Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA

RANGKUMAN BAB I DAN II

NAMA : I GUSTI AYU AGUNG MEIDAYANTI

NPM : 16700062

FAKULTAS : KEDOKTERAN

KELAS :B

BAB I

Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi Dan Ancaman Patologi Budaya

1. Pendahuluan.

Pancasila sebagai Dasar Negara atau Ideologi seolah-olah dibiarkan seperti udara atau air
yang membeku sejak tahun 1998. Posisi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia berada
dalam kepadatan budaya paradoks, baik secara internal maupun eksternal, serta cenderung
menyatakan bahwa budaya paradoks itu muncul dimana-mana. Baik dalam lingkungan
masyarakat bawah maupun dalam tataran masyarakat atas. Bangsa dan negara Indonesia telah
mengakui dan menetapkan Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, namun dalam
prakteknya tidak sedikit melaksanakan faham Kapitalisme liberal. Kekuatan moral dari
faham dan ideologi Kapitalisme liberal dari Barat telah membangun sikap dan moral bangsa
dan negara Indonesia yang telah menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan
Hidup Bangsa Indonesia. Hal tersebut dikarenakan pendidikan pancasila selama ini kurang
mendasar, dengan metodologi yang salah, serta diberikan oleh pemdidik yang tidak
sepenuhnya yakin akan kebenaran Pancasila. Maka dari itu, harus dilakukan perombakan dan
pembaharuan. Ideologi negara Pancasila telah dijadikan alat untuk mempertahankan
kekuasaan.

2. Perspektif dan Kelemahan Pendidikan Pancasila.

Pendidikan Pancasila di lembaga pendidikan, terutama pendidikan tinggu, memang belum


memberikan hasilcyang memuaskan atau belum mencapai target yang di harapkan. Berikut
kelemahannya :

- Pendidikan Pancasila hanya terbatas pada proses hafalan saja dan tidak memberikan
kekuatan dan nilai dinamika internasional dari siswa atau mahasiswa.
- Pendidikan Pancasila tidak memiliki metodologi uang tepat, karena Pancasila tidak
mampu dijadikan pandangan hidup untuk menghadapi realitas dan persoalan bangsa
dan negara.
- Pendidikan Pancasila belum mampu menghadapi eksistensi ideologi asing baik
ideologi Kanan dan Kiri.

Ketika nilai-nilai kebangsaan atau nasionalime Indonesia mulai memudar karena terdapat
daerah yang mengangkat isu “memerdekakan diri”, maka semakin banyak yang meragukan
kekuatan Pancasila ini. Kita harus mampu menghapus enclave-enclave ideologi dari bumi
Indonesia, sehingga kita mampu menempatkan Pancasila sebagai Dasar Negara dan
Pandangan Hidup Bangsa Indonesia yang benar-benar eksistensial.

3. Patologi Budaya Pancasila.


Istilah patologi budaya sebenarnya datang dari Georg Simmel (1917), sarjana Jerman.
Patologi budaya Pancasila adalah meliputi sifat, bentuk, dan perilaku yang
mengancam dan menghancurkan nilai-nilai :
A. Ketuhanan (Sila I) salah satunya : tidak mengakui pluralisme agama, perilaku
munafik dalam memeluk agama, menekan dan menindas umat agama minoritas,
membodohi kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
B. Kemanusiaan (Sila II) salah satunya : tindakan kekerasan, pemerkosaan,
pembunuhan, penjualan bayi dan anak-anak, penindasan terhadap golongan
lemah.
C. Pemersatu dan Kesatuan (Sila III) salah satunya : faham anti-nasionalisme dan
patriotisme, etnosentrisme sempit, separatisme bersenjata, SARA, perilaku politik
yang tidak demokratif, kekuasaan yang otoriter dan korup.
D. Kerakyatan (Sila IV) salah satunya : tindakan keras dan kekuasaan otoriter,
kampanye negatif dalam Pemilu, anarki dalam Pemilu dan kampanye negatif,
manipulasi terhadap aspirasi rakyat, pembangunan yang tidak transfaran.
E. Keadilan Sosial (Sila V) salah satunya : kekuasaan mengatasi gagasan keadilan
sosial, tidak adanya kepastian hukum, hukum telah dijadikan sebagai alat, hukum
memihak yang kuat, praktek KKN yang sangat luas, kondisi SDM rakyat yang
rendah.

4. Tindakan Konsistensi, Koherensi, dan Korespondensi.

Masyarakat, bangsa dan negara Indonesia membutuhkan sikap dan perilaku yang konsisten,
koheren, dan koresponden untuk mengamalkan dan melaksanakan Pancasila dalam semua
bidang. Jika sikap dan perilaku yang konsisten ini tidak muncul dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, maka patologi budaya Pancasila akan terus berkembang dalam masyarakat
Indonesia. Sikap dan perilaku koherensi ialah suatu sikap dan perilaku yang mengakui
adanya nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang bersifat intersubyektif. Lalu konsep
korespondensi ini sangat penting dalam meninjau kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk
dalam ras dan suku, agama. Budaya,adat, tradisi, golongan, pandangan dan pikiran, serta
kepentinga. Karena itulah masyarakat dan bangsa Indonesia harus mengembangkan
“kesadaran hidup dalam masyarakat majemuk”. Ketiga sikap tersebut sangat penting bagi
masyarakat Indonesia untuk membangkitkan dan keyakinan keadilan sosial, kejujuran,
kebaikan, dan kebenaran.

5. Revitalisasi Dalam Berbangsa dan Bernegara.

Revitalisasi adalah suatu aktivitas atau gerakan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai
kehidupan berbangsa dan bernegara yang ideal, karena nilai-nilai kehidupan berbangsa dan
bernegara itu mengalami bias dan kemunduran. Pendiri bangsa Indonesia di tahun 1945 telah
sepakat untuik mendirikan bangsa dan negara Indonesia dengan Dasar Negara Pancasila.
Pancasila benar-benar sebagai Roh Bangsa Indonesia. Namun masih banyak rakyat Indonesia
yang menerima faham dan ideologi asing. Masyarkat, bangsa dan negara Indonesia
hendaknya melakukan revitalisasi semangat dan kesadaran akan nilai-nilai Pancasila dalam
semua bidang kehidupan. Pancasila masih diperlukan komitmen yang jujur dan ikhlas.

6. Penutup

Pendidikan Pancasila masih tetap relevan dalam lembaga pendidikan, mulai dari Sekolah
Dasar hingga Perguruan Tinggi. Pendidikan ini hendaknya dapat menjadi sumber yang
signifikan untuk mengembangkan masyarakat sipil Indonesia, yang berdasarkan Pancasila.
Segala bentuk, sifat, dan unsur yang tergolong patologi budaya Pancasila hendaknya benar-
benar disadari secara mendalam.

BAB II

SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

Pidato Ir. Soekarno pada tanggal 24 September 1995 di Surabaya, menunjukan bahwa
Pancasila berasal dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri sejak sebelum bangsa Indonesia
mengalami penjajahan. Nama Indonesia berasal dari tulisan-tulisan (Iqbal hasan, 2002)
sebagai berikut :

a. James Richardson Logan (Inggris), yang memberi nama “Indonesia” untuk kepulauan
di Lautan Hindia.
b. W.E Maxwell tahun 1862 Masehi, memberi nama “Indonesia” untuk memberi nama
bangsa yang tinggal di kepulauan disebut Logan.
c. Adolf Bastian (Jerman), tahun 1889 Masehi, menggunakan istilah “Indonesia” untuk
nama kepulauan dan nama bangsa yang terletak di Lautan Hindia tersebut.

Dengan demikian, nama Indonesia mengandung dua makna yaitu : makna geografis dan
makna bangsa dalam arti politis.

Zaman Prasejarah Indonesia


Prasejarah adalah kehidupan suatu bangsa sebelum ada peninggalan tertulis. Bangsa
Indonesia, berasal dari Asia Selatan kira-kira 2000 tahun sebelum masehi. Berikut kehidupan
bangsa Indonesia pada zaman prasejarah :

1. Masa berburu dan mengumpulakan makanan.


Pada masa ini, manusia Indonesia hidup berkelompok. Mereka hidup berpindah-
pindah mencari daerah baru yang dapat memberikan makanan yang cukup.
2. Masa bercocok tanam.
Pada masa ini, manusia Indonesia sudah mempunyai kemampuan unutuk mengolah
alam, agar menghasilkan makanan.
3. Masa perundagian.
Masa perundagian adalah masa peningkatan usaha dari masa sebelumnya. Karena
pada masa ini manusia sudah bisa membuat benda-benda dari logam.

Zaman Sejarah Indonesia

Sejarah Indonesia dimulai abad kelima, berdasarkan prasati yang ditemukan di Kutai,
Kalimantan Timur yang bertuliskan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta.

1. Zaman Kuno
Zaman ini kerajaan-kerajaan di Indonesia yang tumbuh setelah Kutei adalah :
Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dengan rasa Punarwaman sekitar abad kelima.
Sumbernya berupa prasasti Citarum, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten,
Tugu dan Muncul. Kerajaan di Jawa Tengah dengan Ratu bernama Sima, yang
terkenal dengan keadilannya. Di Sumatra berdiri kerajaan Melayu dan Sriwijaya
dengan raja Balaputra. Pada masa Sriwijaya nilai-nilai Pancasila telah nampak,
misalnya telah berkembang agama Budha. Cita-cita kesejahteraan bersama tertulis
“marvat vanua criwijaya siddhayana subhika” (suatu cita-cita negara yang adil dan
makmur). Di Jawa Tengah tumbuh kerajaan Mataram Hindu sekitar abad ke-8,
dengan rajanya Sanjaya. Kerajaan ini memiliki peninggalan yang terkenal yaitu Candi
Borobudur dan Candi Prambanan. Abad 10 di Jawa Timur berkembang kerajaan
Medang Kemulan dengan rajanya Dharmawangsa dan Airlangga. Pada abad 11
kerajaan pecah menjadi dua yaitu kerajaan Kediri dan Jenggala. Kerjaan Kediri
terkenal dengan ramalannya adalah Jayabaya. Abad 13 kerajaan ini dijatuhkan oleh
Ken Arok dan berhasil mendirikan kerajaan Singasari. Dibawah pemerintahan
Kertanegara. Tidak lama kemudian Singasar diserang Jayakatwabf dari Kediri. Akhir
abad 13, Raden Wijaya berhasil mendirikan kerajaan Majapahit. Kerajaan ini
memiliki masa keemasan dibawah pemerintahan Hayam Wuruk dan patih Gajah
Mada yang telah berhasil mewujudkan “sumpah palapa”nya untuk menguasai seluruh
Indonesia. Pada masa ini, nilai-nilai Pancasila semakin berkembang, dengan
semboyan “Bhineka Tunggal Ika tan hana Dharma Mangrwa”. Hubungan dengan
negara tetangga dengan semboyan “mitreka satata”. Sumpah Palapa Gajah Mada,
menunjukan bahwa persatuan mulai dirintis. Majapatih makin lemah dan dipicu
dengan perebutan kekuasaan akhirnya runtuh sekitar tahun 1487 setelah sepeningggal
Gajah Mada.

2. Zaman Islam dan Kedatangan Bangsa Eropa.


Agama Islam masuk ke Indonesia diperkirakan antara abad 7-13. Berdirilah kerajaan-
kerajaan Islam : Kerajaan Samodra Pasai, Demak, Ternate, Tidore, Banten, Aceh,
Mataram, Goa (Makassar). Bangsa Barat yang datang ke Indonesia diawali p;eh
kedatangan Portugis di Malaka pada tahun 1511, kemudian diikuti oleh Spanyol yang
masuk ke Malukudari Filipina pada tahun 1522. Maka terjadilah persaingan antara
Portugis dengan Spanyol di Maluku. Persaingan tersebut diakhiri dengan perjanjian
Saragoza. Akhir abad 16, datang bangsa Belanda ke Indonesia dan terjadilah
persaingan antara Portugis dan Belanda. Belanda mendirikan Verenigde Oost-
Indische Compagnie (VOC), yang mempunya hak-hak istimewa untuk menguasai
perdagangan di Indonesia. Dengan demikian mulailah penjajahan Belanda di
Indonesia. Indonesia pernah dikuasai Perancis pada masa kekuasaan Gubernur Jendral
Daendels 1808-1811. Inggris juga menguasai Indonesia tahun 1811-1816 dengan
Gubernur Jendralnya Raffles.

3. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah


a. Perjuangan melawan Portugis dan Spanyol.
Portugis yang datang ke Malaka tahun 1511. Di Maluku pertempuran
melawan Portugis dipimpin Sultan Hairun dan dilanjutkan puteranya
Sultan Babullah antara tahun 1565-1570.
b. Perjuangan melawan Belanda.
Perlawanan terhadap VOC thaun 1602-179, perlawanan terhadap
pemerintah Hindia Belanda tahun 1800-1904 pergerakan nasional tahun
1908-1939.
c. Perjuangan melawan VOC.
Perjuangan ini diawali dengan perlawanan Sultan Agung yang mengirim
pasukan Mataram ke Batavia. Perlawanan Kakiali, Telukabesi dan Saidi
dari Maluku antara tahun 1635-1655 jyga gagal. Hassanudin yang
melakukan perlawanan di Makasar pada tahun 1667. Sultan Ageng
Tirtayasa dari Banten tahun 1683 yang mengakhiri perlawanan terhadap
VOC. Untung Surapati menyerang VOC dari Jawa Barat, Jawa Tengah
dan Jawa Timur gugur tahun 1705 di Pasuruan. Perlawanan pada abad 18,
dilakukan oleh Ibnu Iskandar dari Minangkabau, Mangkubumi dan Mas
Said dari Jawa Tengah.
d. Perjuangan melawan pemerintahan Hindia Belanda.
VOC jatuh pada tahun 1799, namun Indonesia masih masuk kedalam
wilayah jajahan dan dibentuk pemerintahan Hindia Belanda yang dikepalai
oleh Gubernur Jendral. Gubernur Jendral Daendels terkenal dengan “kerja
rodi” dan Gubernur Jendral Van den Bosh “tanam paksa”nya. Perlawana
terhadap pemerintahan ini pada abad 19, dimulai oleh Pattimura di Maluku
tahun 1817. Tanam paksa 1830-1870 merupakan cara penghisapan
Belanda yang sangat menyengsarakab rakyat Indonesia. Tahun 1870
tanam paksa diberhentikan. Awal abad 20 lahirlah “Pergerakan Nasional”.
e. Pergerakan Nasional
Gerakan ini didirikan oleh Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 dengan
tokohnya : dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Soetomo, Sarekat Dagang islam
1909 yang berubah menjadi Sarekat Islam 1911. Faktor-faktor pendorong
timbulnya gerakan ini adalah :
1. Faktor Luar Negeri.
Kemenangan Jepang terhadap Rusia 1905, revolusi di Filipina oleh dr.
Jose Rizal 1898, gerakan nasionalisme India oleh Tilak dan Gandhi,
revolusi di Cina oleh dr. Sun Yat Sen 1911.
2. Faktor Dalam Negeri.
Rasa tidak puas bangsa Indonesia terhadap penindasan kolonial
Belanda.

Tahun 1922 muncul Perhimpunan Indonesia yang didirikan pelajar Indonesia


di negeri Belanda, dengan tokohnya Moh. Hatta, Ali sastoamijoyo. Selain
partai-partai politik pada masa pergerakan nasional juga berdiri gerakan
wanita dan gerakan muda.

f. Perlawanan terhadap Jepang 1942-1945.


Kedatangan Jepang yang mula-mula diterima baik karena menyatakan
sebagai saudara tua yang akan membebaskan Indonesia, namun ternyata
lebih kejam. Jepang melarang pengibaran bendera merah putih dan
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Selain itu Jepang mendirikan
organisasi-organisasi Tiga A (Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung
Asia, dan Nippon pemimpin Asia). Perlawanan terhadap Jepang dilakukan
melalui gerakan yang legal dan ilegal.

4. Proses Perumusan Pancasila dan Undang-Undang Dasra 1945


Tahun 1944, P.M Koiso mengeluarkan pengumuman secara resmi tentang janji
kemerdekaan Indonesia. Tanggal 1 Maret 1945 Jepang mengumumkan akan dibentuk
BPUPKI. Yang dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 dengan susunan :
Ketua : Dr. K.R.T. rajiman Wediodiningrat
Ketua Muda : Ichibangase, R.P. Soeroso
Anggota : 60 orang tidak termasuk ketua dan ketua muda.
BPUPKI sidang pertama pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945. Mr. Muh Yamin
berpidato menyampaikan Dasar Negara, Kebangsaan Negara Indonesia dan
menyampaikan usul tertulis naskah Rancangan UUD, yang memuat lima dasar
negara. Tanggal 31 Mei 1945, Prof. Soepomo menyampaikan juga pidatonya. Tanggal
1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya dengan rumusan dasar negara,
kemudian diusulkan supaya 5 dasar itu dinamakan Pancasila. Kemudian sidang
BPUPKI membentuk Panitia kecil yang jumlahnya 8 orang. Mereka membentuk
panitia 9 . tanggal 22 Juni 1945 Panitia sembilan berhasil menyusun Rancangan
Pembukaan Hukum Dasar. Rancangan Hukum Dasar disebut sebagai Jakarta Charter
(Piagam Jakarta) oleh Muh. Yamin. BPUPKI mengadakan sidang kedua tanggal 10-
17 Juli 1945 menghasilkan keputusan mengenai bentuk negara, dengan hasil 55 orang
setuju bentuk Republik. Tanggal 11 Juli 1945, keputusan penting tentang daerah
negara baru. Keputusan lain membentuk 3 Panitia :
1. Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan 18
anggotanya.
2. Panitia Pembela Tanah Air yang diketuai oleh Abikoesno Tjokrosoejoso dan 22
anggotanya. Ditambah anggota istimewa bangsa Jepang Tanaka Kakka dan
Matuura.
3. Panitia Keuangan dan Perekonomian diketuai oleh Drs. Moh. Hatta dan 22
anggotanya. Ditambah anggota istimewa bangsa Jepang Tokonamo Kakka.

Sidang tanggal 14 Juli 1945, Panitia Perancang Undang-Undang Dasra melaporkan


hasil kerjanya :

1. Pernyataan Indonesia merdeka atau Declaration of Independence, yang berisi


dakwaan terhadap penjajahan Belanda.
2. Pembukaan UUD yang dihasilkan oleh Panitia Sembilan, yang memuat dasar
negara Indonesia.
3. Pasal-pasal UUD.

Tanggal 9 Agustus 1945, Jendral Terauchi memberi 3 cap :

1. Soekarno diangkat sebagai Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan (PPKI), Moh.


Hatta sebagai wakil, dan Radjiman sebagai anggota.
2. PPKI boleh bekerja pada tanggal 9 Agustus 1945.
3. Lekas tidaknya pekerjaan panitia diserahkan seluruhnya kepada panitia.

PPKI terdiri dari 21 orang yaitu : Ir. Soekarno sebagai Ketua, Drs. Moh. Hatta sebagai
wakil, dan 19 anggotanya.

Jepang menyerah kalah kepada sekutu, terjadi perbedaan pendapat antara golongan
muda dan golongan tua. Tanggal 16 malam 17 Agustus 1945 golongan mudan dan tua
berkumpul di rumah Maeda opsir Jepang, untuk menyusun Naskah Proklamasi. Ir.
Soekarno menulis kilat. Tanggal 17 Agustus 1945, jam 10.00 waktu jawa, Proklamasi
dibacakann :

PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dll, diselenggarakan dengan tjara seksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun 45


Atasnama bangsa Indonesia

Soekarno/Hatta

Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI menghasilkan keputusan, yaitu : pengesahan UUD


yang terdiri dari Pembukaan dan pasal-pasal setelah melalui beberapa persiapan
penyempurnaan, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dipilih sebagai Presiden dan Wakil
Presiden.

Perubahan dari Rancangan UUD menjadi UUD yang disahkan oleh PPKI. Tanggal 19
Agustus 1945, PPKI menetapkan dua keputusan lagi yaitu : penetapan 12 kementrian
dan pembagian daerah Republik Indonesia dalam 8 propinsi. Dalam sidang tanggal 22
Agustus 1945, mengambil keputusan membentuk Komite Nasional dan Badan
Keamanan Rakyat.

5. Revolusi Fisik 1945-1949


Tanggal 19 September 1945, terjadilah “Insiden Bendera” di hotel Yamato,
Tunjungan Surabaya. Bangsa Indonesis berusaha melawan propaganda Belanda
dengan mengeluarkan 3 maklumat. Pertempuran anatar Sekutu yang di boncengi
NICA dimulai di Surabaya 28 Oktober 1945. Tanggal 10 November Surabaya
digempur Sekutu udara dari barat,laut, dan udara. Semangat bertempur rakyat
Surabaya dan korban jiwa raga yang beribu-ribu dalam pertempuran tersebut, maka
tanggal 10 November di peringati “Hari Pahlawan”. Bulan November 1945 Indonesia
mengadakan perundingan untuk Belanda, namun Belanda selalu mengkhianatinya.
Akhirnya diadakanlah “Konferensi Meja Bundar” tercapailah persetujuan yang
intinya Belanda menyerahkan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) akhir
1949. Lalu terbentuklah negara RIS dengan UUD RIS yang telah disetujui wakil RI
dan BFO sejak 14 Desember 1949.

6. Negara Kesatuan RI 1950-1959


Indonesia menjadi anggota PBB yang ke-60 pada awal bulan September 1950. UUDS
1950 seperti UUD-RIS menganut sistem kabinet Ministeriil dengan demokrasi liberal.
Dewan konstuante yang bertugas menyusun UUD baru sebagai pengganti UUDS
1950, bersidang 2 tahun 5 bulan gagal menetapkan UUD. Lalu Presiden Soekarbo
mengeluarkan Denkrit Presiden 2 Juli 1959” :
1. Menetapkan pembubaran Dewan Konstuante.
2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945, dan tidak berlakunya lagi UUDS
1950. Akan segera dibentuk MPRS, DPRS, dan DPAS dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
7. Masa Antara 1959-1965
Masa anatar 1959-1965 oleh Orde Baru disebut sebagai Orde Lama, karena di anggap
masa yang menyimpang dari UUD 1945. Salah satunya :
1. Hak budget DPR tidak sejalan.
2. Nasakom disamakan dengan Pancasila
3. Adanya Penpres untuk membentuk DPRS, MPRS, dan DPAS.
4. Karena penyimpangan-penyimpangan tersebutlah terjadinya pemberontakan
G30S/PKI pada 30 September 1965.
8. Masa Orde Baru Tahun 1966-1998.
Awal 1966, tepatnya 10 Januari 1966 terjadilah demonstrasi yang dipelopori oleh
KAPPI dan KAMI mengajukan tuntutan yang terkenal dengan Tritura (Tiga Tuntutan
Rakyat) yang isinya sebagai berikut :
1. Bubarkan PKI
2. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur PKI
3. Turunkan harga.

Mereka menganggap pemerintahan sebelumnya adalah Orde Lama, yaitu Orde yang
menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945. Orde Baru berusaha melaksanakan
ketentuan dalam UUD 1945, yaitu mengadakan pemilihan umum setiap 5 tahun sekali
(1971,1977,1982,1987,1992,1997) Pemilu membentuk DPR, MPR, kemudian MPR
mengadakan sidang umum lima tahun sekali.

9. Masa Reformasi 1998-Sekarang.


Awal reformasi kekuasaan dipegang oleh Presiden Habibie. Pada masa reformasi
UUD 1945 mengalami amandemen sampai empat kali. Otonomi daerah dengan UU
no. 22 tahun 1999 telah dilaksanakan mulai 2001. Pemilu sudah dilaksanakan 5 tahun
sekali, ini diselenggarakan pemilu yang diikuti oleh sebanyak partai politik. Pemilihan
Presiden juga sudah ada perbaikan yaitu telah diselenggarakan pemilihan Presiden
secara langsung yang dilakukan dalam 2 tahap yaitu, 5 Juli 2004 dan bila tidak ada
yang mendapatkan 50 persen lebih, diselenggarakan tahap dua yang diikuti dua calon
terbesar pada tanggal 20 September 2004 dan Pemilu Presiden tahun 2009.

KESIMPULAN :

Wagara Indonesia masih banyak kurang menyadari pentingnya Pancasila dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara karena bangsa Indonesia masih menganggap
bahwa budaya asing lebih baik daripada budaya yang telah dimilikinya sendiri.
Sehingga sering terjadi perilaku yang melenceng dari sikap dan nilai-nilai Pancasila.
Pendidikan dalam masyarakat amat penting untuk penanaman nilai luhur Pancasila,
karena waktu di sekolah hanya terbatas sehingga waktu yang lebih banyak ada di
lingkungan keluarga dan masyarakat.

Tanggapan :
Sebaiknya warga Indonesia lebih mendalami nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan
yang di dapatkan di jenjang sekolah. Namun tidak cukup hanya di sekolah saja, tapi
harus melalui pergaulan sehari-hari juga menerapkan nilai-nilai Pancasila ini. Maka
dari itu, pergaulan sehari-hari dalam masyarakat luas akan sangat berpengaruh
terhadap pembentukan sikap dan kepribadian anak. Oleh karena itu, hendaknya
masyarakat ikut bertanggung jawab dalam pembentukan sikap dan perilaku anak,
serta penanaman nilai-nilai luhur Pancasila.
Dengan menghayati dan mengamalkan nilai nilai dalam Pancasila seluruh warga
negara akan menghargai semangat kebhinnekatunggalikaan dan keragaman agama,
suku bangsa, pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, dan upacara
adat, sosial, dan ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Menunjukkan
perilaku bertanggung jawab dan rela berkorban dalam keluarga, sekolah, dan
lingkungan sebagai perwujudan nilai dan moral Pancasila. Maka mari kita tanamkan
kembali nilai-nilai pancasila, terutama pada diri sendiri terlebih dahulu, dan yang
lebih penting lagi bagi para remaja dan anak-anak yang akan menjadi penerus negara
ini nantinya, selain itu mengkin akan lebih baik jika hukum di negara ini di perketat
lagi dan juga mari kita berdoa bersama-sama agar para pemimpin kita di bukakan
pintu hatinya agar ingat kembali bahwa mereka itu perwakilan rakyat dan harus
bekerja demi kepentingan rakyat dan bukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.

Anda mungkin juga menyukai