Anda di halaman 1dari 9

DINAMIKA JENDER TERHADAP AKSES PELAYANAN

KESEHATAN MATERNAL SEMBILAN ETNIS DI


INDONESIA
Gender Dynamics on Access to Maternal Health Care Among
Nine Ethnics in Indonesia

Siti Isfandari, Selma Siahaan, Grace Wanggae, Ratna Widyasari, Aan


Kurniawan,
Ni Ketut Aryastami, Atmarita dan Niniek Lely Pratiwi
Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

Naskah masuk: 15 November 2018 Perbaikan: 12 Desember 2018 Layak terbit: 10 Januari 2019
http://dx.doi.org/10.22435/hsr.v22i1.652

ABSTRAK
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berkisar antara 305 (Supas) – 359 (Susenas) per 100.000 kelahiran hidup.
Kejadian AKI multi faktorial. Kontributor terbesar sekitar 75% kematian ibu disumbang oleh penyebab langsung, yaitu
perdarahan, infeksi, hipertensi, komplikasi persalinan, dan aborsi tidak aman. Upaya pemerintah menurunkan AKI
sebagian besar melalui intervensi penyebab langsung berupa peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, diantaranya:
Bidan di Desa, PONEK, PONED. Namun MMR tetap tinggi. Kontribusi faktor sosial berperan sebagai penyebab tidak
langsung / penyebab dasar, yaitu: kemiskinan, jarak, informasi, pelayanan kurang adekuat dan faktor budaya belum
diperhitungkan. Namun peran faktor sosial, walaupun belum prioritas, tidak dapat dinafi kan. Penelitian bertujuan:
mengidentifi kasi dinamika jender pemilihan tenaga non kesehatan sebagai penolong persalinan pada 9 etnis di
Sumatra, Jawa dan NTT. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan analisis jender risiko kejadian kematian ibu (AKI) di
beberapa etnis dari hasil penelitian etnografi di Indonesia. Hasil menunjukkan masing-masing etnis memiliki fenomena
jender berbeda. Pada beberapa etnis terdapat cukup kesetaraan jender, sedangkan etnis lain memiliki pandangan
perempuan bertanggung jawab penuh atas kehamilan dan kelahiran. Namun tidak ada etnis dengan ketimpangan
jender dan preferensi lelaki yang tajam. Keterjangkauan, Pendidikan, budaya kenyamanan dan ekonomi merupakan
faktor penting dilakukannya persalinan oleh tenaga kesehatan.

Kata kunci: dinamika jender, kesehatan ibu, penolong persalinan, etnis, Indonesia

ABSTRACT
This is a review of maternal mortality risk due to preference of non skilled health worker delivery assistance among 9
ethnics applying gender analysis. There is no single cause of maternal death. The greatest contributors 75% are due to
direct cause. Government prioritizes to prevent direct cause of maternal death through health service delivery
improvement. Among them are midwives in village, PONEK, PONED. However MMR is still high. Social factors as
Indirect causes such as poverty, distance, information, inadequate service and culture have not yet considered as
important. In fact contribution of social factors cannot be neglected. This review explores gender dynamics on non
skilled health worker preferences delivery assistance among 9 ethnic in Sumatra, Java and NTT. Data obtained from 9
ethnographic studies reports conducted by Pusat Humaniora. Results showed each ethnic had different gender
dynamics. Some show gender equity, while others believe woman have full responsibility of her pregnancy and delivery
without assistance from others. Powerlessness of woman is indicated by preference of traditional birth attendant for
delivery due to culture and comfort. Even the pregnant women herself did not aware that delivery is a life risk.
Accessibility, education, comfort perceived culture, and economy are important for delivery assistance.

Key words: gender dynamic, maternal health, delivery assistant, ethnic, Indonesia

Korespondensi :
Isfandari 1
Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan Badan Penelitian
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
E-mail:isfandari_24@yahoo.com
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 1 Januari 2019: 1–
9

PENDAHULUAN
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tertinggi
di kawasan Asia Tenggara. Sustainable
Development Goal (SDG) mencanangkan
pencapaian AKI 70 per 1000 kelahiran hidup dalam
kurun waktu 2016 – 2030. Data Indonesia
menunjukkan hingga tahun 2015 AKI berada di 305
per 100000 kelahiran hidup (Fatoni Z, dkk. 2015).
Sebagian besar, 99% kematian ibu, terjadi di
negara berkembang. Tertinggi pada perempuan
berdomisili di perdesaan dan perempuan muda (WHO,
2018). Pencegahan kematian ibu dan bayi melalui
penanganan oleh tenaga kesehatan terlatih pada saat, dan institusi, ekonomi yang dipengaruhi budaya dan
selama dan setelah kelahiran (WHO, 2018), karena politik masyarakat membentuk pola pikir perempuan
perdarahan, infeksi, hipertensi, komplikasi persalinan, dan lelaki dan cara hidup mereka. Persalinan di
dan aborsi tidak aman merupakan penyebab fasilitas pelayanan kesehatan dipengaruhi langsung
terbesar, 75% kematian ibu. Penanganan oleh aksesibilitas, sedangkan aksesibilitas dipengaruhi
persalinan oleh tenaga kesehatan berkontribusi oleh faktor sosial diantaranya kemiskinan,
terhadap penurunan AKI. Intervensi pemerintah pendidikan, budaya (adopsi dari WHO, 2018).
memprioritaskan penyebab langsung melalui
penempatan bidan di desa, fasilitas kesehatan Definisi
PONEK dan PONED. Namun kematian ibu Jender
masih tetap tinggi. Hal ini dikarenakan Jender merupakan konstruksi masyarakat atas
pemanfaatan belum optimal, walau telah peran sosial dan hubungan, karakter, sikap, tingkah
dilakukan peningkatan pelayanan. Diduga laku, nilai, kekuasaan, pengaruh antara dua jenis
faktor sosial menjadi penyebab. Beberapa kelamin perempuan dan lelaki. Secara sederhana
determinan sosial penyebab keterbatasan akses jenis kelamin merupakan perbedaan jenis kelamin
pada pelayanan tenaga kesehatan berkontribusi secara bio fisik, sedang jender merupakan
terhadap AKI. Dinamika jender merupakan salah perbedaan peran sosial (Vlassoff C, 2007).
satu kontributor keterbatasan akses persalinan Perbedaan peran sosial yang diemban lelaki dan
oleh tenaga kesehatan (Morgan R, dkk 2017). perempuan berdampak pada perilaku kesehatan
Selama kurun waktu 2014, Pusat Humaniora mereka. Dalam kajian ini jender merupakan
melaksanakan Riset Etnografi Kesehatan (REK) peran perempuan dalam budaya, hubungan
terkait KIA di Indonesia. REK melihat seluruh aspek dengan masyarakat, keluarga, dan suami serta
budaya terkait KIA. Kajian bertujuan pengaruhnya terhadap risiko kematian
mengidentifikasi dinamika jender dalam studi maternal yang dicerminkan dengan
REK terhadap risiko kejadian kematian ibu. persalinan non/ bukan tenaga kesehatan.
Kajian melakukan analisis jender risiko kematian
ibu 9 etnis dari laporan REK Pusat Humaniora. Analisis jender
Hasil kajian menjadi masukan yg dapat digunakan Analisis jender merupakan perangkat ilmu
untuk penyempurnaan kebijakan dan program sosial untuk mengidentifikasi, memahami dan
kesehatan ibu. menjelaskan kesenjangan perempuan dengan
Diharapkan hasil kajian dimanfaatkan lelaki dalam rumah tangga, masyarakat dan
pemegang kebijakan agar dapat lebih memahami negara dan relevansi norma jender dan hubungan
situasi dan permasalahan kesehatan ibu, sehingga kekuasaan dalam konteks tertentu. Dalam kajian
kebijakan dan program kesehatan ibu dapat lebih ini dibatasi konteks risiko kematian maternal,
disempurnakan untuk tercapainya penurunan pertolongan persalinan oleh non tenaga kesehatan
angka kematian ibu yang lebih signifikan. terlatih (Betron ML dkk, 2018)

Risiko kematian maternal


METODE
Persalinan oleh non tenaga kesehatan terlatih
Kerangka konsep
2 Kesehatan maternal termasuk kematian ibu
dipengaruhi oleh kejadian tingkat makro. Struktur sosial
MamahOyog
ranubcirebon
: kesembuhan
Etnis Ojog
mulia
di Cirebon.
etnik Aceh
(Yuhandini
barat. (Afreni
DS, 2014
M dkk,
) 2012)

Dinamika Jender terhadap Akses Pelayanan Kesehatan Maternal (Siti Isfandari, dkk.)

Pengumpulan data dan informasi pembentukan dan negosiasi kekuasaan terhadap


a. Studi literatur pengkajian 9 laporan Riset akses sumber daya, pembagian kerja, norma
Etnografi Kesehatan yang telah dilakukan oleh sosial dan pengambilan keputusan
tim peneliti Pusat Humaniora untuk mempengaruhi akses dan penggunaan
memperoleh informasi aspek jender tekait layanan fasilitas pelayanan kesehatan (Morgan
kegiatan kesehatan reproduksi. Termasuk R dkk, 2017). terhadap persalinan oleh non tenaga
pandangan budaya, perawatan kehamilan, kesehatan pada 9 etnis.
persalinan, pelayanan kesehatan,
Kerangka analisis
penanganan anak.
b. Analisis kajian aspek jender dari sisi budaya Selanjutnya dilakukan perbandingan hasil
terhadap akses pelayanan kesehatan ibu dan penyisiran muatan jender dalam laporan REK
anak. Issue global adanya peran ketimpangan dengan fenomena jender dan kesehatan ibu di
jender terhadap kejadian kematian ibu. negara lain.
dinamika Jender
c. Diskusi kelompok terarah dengan pakar dan
Akses sumber daya
tim membahas kerangka konsep dan hasil studi
Pembagian kerja
literatur
Norma sosial
Risiko Kesehatan
Analisis data dan informasi Pengambilan keputusan
maternal / kematian
Informasi dianalisis menurut pendekatan kerangka ibu
pikir /framework jender. Jender merupakan
hubungan kekuasaan (power relation) Determinan sosial Persalinan oleh non
perempuan dengan lingkungannya termasuk Pendidikan tenaga kesehatan
suami, keluarga dan budaya. Kajian memfokus Kemiskinan
pada hubungan kekuasaan dari aspek kebutuhan
/ demand side, yaitu pengaruh

Analisa dinamika jender terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan


Gayo Etnis Gayo, di kabupaten Gayo Lues. (Fitriani Y, dkk, 2012) .
Pembagian kerja Pengambilan Norma Akses
keputusan Masyarakat, sosial Kehamilan Tidak ke fasilitas pelayanan
keluarga harus kesehatan sejak awal
disembunyikan kehamilan

Pembagian kerja Pengambilan keputusan Norma sosial Akses


Keputusan bersama jumlah Menjaga dan menghormati Lebih memilih dukun
anak perempuan beranak Imunisasi rendah
Pengaturan kehamilan Anak perempuan bernilai Penerimaan baik terhadap
Larangan imunisasi dari sama dengan anak lelaki kontrasepsi dan fasilitas
suami Penggunaan kontrasepsi pelayanan kesehatan
Pemilihan penolong pada perempuan
tradisional (baliem) saat Menentang kontrasepsi lelaki
persalinan dipengaruhi kuat
oleh budaya dan keluarga

Pembagian kerja Pengambilan keputusan Norma sosial Akses


Suami Pencari Percaya kemampuan tenaga Nikah muda pendidikan Tidak percaya
nafkah kesehatan namun lebih rendah pelayanan kesehatan
Mengantar istri nyaman melahirkan dengan Pantang makan tertentu karena tidak dapat
periksa hamil dukun, lebih dekat walaupun bergizi mengestimasi
secara emosional kelahiran
Cakupan 69%
Tidak ada jampersal
lebih pilih dukun
3
Etnik laut kabupaten indragiri hilir. (Nuraini S dkk, 2014 )

Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 1 Januari 2019: 1–


9

Banyuasin (Diana sari I dkk, 2014 )


Pembagian kerja Pengambilan keputusan Norma sosial Akses
Suami berperan saat istri Suami istri sama Kolostrum pertama 98% persalinan
bersalin bertanggung jawab dibuang karena dianggap masih ditolong dukun
saat kehamilan basi, pantang Bidan lebih berperan
makanan karena amis. untuk periksa hamil,
Perkawinan didasari suka sedang persalinan
sama suka, pendidikan relatif Akses sulit menyebabkan
rendah, perkawinan bumil tidak memanfaatkan
terjadi pada usia relatif pelayanan kesehatan Hanya
Istri nifas menempati tempat
muda. ada 2 bidan. Pertolongan
istimewa oleh pelayanan kesehatan
Tabu memperlihatkan organ dianggap tabu karena
intim pada bukan keluarga memperlihatkan organ intim
pada bukan keluarga
AKI masih tinggi
kemungkinan karena
persalinan dan pasca
persalinan ditangani dukun
Etnis Turuk Sekerai Mentawai. (Agung WMG dkk, 2014)
Pembagian kerja Pengambilan keputusan Norma Akses
Perempuan mengurus Keputusan memiliki anak sosial Adat Terdapat 4 poskesdes.
ladang, membuat merupakan urusan suami patrilineal Tidak ke fasilitas pelayanan
atap, cari ikan. istri bukan keluarga Banyak pernikahan kesehatan. Obat tidak
Pekerjaan lelaki relatif besar. usia muda lengkap, jauh, walau
lebih ringan. Permasalahan utama = hamil baik
Selama hamil bumil tetap usia dini. Minim informasi hamil usia
melaksanakan aktitivas Pantangan selama muda, kurang menyadari
berat. Walau harus kehamilan = pantang pemeriksaan kehamilan dan
bekerja tapi bumil boleh periksa hamil sebelum anak
pilih mau kerja atau usia kehamilan 4 bulan Fungsi reproduksi menjadi
tidak. Suami kurang karena akan menyebabkan tanggung jawab
perhatian saat istri keguguran. perempuan. Jika tidak ada
hamil. Sudah ada peran suami keturunan cenderung
Mereka ke posyandu membantu kelahiran. Tidak menyalahkan
tanpa ditemani suami. ada perbedaan nilai anak perempuan.
Tetap kerja berat. laki dan perempuan, Bumil rajin periksa hamil
sama2 dipestakan. ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Kurang
kesadaran untuk periksa
hamil terutama KN 1
Pembagian kerja Pengambilan keputusan Norma sosial Akses
Perempuan hamil tidak Keputusan diambil bersama Kehamilan remaja karena Secara fi sik sulit
bekerja di luar rumah pendidikan rendah menjangkau fasilitas
namun membuka Mandi cindai untuk pelayanan
warung di rumah melihat kemudahan kesehatan
Suami membantu persalinan Fasilitas pelayanan
persalinan kesehatan memberi
pelayanan baik
Memilih ditangani bidan
kampung daripada ahli
kesehatan
medis Ke untuk
fasilitas
k1 k2 k3 k4
Bersedia melahirkan
di fasilitas pelayanan
kesehatan

4
Etnis Rote (Khairunnisa, 2014)

Dinamika Jender terhadap Akses Pelayanan Kesehatan Maternal (Siti Isfandari, dkk.)

Etnis Ina kabuki Buru. (Jayanti RS dkk 2014).


Pembagian kerja Pengambilan keputusan Norma sosial Akses
Belum ada Lelaki merupakan pengambil Infertilitas tanggung jawab Fasilitas pelayanan
pembagian peran keputusan perempuan. kesehatan sulit terjangkau.
Perempuananak
mengurus bekerja lebih Ketidakberdayaan Pendidikan rendah Berakibat bumil tidak
berat. Bagi perempuan perempuan saat melahirkan Patrilineal periksa kehamilan
hamil yang kuat tetap dan pascapersalinan Usia hamil = 13 sd 18 Karena fasilitas pelayanan
bekerja termasuk bekerja Ada pantangan makanan kesehatan sulit dijangkau
Ibu bekerja sambil walau tanpa sanksi maka dilakukan pusling
gendong anak walau Persalinan merupakan hal
hamil biasa bukan luar biasa
Kurang keterlibatan Karena pendidikan rendah,
suami terhadap istri maka tidak menyadari
yang akan melahirkan kehamilan merupakan
Peran suami membeli perstiwa hidup risiko tinggi
obat Bumil melakukan persalinan
tanpa bantuan
Suami tidak boleh melihat
atau memegang bayi yang
baru dilahirkan
Keluarga boleh membantu
pasca persalinan, namun
suami pantang
Etnik dayak kanayatn kabupaten landak (Dinata A dkk, 2014 )
Pembagian kerja Pengambilan keputusan Norma sosial Akses
Diskusi dengan keluarga Tidak ada perbedaan Dapat memanggil petugas
dan suami untuk nilai anak kesehatan via sms
menentukan melahirkan Bumil dilarang kerja Tenaga kesehatan pro
di fasilitas pelayanan keras dan harus rutin aktif mengunjungi
kesehatan atau dukun kontrol kehamilan keluarga Lebih
Pantang makan amis memilih persalinan
dukun karena murah
Pembagian kerja Pengambilan keputusan Norma sosial Akses
Suami istri Berbagi tugas Keputusan bersama Pihak perempuan menerima Pemasangan kontrasepsi
memenuhi kebutuhan mendapat keturunan belis sebagai tanda dilakukan bidan
keluarga terima kasih pihak lelaki
Penggunaan kontrasepsi telah membesarkan anak Revolusi KIA
Perempuan bertanggung merupakan keputusan perempuan persalinan gratis
jawab pekerjaan rumah bersama Denda jika suami
tangga sedangkan menganiaya istri
lelaki di sawah Suami menanyakan Suami kadang ikut bantu
kesediaan istri persalinan
menggunakan kontrasepsi Gunjingan masyarakat
Keluarga besar lebih pro terhadap kehamilan di luar
persalinan di rumah nikah menghambat mereka
ke fasilitas pelayanan
Keluarga mertua kesehatan. Dipecahkan
menentukan tempat dengan kunjungan tenaga
persalinan kesehatan ke rumah
Adat kuat terhadap
kehamilan di luar nikah,
namun ada penerimaan
masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kesehatan yang dilakukan tim peneliti Pusat


Humaniora. Hasil dan analisis aspek jender dan
Penyisiran terkait aspek jender dan kesehatan
kesehatan ibu dari sembilan laporan tersebut
ibu diperoleh dari sembilan laporan Riset Etnografi
disajikan

5
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 1 Januari 2019: 1–
9

terlatih dengan perempuan di Afrika dan India


berikut: adalah kemiskinan, pendidikan, serta akses ke
pelayanan kesehatan.

PEMBAHASAN Pembagian kerja


Indonesia merupakan negara dengan AKI Etnis Banyuasin berfaham patrilineal.
tertinggi di Asia Tenggara. Persalinan tidak ditolong Perempuan bekerja di sawah, namun saat
tenaga kesehatan terlatih merupakan salah satu hamil membuka warung atau membuat belacan
kontributor terbesar kejadian AKI. Kajian mengulas karena budaya melarang bekerja di luar
dinamika jender terhadap pertolongan persalinan rumah. Hal ini sesuai pernyataan (Hagman M,
non tenaga kesehatan terlatih / bidan tradisional. 2013) perempuan sebagai penghasil dana sekunder
Dinamika jender merupakan hubungan kekuasaan dalam rumah tangga. Walau berkontribusi
antara perempuan dengan lingkungannya termasuk menambah pendapatan keluarga, mereka lebih
suami dan kerabat dalam penentuan pertolongan memilih penanganan kelahiran oleh dukun karena
persalinan. Dalam kajian dinamika jender terdiri sulitnya akses ke pelayanan kesehatan. Perempuan
dari: pembagian kerja, norma sosial, pengambilan etnis Ina Kabuki Buru dan Mentawai bekerja
keputusan dan peran suami, akses ke pelayanan lebih berat, bahkan saat sedang hamil tetap
kesehatan. (Morgan R dkk, 2016) bekerja selama masih kuat. Pekerjaan perempuan
Pembagian kerja meliputi beban kerja perempuan lebih berat dibanding lelaki. Keadaan ini dapat
saat dan setelah kehamilan serta kurangnya berakibat pada kesehatan dan hasil kehamilannya.
keterlibatan lelaki di fasilitas kesehatan. Peran Karena terbiasa bekerja berat dan tuntutan
perempuan dalam masyarakat merupakan indikator masyarakat, mereka dapat mengabaikan
ketimpangan jender. Perempuan memegang kesehatan dan kesejahteraan mereka. Masyarakat
peranan penting dalam keberlangsungan keluarga/ menerapkan ambang sakit yang tinggi bagi
rumah tangga, namun keterlibatan mereka sebagai perempuan pekerja. Mereka menahan kesakitan
tenaga kerja berbayar di luar rumah sangat yang parah sebelum mencari pertolongan karena
terbatas. Secara umum perempuan dipandang memiliki tanggung jawab utama menjalankan
sebagai istri dan pelaksana rumah tangga, rumah tangga. (Okojie 1994; Lowe M, Chen D
terikat dalam wilayah domestik, sedangkan lelaki R, Huang S L, 2016) Kurangnya pendidikan dan
mendominasi di wilayah publik, terlibat dalam kerja ketersediaan informasi memperparah masalah ini
produktif di luar rumah (Moser 1989). Pembagian karena mereka tidak mengenal tanda bahaya
kerja memberi lelaki kendali penuh pada kegentingan dan menunda pencarian
pekerjaan berbayar dan terhadap sumber daya pertolongan medis (Moser 1989; Belton et al, 2014).
yang dihasilkan. Berdampak ketergantungan Para suami kedua etnis tersebut tidak mendukung
perempuan pada lelaki dalam mengakses istri hamil atau melahirkan. Mereka kurang terlibat
sumber daya. Walaupun perempuan terikat pada saat istri periksa kehamilan atau akan melahirkan.
wilayah domestik tidak berarti mereka hanya Budaya menyebabkan suami tidak dapat
terlibat dalam pekerjaan reproduksi. Mereka dapat membantu persalinan dan tidak boleh melihat atau
berfungsi sebagai penghasil dana sekunder. memegang bayi yang baru dilahirkan. Peran
Namun karena pekerjaan ini dilaksanakan di rumah perempuan sebagai istri, pengatur rumah
atau sekitarnya, mereka tetap berada di wilayah tangga dan melahirkan berdampak pada
domestik (Hagman M, 2013). kesehatannya. Karena kehamilan dipandang
Sembilan etnis subyek kajian menganut budaya sebagai hal ‘normal’, bukan keadaan yang
patrilineal, pihak lelaki dan keluarga besarnya membutuhkan perhatian dan perawatan karena
memegang kendali rumah tangga. Lelaki pengambil tidak sakit, perempuan tidak didukung mencari
keputusan. Dibandingkan dengan Afrika dimana perawatan atau pelayanan profesional.
kekerasan dalam rumah tangga (Adjiwanou V dan Masyarakat meyakini perempuan hamil tidak
ThomasLeGr, 2014) dan India serta negara Asia membutuhkannya (Yaya et al, 2018).
Selatan dengan preferensi anak lelaki yang tajam Masyarakat menganggap tiga peran perempuan
merupakan issue jender (Fikree FF dan Pasha O, sebagai istri, pengatur rumah tangga dan
2004) secara umum tidak terdapat perbedaan melahirkan tidak berat karena peran tersebut tidak
jender tajam pada 9 etnis. Persamaan issue produktif (Moser 1989).
jender terkait pertolongan persalinan bukan
6
tenaga kesehatan Norma Sosial
Dinamika Jender terhadap Akses Pelayanan Kesehatan Maternal (Siti Isfandari, dkk.)

Norma sosial meliputi sikap dan perilaku etnis kurang mendukung. Di kalangan etnis Ina
perempuan selama kehamilan, sikap lelaki terhadap Kabuki Buru suami tidak dapat bantu persalinan
peran ayah dan suami, sikap terhadap kekerasan dan tidak boleh melihat atau memegang bayi yang
dalam rumah tangga serta perilaku dan sikap baru dilahirkan, sedangkan etnik di Aceh barat
petugas kesehatan (Morgan R, dkk 2017). Etnis menentang kontrasepsi lelaki.
Gayo memiliki budaya malu/kemel, menutupi
kehamilannya. Terdapat mitos jika kehamilannya Perbandingan norma jender dengan negara lain
diketahui orang lain, janin diambil makhluk halus. Beberapa etnis memiliki nilai menjaga dan
Hal ini berakibat rendahnya cakupan pemeriksaan menghormati perempuan. Etnis Rote memiliki
antenatal oleh tenaga kesehatan. Etnik Banyuasin tradisi denda jika suami aniaya istri. Etnik Aceh
menilai tabu memperlihatkan organ intim pada barat budaya menjaga dan menghormati
bukan keluarga. Kepercayaan ini merupakan perempuan. Tidak ada perbedaan nilai anak
penghambat dilakukannya persalinan oleh perempuan dengan lelaki. Etnis Dayak melarang
tenaga kesehatan. Sedangkan etnik Mentawai ibu hamil bekerja keras, harus periksa rutin ke
memiliki pantangan periksa kehamilan sebelum bidan. Berbeda dengan kejadian di Afrika dimana
usia kehamilan 4 bulan karena akan perempuan rentan mengalami KDRT. (Adjiwanou
menyebabkan keguguran. Fenomena ketiga etnis V dan ThomasLeGr 2014) dan India serta negara
tersebut serupa dengan kepercayaan mengaitkan Asia Selatan dengan preferensi anak lelaki yang
konvulsi eklamsi dengan kekuatan supernatural tajam merupakan issue jender (Fikree FF dan
seperti kesurupan karena guna-guna yang Pasha O 2004).
menyebabkan masyarakat memilih pertolongan
dukun daripada bantuan medis (Agus dan Horiuchi,
Akses
2012 ). Kepercayaan pemeriksaan kehamilan dapat
berdampak buruk bagi kesehatan bayi mencegah Pernikahan usia muda dikarenakan tingkat
perempuan memeriksakan kehamilannya di fasilitas pendidikan cukup rendah merupakan fenomena
kesehatan (Probandari et al, 2017). Perempuan umum pada hampir semua etnik subyek kajian.
hamil mengakui mereka melaksanakan saran Hal ini dapat terkait dengan preferensi pertolongan
keluarga karena percaya dan tidak ingin berkonflik persalinan seperti hasil penelitian yang
(Wulandari LPL, 2010). menunjukkan pemanfaatan pelayanan antenatal
di kalangan perempuan berpendidikan lebih tinggi
di Indonesia (Taguchi N, Kawabata N, Maekawa
Pengambilan Keputusan
M, Maruo T, Aditiawarman Dewata L, 2003). Di
Kaum lelaki beberapa etnis berperan serta Etiopia relatif rendahnya pendidikan ibu diduga
terhadap kegiatan terkait kehamilan seperti suami terkait dengan rendahnya cakupan persalinan di
etnis Oyog cirebon mengantar istri periksa hamil, fasilitas kesehatan (Kifle et al. 2017). Penelitian di
sedangkan suami etnis Banyuasin berperan saat India secara konsisten menunjukkan pendidikan
istri bersalin. Istri nifas diperlakukan istimewa. Di berasosiasi positif dengan pemeriksaan
kalangan etnis Laut suami memiliki peran ritual antenatal ke fasilitas pelayanan kesehatan.
membantu kelancaran persalinan. Suami harus di (Pallikadavath S, Foss M, Stones RW, 2004).
rumah saat persalinan. Etnis dayak mendiskusikan Sebagian besar pertolongan persalinan di
dengan mertua atau orang tua memutuskan sembilan etnis kajian dilakukan oleh non tenaga
penolong persalinan. Suami membantu istri saat kesehatan terlatih karena kenyamanan dan
hamil. Suami kadang terlibat dalam proses budaya. Perempuan lebih memilih persalinan di
persalinan. Selama hamil ibu dilarang kerja keras rumah dengan bantuan non tenaga kesehatan
harus periksa rutin ke bidan. Tempat persalinan terlatih karena lebih memahami nilai budaya dan
ditentukan oleh keluarga terutama mertua. memberikan pelayanan lebih baik (Bohren MA,
Dukungan keluarga sangat penting agar 2015). Namun persalinan di rumah meningkatkan
perempuan dapat ditangani oleh tenaga risiko kematian dan kesakitan ibu melahirkan dan
kesehatan terlatih dalam persalinannya, seperti bayinya. (Betron ML, 2018)
dinyatakan oleh Aikawa’s (Aikawa R, dkk, 2006) Di tingkat Nasional/pusat terdapat kebijakan
.sebagian besar perempuan hamil didukung oleh sensitif jender yang diterjemahkan dalam Gerakan
suami dan keluarganya selama kehamilan untuk Sayang Ibu dan Suami Siaga untuk meningkatkan
melakukan pelayanan antenatal dan persalinan oleh cakupan pelayanan antenatal dan persalinan
tenaga kesehatan terlatih. Namun suami beberapa di fasilitas pelayanan kesehatan. Namun belum 7
diperkuat dengan perangkat peraturan di tingkat
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 22 No. 1 Januari 2019: 1–
9

pelayanan kesehatan. Agar peraturan / hukum


provinsi, kabupaten dan kecamatan (Fatoni Z, dkk. tingkat nasional diikuti peraturan tingkat provinsi,
2015). Terdapat kesenjangan antara kebijakan dan kabupaten, kecamatan dan kelurahan sebagai
program Kementerian Kesehatan agar persalinan budaya kesetaraan jender dalam rumah tangga
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan khususnya dalam asah asih asuh anak
preferensi masyarakat memilih persalinan dukun
atau bidan tradisional. Hal ini karena pengaruh Ucapan terima kasih
budaya, akses informasi, akses fisik dan
Kami ucapkan terima kasih kepada Dr dr
pendidikan. Anak sebagai penerus keluarga dan
Trihono MPH atas dukungan dilakukannya kajian
bangsa memerlukan bekal bio fisik psikologis yang
ini
baik dimulai dari ANC di fasilitas pelayanan
kesehatan dan di keluarga. Kombinasi ANC dan
pendidikan dalam keluarga membekali anak DAFTAR PUSTAKA
dengan nilai, norma dan kebiasaan. Dibutuhkan Adjiwanou V &LeGrand T. 2014. Gender inequality and
kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah the use of maternal health care services in
serta masyarakat memberi pemahaman ruralsubt Saharan. Africa Health &Place, 2967–78
masyarakat pentingnya melahirkan di fasilitas Afreni M, Amaliani T, Rizaldi, Rahanto S, 2012. Mamoh
pelayanan kesehatan. Ranub Kesembuhan Mulia, Etnik Aceh Kabupaten
Aceh Barat. Buku Seri Etnografi Kesehatan.
Surabaya, Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan
KESIMPULAN DAN SARAN Dan Pemberdayaan Masyarakat.
Agung W M G, Purwaningsih E, Samsami L, Rahanto S.
Kesimpulan
2014.Turuk Sikerei . Etnik Mentawai Kabupaten
Terdapat beragam dinamika jender terkait Mentawai. Buku Seri Etnografi Kesehatan.
pemilihan penolong persalinan non tenaga Surabaya, Pusat Humaniora, Kebijakan
kesehatan pada 9 etnis di Indonesia. Perempuan Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat.
hamil etnis Mentawai dan Ina Kabuki Buru bekerja Agus and Horiuchi 2012 (Factors infl uencing the use of
lebih berat dibandingkan lelaki serta kurang antenatal care in rural West Sumatra, Indonesia .
BMC Pregnancy and Childbirth, 12: 9. Available at:
mendapat dukungan saat hamil, sedangkan pada
http://www.biomedcentral.com/1471-2393/12/9).
tujuh etnis lain posisi dan peran perempuan
Aikawa R, Jimba M, Nguen KC, Zhao Y, Binns CW, Lee
cukup baik. Sembilan etnis tetap mempercayai MK. 2006. Why do adult women in Vietnam take
nilai budaya dan mengutamakan keputusan iron tablets? BMC Publ Health, 6:144.
keluarga dalam pemilihan tenaga penolong Belton S, Myers B and Ngana F R. 2014. Maternal
persalinan. Mereka memiliki persamaan yaitu deaths in eastern Indonesia: 20 years and still
keterbatasan ekonomi dan relatif rendahnya walking: an ethnographic study. BMC Pregnancy
pendidikan perempuan sebagai kontributor and Childbirth, 14:39. Available at:
pemilihan penolong persalinan non tenaga http://www.biomedcentral. com/1471-2393/14/39
kesehatan. Keterbatasan akses dan Betron M L., McClair TL., Currie S and Banerjee J, :
Betron et al. 2018 . Expanding the agenda for
ketersediaan pelayanan kesehatan lebih
addressing mistreatment in maternity care: a
memperkuat permilihan penolong persalinan non mapping review and gender analysis.
tenaga kesehatan terlatih. Peran keluarga dan Reproductive Health 15:143. Available at:
masyarakat merupakan salah satu kunci https://doi.org/10.1186/s12978-018- 0584-6)
peningkatan kebutuhan pertolongan persalinan Bohren MA, Vogel JP, Hunter EC, et al. 2015. The
tenaga kesehatan terlatih mistreatment of women during childbirth in health
facilities globally. A mixed-methods systematic
Saran review. PLoS Med.;12(6), 1–32. Available at:
https://doi. org/10.1371/journal.pmed.1001847.
Kebijakan sensitif jender di tingkat nasional / Diana Sari I, Mudjiati T, Kasnodihardjo. 2014. Benteng
pusat yang diterjemahkan dalam Gerakan Sayang Tradisi Kesehatan Bumi Serasan Sekate Etnik
Ibu dan Suami Siaga, agar diperkuat dengan Anak Dalam Kabupaten Musi Banyuasin. Buku
perangkat peraturan di tingkat provinsi, kabupaten Seri Etnografi Kesehatan. Surabaya, Pusat
dan kecamatan, sehingga pelaksanaannya memiliki Humaniora, Kebijakan Kesehatan Dan
dasar hukum yang kuat agar berkembang sebagai Pemberdayaan Masyarakat.
budaya masyarakat. Jajaran pemerintah daerah
agar meningkatkan promosi peningkatan
8
kebutuhan / demand masyarakat melakukan
persalinan di fasilitas
Dinamika Jender terhadap Akses Pelayanan Kesehatan Maternal (Siti Isfandari, dkk.)

Dinata A, Setyabudi H N, Gurendro P M. 2014. Rumah Moser, C.O.N. 1989 Gender planning in the third world:
Sehat Jubata Radakng. Etnik Dayak Kanayatn meeting practical and strategical gender needs.
Kabupaten Landak. Buku Seri Etnografi Kesehatan. World Development 17(11), 1799-1825.
Surabaya, Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan Nuraini S, Syahputra A, Saputra F, Budiasuari M A.
Dan Pemberdayaan Masyarakat. 2014. Tangis Budak Dari Negeri Seribu
Fatoni Z, Astuti Y, Seftiani S, Situmorang A, Widayatun, Jembatan, Etnik Laut, Kabupaten Indragiri Hilir.
dan Sunarti SP. 2015. Implementasi kebijakan Buku Seri Etnografi Kesehatan. Surabaya, Pusat
kesehatan reproduksi di indonesia: sebelum dan Humaniora, Kebijakan Kesehatan Dan
sesudah reformasi. Jurnal Kependudukan Pemberdayaan Masyarakat,
Indonesia, 10 (1), | 65-74 Okojie, C.E. 1994 Gender inequalities of health in the
Fikree F F, Pasha O, 2004. Role of gender in health third world. Social Science and Medicine 39 (9),
disparity: the South Asian context. BMJ, 328 (3) 1237- 1247.
Fitriani Y, Ichwansyah F, Wahyudi A, Saifullah, Pratiwi N Pallikadavath S, Foss M, Stones RW. 2004. Antenatal
L. 2012. Etnik Gayo Desa Tetingi Kecamatan Blang care: provision and inequality in rural North India.
Pegayon Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Naggroe Soc Sci Med, 59, 1147- 58.
Aceh Darussalam. Buku Seri Etnografi Kesehatan. Probandari A, Arcita A, Kothijah K and Pamungkasari E
Surabaya, Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan P. 2017. Barriers to utilization of postnatal care at
Dan Pemberdayaan Masyarakat. village level in Klaten district, central Java
Hagman M. 2013. Maternal Mortality: Gender and Access Province, Indonesia. BMC Health Services
to Health Services – The Case of Ghana. Journal Research 17 (54) 1DOI 10.1186/s12913-017-
of Politics & International Studies, 9 (Summer). 2490-y
Jayanti RS, Setiawan M A, Nurlatu E S, Suharmiati. Taguchi N, Kawabata N, Maekawa M, Maruo T,
2014. Perempuan Si Pembawa Penyakit Ina Aditiawarman Dewata L. 2003. Influence of
Kabuki, Etnik Buru Kabupaten Buru. Buku Seri socioeconomic background and maternal care
Etnografi Kesehatan. Surabaya, Pusat Humaniora, programmes on maternal mortality in Surabaya,
Kebijakan Kesehatan Dan Pemberdayaan Indonesia. Trop Med Int Health, 8 (9), 847-852.
Masyarakat, Vlassoff C. 2007 Gender Differences in Determinants
Khairunnisa M, Leksani I N E, Messah D L, and Consequences of Health and Illness. J Health
Roosihermiatie B. 2014. Prempuan Rote Meniti Popul Nutr March; 25(1): 47–61. PMCID:
Tradisi. Etnik Rote Kabupaten Rote Ndao. Buku PMC3013263 Author information ► Copyright
Seri Etnografi Kesehatan. Surabaya, Pusat and License information ►
Humaniora, Kebijakan Kesehatan Dan WHO, 2018. Maternal mortality. (http://www.who.int/en/
Pemberdayaan Masyarakat, news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality).
Kifle D, Azale T, Gelaw Y A and Melsew Y A. 2017. Wulandari LPL, Whelan KA: Beliefs, attitudes and
Maternal health care service seeking behaviors behavior of pregnant women in Bali. Midwifery
and associated factors among women in rural 2010, doi:10.1016/j.midw.2010.09.005..
Haramaya District, Eastern Ethiopia: a Yaya S, Okonofua F,Ntoimo L,Kadio B, Deuboue R,
triangulated community-based cross-sectional Imongan W and Balami W. 2018. Increasing
study. Reproductive Health 14:6 DOI women’s access to skilled pregnancy care to
10.1186/s12978-016-0270-5 reduce maternal and perinatal mortality in rural
Lowe M, Chen D R, Huang S L. 2016. Social and Edo State,Nigeria: a randomized controlled trial.
Cultural Factors Affecting Maternal Health in Rural Global Health Research and Policy 3:12. Available
Gambia: An Exploratory Qualitative Study PLOS at:https://doi.org/10.1186/ s41256-018-0066-y
ONE OI:10.1371/ journal.pone.0163653 September Yuhandini D S, Karlina, Suartmi, Subarniati R,
23 Suharmiati. 2014. Goyangan Lembut Jemari
Morgan R, George A, Ssali S, Hawkins K, Molyneux S Dukun Bayi Oyog, Etnik Jawa Kabupaten Cirebon.
and Theobald S, 2016. How to do (or not to do) Buku Seri Etnografi Kesehatan. Surabaya, Pusat
gender analysis in health systems research. Humaniora, Kebijakan Kesehatan Dan
Health Policy and Planning, 31, , 1069–1078 doi: Pemberdayaan Masyarakat,.
10.1093/heapol/ czw037
Morgan R, Tetui M,, Kananura R M, Kiracho E E and
George1 AS,4 2017. Gender dynamics affecting
maternal health and health care access and use
in Uganda. Health Policy and Planning, 32, , v13–
v21doi: 10.1093/heapol/czx011original Article)).

Anda mungkin juga menyukai