Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji kehadirat Allah karena berkat dan kemurahannya sehingga Kami dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik dan benar.

Adapun isi dan maksud dari laporan ini adalah Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Theodolit yang semuanya telah terampung di dalamnya secara singkat teranalitis dan
sistematika.

Terimah kasih Kami sampaikan kepada pihak yang telah turut


membantu,membimbing serta memberikan dorongan dan saran kepada Kami sejak
pelaksanaan praktikum hingga selesainya laporan ini.

Selanjutnya disampaikan terimah kasih pula kepada pihak yang memberikan kritik
dan saran demi kesempurnaan laporan ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan Rahmat-nya kepada Kita semua.

Amin.....

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Gorontalo, Juni 2013

Penyusun

Kelompok I
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktikum Ilmu Ukur Tanah adalah kegiatan belajar yang berbentuk pengamatan
terhadap percobaan dan pengujian atas alat dan bahan dalam kondisi dan situasi terbatas
seperti “Halnya lab hasil pengujian atas alat dan bahan yang disajikan dalam bentuk
laporan praktikum.”

1.2 Maksud dan Tujuan


Setelah melakukan pratikum Ilmu Ukur Tanah Theodolit ini diharapkan mahasiwa
dapat :
a) Mengetahui bentuk, bagian, dan fungsi dari komponen – komponen alat ukur theodolit.
b) Mampu mengoperasikan / menggunakan alat ukur theodilit dalam pengukuran jarak,
beda tinggi, dan sebagainya dilapangan.
c) Memahami syarat – syarat dalam mengguunakan alat theodolit.
d) Mengetahui prinsip kerja dari alat theodolit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Alat Ukur Theodolit
Alat yang digunakan untuk menentukan sudut horisontal dan vertikal, tetapi prosedur
lapangannya terdiri atas pengukuran “arah-arah” yang tidak lain adalah pembacaan lingkaran
horisontal terhadap station-station atau titik yang dibidik berturut-turut keliling horisontal .
Selisih arah-arah antara 2 titik adalah sudutnya.

Secara umum alat ukur theodolit terdiri dari 3 bagian utama antara lain :
a.       Bagian bawah,
            Terdiri dari plat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang menyanggah suatu tabung
sumbu dan pelat mendatar yang berbentuk lingkaran.
b.      Bagian tengah,
            Bagian yang terdiri dari bagian – bagian yang dapat vdigerakkan secara horizontal.
c.       Bagian atas,
            Bagian dapat digunakan secara vertical yang diletakkan diatas kaki penyanggah
sumbu kedua.

            Pada alat theodolit jugs dikenal 3 macam sumbu utama yaitu :
1.      Sumbu I
            Yaitu sumbu yang sejajar dengan garis gaya berat
2.      Sumbu II
            Yaitu sumbu yang sejajar dengan bidang nivo dan tegak lurus dengan         bidang
nivo dan tegak lurus dengan  bidang sumbu I
3.      Sumbu nivo indeks (nivo tabung kondensasi)
                 
Adapun syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan alat
Theodolit adalah sebagai berikut :
1.      Sumbu I harus vertical
2.      Sumbu II harus tegak lurus sumbu II
3.      Garis bidik harus tegak lirus sumbu II
4.      Keadaan indeks vertical harus sama dengan nol ( 0 )
2.2 Elemen-elemen Theodolit

1. Vizier
Berfungsi untuk membidik secara kasar ke objek
2.      Lensa okuler
Berfungsi untuk memeperjelas benang teropong
3.      Nivo tabung
Berfungsi untuk melihat kedataran alat
4.      Display
Bersungsi untuk menampilkan koordinat dan menu lainnya
5.      Nivo kotak
Berfungsi untuk melihat kedataran alat
6.      Sekrup A, B, C
Berfungsi untuk mengatur kelevelan alat (sunbu I vertical)
7.      Tapak statif
Berfungsi untuk menempatkan alat theodolit
8.      Tempat baterai
Berfungsi untuk menempatkan baterai
9.      Lensa objektif
Berfungsiuntuk melihat objek pengamatan
10.  Sekrup penjelas lensa centering
Berfungsi untuk menjelaskan objek / patok pada saat centering
11.  Sekrup penjelas benang pada lensa centering
Berfungsi untuk memperjelas benang centering
12.  Lensa centering
Berfungsi untuk melihat objek / patok centering
13.  Tombol 0 set
Berfunsi untuk mensetting skala vertical menjadi 0 (nol)
14.  Tombol power
Berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan tampilan pada display
15.  Sekrup pengunci sudut horizontal
Berfungsi untuk mengunci teropong agar tidak bergerak secara horizontal
16.  Penggerak halus horizontal
Berfungsi untuk menggerakkan teropong dengan halus secara horizontal
17.  Statif / kaki tiga
Berfungsi untuk mendirikan alat
18.  Penutup lensa objektif
Berfungsi untuk melindungi lensa objektif ketika alat tidak digunakan
19.  Sekrup penjelas lensa fokos
Berfungsi untuk memperjelas objek yang di bidik
20.  Sekrup penjelas benang diafragma
Berfungsi untuk memperjelas benang diafragma
21.  Penguncu sudut vertical
Berfungsi untuk mengunci teropong agar tidak bergerak secara vertical
22.  Penggerak halus vertical
Berfungsi untuk menggerakkan teropong dengan halus secara vertical
BAB III
PROSEDUR KERJA PRAKTIKUM
3.1 Setting Theodolit
1. Menentukan titik tempat alat theodolit.
2. Mendirikan statif ditik tsb dan letakkan theodolit diatas kemudian dikunci (bagian
bawah).
3. Lakukan pengecekan apakah theodolit telah berada tepat diatas titik yang telah
ditentukan menggunakan optikal plummet telescop.
4. Mengatur sumbu I vertikal dengan cara:
1) Menyetel nivo kotak
a) Putarlah sekrup A, B secara bersama-sama hingga gelembung nivo
bergeser ke arah garis sekrup C. (lihat gambar a)
b) Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo
bergeser ke tengah. (lihat gambar b)

2) Mengatur nivo kotak dengan sekrup ungkit (helling)

Bila penyetelan nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel (sekrup ABC),
maka caranya adalah:

a) Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup AB (lihat gambar a).
b) Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama, hingga
gelembung nivo bergeser ke tengah (lihat ganbar a).
c) Putarlah teropong 900 ke arah garis sekrup C (lihat gambar b).
d) Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo
bergeser ke tengah-tengah.
e) Setelah pengaturan sumbu I vertical selesai, tentukan titik acuan alah
hingga sebagai titik (arah utara bumi dengan menggunakan kompas).
f) Kunci semua sekrup penggerak horizontal dan vertical.
g) Nyalakan layar dengan menekan tombol power.
h) Setting sudut horizontal dengan menekan tombol [0 SET] 2X.
i) Tampilkan pembacaan sudut vertical dengan menekan tombol [V / %]
 Satu kali untuk mengetahui sudut vertical.
 Dua kali untuk mengetahui prosentose kemiringan.

j) Apabila dilayar pada pembacaan sudut horizontal muncul huruf R


menunujukan pembacaan sudut biasa dan bila ingin di ubah menjadi
pembesaran sudut luar biasa tekan tombol [R/L]
k) Ukur tinggi kedudukan alat dengan menggunakan rol meter.
l) Pengukuran sudut horizontal dan vertical menggunakan theodolit
model OT-200 dilakukan dengan cara :

 Sentring alat titik C dan target dititik A (lihat gambar)

A
B

C
 Tekan power ON hingga tampil :

V 90˚10’20’’

HR 120˚25’30’’

.......................................................1.1

 Bidik target A, tekan [ O SET ] :

V 90˚10’20’’

HR 0˚00’00’’

......................................................1.2

 Bidik target B maka sudut horizontal dan vertikal langsung ditampilkan


layar :

V 90˚10’20’’

HR 50˚30’15’’

.......................................................1.3

m) Setting sudut horizontal kanan / kiri (R/L) :

 Tampilan HR dilayar berate bacaan horizontal membesar jika teropong


diputar searah jarum jam dan sebaliknya.

 Tampilan HL dilayar berarti bacaan horizontal mengecil jika teropong


diputar searah jarum jam dan sebaliknya.

n) Set pembacaan tertentu pada arah horizontal :

 Gerakan teropong pada bacaan yang diinginkan.


Pembacaan tertentu
V 90˚10’20’’

HR 120˚25’30’’

 Tekan tombol [HOLD] agar jika teropong diputar kearah yang


diinginkan pembacaan horizontal tidak berubah.

 Untuk menormalkan kembali bacaan arah horizontal tekan [HOLD

o) Pengukuran kemiringan (V%)


Tekan tombol [V%]
V 90˚10’20’’ V 90˚10’20’’

HR 120˚25’30’’ HR 120˚25’30’’

p) Pengukuran jarak ( D )

Dengan bantuan pembacaan rambu ukur dan metode stada maka jarak Alat DT – 200
series dengan rambu ukur dapat diketahui.
RUMUS-RUMUS YANG DIGUNAKAN DALAM THEODOLIT

1. Jarak Proyeksi
D = A . S. Cos h
2. Jarak Optis
D = A . S . COS² h + B COS h
3. Jarak Miring
E = D / COS h
4. Naik Turun
T3 = D . TG h
5. Benang Tengah
T2 = (BA + BB) / 2
6. Beda Tinggi
BT = T1 + T3 – T2
7. Absis
Absis (X) = D sin α
8. Oordinat
Oordinat (Y) = D cos α
9. Perhitungan Azimuth ( φ )
φAB = misal A ( Awal )
φBC = φAB + ( 180 – β2 ) 
φCD = φBC + ( 180 – β3 )
φDE = φCD + ( 180 – β4 )
φEF = φDE + ( 180 – β5 )
φFA = φEF + ( 180 – β6 )
Chek : φAB = φFA + ( 180 – β1 )
10. Koreksi Sudut
(n + 2) x 180 – Jml sudut
n
11. Koreksi setiap sudut patok
Sudut patok ± Nilai koreksi
12. Kontrol
(n + 2 ) X 180 = Total sudut terkoreksi
13. Perhitungan sudut Oordinat luar
Pembcacaan sudut muka – pembacaan

Anda mungkin juga menyukai