Anda di halaman 1dari 12

Nama: Neng Sahartati

Nim: 10520029

Kelas 2A Kep

Tugas Kep. Anak:

 Perawatan bayi dalam incubator


 Perawatan bayi dengan transfusi tukarklokpl
 Perawatan bayi dengan terpasang phototraphi

Perawatan Bayi Dalam Inkubator


Inkubator Bayi merupakan salah satu alat medis yang berfungsi untuk menjaga suhu sebuah ruangan
supaya suhu tetap konstan / stabil. Pada modifikasi manual-otomatis inkubator bayi , terdapat sebuah
boks kontrol yang dibagi menjadi 2 bagian (bagian atas dan bagian bawah). Boks bagian atas digunakan
untuk meletakkan sensor, display sensor ,kontroler , rangkaian elektronik. Sedangkan pada boks bagian
bawah dibagi menjadi 3 ruangan yang dibatasi dengan sekat, yang digunakan untuk meletakkan heater,
tempat / wadah air dan kipas. Sensor yang digunakan adalah sensor suhu (PT100) dan sensor
kelembapan, dimana sensor suhu PT100 dan sensor kelembapan diletakkan di dalam bokstidur bayi (di
luar boks kontrol).

Pada sensor suhu PT100 dan sensor kelembapan terdapatdisplay yang sekaligus sebagai driver sensor
yang digunakan untuk mengetahui sertamemberikan setting suhu dan kelembapan dalam ruangan boks
tidur bayi sesuai yang dikehendaki. Yang menjadi actuator dari alat ini adalah heater dan kipas. Heater
berfungsi sebagai pemanas ruangan, sedangkan kipas berfungsi untuk menyalurkan udara panas
yangdipancarkan heater menuju ruangan tempat air dan menuju boks tidur bayi melalui selang.Sebagai
kontrolernya, digunakan sebuah PIC Microchip 16F877A. Dimana PIC tersebutjuga berfungsi untuk
menghubungkan boks kontrol dengan komputer (CPU) secara serialsupaya dapat memberikan tampilan
serta dapat memberikan setting suhu sesuai denganyang dikehendaki melalui komputer.

Inkubator merupakan salah satu cara menghangatkan & mempertahankan suhu tubuh. Dimana
sebelumnya & sesudahnya dilakukan monitoring & evaluasi pengukuran suhu tubuh.

Tujuan Pemberian Inkubator

1. Penghangatan berkelanjutan bayi

2. Dengan berat badan < 1500 gr yang tidak dapat dilakukan kangaroo mothercare/KMC Untuk
bayi sakit berat : sepsis, gangguan nafas berat

Cara Menggunakan

1. Bersihkan inkubator dg desinfektan stp hari, & bersihkan scr keseluruhan stp minggu a/ stp akan
digunakan

2. Tutup matras dg kain bersih

3. Kosongkan air reservoir, dpt tumbuh bakte-ria yg berbahaya dlm air & meyerang bayi
4. Atur suhu sesuai dg umur & BB bayi (lihat tabel)

5. Hangatkan inkubator sebelum digunakan

6. Bila diperluksan lakukan pengamatan seluruh tubuh bayi a/ terapi sinar, lepas semua pakaian
bayi & segera diberikan pakaian kembali stlh selesai

7. Tutup indikator scpt mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar inkubator tetap hangat

8. Gunakan satu inkubator u/ satu bayi

Cara Perawatan Bayi dalam Inkubator

Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi
membantu terciptanya suatu lingkungan yang cukup dengan suhu yang normal. Dalam pelaksanaan
perawatan di dalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka.

Inkubator tertutup:

1. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka dalam keadaan tertentu seperti apnea, dan
apabila membuka incubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu
disediakan.

2. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.

3. Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi

4. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.

5. Pengaturan oksigen selalu diobservasi.

6. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27 derajat
celcius.

Inkubator terbuka:

7. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada bayi.

8. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan.

9. Membungkus dengan selimut hangat.

10. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara.

11. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala.

12. Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan ketentuan di bawah
ini.

Kondisi bayi yang harus dirawat di inkubator bayi

 Bayi yang berat badan lahir kecil, meski kehamilan sudah cukup bulan

 Suhu tubuh bayi terus turun sekalipun sudah dipakaikan baju bayi maupun dibungkus dengan
kain
 Bayi lahir dengan sakit bawaanyang membutuhkan perawatan intensif

 Bayi lahir dengan infeksi atau risiko mengalami sepsis

 Dokter menilai bayi berisiko mengalami penurunan suhu yang abnormal

 Bayi dikhawatirkan mengalami kekurangan nutrisi bila tidak dimasukkan dalam inkubator bayi

 Ada luka yang menganga pada tubuh bayi, terutama pada perut

Mengenal tipe-tipe inkubator bayi

 Inkubator tertutup

Inkubator bayi jenis ini memiliki sistem penyaringan yang dapat meminimalisir risiko terjadinya infeksi
pada bayi. Sistem ini juga mencegah terjadinya penurunan kelembapan di dalam tabung inkubator.

 Inkubator terbuka

Bagian atas inkubator tidak dilengkapi tabung transparan, tapi tetap memberi kehangatan pada bayi
yang diletakkan di inkubator ini. Inkubator terbuka disebut juga dengan inkubator Armstrong yang dapat
memberi akses lebih mudah bagi para tenaga kesehatan dalam merawat bayi di dalamnya.

 Inkubator dinding ganda

Seperti namanya, inkubator bayi ini memiliki dua dinding yang dapat mencegah panas dan kelembapan
keluar dari tabung.

 Inkubator kontrol servo

Inkubator bayi ini memiliki program otomatis untuk mengatur suhu dan kelembapan berdasarkan
kondisi Si Kecil melalui sensor khusus yang ditempelkan ke kulit bayi.

 Inkubator portabel

Dikenal juga dengan nama inkubator transport karena banyak digunakan untuk memindahkan bayi dari
satu ruangan ke ruangan lain atau dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit lainnya.Penggunaan tipe
inkubator bayi ini harus didasarkan atas kondisi kesehatan bayi itu sendiri. Tentu, keputusan ini berada
di tangan dokter yang menangani bayi Anda.

Jenis Inkubator Bayi

1. Closed Box Incubator

Inkubator bayi jenis kotak merupakan inkubator jenis tertutup yang memiliki sistem penyaringan udara
segar yang meminimalkan risiko infeksi dan mencegah hilangnya kelembaban dari udara.

Ini akan memiliki lubang portal di samping untuk memungkinkan infus dan tangan manusia masuk,
tetapi dirancang untuk mencegah kuman, cahaya, dan elemen lainnya keluar.

Salah satu perbedaan terbesar antara inkubator tertutup dan inkubator terbuka adalah pengaturan
suhu. Inkubator bayi tertutup memungkinkan udara hangat dihembuskan melalui kanopi yang
mengelilingi bayi.
Beberapa inkubator tertutup memiliki dua dinding untuk membantu mencegah panas dan kehilangan
udara.

Ini biasanya disebut inkubator bayi berdinding ganda.

2. Double-walled Incubators

Sesuai dengan namanya, inkubator bayi jenis ini memiliki dua dinding yang selanjutnya dapat mencegah
panas dan hilangnya kelembapan udara.

3. Servo-control Incubators

Pada servo-control incubators, inkubator bayi ini secara otomatis diprogram untuk menyesuaikan tingkat
suhu dan kelembapan berdasarkan sensor kulit yang melekat pada bayi.

4. Open Box Incubator

Jenis inkubator bayi ini juga dikenal sebagai inkubator Armstrong. Cara kerja dari inkubator ini dengan
memberikan panas radiasi di bawah bayi tetapi memiliki kotak yang terbuka, memungkinkan akses yang
mudah.

5. Portable Incubator

Secara harfiah memiliki arti inkubator portabel, yang juga dikenal sebagai inkubator transportasi.
Inkubator bayi ini digunakan untuk memindahkan bayi baru lahir dari satu bagian rumah sakit ke bagian
lain.

Suhu inkubator dapat bervariasi berdasarkan usia kehamilan, keadaan fungsional paru-paru bayi, dan
komplikasi kesehatan lainnya.

Secara umum, NICU disimpan pada suhu 27 hingga 20 derajat Celcius, sedangkan inkubator biasanya
diatur sehingga bayi dapat mempertahankan suhu tubuh antara 35 dan 37 derajat Celcius.

Inkubator Melindungi Bayi Prematur dan Bayi Sakit

Peran inkubator bayi yang paling jelas tidak lain adalah melindungi bayi pada tahap awal kehidupan,
saat-saat paling rentan bagi bayi.

Mengutip “The Pearson General Studies Manual 2009” oleh Showick Thorpe dan Edgar Thorpe, sebagai
lingkungan tertutup dan terkendali sepenuhnya, inkubator bisa digunakan untuk melindungi bayi dari
berbagai kemungkinan bahaya.

Suhu di dalam inkubator yang terkontrol, berguna melindungi bayi dari serangan flu berbahaya.

Desain inkubator bayi yang dibuat secara khusus juga memberikan isolasi dari kebisingan yang ada di
sekitarnya. Dengan begitu, akan sangat memudahkan bayi prematur atau bayi yang sedang sakit untuk
mendapatkan waktu istirahat yang nyaman.

Lingkungan inkubator bayi juga dijaga agar tetap steril sepanjang waktu, sehingga melindungi bayi dari
serangan kuman dan meminimalkan risiko infeksi. Termasuk mencegah kemungkinan iritasi yang
disebabkan oleh partikel yang terbawa udara seperti debu atau alergi lainnya.
Terlebih bayi prematur rentan mengalami berbagai masalah kesehatan.

Sementara itu, buaian yang ada di dalam inkubator merupakan permukaan yang lapang dan nyaman,
memungkinan bayi untuk tetap berada di dalam meskipun harus menerima berbagai pemeriksaan dan
prosedur medis.

Bayi yang Butuh Menggunakan Inkubator

1. Bayi Lahir Prematur

2. Bayi dengan Masalah Pernapasan

3. Infeksi Tertentu pada Bayi

4. Dampak dari Diabetes Gestasional

Gejala diabetes pada bayi mungkin sulit ditemukan. Mengutip Pregnancy Birth Baby, gejala biasanya
berkembang dengan cepat, selama beberapa minggu, dan meliputi:

 Kelelahan: Ini bisa jadi pertanda bahwa tubuh anak tidak mampu mengubah gula dalam aliran
darah menjadi energi.

 Rasa lapar yang intens dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan: Jika otot dan
organ anak tidak menerima cukup energi, hal itu dapat memicu rasa lapar yang ekstrem. Dan
penurunan berat badan yang tiba-tiba, terutama jika dia makan lebih banyak.

 Perubahan penglihatan: Kadar glukosa darah yang tinggi dapat menyebabkan penglihatan kabur
atau masalah penglihatan lainnya. Sayangnya pada usia yang sangat muda, buah hati belum bisa
mengartikulasikan hal ini.

5. Bayi dengan Penyakit Kuning

6. Proses Melahirkan Panjang atau Traumatis

7. Berat Badan Lahir Rendah

8. Sembuh dari Operasi

9. Mengalami Hipotermia

CONTOH SOP PERAWATAN BAYI DALAM INKUBATOR HYGIENE SANITASI DAN NEUTRAL THERM
ENVIRONMENT

PERSIAPAN ALAT :

1. Inkubator

2. Termometer Ruang

3. Termometer Aksila

Pelaksanaan:
2. Bersihkan inkubator dengan disinfektan setiap hari dan bersihkan secara keseluruhan setiap minggu
atau setiap akan digunakan.

3. Tutup Matras dengan kain bersih.

4. Kosongkan air reservoir (dapat menjadi tempat tumbuh bakteri berbahaya dan menyerang bayi).

5. Atur suhu inkubator sesuai dengan umur dan berat badan bayi :

a. BB Kurang dari 1500 gram :

Umur 1 – 10 hari : 350C, umur 11 hari – 3 Minggu : 340C, Umur 3 – 5 Minggu : 330C, Umur Lebih dari 5
Minggu : 320C.

b. BB 1500 – 2000 gram :

Umur 1 – 10 hari : 340C, umur 11 hari – 4 Minggu : 330C, umur lebih dari 4 Minggu : 320C.

c. BB 2100 – 2500 gram :

Umur 1 – 2 hari : 340C, umur 3 hari – 3 Minggu : 330C, umur lebih dari 3 Minggu : 320C.

d. BB Lebih dari 2500 gram :

Umur 1 – 2 hari : 330C, umur lebih dari 2 hari : 320C.

(* bila jenis inkubator berdinding tebal, setiap perbedaan suhu antara suhu ruang dan suhu inkubator
70C, maka naikkan suhu inkubator 10C).

6. Hangatkan Inkubator sebelum digunakan.

7. Bila memerlukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar, maka lepas semua pakaian bayi
dan segera kenakan pakaian kembali setelah pengamatan atau terapi selesai.

8. Tutup Inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar inkubator tetap hangat.

9. Gunakan satu inkubator untuk satu bayi.

10. Periksa suhu inkubator dengan termometer ruang dan ukur suhu bayi per aksila setiap jam dalam 8
jam pertama, kemudian setiap 3 jam.

· Apabila suhu bayi kurang dari 36,50C atau lebih dari 37,50C, maka atur suhu inkubator secepatnya.

· Apabila suhu inkubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah diatur, berarti inkubator tidak
berfungsi dengan baik. Atur suhu inkubator sampai tercapai suhu yang dikehendaki atau gunakan cara
lain untuk menghangatkan bayi.

11. Apabila Bayi tetap dingin walaupun suhu inkubator telah diatur, maka lakukan Manajemen
penanganan suhu tubuh abnormal.

12. Pindahkan bayi ke Ibu secepatnya apabila bayi sudah tidak menunjukkan tanda – tanda sakit.

13. Merapikan bayi.


14. Membereskan alat – alat.

15. Mencuci tangan.

Perawatan Bayi Dengan Transfusi Tukar


Transfusi tukar (exchange transfusion)

Exchange transfusion atau transfusi tukar adalah tindakan medis yang melibatkan penggantian darah
pasien dengan darah atau plasma pendonor.

Prosedur ini dilakukan untuk mengatasi dampak penyakit kuning (jaundice) berat atau kelainan pada
darah akibat penyakit seperti anemia sel sabit (sickle cell anemia).Melalui transfusi tukar, komponen
darah abnormal dan zat toksin berbahaya dalam tubuh pasien akan diganti dengan darah yang normal
dari pendonor. Dengan ini, volume darah pasien juga dapat dipertahankan.Pertukaran darah akan
dilakukan dengan menggunakan kateter guna mengirim darah pendonor ke dalam tubuh
pasien.Transfusi ini biasanya dilaksanakan dalam beberapa siklus. Satu siklusnya berlangsung selama
beberapa menit.Setelah selesai, kateter bisa saja dibiarkan pada tempatnya sebagai persiapan untuk
transfusi tukar selanjutnya.

Kenapa transfusi tukar (exchange transfusion) diperlukan?

Transfusi tukar dapat membantu dengan tujuan:

 Mengurangi gejala penyakit kuning

Penyakit kuning atau jaundice adalah kondisi medis yang ditandai dengan kadar bilirubin yang tinggi
dalam darah atau hiperbilirubinemia. Kondisi ini akan menyebabkan gejala berupa kulit dan bagian putih
mata yang tampak kuning.

 Mengatasi kelainan darah seperti anemia sel sabit

Sickle cell anemia atau anemia sel sabit merupakan kelainan darah yang menyebabkan sel darah merah
menjadi kaku dan berbentuk seperti bulan sabit. Bentuk inilah yang menjadi asal nama penyakit
ini.Bentuk sel darah merah abnormal tersebut dapat memicu gangguan aliran darah, sehingga terbentuk
sumbatan di pembuluh darah.Selain kedua penyakit di atas, exchange transfusion juga diperlukan untuk
mengatasi kondisi medis lain terkait komponen kimia darah dan mengurangi gejala toksik akibat obat-
obatan atau zat beracun.

Siapa yang membutuhkan transfusi tukar?

Pada umumnya, transfusi tukar dapat digunakan untuk mengatasi beberapa kondisi medis berikut:

 Tingginya kadar sel darah merah pada bayi baru lahir (neonatal polycythemia)

 Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir karena perbedaan rhesus darah dengan sang ibu

 Kelainan pada senyawa kimia tubuh yang parah

 Penyakit kuning parah pada bayi baru lahir, yang tidak merespons terhadap fototerapi
 Anemia sel sabit yang berat

 Keracunan akibat obat-obatan tertentu

Persiapan untuk menjalani transfusi tukar

Sebelum prosedur, beberapa persiapan yang diperlukan oleh pasien meliputi:

 Menjalani tes golongan darah untuk memastikan jenis golongan darah pasien dan kecocokannya
dengan darah dari pendonor

 Menginformasikan pada dokter bila pasien memiliki riwayat alergi terhadap transfusi darah.

Pasien biasanya tidak perlu berpuasa dan bisa tetap makan atau minum seperti biasa sebelum prosedur.

Cara melakukan transfusi tukar

Transfusi tukar akan dilakukan di rumah sakit atau klinik. Selama prosedur, darah pasien akan
dikeluarkan dari tubuh dan dibuang, lalu diganti dengan darah atau plasma dari pendonor.Secara umum,
transfusi tukar dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:

 Dokter akan memasang dua selang kecil bernama kateter pada pembuluh darah vena di lengan
pasien.

 Dokter lalu mengeluarkan darah pasien dalam beberapa siklus transfusi melalui salah satu
kateter.

 Tiap siklus butuh waktu selama beberapa menit, dan kateter akan mengeluarkan darah
sebanyak 5-20 ml pada tiap siklus.

 Ketika darah pasien sudah dikeluarkan, darah atau plasma dari pendonor akan dimasukkan ke
dalam tubuh pasien lewat kateter lainnya.

Yang perlu diperhatikan setelah transfusi tukar

Setelah menjalani transfusi tukar, kondisi pasien akan dipantau selama beberapa hari di rumah sakit.
Durasi rawat inap ini akan tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit pasien yang mendasari
diperlukannya transfusi tukar.

Komplikasi transfusi tukar

Risiko komplikasi transfusi tukar umumnya sama dengan risiko transfusi darah secara umum. Beberapa
di antaranya meliputi:

 Terbentuknya gumpalan darah

 Perubahan komposisi senyawa kimia darah, seperti kalium rendah atau tinggi, kalsium rendah,
kadar gula darah rendah, serta perubahan keseimbangan asam-basa dalam tubuh

 Kelainan jantung, seperti irama jantung yang tidak normal

 Gangguan pada paru-paru

 Kejang-kejang
 Infeksi, namun risiko ini tergolong sangat rendah karena adanya proses penapisan darah
(skrining darah) sebelum transfusi

 Syok apabila jumlah darah yang diganti tidak cukup

Perawatan Bayi Dengan Terpasang Phototraphi


Fototerapi atau terapi dengan menggunakan sinar ultraviolet, merupakan perawatan paling umum yang
digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi pada newborn yang mengalami jaundice atau
bayi kuning.

Jaundice adalah keadaan di mana bayi lahir terlihat kuning pada kulit dan bagian putih mata (sklera).
Kuning pada bayi biasanya dapat muncul sekitar hari ketiga setelah kelahiran dan menghilang pada saat
bayi berusia dua minggu.

Bayi yang lahir prematur diketahui lebih rentan mengalami kondisi ini.

Warna kuning pada kulit bayi akan lebih sulit dikenali pada bayi dengan kulit lebih gelap. Namun Mama
tetap bisa mengenali kuning pada bayi di beberapa bagian pada tubuhnya, misalnya di bagian putih
mata, di dalam mulut, juga di telapak tangan dan kakinya. Bayi juga kerap mengantuk, sering menangis,
lemas, urine berwarna kuning gelap, dan tinja yang berwarna pucat (seharusnya berwarna kekuningan).

Kenapa Bayi Kuning Perlu Fototerapi?

Bayi kuning disebabkan oleh organ hati bayi yang belum mampu menyingkirkan kelebihan bilirubin
dengan baik. Bilirubin adalah pigmen kuning yang ada dalam darah dan tinja pada setiap orang.

Bayi kuning ini tidak bisa dianggap remeh, karena jika tidak segera diobati dapat berisiko mengancam
jiwa bayi.

Selain karena hal di atas, bayi kuning juga dapat terjadi karena adanya masalah pada fungsi hati bayi,
gangguan sel darah, adanya ketidakcocokkan jenis darah antara mama dan bayi, serta adanya infeksi.

Prosedur Fototerapi

Pada perawatan fototerapi, bayi akan dibaringkan dalam boks bayi atau inkubator yang diberi sinar
lampu ultraviolet. Sinar ultraviolet ini akan diserap oleh kulit bayi. Selama proses ini, bilirubin di tubuh
bayi akan diubah menjadi bentuk lain yang bisa lebih mudah diekskresikan dalam tinja dan air kencing.

Bayi kuning perlu tetap berada di bawah sinar fototerapi selama beberapa hari sampai kadar
bilirubinnya menurun hingga batas yang direkomendasikan. Tak perlu khawatir, fototerapi ini tergolong
aman dan tidak merusak kulit bayi kok, Ma.

Berikut 2 jenis fototerapi yaitu:

1. Fototerapi konvensional. Perawatan fototerapi di mana bayi Mama diletakkan di bawah lampu
halogen atau lampu neon ultraviolet, agar sinar dapat diserap tubuh melalui kulit. Mata bayi
ditutup untuk melindungi lapisan saraf mata dari paparan sinar ultraviolet.
2. Fototerapi serat optik. Yakni perawatan fototerapi di mana terdapat kabel serat optik pada
selimut yang digunakan bayi untuk menutup tubuhnya. Paparan sinar disalurkan melalui kabel
tersebut ke bagian punggung bayi. Perawatan ini umumnya digunakan pada bayi prematur.

Kedua jenis fototerapi tersebut memiliki tujuan yang sama, yakni membuat kulit bayi mendapat paparan
sinar sebanyak mungkin. Setiap treatment akan dilakukan selama 3-4 jam sekali dan istirahat selama 30
menit.

Yang perlu diperhatikan pada prosedur fototerapi:

 Bayi tidak mengenakan pakaian kecuali popok, sehingga memungkinkan sebanyak mungkin kulit
tubuhnya  dapat terkena sinar,

 Mata bayi ditutup dengan untuk melindungi lapisan saraf di bagian belakang mata (retina) dari
cahaya terang,

 Mama tetap dapat menyusui sesuai jadwal yang dianjurkan,

 Tingkat bilirubin diukur paling sedikit sekali sehari,

 Prosedur ini akan berlangsung selama beberapa hari.

Risiko yang mungkin dapat terjadi selama beberapa hari treatment:

 Ruam pada kulit,

 Jika mata tidak terlindungi dengan baik, lapisan saraf di bagian belakang mata (retina) bisa
rusak,

 Dehidrasi, jika bayi tidak mendapat cairan yang cukup saat menyusui,

 Sulit menjaga suhu tubuh bayi dengan tepat.

Penyebab Bayi Kuning yang Membutuhkan Fototerapi

Bayi kuning umumnya terjadi karena organ bayi belum bisa mengatasi kelebihan bilirubin dalam
tubuhnya dengan baik. Bilirubin adalah zat yang terbentuk dari proses penguraian sel darah merah di
dalam tubuh. Zat inilah yang memberikan warna kuning pada urine dan tinja.

Kondisi bayi kuning tidak bisa dianggap sepele karena berisiko menimbulkan komplikasi yang berbahaya
apabila tidak segera ditangani. Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab bayi kuning, antara lain:

 Kelainan atau masalah pada organ hati dan empedu bayi, misalnya hepatitis dan atresia bilier
 Efek pemberian ASI atau justru kekurangan ASI
 Gangguan pada darah, misalnya anemia hemolitik
 Reaksi ketidakcocokan antara darah ibu dan bayi
 Infeksi
Yang Perlu Menjalani Fototerapi
Fototerapi diperuntukkan bagi bayi yang mengalami kuning karena kelebihan bilirubin. Bayi
prematur biasanya lebih sering mengalami kuning daripada bayi yang dilahirkan cukup bulan.

Kapan perlu menjalani fototerapi

Fototerapi pada bayi kuning berfungsi untuk membantu proses penguraian bilirubin agar dapat
dikeluarkan oleh tubuh dengan lebih efektif. Fototerapi dilakukan jika kadar bilirubin dalam
darah jauh melebihi batas normal.

Bilirubin adalah zat sisa hasil penguraian sel darah merah. Jika kadarnya melebihi kadar normal,
bilirubin dapat mempengaruhi otak dan dapat menyebabkan kejang pada bayi yang baru lahir
(kernikterus).

Sebenarnya sebagian besar bayi baru lahir mengalami kuning yang fisiologis/normal dan
sebagian lainnya mengalami kuning yang patologis/merupakan penyakit. Kuning pada bayi
dapat disebabkan karena kelainan darah, infeksi, kelainan hati atau karena ASI yang kurang.
Pada bayi yang kuning fisiologis, jarang membutuhkan fototerapi, namun jika kuning fisiologis
terjadi terlampau cepat (exaggerated jaundice) maka diperlukan fototerapi.

Keputusan perlu tidaknya dilakukan fototerapi diputuskan oleh dokter. Dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik dan laboratorium terlebih dahulu, kemudian baru akan diputuskan perlu
tidaknya fototerapi.

Prosedur Fototerapi

Sebelum terapi

Si Kecil akan dipantau apakah kuning atau tidak. Apabila dari pemeriksaan ditemukan bahwa ia
mulai kuning dengan cepat, maka bayi akan dilakukan pemeriksaan kadar bilirubin dalam darah.
Jika setelah pemeriksaan ditemukan kadar bilirubin dalam darah cukup tinggi, maka akan
diputuskan untuk dilakukan fototerapi.

Saat fototerapi

Si Kecil akan diposisikan tanpa menggunakan baju/celana. Hanya popok/pampers saja yang
akan dipasang untuk mengusahakan agar sebanyak mungkin kulit Si Kecil terpapar sinar
fototerapi. Kemudian ia akan diletakkan dalam inkubator/kotak bayi, sedangkan bagian atasnya
adalah lampu fototerapi. Ia akan dimiringkan atau ditelungkupkan per beberapa jam sekali agar
semua bagian kulit terpapar sinar fototerapi.

Mata Si Kecil akan ditutup dengan alat khusus agar tidak terpapar dengan sinar fototerapi. Per
tiga jam sekali ia akan berhenti dilakukan fototerapi untuk disusui. Jika ia belum mampu
menyusui secara efektif, maka dapat dibantu dengan infus tambahan.
Selama fototerapi, akan dilakukan pengecekan suhu dan bilirubin secara berkala karena
fototerapi ini menjadikan tubuh Si Kecil panas. Jika kadar bilirubin sudah mencapai kadar
normal, fototerapi akan dihentikan. Pengecekan kadar bilirubin berikutnya akan dilakukan per 6
atau 12 jam sekali. Jika dalam beberapa kali pengecekan kadar selalu normal, maka Si Kecil
diperbolehkan pulang.

Beberapa risiko atau efek samping dilakukannya fototerapi antara lain:

 Dehidrasi atau kekurangan cairan


 Perubahan warna kulit menjadi seperti tembaga (bronze baby syndrome). Namun
kelainan ini akan segera menghilang seiring dengan penghentian fototerapi
 Bercak kemerahan pada kulit yang akan menghilang berangsur-angsur
 Bayi mungkin akan mengalami diare selama beberapa waktu. Jika diare menetap selama
beberapa hari, Anda dapat kembali kontrol ke dokter Anak Anda.
 Hipertermia atau suhu tubuh bayi di atas normal

Pemulihan Pasca Fototerapi

Setelah fototerapi, Si Kecil akan dicek kadar bilirubin secara berkala. Jika hasil baik dan tidak
ada kelainan penyerta lainnya, maka bayi dapat dipulangkan. Sebaiknya bayi kontrol beberapa
hari setelah perawatan, sesuai petunjuk dokter.

Anda mungkin juga menyukai