Anda di halaman 1dari 23

TUGAS LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 1

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah : Mekanika Tanah 1
Dosen Pembimbing : Ir. Irianto, ST., MT

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN SITEM INFORMASI
UNIVERSITAS YAPIS PAPUA
JAYAPURA
2020
KATA PENGANTAR

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Praktikum Mekanika Tanah I merupakan salah satu persyaratan dari
Kurikulum Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Yapis Papua
(UNIYAP). Praktikum ini menitik beratkan pada penyelidikan mengenai keadaan
suatu tanah yang akan digunakan sebagai tempat berdirinya suatu bangunan.
Hasilnya berupa data - data yang selanjutnya dianalisa sampai struktur bangunan
dapat ditentukan, tipe fondasi dan lain-lain sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki
oleh tanah tersebut. Hal-hal tersebut sangat penting untuk menunjang segi
ekonomis dan segi keselamatan baik untuk bangunan, pemakai maupun pekerja
yang ada dan sebagainya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Secara garis besar maksud dan tujuan diadakannya Praktikum Mekanika
Tanah I ini adalah untuk mengetahui dan memahami segi teknis dari penyelidikan
tanah baik di laboratorium maupun di lapangan. Sedangkan mahasiswa dengan
adanya praktikum ini, dapat mempraktekkan teori – teori yang ada dalam mata
kuliah Mekanika Tanah I yang didapat pada saat kuliah secara langsung, sehingga
mahasiswa diharapkan dapat memahami apa yang dipelajari pada Mekanika
Tanah I. Selain itu juga pengetahuan tentang mekanis yang terjadi pada suatu jenis
tanah dapat bertambah dengan dilakukannya pengujian serta bertambahnya
pengalaman dalam penggunaan peralatan yang digunakan dalam praktikum.
BAB II
PENELITIAN DI LABORATORIUM

2.1 Pengujian Sifat Fisik Tanah


2.1.1 Kadar Air (Water Content)
A. Teori
Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
masa tanah terhadap berat butiran padat (tanah kering) dan dinyatakan dalam
prosen.
Kadar air tanah merupakan salah satu parameter tanah yang penting untuk
menentukan korelasi antara perilaku tanah dengan sifat- sifat fisiknya. Oleh sebab
itu, pengujian atas kadar air tanah ini merupakan salah satu pengujian yang selalu
dilakukan setiap penyelidikan tanah. Pengujian menggunakan metode kering oven
(oven drying method), yaitu memanaskan benda uji pada suhu (110±5)ºC selama
16 s/d 24 jam.
Pada keadaan khusus apabila tanah yang diuji berupa jenis lempung dari
mineral monmorolinote/holosite, gypsum atau bahan- bahan organik (misalnya
tanah gambut), maka suhu pengeringan maksimum dibatasi sampai 60ºC dengan
waktu pengeringan yang lebih lama. Penentuan kadar air tanah sedapat mungkin
dilakukan segera setelah penyiapan benda uji, terutama bila cawan yang
digunakan mudah berkarat.

B. Gambaran Umum :
Kadar air merupakan perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
tanah dengan berat butiran tanah kering yang dinyatakan dalam persen (%).
Pengujian kadar air dalam praktikum ini menggunakan standar ASTM D2216-92
(1996).
Didefinisikan sebagai,
Ww
Wc= ×100 %
Ws
Dimana:
Wc : kadar Air
Ww : Berat Air (gram)
Ws : Berat Tanah Kering (gram)

C. Tujuan penelitian :
Penentuan kadar air adalah pengujian laboratorium yang dilakukan untuk
menentukan jumlah air yang ada dalam tanah terhadap kondisi kering.

D. Alat dan Bahan :


1. Oven
2. Cawan
3. Scoop
4. Tanah
5. Timbangan
6. Alat Tulis

E. Prosedur Praktikum :
1. Hidupkan Timbangan Digital dan atur satuan timbangan menjadi gam
Ambil cawan kosong kemudian timbang berat cawan kosong (WI),
kemudian catat berat cawan kosong tersebut ke dalam tabel yang sudah
di siapkan. Lakukan penimbangan cawan untuk 4 sampel pengujian
2. Kemudian Ambil tanah menggunakan scoop lalu isi kedalam cawan
kosong yang sudah ditimbang tadi, isi hingga penuh.tanah ini disebut
dengan tanah basah
3. Timbang berat cawan + tanah basah (w2) kemudian catat beratnya
Lakukan prosedur 3 dan 4 hingga sampel ke 4
4. Kemudian masukan 4 sampel tersebut kedalam oven dengan suhu 115 C,
oven selama 24 jam (1 hari) agar kadar air yang terkandung di dalam
tanah tersebut hilang.
5. Keluarkan 4 sampel tanah tersebut dari oven menggunakan penjepit, lalu
timbang berat cawan + tanah kering (w3) menggunakan timbangan
kemudian catat beratnya

F. Perhitungan Analisis Data :

2.2 Analisis Ukuran Butir


2.2.1 Analisa Saringan (Sieve Analysis)
A. Teori
Pada dasarnya partikel-partikel pembentuk struktur tanah mempunyai ukuran
dan bentuk yang beraneka ragam, baik pada tanah kohesif maupun tanah
nonkohesif. Sifat suatu tanah banyak ditentukan oleh ukuran butir dan
distribusinya. Sehingga didalam mekanika tanah, analisis ukuran butir banyak
dilakukan/dipakai sebagai acuan untuk mengklasifikasikan tanah.
Untuk mengetahui gradasi pembagian butiran dari suatu contoh tanah butiran
kasar, untuk mengklarifikasi tanah, dan juga untuk mengetahui koefisien
keseragaman dan koefisien gradasi

B. Tujuan Penelitian
Pengujian analisis saringan bertujuan untuk menentukan persentase ukuran
butir tanah pada benda uji yang tertahan saringan no. 200 dan untuk menentukan
pembagian butiran (gradasi) agregat halus dan agregat kasar.

C. Alat dan Bahan


1. Saringan nomor 4#, 8#, 16#,30#,50#,100#,200# pan dan cover
2. Oven
3. Talang
4. Spatula
5. Scoop
6. Kuas

D. Prosedur Pengujian
1. Ambil tanah menggunakan scoop lalu timbang tanah sebanyak ±500
gram menggunakan timbangan digital
2. Kemudian susun saringan, saringan disusun dari saringan diameter
terkecil sampai dengan saringan diameter terbesar dan letakan pan paling
bawah saringan atau dibawah saringan 200#
3. Lalu masukan tanah yang sudah ditimbang tadi kedalam saringan paling
atas atau saringan 4#. Lalu tutup saringan menggunakan cover
4. Hidupkan stopwatch, kemudian goyangkan saringan secara manual
dengan durasi 15 menit tanpa henti
5. Jika sudah, buka semua saringan lalu masukan tanah ke dalam mangkok
stainless Jangan sampai ada tanah yang terjatuh, bersihkan saringan
dengan menggunakan kuas agar tidak ada tanah yang tertinggal pada
saringan . timbang berat tanah yang tertahan dalam masing — masing
saringan.
6. Kemudian catat berat tanah yang tertahan di setiap masing — masing
saringan

E. Perhitungan Analisis Data

2.2.2 Analisis Hidrometer (Hydrometer Analysis)


A. Teori
Alat hidrometer yang digunakan makin lama makin turun ke bawah jika
lumpur makin mengendap, sehingga alat hydrometer pada waktu tertentu
menunjukkan angka nol dan hal ini berarti bahwa lumpur sudah mengendap.
Percobaan ini didasarkan pada hubungan antara kecepatan jatuh dari suatu butiran
di dalam suatu larutan, diameter butiran, berat jenis butiran, berat jenis larutan dan
kepekaan larutan.
Supaya mendapatkan hasil yang lebih baik maka digunakan hidrometer yang
berfungsi untuk mengetahui spesific gravity larutan setiap waktu pengamatan.
Dari hasil tersebut didapatkan data yang setelah diolah akan diperoleh grafik
distribusi butiran yang merupakan hubungan antara diameter dan prosentase lolos.

B. Pembahasan Umum
Analisis hidrometer adalah metode untuk menghitung distribusi ukuran butir
tanah berdasarkan sedimentasi tanah dalam air, kadang disebut juga uji
sedimentasi. Analisis hidrometer ini bertujuan untuk mengetahui pembagian
ukuran butir tanah yang berbutir halus.

C. Tujuan Penelitian
Menentukan kadar lumpur dalam tanah, menentukan distribusi butiran tanah,
serta menentukan klasifikasi jenis tanah membandingkan presentase butiran lanau
dan lempung.
Analisis hidrometer ini bertujuan untuk mengetahui pembagian ukuran butir
tanah yang berbutir halus.

D. Alat dan Bahan


1. Oven 5. Hexametafosfat
2. Air Suling 6. Gelas Ukur
3. Timbangan Digital 7. Termometer
4. Water glass 8. Alat Tulis

E. Prosedur Praktikum :
1. Siapkan benda uji sekitar 100 gram atau 50 gram yang sudah dikeringkan
dan ditumbuk, tempatkan dalam gelas kimia kapasitas 250 mL, yang
nantinya dapat menampung 125 mL cadangan campuran benda uji
dengan bahan pengurai yang dipilih.
2. Siapkan bahan pengurai antara lain dengan bahan pengurai dan air suling
dengan komposisi 20 mL water glass, ditambah 100 mL air suling,
sedangkan bila menggunakan 100 mL natrium heksametafospat
ditambahkan 50 mL air suling.
3. Campurkan benda uji langkah No. 1 dengan bahan pengurai seperti yang
disiapkan pada langkah No.2 rendamkan, kemudian aduk dengan
pengaduk gelas sampai rata dan biarkan selama 12 jam.
4. Pindahkan campuran langkah No. 3 kedalam mangkok dispersi seperti
Gambar 3 dan tambahkan air suling sampai mengisi setengah mangkok,
kemudian aduk selama 5 menit, 1 Omenit, atau 15 menit tergantung dari
harga PI dari tanah. Tanah dengan PI 5 membutuhkan waktu pengadukan
selama 5 menit, tanah dengan 6 PI 20 perlu waktu aduk 10 menit dan
tanah dengan PI > 20 perlu waktu aduk 15 menit, sedangkan tanah yang
mengandung banyak mika diperlukan waktu pengadukan hanya 1 menit.
5. Setelah dispersi, pindahkan campuran langkah No. 4 ke dalam tabung
gelas ukur, lalu tambahkan air suling sampai volume campuran menjadi
1000 mL, lalu tempatkan dalam bak dengan temperatur tetap. Ukur
temperature air di bak tersebut (TC).
6. Angkat tabung gelas ukur yang berisi campuran dari dalam bak tersebut
setelahcampuran mencapai temperatur tetap. Dengan menggunakan
telapak muka tangan, tutup mulut tabung rapat-rapat (atau bisajuga mulut
tabung ditutup dengan penutup karet) dan kocok secara bolak balik
selama 60 detik sampai pergolakan campuran berhenti.

CATATAN 5 : Jumlah kocokan diperkirakan 60 putaran, dihitung 1 putaran


untuk 1 kocokan bolak balik. Tanah yang tersisa pada dasar tabung selama
beberapa putaran pertama akan terlepas dengan menggoncangkan tabung pada
posisi terbalik.
CATATAN 6 : Pada periode bergejolaknya air dalam tabung, jika perlu
material yang lengket pada dinding atas tabung harus dibilas dengan sedikit air.
7. Catat waktu pada saat berhentinya gejolak campuran dalam tabung dan
tempatkan tabung yang berisi campuran dalam bak. Masukkan alat
hidrometer ke dalam tabung, dan biarkan hidrometer terapung bebas.
8. Baca angka skala hidrometer untuk kelangsungan waktu sampai 120
detik yakni untuk setiap kelangsungan waktu 30 detik, 60 detik, dan 120
detik. Pembacaan hydrometer dilakukan pada batas atas cekungan
permukaan dalam tabung (meniskus). Setelah pembacaan 120 detik,
angkat alat hidrometer perlahan-lahan dan cuci dengan air suling.
9. Masukkan kembali hidrometer ke dalam tabung. Jika hidrometer yang
digunakan adalah skala A, pembacaan harus mendekati 0,5 g/L. Pada
hidrometer skala B dibaca mendekati 0,0005 berat jenis. Berikut
pembacaan hidrometer dilakukan pada selang (interval) waktu 5 menit,
15 menit, 30 menit, 60 menit, 250 menit dan 1440 menit setelah
dimulainya pengendapan.
10. Setiap setelah pembacaan hidrometer, hati-hati mengangkat hidrometer
dari dalam tabung dan setelah diangkat tempatkan dengan gerakan
memintal di dalam air yang bersih. Sekitar 25 atau 30 detik sebelum
pembacaan, alat hidrometer diambil dari tempat air bersih tersebut dan
secara perlahan-lahan celupkan kedalam campuran didalam tabung, hal
ini dilakukan untuk menjamin ketepatan waktu dalam pembacaan.
11. Ukur temperatur campuran pada 15 menit pertama dan kemudian pada
setiap pembacaan berikutnya.
12. Setelah pembacaan terakhir, tuangkan campuran ke saringan No.200, dan
cuci sampai airnya jernih, kemudian keringkan dengan oven pada
temperatur 110 oc ± 5 oc.
F. Perhitungan Analisis Data

2.2.3 Berat Jenis Tanah


A. Teori
Berat jenis tanah (Gs) adalah perbandingan antara berat butir tanah (Ws)
dengan berat air (Ww) yang mempunyai volume (V) sama pada temperatur
tertentu. Berat jenis tanah diperlukan untuk menghitung indek propertis
tanah(misalnya: angka pori (e), berat isi tanah (γt), derajat kejenuhan (Sr) dan
karakteristik pemampatan (Cc, Cr, Cv) serta sifat- sifat penting tanah lainnya.
Selain itu dari nilai berat jenis dapat pula ditentukan sifat tanah secara
umum misalnya : tanah organik mempunyai berat jenis yang kecil, sedangkan
adanya kandungan mineral berat lainnya (misalnya besi) ditunjukkan dari berat
jenis tanah yang besar.

B. Gambaran Umum
Berat jenis tanah adalah berat tanah kering dibagi volume partikel padat
(tidak termasuk volume pori-pori tanah). Berat jenis partikel tanah dinyatakan
dalam satuan g/cm3 atau mg/m3.
Penentuan berat jenis partikel tanah penting dilakukan untuk mengetahui
sifat fisik tanah dan sebagai informasi dalam pengolahan tanah lebih lanjut serta
penentuan jenis tanaman apa saja yang ditanam pada tanah (lahan) tersebut. Nilai
berat jenis partikel tanah bervariasi tergantung pada komposisi mineral tanah
tersebut.

Berat jenis tanah dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :


- Berat sampel = W2 – W1
( w 2−w 1)
- Berat jenis =
( w 4−w 1 )−( w 3−w 2)
Keterangan
Gs = Berat jenis tanah
W1 = Berat piknometer kosong (gr)
W2 = Berat piknometer + tanah kering (gr)
W3 = Berat piknometer + tanah basah + air (gr)
W4 = Berat piknometer + aquades (gr)

C. Tujuan Penelitian
mengetahui sifat fisik tanah dan sebagai informasi dalam pengolahan tanah
lebih lanjut serta penentuan jenis tanaman apa saja yang ditanam pada tanah
(lahan) tersebut.

D. Alat dan Bahan


1. Kompor 7. Tanah
2. Mangkuk stainless 8. Saringan no. 4
3. Pengaduk 9. Cawan
4. Piknometer 10. Corong
5. Timbangan Digital 11. Alat Tulis
6. Air Suling

E. Prosedur Pengujian
1. Tanah yang lolos saringan 4#, oven. sampai 24 jam
2. Keringkan benda uji dalam oven pada temperatur 110 °C ± 5°C (230°F ±
9°F) selama 24 jam,
3. Timbang piknometer yang kering dan bersih (WI)
4. Masukkan tanah kurang lebih 10 gram dan timbang (W2).
5. Tambahkan air suling sampai 2/3 bagian. Untuk tanah lempung diamkan
kurang lebih 24 jam.
6. Panaskan piknometer atau botol ukur yang berisi rendaman benda uji
dengan hati - hati selama 10 menit atau lebih sehingga udara dalam benda
uji ke luar seluruhnya. Untuk mempercepat proses pengeluaran udara,
piknometer atau botol ukur dapat dimiringkan sekali – kali.
7. Rendamlah piknometer atau botol ukur dalam bak perendam, sampai
temperaturnya tetap. Tambahkan air suling secukupnya sampai penuh.
Keringkan bagian luarnya, lalu timbang (W3 gram);
8. Ukur temperatur isi piknometer atau botol ukur, untuk mendapatkan faktor
koreksi (K);
9. Lakukan langkah ini berulang kali hingga mendekati berat (f) konstan.
10. Bersihkan piknometer dan isi dengan air suling, dan tutup serta keringkan
permukaan dengan tissue dan timbang (WD
11. Lakukan pengujian ini minimal 2 kali.

F. Perhitungan Analisis Data

2.3 Batas – Batas Atterberg


2.3.1 Batas Susut
A. Teori
Batas susut tanah adalah kadar air minimum dimana masih dalam keadaan
padat atau keadaan diantara keadaan semi padat dan keadaan padat.

B. Tujuan Penelitian
Untuk menentukan kadar air pada batas semi padat ke keadaan padat yang
disebut batas susut dan digunakan yntuk menentukan sifat-sifat tanah.

C. Alat dan Bahan


1. Monel Dish 7. Timbangan Digital
2. Oven 8. Porcelain dish
3. Spatula 9. Mercury
4. Saringan 30# 10. Mangkok Stainless
5. Tanah 11. Prong Plate
6. Scoop
D. Prosedur Praktikum
1. Ambil tanah menggunakan scoop dan masukan kedalam saringan 30#, lalu
saring dan timbang tanah yang telah disaring tadi sebanyak 100 gram
2. Masukan tanah yang telah disaring tadi kedalam porcelain dish kemudian
campurkan tanah dengan air dan aduk menggunakan spatula hingga tanah
membentuk pasta
3. Timbang massa monel dish kosong
4. Masukan tanah yang sudah menjadi pasta tadi kedalam monel dish lalu
ratakan hingga penuh
5. Timbang massa monel dish + tanah basah kemudian catat massanya ke
dalam tabel
6. Masukan sampel tanah tadi kedalam oven dengan suhu 1 ISC selama 12 -
18 jam
7. Setelah itu tanah yang sudah di oven selama 12 — 18 jam kelurkan dari
dalam oven kemudian timbang berat monel dish + tanah kering tersebut
lalu catat massanya .
8. Keluarkan sampel tanah dari dalam monel dish
9. Letakan moneldish di dalam mangkok stainless lalu Isi monel dish kosong
dengan mercury hingga penuh/meluap
10. Ratakan mercury dengan prong plate hingga mercury tadi tumpah dan rata,
lalu timbang mercury tersebut, massa mercury ini disebut dengan volume
tanah basah
11. Kemudian masukan Sampel tanah kering kedalam mercury tadi dan tekan
menggunakan prong plate hingga sampel tanah tadi terendam dan mercury
tadi tumpah/meluap, lalu timbang mercury yang tumpah kedalam
mangkok stainless, massa mercury ini disebut dengan volume tanah kering

E. Perhitungan Analisis Data

2.3.2 Batas Plastis


A. Teori
Batas plastis tanah (PL) adalah kadar air minimum (dinyatakan dalam
persen) bagi tanah tersebut yang masih dalam keadaan plastis. Tanah ada pada
keadaan plastis, apabila tanah digiling menjadi batang-batang berdiameter 3 mm
mulai menjadi retak-retak.
Index plastisitas sesuatu tanah adalah bilangan ( dalam persen ) yang
merupakan selisih antara batas cair dan batas plastisitasnya. Dapat diperhitungkan
dengan menggunakan rumus :PI = LL – PL

B. Pembahasan Umum
Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan antara
daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air dimana tanah dengan
diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika digulung.
Pengujian batas plastis dimaksudkan untuk menentukan besarnya kadar air
di dalam contoh tanah pada saat tanah akan berubah dari fase plastis menjadi fase
semi padat atau sebaliknya

C. Tujuan Penelitian
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan batas plastis suatu tanah (batas
besarnya kadar air (up), pada contoh tanah, dari kondisi semi plastis menjadi
plastis dalam persen)

D. Alat dan Bahan


1. Cawan 6. Saringan 30#
2. Oven 7. Glass Plate
3. Spatula 8. Tanah
4. Mangkok Stainless 9. Timbangan Digital
5. Scoop

E. Prosedur Praktikum
1. Ambil tanah menggunakan scoop dan saring menggunakan saringan
dengan ukuran 30#
2. Masukan tanah kedalam mangkok stainless dan kemudian timbang tenah
sebanyak 20 gram
3. Campurkan tanah dengan air suling dan kemudian aduk menggunakan
spatula hingga rata dan membentuk pasta
4. Tanah yang telah menjadi pasta kemudian ambil sedikit dan gulung menj
adi bulat lalu timbang 5 gr, lakukan hal yang sama hingga menjadi 4
sampel
5. Kemudian bentuk tanah tadi menjadi bentuk silinder menggunakan glass
plate dengan diameter kurang lebih 3mm. gulung hingga sampel tanah
menjadi retak, apabila sampel tanah sudah retak sebelum sampel anah
membentuk diameter 3mm semprotkan sedikit air pada sampel tanah
tersebut
6. Setelah itu masukan sampel kedalam cawan kosong yang sudah ditimbang,
setelah dimasukan kedalam cawan timbang cawan + tanah basah yang
telah di bentuk silinder tadi, kemudian catat massa ke-4 sampel tadi
kedalam tabel yang telah disediakan.

F. Perhitungan Analisis Data

2.3.3 Batas Cair


A. Teori
Batas cair adalah nilai kadar air tanah dalam kondisitanah antara cair dan
plastis.Batas plastis adalah nilai kadar air tanah dalam kondisi antara plastis dan
semi padat. Batas susut/kerut adalah nilai kadar air tanah dalam kondisi antara
semi padat dan padat.
Tanah berbutir halus yang mengandung mineral lempung sangat peka
terhadap perubahan kandungan air. Atterberg telah menentukan titik-titik tertentu
berupa batas cair (Liquid Limit, LL), batas plastis (Plastic Limit, PL) dan batas
kerut/susut (Shrinkage Limit, SL).
Dengan mengetahui nilai konsistensi tanah maka sifat-sifat plastisitas dari
tanah juga dapat diketahui. Sifat-sifat plastisitas dinyatakan dengan harga indek
plastisitas (Plasticity Index, PI) yang merupakan selisih nilai kadar air batas cair
dengan nilai kadar air batas plastis (PI = LL – PL).
Nilai IP yang tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut peka terhadap
perubahan kadar air dan mempunyai sifat kembang susut yang besar, serta besar
pengaruhnya terhadap daya dukung atau kekuatan tanah.

B. Pembahasan Umum
Batas Cair adalah kadar air tertentu dimana perilaku berubah dari kondisi
plastis ke cair. Pada kadar air tersebut tanah mempunyai kuat geser terendah.

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui nilai Batas cair sampel tanah yang akan diuji.

D. Alat dan Bahan


1. Cawan 4 buah 5. Grooving tool 10. scoop
2. Oven 6. Air suling 11. Pan dan Cover
3. Spatula 7. Mangkok stainless 12. Alat Tulis
4. Atterberg 8. Timbangan Digital 13. Tanah
9. Saringan 30#
E. Prosedur Praktikum
1. Ambil tanah menggunakan scoop lalu masukan kedalam saringan ukuran
30#, lalu saring tanah dengan cara menggoyangkan saringan.
2. Setelah itu masukan tanah yang sudah tersaring kedalam mangkok
stainless yang sudah ditimbang dahulu beratnya, lalu timbang tanah
dengan massa 100gr
3. Ulangi langkah 2 hingga diperoleh 4 sampel tanah dengan masing - msing
massa 100gr
4. Campurkan tanah sampel 1 dengan air suling sedikit demi sedikit
menggunakan spatula hingga tanah berbentuk pasta
5. Masukan tanah yang sudah tercapur rata dengan air tadi ke wadah
cassagrande dan padatkan menggunakan spatula dengan ketinggian
maksimal tanah l cm
6. Jika sudah rata, buat alur dari tengah tanah menggunakan grooving tool
hingga terlihat permukaan bawah wadah cassagrande
7. Putar cassagrande dengan kecepatan 2 putaran perdetik secara konstan
sampai terlihat alur tanah yang dibelah tadi menyatu
8. Jika sudah menyatu hentikan putaran dan catat berapa jumlah ketukan
yang terjadi
9. Timbang cawan kosong menggunakan timbangan digital
10. Ambil sedikit sampel lalu masukan kedalam cawan, lalu timbang berat
cawan + tanah basah (Ma).
11. Lakukan tahap 4 — 10 sampai sampel ke 4 dengan kompoisi air yang
berbeda — beda
12. Lalu masukan semua sampel kedalam oven dengan suhu 1 1 S C, oven
selama 24 jam (1 hari) agar kadar air yang terkandung di dalam tanah
tersebut hilang.
13. Kemudian catat Hasil pengujian tersebut kedalam tabel

F. Perhitungan Analisis Data

2.3.4 Indeks Plastisitas


A. Teori
Plastic Limit dan Plasticity Index of Soils (Batas Plastis dan Indeks
Plastisitas Tanah). Standar pengujian batas plastis dan indeks plastisitas tanah.
Batas plastisitas tanah adalah kadar air (water content) yang dinyatakan dalam
persen (%) terhadap massa tanah kering oven.

Batas plastisitas ini merupakan batas antara keadaan plastis dengan semi
solid dari tanah. Kadar air pada batas ini dianggap terjadi pada kadar air pada
batas ini dianggap terjadi pada kadar air terendah dimana tanah dapat digelintir
menjadi suatu gelintiran tanah berdiameter 1/8 inch (3,2 mm) tanpa menjadikan
gelintiran-gelintiran tanah tersebut menjadi putus.

B. Perhitungan Analisis Data

2.4 Penentuan Jenis Tanah


2.4.1 Penentuan jenis tanah menurut AASHTO
A. Pengertian Klasifikasi Tanah
Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh klasifikasi umum yang
dapat membantu dalam memprediksi perilaku tanah ketika mengalami
pembebanan. Metode yang telah dibuat didasarkan pada pengalaman yang
diperoleh dalam perancangan fondasi dan riset. Dari sini, tanah fondasi yang
ditinjau menurut klasifikasi tertentu dapat diprediksi perilakunya, yaitu
didasarkan pada pengalaman di lokasi lain, namun memiliki tipe tanah yang sama.
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis
tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-
kelompok dan sub kelompok-sub kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem
klasifikasi memberikan bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat
sifat-sifat tanah yang bervariasi tanpa penjelasan yang terinci.

B. Fungsi Klasifikasi Tanah


Dalam perancangan fondasi, klasifikasi tanah berguna sebagai petunjuk
awal dalam memprediksi kelakuan tanah. Engineer akan mempunyai gambaran
yang baik mengenai perilaku tanah tersebut dalam berbagai situasi, misalnya
selama konstruksi, di bawah beban-beban struktural dan lain lain.

2.9.1 Rekapitulasi Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah


BAB III
PENUTUP
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai