LP KMB ASMA New (Atlastieka Nurfanty S - 214121009)
LP KMB ASMA New (Atlastieka Nurfanty S - 214121009)
Oleh :
NPM. 214121009
penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan diantar episode penyempitan
bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal [ CITATION Nur151 \l
1033 ].
yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan
rasa berat di dada terutama pada malam hari atau dini hari yang umumnya bersifat
yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan
2. Klasifikasi
a. Berdasarkan Penyebab
Asma ekstrinsik ditandai dengan adanya reaksi alergik yang disebabkan oleh
obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Oleh karena itu jika ada
faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan
dalam keluarganya.
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma
ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
3) Asthma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
1) Intermitten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali
dalam seminggu dan gejala asma malam kurang dari 2 kali dalam sebulan.
Jika seperti itu yang terjadi, berarti faal (fungsi) paru masih baik.
2) Persisten ringan, yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan
malam lebih dari 2 kali dalam sebulan. Semua ini membuat faal paru realatif
menurun.
3) Persisten sedang, yaitu asma terjadi setiap hari dan serangan sudah
malam lebih dari 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1 kali
4) Persisten berat, gejala asma terjadi terus-menerus dan serangan sering terjadi.
Gejala asma malam terjadi hampir setiap malam. Akibatnya faal paru sangat
menurun
3. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asthma.
a. Faktor predisposisi
1.) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma
bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
b. Faktor presipitasi
1.) Alergen
a.) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan, seperti: debu, bulu
b.) Ingestan, yang masuk melalui mulut, seperti : makanan dan obatobatan.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
Dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus
resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran,
perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus,
obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat
perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-
berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang
pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi
kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru. Individu yang mengalami asma
mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau
5. Manisfestasi Klinis
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi
(whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk
kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan
berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala asma
atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan
muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi
bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada
kelainan, etapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik
dan
tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu
dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi. Pada serangan asma ini
dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin banyak antara lain :
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis. Beberapa
serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang
lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi
6. Komplikasi
a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
c. Bronchitis
d. Pneumonia
e. Emphysema
f. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi kontinu yang
lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup
(Smeltzer,2002).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan sputum
eosinofil.
3) cabang-cabang bronkus
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian
1) Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
3) Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu
4) Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya
d. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan
asma,
dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila
bertambah.
paru.
e. Pemeriksaan faal paru
1) Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan
tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%, seluruh pasien
f. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga
1) Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan
rotasi
RBBB
2) Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau
8. Penatalaksanaan
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada
c. Fisioterapi
2. Pengobatan Farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila
golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang
c. Kortikosteroid Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang
(beclometason
dipropinate) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian
steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid
jangka
e. Ketotifen
bronkodilator.
a. Airway
b. Breathing
retraksi.
c. Circulation
2) Sakit kepala
4) Papiledema
d. Dissability
neurologi
a. Anamnesis
Gejala
asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri
(pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang
hebat yang disertai gangguan kesadaran. Keluhan dan gejala tergantung berat
ringannya pada waktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan
tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang
paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba
dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada
b. Pemeriksaan Fisik
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta
adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna
3) Thorak
a) Inspeksi
b) Palpasi.
c) Perkusi
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari
4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan wheezing
c. Sistem pernafasan
kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
hidung.
7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
chest), sianosis.
d. Sistem kardiovaskuler
sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih
daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau
lebih.
3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama
jantung.
2. Diagnosa
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
alveolar.
antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017).
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
Terapeutik
1. Atur posisi semi fowler atau
fowler
2. Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
3. Buang secret pada tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
2. Anjurkan Tarik napas dalam
melalui hidung selama 4 detik,
ditahan selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
3. Anjurkan mengulang Tarik napas
dalam hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah Tarik napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
Terapi Oksigen
Definisi: Memberikan tambahan
oksigen untuk mencegah dan
mengatasi kondisi kekurangan
oksigen.
Tindakan
Observasi
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
3. Monitor aliran oksigen secara
periodic dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
4. Monitor efektifitas pemberian
oksigen
5. Monitor integritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
1. Bersihkan secret pada mulut,
hidung, dan trakea, jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan
napas
3. Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau tidur.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat yang diberikan
pada Pasien. Pelaksanaan tindakan pada Pasien dengan sistem pernafasan diperlukan
Dkk 2014).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
Bentuk SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien, dengan cara
b. O (Objektif) : Data objektif Data yang dari hasil observasi melalui pemeriksaan
fisik.
C. Daftar Pustaka
Astuti, N. D., & Azam. (2017). HIGEIA : JOURNAL OF PUBLIC HEALTH, 36-42.
Depkes RI. (2009). Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Indonesia.
Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Smeltzer & Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume
2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001