Anda di halaman 1dari 20

Pengaruh Suhu Terhadap Lalat Rumah (Musca Domestica)

Cantika Amalia1, Nasroh Nurhidayah2, Nurfadillah3, Putri Witia Larasati4, Utami


Putri5

Jurusan Biologi, Program Studi Pendidikan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Medan, Medan 20221

Abstrak

Lalat rumah merupakan serangga yang banyak dijumpai di sekitar pemukiman manusia dan
berperan sebagai penyebar penyakit. Studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh suhu
udara terhadap daya tahan hidup dan periode perkembangan lalat rumah pradewasa.
Pengamatan dilakukan pada suhu 16, 27, 31, dan 39 ºC serta suhu lingkungan (ambien)
sebagai suhu kontrol. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa daya tahan hidup lalat rumah
pradewasa di ruang terkontrol yang terendah dan tertinggi terjadi terjadi pada suhu 16 ºC dan
27 ºC. Pola hubungan suhu dengan daya tahan hidup dan laju perkembangan lalat rumah
pradewasa per hari membentuk persamaan kuadratik, sedangkan pengaruh peningkatan suhu
terhadap penurunan laju perkembangan lalat rumah pradewasa mengikuti persamaan
eksponensial. Hasil analisis data menunjukkan bahwa daya tahan hidup dan laju
perkembangan tertinggi dari lalat rumah pradewasa terjadi pada suhu optimum 28 ºC.

Kata kunci: lalat rumah, perkembangan pradewasa, daya tahan hidup, suhu

TINJAUAN TEORITIS

Suhu adalah parameter yang dipakai sebagai indikator tentang besarnya


menggambarkan derajat panas suatu energi yang dibebaskan oleh suatu benda
benda. Semakin tinggi panas suatu benda, (Neil, 2000).
maka semakin tinggi pula suhunya. Panas
Dalam suatu ekosistem, suhu dapat
yang dipancarkan atau dirambatkan oleh
mengatur pertumbuhan dan penyebaran
suatu benda merupakan bentuk energi
hewan yang hidup didalamnya. Proses ini
yang dibebaskan oleh suatu benda melalui
terjadi karena suhu mempengaruhi unsur
proses tranformasi energi. Dengan
fisik dan fisologis tubuh hewan. Suhu
demikian secara tidak langsung suhu dapat
yang terlalu tinggi dapat merusak enzim,

1
sel, jaringan, organ, permiabilitas suhu yang memungkinkan populasi suatu
membran, hormon serta menguapkan hewan menjalani hidup paling baik dan
cairan tubuh. Sedangkan suhu yang terlalu menghasilkan keturunan paling banyak
rendah dapat menghambat kerja enzim, (Syaifuddin, 2009).
hormon metabolisme dan pembekuan
Dalam pengaturan suhu tubuh,
protoplasma (Neil, 2000)
hewan harus mengatur panas yang
Berdasarkan daya toleransi diterima atau yang hilang ke
terhadap suhu, hewan dapat dikelompokan lingkungan. Mekanisme perubahan panas
menjadi hewan eurythermal dan hewan tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses,
stenothermal. Hewan eurytermal adalah yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan
hewan yang mampu hidup pada suhu evaporasi. Konduksi adalah perubahan
lingkungan dalam kisaran yang luas. Ini panas tubuh hewan karena kontak dengan
artinya selisih antara suhu maksimum dan suatu benda. Konveksi adalah transfer
minimum sangat luas. Hewan stenothermal panas akibat adanya gerakan udara atau
adalah hewan yang mampu hidup pada cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi
suhu lingkungan dalam kisaran yang adalah emisi dari energi elektromagnet.
sempit. Ini artinya selisih suhu maksimum Radiasi dapat mentransfer panas antar
dan minimum sempit (Syaifuddin, 2009). obyek yang tidak kontak langsung.
Sebagai contoh, radiasi sinar matahari.
Setiap hewan (organisme) memiliki
Evaporasi proses kehilangan panas dari
titik kardinal suhu yang berbeda dengan
permukaan cairan yang ditranformasikan
hewan lainnya. Titik kardinal adalah titik-
dalam bentuk gas (Guyton, 1993).
titik yang menunjukkan batas suhu
maksimum, suhu optimum dan suhu Hewan mempunyai kemampuan
minimum yang masih bisa diterima oleh adaptasi terhadap perubahan suhu
hewan (Syaifuddin, 2009). lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu
dingin, mamalia dan burung akan
Suhu maksimum adalah suhu
meningkatkan laju metabolisme dengan
tertinggi yang masih memungkinkan
perubahan hormon-hormon yang terlibat di
hanya 50% anggota populasi suatu hewan
dalamnya, sehingga meningkatkan
bertahan hidup. Suhu minimum adalah
produksi panas. Pada ektoterm (misal pada
titik suhu terendah yang memungkinkan
lebah madu), adaptasi terhadap suhu
hanya 50% anggota populasi suatu hewan
dingin dengan cara berkelompok dalam
bertahan hidup. Suhu optimum adalah nilai
sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara

2
kelompok mampu menghasilkan panas di bertambah seiring dengan kenaikan suhu
dalam sarangnya (Guyton, 1993). hingga batas tertentu saja. Hal ini
disebabkan metabolisme di dalam tubuh
Beberapa adaptasi hewan untuk
diatur oleh enzim yang memiliki suhu
mengurangi kehilangan panas, misalnya
optimum dalam bekerja. Jika suhu
adanya bulu dan rambut pada burung dan
lingkungan atau suhu tubuh meningkat
mamalia, otot, dan modifikasi sistem
atau menurun drastis, enzim-enzim
sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi
tersebut dapat terdenaturasi dan
pembuluh darah di bagian kulit
kehilangan fungsinya (Soewolo, 1999).
dan countercurrent heat exchange adalah
salah satu cara untuk mengurangi Thermoregulasi merupakan hewan
kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu
hal yang penting dalam hubungannya lingkungannya. Perolehan panas tubuh
dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, pada hewan eksoterm tergantung pada
dan sembunyi ditemukan pada beberapa berbagai sumber panas di lingkungan luar.
hewan untuk menurunkan atau menaikkan Masalah yang dihadapi hewan eksoterm
suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk tidak sama, tetapi tergantung pada jenis
menurunkan suhu tubuh dengan cara habitatnya. Seperti thermoregulasi pada
mandi atau mengipaskan daun telinga ke eksoterm aquatik, suhu pada lingkungan
tubuh (Guyton, 1993). aquatik relatif stabil sehingga hewan yang
hidup didalamnya tidak mengalami adanya
Thermosfiologi merupakan suatu
permasalahan suhu lingkungan yang rumit.
mekanisme makhluk hidup untuk
Dalam lingkungan aquatik, hewan tidak
mempertahankan suhu tinggi internal agar
mungkin melepaskan panas tubuh dengan
berada di dalam kisaran yang dapat
cara evaporasi. Pelepasan panas melalui
ditolerir. Suhu sangat berpengaruh
dalam tubuh hewan ekstoterm (ikan)
terhadap tingkat metabolisme, suhu yang
terutama terjadi melalui insang.
tinggi akan menyebabkan aktivitas yang
Thermoregulasi pada hewan endoterm
dapat menyebabkan molekul-molekul
merupakan hewan yang panas tubuhnya
semakin tinggi karena energi kinetiknya
berasal dari dalam tubuhnya, sebagai hasil
makin besar dan kemungkinan terjadinya
dari metabolisme tubuh. Suhu tubuh
tumbukan antara satu molekul dengan
hewan endoterm termasuk didalamnya,
molekul yang lain semakin besar pula.
yaitu burung (aves) dan juga mamalia,
Akan tetapi, kenaikan aktivitas
metabolisme di dalam tubuh hanya akan

3
sedangkan hewan lainnya termasuk dewasa memakan berbagai zat cair atau
sebagai hewan ekstoterm (Soewolo, 1999). semicair, serta benda padat yang telah
dilunakkan oleh air liurnya. Lalat rumah
Lalat rumah (Musca domestica)
dapat membawa patogen pada tubuh dan
adalah lalat dari subordo Cyclorrhapha.
tinjanya, mengontaminasi makanan, dan
Lalat ini diyakini telah berevolusi dalam
berkontribusi pada transfer penyakit yang
era Kenozoikum, mungkin di Timur
ditularkan melalui makanan, sementara,
Tengah, dan telah menyebar ke seluruh
dalam jumlah banyak, dapat mengganggu
dunia sebagai spesies yang memiliki
secara fisik. Karena alasan-alasan ini, lalat
hubungan komensalisme dengan manusia.
rumah dianggap sebagai hama (Alves,
Spesies ini adalah spesies lalat yang paling
2002).
umum ditemukan di rumah. Lalat dewasa
berwarna abu-abu sampai hitam, dengan Lalat rumah merupakan serangga
empat garis gelap memanjang di toraks, yang banyak dijumpai di sekitar
badan yang sedikit berambut, dan pemukiman manusia dan berperan sebagai
sepasang sayap membran. Lalat rumah penyebar penyakit. Penyakit zoonis
memiliki mata berwarna merah yang merupakan penyakit yang dapat ditularkan
terpisah lebih jauh pada wanita yang oleh hewan kepada manusia, beberapa
ukurannya sedikit lebih besar (Alves, penyait zoonis dapat ditularkan oleh
2002). hewan jenis serangga lalat, antara lain lalat
rumah (Musca domestica). Lalat rumah
Lalat betina biasanya kawin hanya
berperan dalam penyebaran penyakit
sekali dan menyimpan sperma untuk
seperti diare, disentri, kolera, demam tifoid
digunakan nanti. Lalat betina bertelur
dan paratifoid karena menyebarkan
sekitar 100 butir pada materi organik yang
kotoran ke makanan, minuman, sayuran,
membusuk seperti sisa makanan, bangkai,
buah- buahan, maupun ke tubuh ternak.
atau feses. Telur segera menetas menjadi
Lalat rumah memindahkan berbagai
larva putih tanpa kaki, yang dikenal
macam mikroorganisme dari tempat yang
sebagai belatung. Setelah 2 hingga 5 hari
dihinggapinya ke tempat lain yang
perkembangan,
dihinggapi kemudian. Di daerah tropika
belatung bermetamorfosis menjadi pupa be
lembab, perkembangan pembawa penyakit
rwarna coklat kemerahan, panjangnya
manusia serangga berlangsung dalam
sekitar 8 mm. Lalat dewasa biasanya hidup
waktu yang singkat. Dalam satu siklus
selama 2 hingga 4 minggu, tetapi dapat
hidup, berlangsung selama 10 hari (30°C),
berhibernasi selama musim dingin. Lalat

4
21 hari (21 °C) dan 45 hari (16 °C) dan Desember 2012 sampai dengan April
lalat rumah dewasa mati pada suhu 0 °C 2013 di Laboratorium Terpadu
(Ihsan, dkk, 2016). Geofisika dan Meteorologi, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini berupa
TUJUAN
percobaan laboratorium yang
Praktikum ini bertujuan untuk dilakukan melalui dua tahap.
mengetahui bagaimana hubungan  Sebelum melakukan pengamatan /
pengaruh suhu terhadap perkembangan penelitian sudah pasti harus
lalat rumah (Musca Domestica) menyediakan alat dan bahan yang
dibutuhkan. Agar pengamatan dapat
ALAT DAN BAHAN
berjalan dengan lancar, dan
Adapun alat yang digunakan dalam memperoleh hasil yang maksimal.
praktikum ini adalah laptop, handphone Adapun bahan penelitian yang harus
dan alat tulis. Kemudian bahan yang disiapkan untuk digunakan nantinya di
digunakan yaitu jurnal, buku dan sumber antaranya adalah telur lalat rumah
dari internet yang relevan. Musca domesticadari hasil rearing,
makanan ayam (pellet), air dan gula.
PROSEDUR KERJA
Dan alat yang harus disiapkan untuk
Adapun dalam kegiatan Praktikum digunakan nantinya adalah Growth
mengenai pengaruh suhu terhadap Chamber model GC-300/1000,
performance tubuh hewan, khususnya kandang lalat, wadah, kelambu, cawan
dalam praktikum ini kami mengambil petri, lup, pipet, dan termometer.
sampel Lalat Rumah (Musca domestica).  Lakukan setiap tahapan yang diminta.
Dan dalam kegiatan praktikumnya sudah Adapun untuk tahap pertama adalah
pasti memiliki beberapa tahapan ataupun tahap persiapan yang meliputi
langkah-langkah kerja, yaitu sebagai pemeliharaan lalat dewasa untuk
berikut : mendapatkan telur yang akan diberi
perlakuan suhu (rearing) dan
1. Metode Pengamatan
penyediaan alat serta bahan penelitian.
Adapun untuk tahap penelitiannya  Kemudian lakukan tahap kedua yaitu
adalah sebagai berikut : dengan cara melakukan pemeliharaan

 Untuk waktu dan tempat Penelitian. pradewasa lalat rumah yang meliputi

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan pemindahan masing-masing 80 telur ke

5
empat media yang telah dicampur selanjutnya dilakukan terhadap data
makanan ayam untuk masing-masing panjang periode perkembangan (longevity)
perlakuan suhu. Media tersebut dan laju perkembangan per hari. Pengaruh
dimasukan kedalam growth chamber suhu pada daya tahan hidup pradewasa,
dengan empat suhu perlakuan yang panjang periode perkembangan pradewasa
berbeda yaitu suhu 16 ºC, 27 ºC, 31 ºC dan laju perkembangan pradewasa
dan 39 ºC serta di tempat terbuka dianalisis menggunakan persamaan regresi
dengan suhu ambient, sebagai suhu dengan metode least square. Penentuan
kontrol. Pada stadium pupa dilakukan pola hubungan suhu dengan tahapan
pemindahan media ke media baru kehidupan lalat rumah ditentukan
(kandang lalat) untuk kemudian berdasarkan pertimbangan rasional dan
dimasukkan kembali ke dalam growth nilai koefisien determinasi terbaik.
chamber dengan empat perlakuan suhu
HASIL DAN PEMBAHASAN
dan kontrol.
 Setelah dilakukannya kedua tahapan Dari penelitian berupa percobaan
tersebut, khususnya pada tahap kedua laboratorium yang dilakukan melalui dua
yaitu pemeliharaan Lalat rumah tahap. Tahap persiapan meliputi
pradewasa. Lakukan pengamatan pemeliharaan lalat dewasa untuk
selama perkembangan pradewasa mendapatkan telur yang akan diberi
dilakukan dua kali sehari setiap pukul perlakuan suhu (rearing) dan penyediaan
06.00 dan 18.00 WIB. alat serta bahan penelitian. Tahap
pemeliharaan pradewasa lalat rumah
2. Prosedur Analisis Data meliputi pemindahan masing-masing 80
telur ke empat media yang telah dicampur
Pada penelitian ini, daya hidup
makanan ayam untuk masing-masing
(survival rate) dihitung dari persentase
perlakuan suhu yang dimasukan kedalam
telur yang menetas menjadi larva (instar
growth chamber dengan empat suhu
1), larva (instar 1) menjadi pupa, pupa
perlakuan yang berbeda yaitu suhu 16 oc,
menjadi lalat dewasa (imago) serta dari
27 oc, 31 oc dan 39 oc serta di tempat
telur menjadi lalat dewasa. Keragaman
terbuka dengan suhu ambient, sebagai
hasil pengamatan dalam kelompok
suhu kontrol.
perlakuan suhu yang sama karena
keragaman sifat individu diatasi dengan Adapun Pengaruh suhu udara terhadap
menggunakan data modus. Analisis daya tahan hidup pradewasa lalat

6
rumah (Musca domestica) adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Tingkat keberhasilan hidup pradewasa lalat rumah pada berbagai suhu

Temp ( oc ) E-Ll (0/0) LI-P (0/0)


16 33,8 48, 46,2 6
27 86,3 84, I 67,2 48,8 39
31 76,3 67 70,7 36,3 29
39 60,0 25,0 75,0 11,3 9
Ambient 81,3 84,6 87,3 60,0 48
E: Eggs; L 1: Larvae (instar 1); P: Pupa; I(n): (Number) imago from 80 eggs

Tabel 2 Hasil perhitungan suhu minimum, optimum, dan maksimum untuk daya hidup
pradewasa lalat rumah

Room Temperatures oc
Dev. Stage Minimum Optimum Maximum
Eggs-Larvael 12 29 47
Larvae1-Pupae 10 26 41
Pupae-Imago** 1.5 40 79
Eggs-Imagi 15 28 41

Pengaruh suhu pada daya tahan hidup


(76%), sedangkan persentase telur menetas
pradewasa, panjang periode perkembangan
terendah sebesar 34%, terjadi pada suhu 16
pradewasa dan laju perkembangan o
c (Tabel 1). Dari hasil pengamatan (Tabel
pradewasa dianalisis menggunakan
1), pengaruh suhu (x) terhadap daya tetas
persamaan regresi dengan metode least
telur (y) dapat dinyatakan dalam
square. Penentuan pola hubungan suhu
persamaan regresi y = -0,26x2 + 15,60x -
dengan tahapan kehidupan lalat rumah
147,4 dengan koefisien determinasi (R2 )
ditentukan berdasarkan pertimbangan
sebesar 96% (Gambar 1). Hasil analisis ini
rasional dan nilai koefisien determinasi
menunjukan pengaruh suhu sangat nyata
terbaik.
terhadap daya tetas telur lalat rumah
Berdasarkan hasil pengamatan menjadi larva 1. Berdasarkan persamaan
pada empat suhu kamar yang berbeda dan kuadratik tersebut dapat diduga bahwa
satu suhu pada kondisi lingkungan bebas, suhu optimum untuk daya tetas telur
diperoleh persentase telur yang menetas adalah sebesar 290C, sedangkan suhu
tertinggi terjadi pada suhu 27 oc (86%) dan terendah dan tertinggi untuk mendukung
masih tinggi hingga pada suhu 31 oc

7
daya tetas telur adalah sebesar 12 oc dan Persentase daya tahan hidup pupa
47 oc (Tabel 2). menjadi (telur - dewasa) masing-masing
sebesar 15 oc lalat dewasa terendah terjadi
Persentase daya tahan hidup larva
pada suhu 160C dan 41 o
c. Hasil
menjadi pupa tertinggi terjadi pada suhu
o
perhitungan tersebut (46.2 %), sedangkan
27 c (84%), sedangkan persentase
persentase tertinggi terjadi menunjukan
terendah terjadi pada suhu 39 oc (25%).
o
apabila suhu lebih rendah dari 15 pada
Pada suhu 39 c larva mengalami
suhu 390C sebesar 75%. Berbeda dengan
kekeringan dan berubah warna menjadi
o o
c dan lebih tinggi dari 41 c,
warna hitam, sehingga tidak berkembang
perkembangan pada stadia Iain, hingga
menjadi pupa. Pengaruh suhu (x) terhadap
suhu tertinggi yang pradewasa lalat rumah
daya tahan hidup larva menjadi pupa (y)
akan berhenti. dicobakan (390C),
dapat dinyatakan dalam persamaan regresi
persentase daya tahan pradewasa lalat ini
y -o,32x2 + 16,87x - 137,82 (R2 sebesar
masih meningkat. 3.2 Pengaruh suhu
98%).
udara terhadap panjang menunjukkan
Berdasarkan analisis regresl tersebut bahwa pupa sangat tahan atau periode
didapatkan suhu optimum bagi daya tahan perkembangan pradewasa lalat tidak rentan
hidup larva menjadi pupa adalah sebesar dengan suhu tinggi. Pengaruh suhu rumah
o
26 c. Dari persamaan tersebut juga (Musca domestica)
menunjukkan suhu terendah dan tertinggi Berdasarkan bentuk persamaan
yang masih dapat mendukung daya tahan untuk mendukung periode perkembangan
hidup larva lalat rumah adalah sebesar tersebut dapat dinyatakan bahwa suhu
IOOC dan 41 oc. optimal terpanjang adalah 160C, yaitu 2
100 hari (teluruntuk perkembangan telur
sampai dewasa larva), 6 hari (larva-pupa),
7.5 hari (pupaterjadi pada suhu 280C.
Ekstrapolasi dari dewasa), sehingga dari
stadia telur menjadi persamaan yang
diperoleh, suhu letal rendah dewasa
diperlukan waktu selama 15.5 hari dan
tinggi untuk perkembangan pradewasa.
Gambar 1 Gaya hidup pada pradewasa
lalat rumah pada berbagai suhu

8
Tabel 3 Panjang periode perkembangan (hari) pradewasa lalat rumah pada berbagai suhu

Hubungan antara suhu dan panjang periode perkembangan seluruh periode


periode tahap-tahap perkembangan pradewasa lalat rumah (y) adalah y 42,67e
pradewasa mengikuti persamaan 0:04x dengan koefisien determinasi
exponensial, artinya semakin tinggi suhu sebesar 95%. Suhu berpengaruh sangat
semakin cepat tahap perkembangannya. nyata terhadap periode perkembangan
pradewasa lalat rumah. maksimumnya 42
0
C. Pada suhu yang kurang dari 16C dan
lebih dari 42C, perkembangan lalat rumah

TrendE-
akan berhenti
TrendL-
L
TrendP- Berdasarkan hasil pengamatan di media
p
TrendE

— terkontrol, suhu 160C mendukung laju.


I
-l

Gambar 2 Pengaruh suhu terhadap


panjang periode perkembangan
pradewasa lalat rumah

Berdasarkan hasil pengamatan


pada suhu tinggi, periode perkembangan
pradewasa lalat akan cepat, sedangkan
pada suhu yang lebih rendah dari suhu
optimum, laju metabolisme dan
aktivitasnya rendah sehingga
perkembangannya lambat. Bentuk
persamaan hubungan antara suhu dan

9
Tabel 4. Laju perkembangan telur menjadi imago pada berbagai suhu
Temperatures (oc) % Survival Days* Survival Rate (%/day)
16 7.5 15.5 0.48
27 48.8 10.5 4.65
31 36.3 7.75 4.68
39 11.3 6.5 1.74
Ambient 60.0 9.5 6.32

Berdasarkan hasil pengamatan, rumah dapat mencapai optimum. Dengan


panjang periode perkembangan pada demikian maka jika suatu daerah
semua stadia kehidupan lalat bervariasi mengalami kenaikan suhu dalam periode
menurut suhu udara, sesuai dengan musiman atau jangka panjang, ancaman
pendapat yang menyatakan bahwa suhu serangan lalat rumah berpotensi
mempengaruhi perkembangan lalat rumah meningkat karena kenaikan suhu
. Perkembangan telur pada perlakuan di mengakibatkan periode perkembangan
laboratorium dengan lingkungan bebas lalat rumah semakin cepat. Selain itu,
akan berbeda. Perkembangan di biasanya meningkatnya suhu
laboratorium akan lebih cepat bila menyebabkan peningkatan metabolisme
dibandingkan pada suhu lingkungan dan berakibat kepada sifat atau prilakunya
bebas, karena kemampuan adaptasi telur seperti akitivitas, keberanian, agresivitas
lalat rumah pada suhu laboratorium yang dan eksplorasi dari serangga
relatif konstan lebih tinggi dari Perkembangan pradewasa lalat rumah
kemampuan adaptasi pada suhu yang meliputi daya tahan hidup dan laju
lingkungan bebas yang berubah-ubah. perkembangan pradewasa terjadi pada
Semakin meningkat suhu hingga suhu optimum sebesar 280C. Di sebagian
mencapai suhu optimum, periode besar wilayah dataran rendah Indonesia
perkembangan pradewasa lalat rumah mempunyai kisaran suhu rata-rata
akan semakin cepat. Pengaruh suhu pada bulanan sebesar 260C sampai 280C,
kecepatan perkembangan mempengaruhi menjadi daerah yang sangat cocok untuk
jumlah populasi lalat rumah dalam satu perkembangan pradewasa lalat rumah,
periode. Pada suhu di sekitar suhu terutama pada periode akhir musim
optimum, peluang berkembangnya kemarau, dimana kelembaban juga cukup
penyakit yang diakibatkan oleh lalat tinggi.

10
KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Suhu udara mempengaruhi daya Alves, dkk. (August 2002).


tahan hidup (survival rate) dan "Morphometric variations in the
periode perkembangan (longevity) housefly, Musca domestica (L.)
pradewasa lalat rumah. Suhu tinggi dan with latitude". Genetica. 115 (3):
rendah dapat mengakibatkan daya 243–251.
tahan hidup lalat rumah rendah. Suhu
Campbell, Neil A., Reece, J.B., &
optimum untuk daya tahan hidup dan
Mitchell, L.G. 2000. Biologi, edisi
laju perkembangan pradewasa
kelima-jilid 2. (Terjemahan
(perkembangan telur sampai
Wasmen Manalu). Jakarta:
dewasa) lalat rumah sebesar 28 °C
Erlangga. (Buku asli diterbitkan
dengan suhu letal rendah dan tinggi
tahun 1999).
masing-masing sebesar 16 °C dan 42 °C.
Pola hubungan antara suhu dengan Guyton, D.C. 1993. Fisiologi Hewan,
daya tahan hidup serta laju Edisi 2. Jakarta : EGC
perkembangan pradewasa per hari
Ihsan, Hidayati, dkk. 2016. Pengaruh
berbentuk kurva kuadratik. Pola
suhu terhadap fekunditas dan
hubungan pengaruh suhu terhadap
perkembangan pradewasa lalat
periode perkembangan (longevity)
rumah (Musca domestica). Jurnal
pradewasa membentuk kurva yang
teknologi lingkungan. 17 (2) :100-
berbeda dengan hubungan antara suhu
107
dengan daya tahan hidup.
Soewolo, dkk. 1999. Fisiologi
Peningkatan suhu juga
manusia. Malang: Universitas
mempercepat periode
Negeri Malang.
perkembangan pradewasa mengikuti
pola persamaan eksponensial. Syaifuddin. 2009. Fisiologi tubuh
manusia untuk mahasiswa
keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

11
12
Pengaruh Suhu Udara terhadap Fekunditas Dan Perkembangan
Pradewasa Lalat Rumah (Musca Domestica)

The Influence of Temperature on Fecundity and Immature


Development of House Fly (Musca domestica)
1* 2 3
Iif Miftahul Ihsan , Rini Hidayati , Upik Kesumawati Hadi
1
Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Puspiptek, Serpong,
Tangerang Selatan 15314
2
Geofisika dan Meteorologi, FMIPA IPB Jl. Meranti Wing 19 Lv. 4 Kampus IPB Darmaga, Bogor 16880
3
Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, FKH IPB Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, Bogor 16880
iif.miftahul@bppt.go.id

ABSTRACT

The house fly (Musca domestica) is an insect that is often found in human habitat and acts as a
transmitter of disease. This study is a laboratory observation that aimed to analyze the effects of
the air temperature to the survival rate and developmental period (longevity) of immature house
flies. The survival rate and developmental period of immature house flies were observed at
temperatures of 16, 27, 31, and 39 ºC as well as the ambient temperature as a control. The results
of the immature house flies in the growth chamber showed the lowest and the highest survival rate
occurred at 16 ºC and 27 ºC respectively. The influence of the temperature to the survival rate and
the development rate of immature house flies is in the form of quadratical pattern, while the
relationship between the increasing temperature and the decreasing developmental period of
immature house flies forms an exponential equation. Analysis shows the optimum temperature for
the survival rate and the development rate of the immature house flies occurred at 28 ºC.

Keywords: house fly, immature development rate, survival rate, temperature

ABSTRAK

Lalat rumah merupakan serangga yang banyak dijumpai di sekitar pemukiman manusia dan
berperan sebagai penyebar penyakit. Studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh suhu udara
terhadap daya tahan hidup dan periode perkembangan lalat rumah pradewasa. Pengamatan
dilakukan pada suhu 16, 27, 31, dan 39 ºC serta suhu lingkungan (ambien) sebagai suhu kontrol.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa daya tahan hidup lalat rumah pradewasa di ruang
terkontrol yang terendah dan tertinggi terjadi terjadi pada suhu 16 ºC dan 27 ºC. Pola hubungan
suhu dengan daya tahan hidup dan laju perkembangan lalat rumah pradewasa per hari
membentuk persamaan kuadratik, sedangkan pengaruh peningkatan suhu terhadap penurunan
laju perkembangan lalat rumah pradewasa mengikuti persamaan eksponensial. Hasil analisis data
menunjukkan bahwa daya tahan hidup dan laju perkembangan tertinggi dari lalat rumah
pradewasa terjadi pada suhu optimum 28 ºC.
Kata kunci: lalat rumah, perkembangan pradewasa, daya tahan hidup, suhu

1. PENDAHULUAN global seiring dengan pemanasan global.


Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit
Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang
zoonosis berdampak luas, karena selain
dapat diltularkan oleh hewan kepada manusia.
merugikan kesehatan manusia secara langsung
Penyakit zoonosis banyak mendapat perhatian

100 Pengaruh Suhu Udara terhadap Fekunditas… (Ihsan, MI., et al.)


juga mengancam keamanan dan kemandirian hidup dan periode perkembangan pradewasa
pangan, karena penyakit zoonosis juga dapat lalat rumah (Musca domestica). Hasil penelitian
(1)
menyerang binatang ternak . Beberapa jenis ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
penyakit zoonosis dapat ditularkan oleh hewan komponen dari sistem kewaspadaan dini (Early
jenis serangga lalat, antara lain lalat rumah warning system) perkembangan lalat di sekitar
(Musca domestica). permukinan, sehingga pada akhirnya dapat
bermanfaat untuk mengantisipasi kejadian
Cuaca/iklim merupakan salah satu faktor
penyakit yang ditularkannya.
lingkungan yang pengaruhnya besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan serangga
khususnya lalat. Serangga ini sering berpindah-
2. BAHAN DAN METODE
pindah ke tempat yang kotor untuk kemudian
berpindah ke makanan atau tubuh manusia atau 2.1 Metode Pengamatan
hewan karena hidup dan tersebar pada populasi
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
padat dan dapat berperan sebagai polinator
serta dapat bertindak sebagai vektor pada Desember 2012 sampai dengan April 2013 di
banyak organisme pathogen .
(2) Laboratorium Terpadu Geofisika dan
Meteorologi, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
Lalat rumah berperan dalam penyebaran ini berupa percobaan laboratorium yang
penyakit seperti diare, disentri, kolera, demam dilakukan melalui dua tahap. Tahap persiapan
tifoid dan paratifoid karena menyebarkan meliputi pemeliharaan lalat dewasa untuk
kotoran ke makanan, minuman, sayuran, buah- mendapatkan telur yang akan diberi perlakuan
buahan, maupun ke tubuh ternak. Lalat umah suhu (rearing) dan penyediaan alat serta bahan
(M domestica) mempunyai kemampuan penelitian. Tahap pemeliharaan pradewasa lalat
memindahkan berbagai macam mikroorganisme rumah meliputi pemindahan masing-masing 80
dari tempat yang dihinggapinya ke tempat lain telur ke empat media yang telah dicampur
yang dihinggapi kemudian. Ada 7 genus jamur makanan ayam untuk masing-masing perlakuan
dari tubuh dan ususnya, yaitu Acremonium, suhu. Media tersebut dimasukan kedalam
Aspergillus, Debaryomyces, Hanseniaspora, growth chamber dengan empat suhu perlakuan
(3)
Fusarium, Penicillium, dan Geotrichum . Lalat yang berbeda yaitu suhu 16 ºC, 27 ºC, 31 ºC
rumah tidak menggigit binatang ternak tetapi dan 39 ºC serta di tempat terbuka dengan suhu
sangat mengganggu sehingga bisa mengurangi ambient, sebagai suhu kontrol. Pada stadium
kenyamanan yang pada akhirnya dapat pupa dilakukan pemindahan media ke media
menurunkan produksi. Demam tifoid dan baru (kandang lalat) untuk kemudian
paratifoid merupakan salah satu masalah dimasukkan kembali ke dalam growth chamber
kesehatan yang penting yang dapat menular dengan empat perlakuan suhu dan kontrol.
dan menyerang banyak orang sehingga Pengamatan selama perkembangan pradewasa
menimbulkan wabah. Berdasarkan profil dilakukan dua kali sehari setiap pukul 06.00 dan
kesehatan Indonesia pada tahun 2009, demam 18.00 WIB. Bahan penelitian yang digunakan di
tifoid dan paratifoid menempati urutan ketiga antaranya telur lalat rumah Musca domestica
dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di dari hasil rearing, makanan ayam (pellet), air
rumah sakit sebanyak 80,850 kasus dengan dan gula. Alat yang digunakan adalah Growth
(4)
korban meninggal 1,013 orang . Chamber model GC-300/1000, kandang lalat,
wadah, kelambu, cawan petri, lup, pipet, dan
Di daerah tropika lembab, perkembangan
termometer.
serangga pembawa penyakit manusia
berlangsung dalam waktu yang singkat. Dalam
2.2 Prosedur Analisis Data
satu siklus hidup, perkembangan lalat
berlangsung selama 10 hari (30ºC), 21 hari (21 Pada penelitian ini, daya hidup (survival rate)
ºC) dan 45 hari (16 ºC) dan lalat rumah dewasa dihitung dari persentase telur yang menetas
(5)
mati pada suhu 0 ºC . Kejadian ini perlu menjadi larva (instar 1), larva (instar 1) menjadi
mendapat perhatian masyarakat daerah tropika pupa, pupa menjadi lalat dewasa (imago) serta
lembab seperti Indonesia, karena kesesuaian dari telur menjadi lalat dewasa. Keragaman hasil
kondisi dan singkatnya waktu perkembangan pengamatan dalam kelompok perlakuan suhu
lalat rumah. Peningkatan suhu di suatu wilayah yang sama karena keragaman sifat individu
dapat menjadi salah satu ancaman diatasi dengan menggunakan data modus.
perkembangan serangga ini sehingga menjadi Analisis selanjutnya dilakukan terhadap data
ancaman juga bagi diakibat yang panjang periode perkembangan (longevity) dan
ditimbulkannya. laju perkembangan per hari. Pengaruh suhu
pada daya tahan hidup pradewasa, panjang
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
periode perkembangan pradewasa dan laju
pengaruh suhu udara terhadap daya tahan
perkembangan pradewasa dianalisis

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 17, No 2, Juli 2016, 100-107 101


menggunakan persamaan regresi dengan 31 ºC (76%), sedangkan persentase telur
metode least square. Penentuan pola hubungan menetas terendah sebesar 34%, terjadi pada
suhu dengan tahapan kehidupan lalat rumah suhu 16 ºC (Tabel 1). Dari hasil pengamatan
ditentukan berdasarkan pertimbangan rasional (Tabel 1), pengaruh suhu (x) terhadap daya
dan nilai koefisien determinasi terbaik. tetas telur (y) dapat dinyatakan dalam
2
persamaan regresi y = -0,26x + 15,60x - 147,4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 2
dengan koefisien determinasi (R ) sebesar 96%
3.1 Pengaruh suhu udara terhadap daya (Gambar 1). Hasil analisis ini menunjukan
tahan hidup pradewasa lalat rumah pengaruh suhu sangat nyata terhadap daya
(Musca domestica) tetas telur lalat rumah menjadi larva 1.
Berdasarkan persamaan kuadratik tersebut
Berdasarkan hasil pengamatan pada empat
dapat diduga bahwa suhu optimum untuk daya
suhu kamar yang berbeda dan satu suhu pada
tetas telur adalah sebesar 29ºC, sedangkan
kondisi lingkungan bebas, diperoleh persentase
suhu terendah dan tertinggi untuk mendukung
telur yang menetas tertinggi terjadi pada suhu daya tetas telur adalah sebesar 12 ºC dan 47 ºC
27 ºC (86%) dan masih tinggi hingga pada suhu (Tabel 2).

Tabel 1. Tingkat keberhasilan hidup pradewasa lalat rumah pada berbagai suhu

Temp ( ºC ) E-L1 (%) L1-P (%) P-I (%) E-I (%) I (n)
16 33,8 48,1 46,2 7,5 6
27 86,3 84,1 67,2 48,8 39
31 76,3 67,2 70,7 36,3 29
39 60,0 25,0 75,0 11,3 9
Ambient 81,3 84,6 87,3 60,0 48
E: Eggs; L1: Larvae (instar 1); P: Pupa; I(n): (Number) imago from 80 eggs

Tabel 2 Hasil perhitungan suhu minimum, optimum, dan maksimum untuk daya hidup pradewasa lalat
rumah
o
Room Temperatures C
Dev. Stage Minimum Optimum Maximum
Eggs-Larvae1 12 29 47
Larvae1-Pupae 10 26 41
Pupae-Imago** 1.5 40 79
Eggs-Imagi 15 28 41
**: Extrapolation result of the curve, not enough data to determine the reliable temperature limits
2 2
Persentase daya tahan hidup larva menjadi = -0,32x + 16,87x - 137,82 (R sebesar 98%).
pupa tertinggi terjadi pada suhu 27 ºC (84%), Berdasarkan analisis regresi tersebut
sedangkan persentase terendah terjadi pada didapatkan suhu optimum bagi daya tahan hidup
suhu 39 ºC (25%). Pada suhu 39 ºC larva larva menjadi pupa adalah sebesar 26 ºC. Dari
mengalami kekeringan dan berubah warna persamaan tersebut juga menunjukkan suhu
menjadi warna hitam, sehingga tidak terendah dan tertinggi yang masih dapat
berkembang menjadi pupa. Pengaruh suhu (x) mendukung daya tahan hidup larva lalat rumah
terhadap daya tahan hidup larva menjadi pupa adalah sebesar 10ºC dan 41ºC (Gambar 1 dan
(y) dapat dinyatakan dalam persamaan regresi y Tabel 2).

102 Pengaruh Suhu Udara terhadap Fekunditas… (Ihsan, MI., et al.)


Gambar 1 Daya hidup pradewasa lalat rumah pada berbagai suhu

Persentase daya tahan hidup pupa menjadi (telur - dewasa) masing-masing sebesar 15 ºC
lalat dewasa terendah terjadi pada suhu 16ºC dan 41 ºC. Hasil perhitungan tersebut
(46.2 %), sedangkan persentase tertinggi terjadi menunjukan apabila suhu lebih rendah dari 15
pada suhu 39ºC sebesar 75%. Berbeda dengan ºC dan lebih tinggi dari 41 ºC, perkembangan
pada stadia lain, hingga suhu tertinggi yang pradewasa lalat rumah akan berhenti.
dicobakan (39ºC), persentase daya tahan
pradewasa lalat ini masih meningkat. Ini 3.2 Pengaruh suhu udara terhadap panjang
menunjukkan bahwa pupa sangat tahan atau periode perkembangan pradewasa lalat
tidak rentan dengan suhu tinggi. Pengaruh suhu rumah (Musca domestica)
(x) terhadap daya tahan hidup pupa menjadi
dewasa (y) dapat dinyatakan dalam persamaan Hasil pengamatan panjang periode
2
regresi y = -0,051x + 4,092x – 5.973 dengan perkembangan semua stadia pradewasa lalat
rumah tercepat terjadi pada perlakuan suhu
koefisien determinasi mendekati 1
39ºC. Panjang periode perkembangan pada
Pengaruh suhu terhadap daya tahan hidup suhu tersebut berlangsung selama 0.5 hari
telur sampai dewasa dapat dinyatakan dalam (telur-larva), 3 hari (larva-pupa) dan 3 hari
2
bentuk persamaan regresi y = -0,265x + 14,7x - (pupa-dewasa), dengan total 6.5 hari (telur-
159,08 dengan koefisien determinasi sebesar 96 dewasa). Suhu laboratorium yang dicobakan
% (Gambar 1). Berdasarkan bentuk persamaan untuk mendukung periode perkembangan
tersebut dapat dinyatakan bahwa suhu optimal terpanjang adalah 16ºC, yaitu 2 hari (telur-
untuk perkembangan telur sampai dewasa larva), 6 hari (larva-pupa), 7.5 hari (pupa-
terjadi pada suhu 28ºC. Ekstrapolasi dari dewasa), sehingga dari stadia telur menjadi
persamaan yang diperoleh, suhu letal rendah dewasa diperlukan waktu selama 15.5 hari
dan tinggi untuk perkembangan pradewasa (Tabel 3).
Tabel 3 Panjang periode perkembangan (hari) pradewasa lalat rumah pada berbagai suhu
o
Temperature ( C) E-L L-P P-I E-I
16 2 6 7.5 15.5
27 2 4.5 4 10.5
31 0.5 3.5 3.75 7.75
39 0.5 3 3 6.5
Ambient 1.5 5 3 9.5
E: Eggs; L1: Larvae instar 1; P: Pupae; I: Imago

Hubungan antara suhu dan panjang periode perkembangan larva menjadi pupa mengikuti
-0,03x 2
tahap-tahap perkembangan pradewasa pola persamaan y = 9.908e (R = 97%),
mengikuti persamaan exponensial, artinya perkembangan pupa menjadi dewasa dalam
-0,04x 2
semakin tinggi suhu semakin cepat tahap bentuk persamaan y = 13.24e (R = 95%),
perkembangannya. Bentuk hubungan yang dan untuk keseluruhan periode pradewasa dari
sama didapatkan dalam perkembangan telur hingga dewasa membentuk persamaan y =
(6) -0,04x 2
serangga nyamuk Aedes aegyti . Bentuk 28.77e (R = 97%) (Gambar 2).
persamaan hubungan antara suhu dan panjang
-0,06x
periode tetas telur adalah y = 6.850e
dengan koefisien determinasi sebesar 66%,

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 17, No 2, Juli 2016, 100-107 103


Gambar 2 Pengaruh suhu terhadap panjang periode perkembangan pradewasa lalat rumah

Berdasarkan hasil pengamatan pada suhu perkembangan lalat per hari terkecil dan suhu
tinggi, periode perkembangan pradewasa lalat 31ºC mendukung laju perkembangan terbesar.
akan cepat, sedangkan pada suhu yang lebih Bentuk persamaan laju perkembangan
rendah dari suhu optimum, laju metabolisme pradewasa lalat rumah pada berbagai suhu
2
dan aktivitasnya rendah sehingga adalah y = -0,027x + 1,567x - 17,57 dengan
perkembangannya lambat. Bentuk persamaan koefisien determinasi hampir sempurna
hubungan antara suhu dan periode (Gambar 3). Dari persamaan kuadratik tersebut
perkembangan seluruh periode pradewasa lalat menunjukan laju perkembangan optimum terjadi
-0,04x
rumah (y) adalah y = 42,67e dengan pada suhu 28ºC, dan dengan ekstrapolasi
koefisien determinasi sebesar 95%. Suhu diperoleh suhu minimum yang masih
berpengaruh sangat nyata terhadap periode mendukung perkembangan pradewasa lalat
perkembangan pradewasa lalat rumah. rumah adalah sebesar 16ºC dan suhu
maksimumnya 42ºC. Pada suhu yang kurang
3.3 Pengaruh suhu udara terhadap laju
dari 16ºC dan lebih dari 42ºC, perkembangan
perkembangan pradewasa lalat rumah
lalat rumah akan berhenti.
(Musca domestica)
Berdasarkan hasil pengamatan di media
terkontrol, suhu 16ºC mendukung laju

Tabel 4. Laju perkembangan telur menjadi imago pada berbagai suhu


Temperatures (ºC) % Survival Days* Survival Rate (%/day)
16 7.5 15.5 0.48
27 48.8 10.5 4.65
31 36.3 7.75 4.68
39 11.3 6.5 1.74
Ambient 60.0 9.5 6.32
Note * : longevity of immature house flies

Gambar 3. Laju perkembangan telur menjadi imago pada berbagai suhu

104 Pengaruh Suhu Udara terhadap Fekunditas… (Ihsan, MI., et al.)


4. PEMBAHASAN pradewasa lalat rumah akan semakin cepat.
Pengaruh suhu pada kecepatan perkembangan
Dalam satu siklus hidupnya, lalat rumah
mempengaruhi jumlah populasi lalat rumah
mengalami empat stadia yaitu telur, larva, pupa
dalam satu periode. Pada suhu di sekitar suhu
dan imago atau lalat dewasa. Pada setiap
optimum, peluang berkembangnya penyakit
stadia, suhu lingkungan mempengaruhi daya
yang diakibatkan oleh lalat rumah dapat
tahan hidup dan waktu perkembangan
mencapai optimum. Dengan demikian maka jika
pradewasa. Daya tahan hidup setiap stadium
suatu daerah mengalami kenaikan suhu dalam
dinyatakan dalam persentase keberhasilan tiap
periode musiman atau jangka panjang,
stadium tersebut untuk berkembang menjadi
ancaman serangan lalat rumah berpotensi
stadium berikutnya, yaitu dari telur hingga
meningkat karena kenaikan suhu
dewasa.
mengakibatkan periode perkembangan lalat
Pada perubahan seluruh stadia, persentase rumah semakin cepat. Selain itu, biasanya
daya tahan hidup dan laju perkembangan meningkatnya suhu menyebabkan peningkatan
tertinggi terjadi pada perlakuan kontrol di luar metabolisme dan berakibat kepada sifat atau
growth chamber, kecuali pada perubahan dari prilakunya seperti akitivitas, keberanian,
telur ke larva1 (Tabel 1). Selain itu, persentase agresivitas dan eksplorasi dari serangga
(9,10,11,12,13)
laju perkembangan lalat per hari lebih tinggi tersebut . Pada suhu yang tinggi, sifat
pada kondisi kontrol (lingkungan bebas/ prilaku seperti terbang dan kawin tampaknya
ambient) dari perlakuan suhu di laboratorium . akan dipengaruhi secara negatif oleh
(14,15)
Lingkungan bebas mempunyai karakter suhu, panas .
radiasi, kelembaban, oksigen dan kondisi
Pada serangga, ketahanan panas sering
lainnya yang berfluktuasi, mengikuti kondisi
berbeda antar tahapan stadia yang dihubungkan
udara bebas. Kondisi ini diperkirakan lebih (16,17)
dengan mobilitas (gerak) tiap stadia , seperti
cocok untuk perkembangan pradewasa lalat
pada stadia telur dan pupa serangga D.Buzzati
rumah. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi
menunjukan batas ketahanan panas yang lebih
faktor iklim dan faktor lingkungan bebas pada
tinggi dari stadia bergerak (larva dan
wilayah penelitian lebih sesuai jika dibandingkan (18)
dewasa) .
dengan perlakuan di dalam growth chamber.
Berdasarkan persamaan kuadratik tiap stadia Hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan
menunjukan bahwa suhu optimum untuk mengantisipasi ancaman berkembangnya
perkembangan lalat rumah berada pada rentang penyakit yang ditularkan lalat rumah oleh
suhu daerah tropis yaitu sekitar 22ºC - 32ºC, keragaman dan perubahan iklim, terutama suhu
sehingga perlu diwaspadai oleh masyarakat udara karena banyak spesies lalat rumah yang
yang tinggal di daerah tropis. Ketika berada di dijumpai di gradient lintang dan telah
luar rentang suhu daerah tropis, daya tahan beradaptasi secara fisiologis dan morfologis
(19,20,21,22,23)
hidup lalat rumah akan rendah, seperti pada terhadap kondisi suhu local . Peran
suhu 16 ºC yang tingkat keberhasilan hidup lalat rumah dalam penyebaran penyakit dan
telurnya rendah sekitar 34%. Daya tetas telur penyebab efek psikologis negatif dapat
yang rendah tersebut terjadi karena telur dikurangi di antaranya dengan mengurangi atau
mengalami kekeringan pada kelembaban mutlak menghilangkan tempat perindukan /
rendah, karena telur menjadi steril sehingga perkembangbiakan lalat rumah, mengurangi
(7)
tidak terbentuk embrio . sumber yang menarik lalat rumah, dan
mencegah kontak antara lalat dengan kotoran
Berdasarkan hasil pengamatan, panjang
yang mengandung kuman penyakit. Kebersihan
periode perkembangan pada semua stadia
lingkungan pada periode atau wilayah dengan
kehidupan lalat bervariasi menurut suhu udara,
suhu tinggi (dataran rendah) perlu lebih sering
sesuai dengan pendapat yang menyatakan
dilakukan daripada periode atau wilayah yang
bahwa suhu mempengaruhi perkembangan lalat
(5) (8) lebih rendah suhunya (dataran tinggi).
rumah . Menurut , perkembangan telur pada
Perkembangan pradewasa lalat rumah yang
perlakuan di laboratorium dengan lingkungan
meliputi daya tahan hidup dan laju
bebas akan berbeda. Perkembangan di
perkembangan pradewasa terjadi pada suhu
laboratorium akan lebih cepat bila dibandingkan
optimum sebesar 28ºC. Di sebagian besar
pada suhu lingkungan bebas, karena
wilayah dataran rendah Indonesia mempunyai
kemampuan adaptasi telur lalat rumah pada
kisaran suhu rata-rata bulanan sebesar 26ºC
suhu laboratorium yang relatif konstan lebih
sampai 28ºC, menjadi daerah yang sangat
tinggi dari kemampuan adaptasi pada suhu
cocok untuk perkembangan pradewasa lalat
lingkungan bebas yang berubah-ubah.
rumah, terutama pada periode akhir musim
Semakin meningkat suhu hingga mencapai kemarau, dimana kelembaban juga cukup tinggi.
suhu optimum, periode perkembangan

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 17, No 2, Juli 2016, 100-107 105


5. KESIMPULAN 5. Burgess P., (2013), The biology and
lifecycles of common flies on livestock
Suhu udara mempengaruhi daya tahan hidup
operations. IPM Coordinator. Perennia.
(survival rate) dan periode perkembangan
(longevity) pradewasa lalat rumah. Suhu tinggi 6. Hidayati, R., Kesumawati, U., Manuwoto, S.,
dan rendah dapat mengakibatkan daya tahan Boer, R., dan Koesmayono, Y., (2007),
hidup lalat rumah rendah. Suhu optimum untuk Kebutuhan Satuan Panas untuk Fase
daya tahan hidup dan laju perkembangan Perkembangan pada Nyamuk Aedes aegypti
pradewasa (perkembangan telur sampai (Diptera: Culicidae) dan Periode Inkubasi
dewasa) lalat rumah sebesar 28 ºC dengan Ekstrinsik Virus Dengue (Heat Unit
suhu letal rendah dan tinggi masing-masing Requirement for Development stages of
sebesar 16 ºC dan 42 ºC. Pola hubungan antara Aedes aegypti and Extrinsic Incubation
suhu dengan daya tahan hidup serta laju period of Dengue Virus). J. Ekol. Kes.
perkembangan pradewasa per hari berbentuk 6(3):648-658.
kurva kuadratik. Pola hubungan pengaruh suhu
7. Sutherst RW., (2004), Global change and
terhadap periode perkembangan (longevity)
human vulnerability to vector- borne disease.
pradewasa membentuk kurva yang berbeda
Clinical Microbiology Reviews. 17(1):136-
dengan hubungan antara suhu dengan daya
173. doi:10.1128/CMR.17.1.136-173.2004.
tahan hidup. Peningkatan suhu juga
mempercepat periode perkembangan 8. Elvin MK, Krafsur ES., (1984), Relationship
pradewasa mengikuti pola persamaan between temperature and rate of ovarian
eksponensial. development in the house fly, Musca
domestica L. (Diptera: Muscidae). Annals of
PERSANTUNAN
the Entomological Society of America.
Penulis mengucapkan terima kasih 77(1):50-55(6).
kepada Staf Pengajar dan Departemen
9. Biro PA, Stamps JA., (2008), Are animal
Geosfisika dan Meteorologi dan Fakultas
personality traits linked to life-history
Kedokteran Hewan IPB yang telah mendukung
productivity?Trends in Ecology&Evolution,
penelitian ini.
23,361-368
10. Briffa M, Bridger D, Biro PA., (2013), How
DAFTAR PUSTAKA does temperature affect behaviour?
Multilevel analysis of plasticity, personality
1. Molyneux D, Hallaj Z, Keusch GT, McManus
and predictability in hermit crabs. Animal
DP, Ngowi H, Cleaveland S, Jimenez PR,
Behaviour, 86,47-54
Gotuzzo E, Kar K, Sanchez A, Garba A,
Carabin H, Bassili A, Chaignat CL, Meslin 11. Careau V, Thomas D, Humphries MM, Reale
FX, Abushama HM, Willingham AL, Kioy D. D., (2008), Energy metabolism and animal
(2011),. Zoonoses and Marginalized personality.Oikos, 117,641-653.
Infectious Diseases of Poverty: Where do we
12. Houston A I., (2010), Evolutionary models of
stand?. Parasites and Vectors 4:106
metabolism, behaviour and person-
(http//www:parasitesandvectors.com/content/
ality.Philosophical Transactions of the Royal
4/1/106)
Society B: Biological Sciences, 365, 3969-
2. Malik A, Singh N, Satya S., (2007), House fly 3975
(Musca domestica): A review of control
13. Huey RB, Hertz PE, Sinervo B., (2003),
strategies for a challenging pest. Journal of
Behavioral drive versus behavioral inertia in
Environmental Science and Health, Part B:
evolution: a null model approach. American
Pesticides, Food Contaminants, and
Naturalist, 161,357-366
Agricultural Wastes. 42(4):453-469.
doi:10.1080/03601230701316481. 14. Krebs RA, Thompson KA., (2006), Direct and
correlated effects of selection on flight after
3. Melsinawati W, Khotimah S,
exposure to thermal stress inDrosophila
Rizalinda,(2012), Jamur yang terdapat pada
melanogaster. Genetica, 128, 217-225
tubuh lalat rumah (Musca domestica L.,
1758). Protobiont, 1(1): 12-19 15. Patton Z J, Krebs RA., (2001), The effect of
thermal stress on the mating behavior of
4. Kementerian Kesehatan RI., (2010), Profil
threeDrosophilaspecies.Physiological and
Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Jakarta
Biochemical Zoology, 74, 783-788
(ID): Kementerian Kesehatan RI.
16. Bowler, K. & Terblanche, J.S., (2008), Insect
thermal tolerance: what is the role of

106 Pengaruh Suhu Udara terhadap Fekunditas… (Ihsan, MI., et al.)


ontogeny, ageing and senescence? three geographical strains of Drosophila
Biological Reviews, 83, 339–355. melanogaster. Journal of Thermal Biology,
27,337-344.
17. Marais, E. & Chown, S.L., (2008), Beneficial
acclimation and the Bogert efect. Ecology 21. Dahlgaard J, Hasson E, Loeschcke V.,
Letters, 11, 1027–1036. (2001), Behavioral differentiation in
oviposition activity inDrosophila buzzatiifrom
18. Krebs, R. A., & Loeschcke, V., (1995),
highland and lowland pop-ulations in
Resistance to thermal stress in preadult
Argentina: plasticity or thermal
Drosophila buzzatii: variation among
adaptation?Evolution, 55,738-747
populations and changes in relative
resistance across life stages. Biological 22. Gibert P, Huey RB, Gilchrist GW., (2001),
Journal of the Linnean Society, 56, 517-531 Locomotor performance of Drosophila
melanogaster: interactions among
19. Bahrndorff S, Holmstrup M, Petersen H,
developmental and adult tem-peratures, age,
Loeschcke V., (2006), Geographic variation
and geography.Evolution, 55, 205-209
for climatic stress resistance traits in the
springtailOrchesella cincta. Journal of Insect 23. Karl I, Sorensen JG, Loeschcke V, Fischer
Physiology, 52,951-959 K., (2009), HSP70 expression in the Copper
butterfly Lycaena tityrusacross altitudes and
20. Bubliy OA, Riihimaa A, Norry FM, Loeschcke
temperatures.Journal of Evolutionary
V., (2002), Variation in resis-tance and
Biology, 22,172-178
acclimation to low-temperature stress among

Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 17, No 2, Juli 2016, 100-107 107

Anda mungkin juga menyukai