NPM : 16700062
FAKULTAS : KEDOKTERAN
KELAS :B
BAB I
1. Pendahuluan.
Pancasila sebagai Dasar Negara atau Ideologi seolah-olah dibiarkan seperti udara atau air
yang membeku sejak tahun 1998. Posisi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia berada
dalam kepadatan budaya paradoks, baik secara internal maupun eksternal, serta cenderung
menyatakan bahwa budaya paradoks itu muncul dimana-mana. Baik dalam lingkungan
masyarakat bawah maupun dalam tataran masyarakat atas. Bangsa dan negara Indonesia telah
mengakui dan menetapkan Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, namun dalam
prakteknya tidak sedikit melaksanakan faham Kapitalisme liberal. Kekuatan moral dari
faham dan ideologi Kapitalisme liberal dari Barat telah membangun sikap dan moral bangsa
dan negara Indonesia yang telah menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan
Hidup Bangsa Indonesia. Hal tersebut dikarenakan pendidikan pancasila selama ini kurang
mendasar, dengan metodologi yang salah, serta diberikan oleh pemdidik yang tidak
sepenuhnya yakin akan kebenaran Pancasila. Maka dari itu, harus dilakukan perombakan dan
pembaharuan. Ideologi negara Pancasila telah dijadikan alat untuk mempertahankan
kekuasaan.
- Pendidikan Pancasila hanya terbatas pada proses hafalan saja dan tidak memberikan
kekuatan dan nilai dinamika internasional dari siswa atau mahasiswa.
- Pendidikan Pancasila tidak memiliki metodologi uang tepat, karena Pancasila tidak
mampu dijadikan pandangan hidup untuk menghadapi realitas dan persoalan bangsa
dan negara.
- Pendidikan Pancasila belum mampu menghadapi eksistensi ideologi asing baik
ideologi Kanan dan Kiri.
Ketika nilai-nilai kebangsaan atau nasionalime Indonesia mulai memudar karena terdapat
daerah yang mengangkat isu “memerdekakan diri”, maka semakin banyak yang meragukan
kekuatan Pancasila ini. Kita harus mampu menghapus enclave-enclave ideologi dari bumi
Indonesia, sehingga kita mampu menempatkan Pancasila sebagai Dasar Negara dan
Pandangan Hidup Bangsa Indonesia yang benar-benar eksistensial.
Masyarakat, bangsa dan negara Indonesia membutuhkan sikap dan perilaku yang konsisten,
koheren, dan koresponden untuk mengamalkan dan melaksanakan Pancasila dalam semua
bidang. Jika sikap dan perilaku yang konsisten ini tidak muncul dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, maka patologi budaya Pancasila akan terus berkembang dalam masyarakat
Indonesia. Sikap dan perilaku koherensi ialah suatu sikap dan perilaku yang mengakui
adanya nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang bersifat intersubyektif. Lalu konsep
korespondensi ini sangat penting dalam meninjau kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk
dalam ras dan suku, agama. Budaya,adat, tradisi, golongan, pandangan dan pikiran, serta
kepentinga. Karena itulah masyarakat dan bangsa Indonesia harus mengembangkan
“kesadaran hidup dalam masyarakat majemuk”. Ketiga sikap tersebut sangat penting bagi
masyarakat Indonesia untuk membangkitkan dan keyakinan keadilan sosial, kejujuran,
kebaikan, dan kebenaran.
Revitalisasi adalah suatu aktivitas atau gerakan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai
kehidupan berbangsa dan bernegara yang ideal, karena nilai-nilai kehidupan berbangsa dan
bernegara itu mengalami bias dan kemunduran. Pendiri bangsa Indonesia di tahun 1945 telah
sepakat untuik mendirikan bangsa dan negara Indonesia dengan Dasar Negara Pancasila.
Pancasila benar-benar sebagai Roh Bangsa Indonesia. Namun masih banyak rakyat Indonesia
yang menerima faham dan ideologi asing. Masyarkat, bangsa dan negara Indonesia
hendaknya melakukan revitalisasi semangat dan kesadaran akan nilai-nilai Pancasila dalam
semua bidang kehidupan. Pancasila masih diperlukan komitmen yang jujur dan ikhlas.
6. Penutup
Pendidikan Pancasila masih tetap relevan dalam lembaga pendidikan, mulai dari Sekolah
Dasar hingga Perguruan Tinggi. Pendidikan ini hendaknya dapat menjadi sumber yang
signifikan untuk mengembangkan masyarakat sipil Indonesia, yang berdasarkan Pancasila.
Segala bentuk, sifat, dan unsur yang tergolong patologi budaya Pancasila hendaknya benar-
benar disadari secara mendalam.
BAB II
Pidato Ir. Soekarno pada tanggal 24 September 1995 di Surabaya, menunjukan bahwa
Pancasila berasal dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri sejak sebelum bangsa Indonesia
mengalami penjajahan. Nama Indonesia berasal dari tulisan-tulisan (Iqbal hasan, 2002)
sebagai berikut :
a. James Richardson Logan (Inggris), yang memberi nama “Indonesia” untuk kepulauan
di Lautan Hindia.
b. W.E Maxwell tahun 1862 Masehi, memberi nama “Indonesia” untuk memberi nama
bangsa yang tinggal di kepulauan disebut Logan.
c. Adolf Bastian (Jerman), tahun 1889 Masehi, menggunakan istilah “Indonesia” untuk
nama kepulauan dan nama bangsa yang terletak di Lautan Hindia tersebut.
Dengan demikian, nama Indonesia mengandung dua makna yaitu : makna geografis dan
makna bangsa dalam arti politis.
Sejarah Indonesia dimulai abad kelima, berdasarkan prasati yang ditemukan di Kutai,
Kalimantan Timur yang bertuliskan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta.
1. Zaman Kuno
Zaman ini kerajaan-kerajaan di Indonesia yang tumbuh setelah Kutei adalah :
Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dengan rasa Punarwaman sekitar abad kelima.
Sumbernya berupa prasasti Citarum, Kebon Kopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten,
Tugu dan Muncul. Kerajaan di Jawa Tengah dengan Ratu bernama Sima, yang
terkenal dengan keadilannya. Di Sumatra berdiri kerajaan Melayu dan Sriwijaya
dengan raja Balaputra. Pada masa Sriwijaya nilai-nilai Pancasila telah nampak,
misalnya telah berkembang agama Budha. Cita-cita kesejahteraan bersama tertulis
“marvat vanua criwijaya siddhayana subhika” (suatu cita-cita negara yang adil dan
makmur). Di Jawa Tengah tumbuh kerajaan Mataram Hindu sekitar abad ke-8,
dengan rajanya Sanjaya. Kerajaan ini memiliki peninggalan yang terkenal yaitu Candi
Borobudur dan Candi Prambanan. Abad 10 di Jawa Timur berkembang kerajaan
Medang Kemulan dengan rajanya Dharmawangsa dan Airlangga. Pada abad 11
kerajaan pecah menjadi dua yaitu kerajaan Kediri dan Jenggala. Kerjaan Kediri
terkenal dengan ramalannya adalah Jayabaya. Abad 13 kerajaan ini dijatuhkan oleh
Ken Arok dan berhasil mendirikan kerajaan Singasari. Dibawah pemerintahan
Kertanegara. Tidak lama kemudian Singasar diserang Jayakatwabf dari Kediri. Akhir
abad 13, Raden Wijaya berhasil mendirikan kerajaan Majapahit. Kerajaan ini
memiliki masa keemasan dibawah pemerintahan Hayam Wuruk dan patih Gajah
Mada yang telah berhasil mewujudkan “sumpah palapa”nya untuk menguasai seluruh
Indonesia. Pada masa ini, nilai-nilai Pancasila semakin berkembang, dengan
semboyan “Bhineka Tunggal Ika tan hana Dharma Mangrwa”. Hubungan dengan
negara tetangga dengan semboyan “mitreka satata”. Sumpah Palapa Gajah Mada,
menunjukan bahwa persatuan mulai dirintis. Majapatih makin lemah dan dipicu
dengan perebutan kekuasaan akhirnya runtuh sekitar tahun 1487 setelah sepeningggal
Gajah Mada.
PPKI terdiri dari 21 orang yaitu : Ir. Soekarno sebagai Ketua, Drs. Moh. Hatta sebagai
wakil, dan 19 anggotanya.
Jepang menyerah kalah kepada sekutu, terjadi perbedaan pendapat antara golongan
muda dan golongan tua. Tanggal 16 malam 17 Agustus 1945 golongan mudan dan tua
berkumpul di rumah Maeda opsir Jepang, untuk menyusun Naskah Proklamasi. Ir.
Soekarno menulis kilat. Tanggal 17 Agustus 1945, jam 10.00 waktu jawa, Proklamasi
dibacakann :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dll, diselenggarakan dengan tjara seksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Soekarno/Hatta
Perubahan dari Rancangan UUD menjadi UUD yang disahkan oleh PPKI. Tanggal 19
Agustus 1945, PPKI menetapkan dua keputusan lagi yaitu : penetapan 12 kementrian
dan pembagian daerah Republik Indonesia dalam 8 propinsi. Dalam sidang tanggal 22
Agustus 1945, mengambil keputusan membentuk Komite Nasional dan Badan
Keamanan Rakyat.
Mereka menganggap pemerintahan sebelumnya adalah Orde Lama, yaitu Orde yang
menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945. Orde Baru berusaha melaksanakan
ketentuan dalam UUD 1945, yaitu mengadakan pemilihan umum setiap 5 tahun sekali
(1971,1977,1982,1987,1992,1997) Pemilu membentuk DPR, MPR, kemudian MPR
mengadakan sidang umum lima tahun sekali.
KESIMPULAN :
Tanggapan :
Sebaiknya warga Indonesia lebih mendalami nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan
yang di dapatkan di jenjang sekolah. Namun tidak cukup hanya di sekolah saja, tapi
harus melalui pergaulan sehari-hari juga menerapkan nilai-nilai Pancasila ini. Maka
dari itu, pergaulan sehari-hari dalam masyarakat luas akan sangat berpengaruh
terhadap pembentukan sikap dan kepribadian anak. Oleh karena itu, hendaknya
masyarakat ikut bertanggung jawab dalam pembentukan sikap dan perilaku anak,
serta penanaman nilai-nilai luhur Pancasila.
Dengan menghayati dan mengamalkan nilai nilai dalam Pancasila seluruh warga
negara akan menghargai semangat kebhinnekatunggalikaan dan keragaman agama,
suku bangsa, pakaian tradisional, bahasa, rumah adat, makanan khas, dan upacara
adat, sosial, dan ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Menghargai kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Menunjukkan
perilaku bertanggung jawab dan rela berkorban dalam keluarga, sekolah, dan
lingkungan sebagai perwujudan nilai dan moral Pancasila. Maka mari kita tanamkan
kembali nilai-nilai pancasila, terutama pada diri sendiri terlebih dahulu, dan yang
lebih penting lagi bagi para remaja dan anak-anak yang akan menjadi penerus negara
ini nantinya, selain itu mengkin akan lebih baik jika hukum di negara ini di perketat
lagi dan juga mari kita berdoa bersama-sama agar para pemimpin kita di bukakan
pintu hatinya agar ingat kembali bahwa mereka itu perwakilan rakyat dan harus
bekerja demi kepentingan rakyat dan bukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.