Nim: 10520029
Kelas 2A Kep
Pada sensor suhu PT100 dan sensor kelembapan terdapatdisplay yang sekaligus sebagai driver sensor
yang digunakan untuk mengetahui sertamemberikan setting suhu dan kelembapan dalam ruangan boks
tidur bayi sesuai yang dikehendaki. Yang menjadi actuator dari alat ini adalah heater dan kipas. Heater
berfungsi sebagai pemanas ruangan, sedangkan kipas berfungsi untuk menyalurkan udara panas
yangdipancarkan heater menuju ruangan tempat air dan menuju boks tidur bayi melalui selang.Sebagai
kontrolernya, digunakan sebuah PIC Microchip 16F877A. Dimana PIC tersebutjuga berfungsi untuk
menghubungkan boks kontrol dengan komputer (CPU) secara serialsupaya dapat memberikan tampilan
serta dapat memberikan setting suhu sesuai denganyang dikehendaki melalui komputer.
Inkubator merupakan salah satu cara menghangatkan & mempertahankan suhu tubuh. Dimana
sebelumnya & sesudahnya dilakukan monitoring & evaluasi pengukuran suhu tubuh.
2. Dengan berat badan < 1500 gr yang tidak dapat dilakukan kangaroo mothercare/KMC Untuk
bayi sakit berat : sepsis, gangguan nafas berat
Cara Menggunakan
1. Bersihkan inkubator dg desinfektan stp hari, & bersihkan scr keseluruhan stp minggu a/ stp akan
digunakan
3. Kosongkan air reservoir, dpt tumbuh bakte-ria yg berbahaya dlm air & meyerang bayi
4. Atur suhu sesuai dg umur & BB bayi (lihat tabel)
6. Bila diperluksan lakukan pengamatan seluruh tubuh bayi a/ terapi sinar, lepas semua pakaian
bayi & segera diberikan pakaian kembali stlh selesai
7. Tutup indikator scpt mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar inkubator tetap hangat
Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi
membantu terciptanya suatu lingkungan yang cukup dengan suhu yang normal. Dalam pelaksanaan
perawatan di dalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka.
Inkubator tertutup:
1. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka dalam keadaan tertentu seperti apnea, dan
apabila membuka incubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu
disediakan.
3. Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi
6. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27 derajat
celcius.
Inkubator terbuka:
7. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada bayi.
8. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan.
10. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara.
11. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala.
12. Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan ketentuan di bawah
ini.
Bayi yang berat badan lahir kecil, meski kehamilan sudah cukup bulan
Suhu tubuh bayi terus turun sekalipun sudah dipakaikan baju bayi maupun dibungkus dengan
kain
Bayi lahir dengan sakit bawaanyang membutuhkan perawatan intensif
Bayi dikhawatirkan mengalami kekurangan nutrisi bila tidak dimasukkan dalam inkubator bayi
Ada luka yang menganga pada tubuh bayi, terutama pada perut
Inkubator tertutup
Inkubator bayi jenis ini memiliki sistem penyaringan yang dapat meminimalisir risiko terjadinya infeksi
pada bayi. Sistem ini juga mencegah terjadinya penurunan kelembapan di dalam tabung inkubator.
Inkubator terbuka
Bagian atas inkubator tidak dilengkapi tabung transparan, tapi tetap memberi kehangatan pada bayi
yang diletakkan di inkubator ini. Inkubator terbuka disebut juga dengan inkubator Armstrong yang dapat
memberi akses lebih mudah bagi para tenaga kesehatan dalam merawat bayi di dalamnya.
Seperti namanya, inkubator bayi ini memiliki dua dinding yang dapat mencegah panas dan kelembapan
keluar dari tabung.
Inkubator bayi ini memiliki program otomatis untuk mengatur suhu dan kelembapan berdasarkan
kondisi Si Kecil melalui sensor khusus yang ditempelkan ke kulit bayi.
Inkubator portabel
Dikenal juga dengan nama inkubator transport karena banyak digunakan untuk memindahkan bayi dari
satu ruangan ke ruangan lain atau dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit lainnya.Penggunaan tipe
inkubator bayi ini harus didasarkan atas kondisi kesehatan bayi itu sendiri. Tentu, keputusan ini berada
di tangan dokter yang menangani bayi Anda.
Inkubator bayi jenis kotak merupakan inkubator jenis tertutup yang memiliki sistem penyaringan udara
segar yang meminimalkan risiko infeksi dan mencegah hilangnya kelembaban dari udara.
Ini akan memiliki lubang portal di samping untuk memungkinkan infus dan tangan manusia masuk,
tetapi dirancang untuk mencegah kuman, cahaya, dan elemen lainnya keluar.
Salah satu perbedaan terbesar antara inkubator tertutup dan inkubator terbuka adalah pengaturan
suhu. Inkubator bayi tertutup memungkinkan udara hangat dihembuskan melalui kanopi yang
mengelilingi bayi.
Beberapa inkubator tertutup memiliki dua dinding untuk membantu mencegah panas dan kehilangan
udara.
2. Double-walled Incubators
Sesuai dengan namanya, inkubator bayi jenis ini memiliki dua dinding yang selanjutnya dapat mencegah
panas dan hilangnya kelembapan udara.
3. Servo-control Incubators
Pada servo-control incubators, inkubator bayi ini secara otomatis diprogram untuk menyesuaikan tingkat
suhu dan kelembapan berdasarkan sensor kulit yang melekat pada bayi.
Jenis inkubator bayi ini juga dikenal sebagai inkubator Armstrong. Cara kerja dari inkubator ini dengan
memberikan panas radiasi di bawah bayi tetapi memiliki kotak yang terbuka, memungkinkan akses yang
mudah.
5. Portable Incubator
Secara harfiah memiliki arti inkubator portabel, yang juga dikenal sebagai inkubator transportasi.
Inkubator bayi ini digunakan untuk memindahkan bayi baru lahir dari satu bagian rumah sakit ke bagian
lain.
Suhu inkubator dapat bervariasi berdasarkan usia kehamilan, keadaan fungsional paru-paru bayi, dan
komplikasi kesehatan lainnya.
Secara umum, NICU disimpan pada suhu 27 hingga 20 derajat Celcius, sedangkan inkubator biasanya
diatur sehingga bayi dapat mempertahankan suhu tubuh antara 35 dan 37 derajat Celcius.
Peran inkubator bayi yang paling jelas tidak lain adalah melindungi bayi pada tahap awal kehidupan,
saat-saat paling rentan bagi bayi.
Mengutip “The Pearson General Studies Manual 2009” oleh Showick Thorpe dan Edgar Thorpe, sebagai
lingkungan tertutup dan terkendali sepenuhnya, inkubator bisa digunakan untuk melindungi bayi dari
berbagai kemungkinan bahaya.
Suhu di dalam inkubator yang terkontrol, berguna melindungi bayi dari serangan flu berbahaya.
Desain inkubator bayi yang dibuat secara khusus juga memberikan isolasi dari kebisingan yang ada di
sekitarnya. Dengan begitu, akan sangat memudahkan bayi prematur atau bayi yang sedang sakit untuk
mendapatkan waktu istirahat yang nyaman.
Lingkungan inkubator bayi juga dijaga agar tetap steril sepanjang waktu, sehingga melindungi bayi dari
serangan kuman dan meminimalkan risiko infeksi. Termasuk mencegah kemungkinan iritasi yang
disebabkan oleh partikel yang terbawa udara seperti debu atau alergi lainnya.
Terlebih bayi prematur rentan mengalami berbagai masalah kesehatan.
Sementara itu, buaian yang ada di dalam inkubator merupakan permukaan yang lapang dan nyaman,
memungkinan bayi untuk tetap berada di dalam meskipun harus menerima berbagai pemeriksaan dan
prosedur medis.
Gejala diabetes pada bayi mungkin sulit ditemukan. Mengutip Pregnancy Birth Baby, gejala biasanya
berkembang dengan cepat, selama beberapa minggu, dan meliputi:
Kelelahan: Ini bisa jadi pertanda bahwa tubuh anak tidak mampu mengubah gula dalam aliran
darah menjadi energi.
Rasa lapar yang intens dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan: Jika otot dan
organ anak tidak menerima cukup energi, hal itu dapat memicu rasa lapar yang ekstrem. Dan
penurunan berat badan yang tiba-tiba, terutama jika dia makan lebih banyak.
Perubahan penglihatan: Kadar glukosa darah yang tinggi dapat menyebabkan penglihatan kabur
atau masalah penglihatan lainnya. Sayangnya pada usia yang sangat muda, buah hati belum bisa
mengartikulasikan hal ini.
9. Mengalami Hipotermia
CONTOH SOP PERAWATAN BAYI DALAM INKUBATOR HYGIENE SANITASI DAN NEUTRAL THERM
ENVIRONMENT
PERSIAPAN ALAT :
1. Inkubator
2. Termometer Ruang
3. Termometer Aksila
Pelaksanaan:
2. Bersihkan inkubator dengan disinfektan setiap hari dan bersihkan secara keseluruhan setiap minggu
atau setiap akan digunakan.
4. Kosongkan air reservoir (dapat menjadi tempat tumbuh bakteri berbahaya dan menyerang bayi).
5. Atur suhu inkubator sesuai dengan umur dan berat badan bayi :
Umur 1 – 10 hari : 350C, umur 11 hari – 3 Minggu : 340C, Umur 3 – 5 Minggu : 330C, Umur Lebih dari 5
Minggu : 320C.
Umur 1 – 10 hari : 340C, umur 11 hari – 4 Minggu : 330C, umur lebih dari 4 Minggu : 320C.
Umur 1 – 2 hari : 340C, umur 3 hari – 3 Minggu : 330C, umur lebih dari 3 Minggu : 320C.
(* bila jenis inkubator berdinding tebal, setiap perbedaan suhu antara suhu ruang dan suhu inkubator
70C, maka naikkan suhu inkubator 10C).
7. Bila memerlukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar, maka lepas semua pakaian bayi
dan segera kenakan pakaian kembali setelah pengamatan atau terapi selesai.
8. Tutup Inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar inkubator tetap hangat.
10. Periksa suhu inkubator dengan termometer ruang dan ukur suhu bayi per aksila setiap jam dalam 8
jam pertama, kemudian setiap 3 jam.
· Apabila suhu bayi kurang dari 36,50C atau lebih dari 37,50C, maka atur suhu inkubator secepatnya.
· Apabila suhu inkubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah diatur, berarti inkubator tidak
berfungsi dengan baik. Atur suhu inkubator sampai tercapai suhu yang dikehendaki atau gunakan cara
lain untuk menghangatkan bayi.
11. Apabila Bayi tetap dingin walaupun suhu inkubator telah diatur, maka lakukan Manajemen
penanganan suhu tubuh abnormal.
12. Pindahkan bayi ke Ibu secepatnya apabila bayi sudah tidak menunjukkan tanda – tanda sakit.
Exchange transfusion atau transfusi tukar adalah tindakan medis yang melibatkan penggantian darah
pasien dengan darah atau plasma pendonor.
Prosedur ini dilakukan untuk mengatasi dampak penyakit kuning (jaundice) berat atau kelainan pada
darah akibat penyakit seperti anemia sel sabit (sickle cell anemia).Melalui transfusi tukar, komponen
darah abnormal dan zat toksin berbahaya dalam tubuh pasien akan diganti dengan darah yang normal
dari pendonor. Dengan ini, volume darah pasien juga dapat dipertahankan.Pertukaran darah akan
dilakukan dengan menggunakan kateter guna mengirim darah pendonor ke dalam tubuh
pasien.Transfusi ini biasanya dilaksanakan dalam beberapa siklus. Satu siklusnya berlangsung selama
beberapa menit.Setelah selesai, kateter bisa saja dibiarkan pada tempatnya sebagai persiapan untuk
transfusi tukar selanjutnya.
Penyakit kuning atau jaundice adalah kondisi medis yang ditandai dengan kadar bilirubin yang tinggi
dalam darah atau hiperbilirubinemia. Kondisi ini akan menyebabkan gejala berupa kulit dan bagian putih
mata yang tampak kuning.
Sickle cell anemia atau anemia sel sabit merupakan kelainan darah yang menyebabkan sel darah merah
menjadi kaku dan berbentuk seperti bulan sabit. Bentuk inilah yang menjadi asal nama penyakit
ini.Bentuk sel darah merah abnormal tersebut dapat memicu gangguan aliran darah, sehingga terbentuk
sumbatan di pembuluh darah.Selain kedua penyakit di atas, exchange transfusion juga diperlukan untuk
mengatasi kondisi medis lain terkait komponen kimia darah dan mengurangi gejala toksik akibat obat-
obatan atau zat beracun.
Pada umumnya, transfusi tukar dapat digunakan untuk mengatasi beberapa kondisi medis berikut:
Tingginya kadar sel darah merah pada bayi baru lahir (neonatal polycythemia)
Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir karena perbedaan rhesus darah dengan sang ibu
Penyakit kuning parah pada bayi baru lahir, yang tidak merespons terhadap fototerapi
Anemia sel sabit yang berat
Menjalani tes golongan darah untuk memastikan jenis golongan darah pasien dan kecocokannya
dengan darah dari pendonor
Menginformasikan pada dokter bila pasien memiliki riwayat alergi terhadap transfusi darah.
Pasien biasanya tidak perlu berpuasa dan bisa tetap makan atau minum seperti biasa sebelum prosedur.
Transfusi tukar akan dilakukan di rumah sakit atau klinik. Selama prosedur, darah pasien akan
dikeluarkan dari tubuh dan dibuang, lalu diganti dengan darah atau plasma dari pendonor.Secara umum,
transfusi tukar dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:
Dokter akan memasang dua selang kecil bernama kateter pada pembuluh darah vena di lengan
pasien.
Dokter lalu mengeluarkan darah pasien dalam beberapa siklus transfusi melalui salah satu
kateter.
Tiap siklus butuh waktu selama beberapa menit, dan kateter akan mengeluarkan darah
sebanyak 5-20 ml pada tiap siklus.
Ketika darah pasien sudah dikeluarkan, darah atau plasma dari pendonor akan dimasukkan ke
dalam tubuh pasien lewat kateter lainnya.
Setelah menjalani transfusi tukar, kondisi pasien akan dipantau selama beberapa hari di rumah sakit.
Durasi rawat inap ini akan tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit pasien yang mendasari
diperlukannya transfusi tukar.
Risiko komplikasi transfusi tukar umumnya sama dengan risiko transfusi darah secara umum. Beberapa
di antaranya meliputi:
Perubahan komposisi senyawa kimia darah, seperti kalium rendah atau tinggi, kalsium rendah,
kadar gula darah rendah, serta perubahan keseimbangan asam-basa dalam tubuh
Kejang-kejang
Infeksi, namun risiko ini tergolong sangat rendah karena adanya proses penapisan darah
(skrining darah) sebelum transfusi
Jaundice adalah keadaan di mana bayi lahir terlihat kuning pada kulit dan bagian putih mata (sklera).
Kuning pada bayi biasanya dapat muncul sekitar hari ketiga setelah kelahiran dan menghilang pada saat
bayi berusia dua minggu.
Bayi yang lahir prematur diketahui lebih rentan mengalami kondisi ini.
Warna kuning pada kulit bayi akan lebih sulit dikenali pada bayi dengan kulit lebih gelap. Namun Mama
tetap bisa mengenali kuning pada bayi di beberapa bagian pada tubuhnya, misalnya di bagian putih
mata, di dalam mulut, juga di telapak tangan dan kakinya. Bayi juga kerap mengantuk, sering menangis,
lemas, urine berwarna kuning gelap, dan tinja yang berwarna pucat (seharusnya berwarna kekuningan).
Bayi kuning disebabkan oleh organ hati bayi yang belum mampu menyingkirkan kelebihan bilirubin
dengan baik. Bilirubin adalah pigmen kuning yang ada dalam darah dan tinja pada setiap orang.
Bayi kuning ini tidak bisa dianggap remeh, karena jika tidak segera diobati dapat berisiko mengancam
jiwa bayi.
Selain karena hal di atas, bayi kuning juga dapat terjadi karena adanya masalah pada fungsi hati bayi,
gangguan sel darah, adanya ketidakcocokkan jenis darah antara mama dan bayi, serta adanya infeksi.
Prosedur Fototerapi
Pada perawatan fototerapi, bayi akan dibaringkan dalam boks bayi atau inkubator yang diberi sinar
lampu ultraviolet. Sinar ultraviolet ini akan diserap oleh kulit bayi. Selama proses ini, bilirubin di tubuh
bayi akan diubah menjadi bentuk lain yang bisa lebih mudah diekskresikan dalam tinja dan air kencing.
Bayi kuning perlu tetap berada di bawah sinar fototerapi selama beberapa hari sampai kadar
bilirubinnya menurun hingga batas yang direkomendasikan. Tak perlu khawatir, fototerapi ini tergolong
aman dan tidak merusak kulit bayi kok, Ma.
1. Fototerapi konvensional. Perawatan fototerapi di mana bayi Mama diletakkan di bawah lampu
halogen atau lampu neon ultraviolet, agar sinar dapat diserap tubuh melalui kulit. Mata bayi
ditutup untuk melindungi lapisan saraf mata dari paparan sinar ultraviolet.
2. Fototerapi serat optik. Yakni perawatan fototerapi di mana terdapat kabel serat optik pada
selimut yang digunakan bayi untuk menutup tubuhnya. Paparan sinar disalurkan melalui kabel
tersebut ke bagian punggung bayi. Perawatan ini umumnya digunakan pada bayi prematur.
Kedua jenis fototerapi tersebut memiliki tujuan yang sama, yakni membuat kulit bayi mendapat paparan
sinar sebanyak mungkin. Setiap treatment akan dilakukan selama 3-4 jam sekali dan istirahat selama 30
menit.
Bayi tidak mengenakan pakaian kecuali popok, sehingga memungkinkan sebanyak mungkin kulit
tubuhnya dapat terkena sinar,
Mata bayi ditutup dengan untuk melindungi lapisan saraf di bagian belakang mata (retina) dari
cahaya terang,
Jika mata tidak terlindungi dengan baik, lapisan saraf di bagian belakang mata (retina) bisa
rusak,
Dehidrasi, jika bayi tidak mendapat cairan yang cukup saat menyusui,
Bayi kuning umumnya terjadi karena organ bayi belum bisa mengatasi kelebihan bilirubin dalam
tubuhnya dengan baik. Bilirubin adalah zat yang terbentuk dari proses penguraian sel darah merah di
dalam tubuh. Zat inilah yang memberikan warna kuning pada urine dan tinja.
Kondisi bayi kuning tidak bisa dianggap sepele karena berisiko menimbulkan komplikasi yang berbahaya
apabila tidak segera ditangani. Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab bayi kuning, antara lain:
Kelainan atau masalah pada organ hati dan empedu bayi, misalnya hepatitis dan atresia bilier
Efek pemberian ASI atau justru kekurangan ASI
Gangguan pada darah, misalnya anemia hemolitik
Reaksi ketidakcocokan antara darah ibu dan bayi
Infeksi
Yang Perlu Menjalani Fototerapi
Fototerapi diperuntukkan bagi bayi yang mengalami kuning karena kelebihan bilirubin. Bayi
prematur biasanya lebih sering mengalami kuning daripada bayi yang dilahirkan cukup bulan.
Fototerapi pada bayi kuning berfungsi untuk membantu proses penguraian bilirubin agar dapat
dikeluarkan oleh tubuh dengan lebih efektif. Fototerapi dilakukan jika kadar bilirubin dalam
darah jauh melebihi batas normal.
Bilirubin adalah zat sisa hasil penguraian sel darah merah. Jika kadarnya melebihi kadar normal,
bilirubin dapat mempengaruhi otak dan dapat menyebabkan kejang pada bayi yang baru lahir
(kernikterus).
Sebenarnya sebagian besar bayi baru lahir mengalami kuning yang fisiologis/normal dan
sebagian lainnya mengalami kuning yang patologis/merupakan penyakit. Kuning pada bayi
dapat disebabkan karena kelainan darah, infeksi, kelainan hati atau karena ASI yang kurang.
Pada bayi yang kuning fisiologis, jarang membutuhkan fototerapi, namun jika kuning fisiologis
terjadi terlampau cepat (exaggerated jaundice) maka diperlukan fototerapi.
Keputusan perlu tidaknya dilakukan fototerapi diputuskan oleh dokter. Dokter akan melakukan
pemeriksaan fisik dan laboratorium terlebih dahulu, kemudian baru akan diputuskan perlu
tidaknya fototerapi.
Prosedur Fototerapi
Sebelum terapi
Si Kecil akan dipantau apakah kuning atau tidak. Apabila dari pemeriksaan ditemukan bahwa ia
mulai kuning dengan cepat, maka bayi akan dilakukan pemeriksaan kadar bilirubin dalam darah.
Jika setelah pemeriksaan ditemukan kadar bilirubin dalam darah cukup tinggi, maka akan
diputuskan untuk dilakukan fototerapi.
Saat fototerapi
Si Kecil akan diposisikan tanpa menggunakan baju/celana. Hanya popok/pampers saja yang
akan dipasang untuk mengusahakan agar sebanyak mungkin kulit Si Kecil terpapar sinar
fototerapi. Kemudian ia akan diletakkan dalam inkubator/kotak bayi, sedangkan bagian atasnya
adalah lampu fototerapi. Ia akan dimiringkan atau ditelungkupkan per beberapa jam sekali agar
semua bagian kulit terpapar sinar fototerapi.
Mata Si Kecil akan ditutup dengan alat khusus agar tidak terpapar dengan sinar fototerapi. Per
tiga jam sekali ia akan berhenti dilakukan fototerapi untuk disusui. Jika ia belum mampu
menyusui secara efektif, maka dapat dibantu dengan infus tambahan.
Selama fototerapi, akan dilakukan pengecekan suhu dan bilirubin secara berkala karena
fototerapi ini menjadikan tubuh Si Kecil panas. Jika kadar bilirubin sudah mencapai kadar
normal, fototerapi akan dihentikan. Pengecekan kadar bilirubin berikutnya akan dilakukan per 6
atau 12 jam sekali. Jika dalam beberapa kali pengecekan kadar selalu normal, maka Si Kecil
diperbolehkan pulang.
Setelah fototerapi, Si Kecil akan dicek kadar bilirubin secara berkala. Jika hasil baik dan tidak
ada kelainan penyerta lainnya, maka bayi dapat dipulangkan. Sebaiknya bayi kontrol beberapa
hari setelah perawatan, sesuai petunjuk dokter.