya eksternalitas, merit good, dan persyaratan legal.
Eksternalitas positif (spilover effects) misalnya tarif pelayanan yang terlalu tinggi
membuat masyarakat tidak terdorong untuk menggunakannya. Demikian juga
barang yang dianggap sebagai merid good mungkin lebih baik diberikan secara
gratis atau tanpa beban biaya, seperti pendididkan. Selain itu terdapat peraturan
perundang – undangan yang mensyaratkan pemerintah untuk menyediakan
pelayanan tertentu seperti pendidikan dasar 9 tahaun, sehingga kebutuhsan barabg
tersebut biasanya dianggap bebas dari beban masyarakat dan tidak perlu ditarik tarif
pelayanan. Terdapat cara alternatif untuk alokasi sumber daya selain dengan
pembebanan harga pelayanan, misalnya melalui pembagian kupon (cards) dan
vouchers. Meskipun metode kupon tersebut menjamin kaum miskin mendapat
kesempatan yang sama, akan tetapi sistem kupon tersebut tidak dapat memenuhi
fungsi sistem harga dan mudah untuk disalahgunakan.
Data biaya kadang sulit diperoleh dan sulit diperbandingkan, terutama antara jasa
yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik
negara. Pada kasusu perusahaan negara, hanya net defisit atau surplus yang muncul
dalam rekening pemerintah
dekat dikenai tarif sama. Namun yang jelas, pada prinsipnya pembebanan harus
merefleksikan biaya total (full cost) untuk menyediakan pelayanan tersebut.
3) Pembebanan tidak memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayar. Jika
orang miskintidak mampu membayar suatu pelayanan yang sebenarnya vital, maka
mereka harus disubsidi. Mungkin perlu dibuat diskriminasi harga atau diskriminasi
produk untuk menghindari subsidi.
4) Biaya apa saja yang harus diperhitungkan : apakah hanya biaya operasi langsung
(currnt operation costs), atau perlu juga diperhitungkan biaya modal (capital costs).
Aturan umumnya adalah bahwa kita harus memasukkan bukan saja biaya operasi
dan pemeliharaan, akan tetapi juga biaya penggantian barang modal yang sudah
usang (kadaluwarsa), dan biaya penambahan kapasitas. Prinsip tersebut disebut
marginal costs pricing.
diberikan kepada kelompok dengan pendapatan tinggi. Hal tersebut tergantung dari
kemampuan mencegah orang kaya menggunakan pelayanan yang dimaksudkan
untuk orang miskin.
4) Full cost recovery.
Harga pelayanan didasarkan pada biaya penuh atau biaya total untuk menghasilkan
pelayanan. Penetapan harga berdasarkan biaya penuh atas pelayanan publik perlu
mempertimbangkan keadilan (equity) dan kemampuan publik untuk membayar.
5) Harga diatas marginal cost.
Dalam beberapa kasus, sengaja ditetapkan harga diatas marginal cost, seperti tarif
parker mobil, adanya beberapa biaya perijinan atau licence fee.
F. Post Test
1. Jelaskan bagaimana prinsip-prinsip charging for service?
2. Perusahaan milik pemerintah pada satu sisi dituntut untuk semakin efisien dan
professional. Disisi lain, terdapat tekanan dari masyarakat agar pemerintah mampu
memberikan pelayanan publik yang murah dan berkualitas. Terhadap fenomena tersebut,
jelaskan bagaimana strategi yang dilakukan dalam menentukan harga produk pelayanan
tertentu agar memenuhi prinsip efisiensi dan keadilan?
3. Jelaskan teknik akuntansi untuk menentukan harga pelayanan publik?
4. Jelaskan peran akuntansi biaya dalam penentuan harga pelayanan publik?
5. Biaya apa saja yang relevan dipertimbangkan untuk penentuan harga pelayanan publik?
Modul Akuntansi Sektor Publik Pertemuan 10
G. Referensi
Halim, A. (2012). Akuntansi Sektor Publik : Penetapan Harga Barang Dan Jasa Publik Di
Indonesia. Yogyakarta: Salemba Empat.
Halim, A., & Kusufi, M. S. (2017). Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi Sektor Publik,
Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo. (2018). Akuntansi Sektor Publik, Edisi Terbaru. Yogyakarta: Penerbit Andi.