Restorasi Direk Resin Komposit Kel 2
Restorasi Direk Resin Komposit Kel 2
OLEH :
Kelompok 2
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Karies
4
Karies adalah suatu penyakit infeksi yang dihasilkan dari interaksi
bakteri. Karies gigi terjadi karena proses demineralisasi dari interaksi
bakteri pada permukaan gigi. Bakteri bersifat asam sehingga dalam
periode waktu tertentu, asam akan merusak email gigi dan menyebabkan
gigi menjadi berlubang. Faktor etiologi terjadinya karies yaitu
mikroorganisme plak, diet dan waktu. Karies pada gigi sulung sering
menyerang gigi molar rahang bawah, gigi molar rahang atas, dan gigi
anterior rahang atas. Pada masa periode gigi bercampur karies gigi sering
menyerang pada gigi molar permanen rahang bawah dibandingkan dengan
gigi rahang atas, beberapa klasifikasi dari karies antara lain:7,11
a. International Caries Detection and Assesment System (ICDAS)7
1) D0: tidak ada lesi karies/ struktur gigi sehat
2) D1: terdapat perubahan warna pada email, terlihat jika dilakukan
pengeringan pada permukaan email.
3) D2: terjadi perubahan visual pada email dalam keadaan basah
4) D3: telah terjadi kerusakan yang terlokalisir dan belum melibatkan
bagian dentin D4: tampak bayangan gelap pada dentin, dan sudah
mencapai DEJ
5) D5: telah tampak kavitas pada dentin D6: telah tampak kavitas yang
luas pada dan telah melibatkan pulpa.
b. Klasifikasi Karies menurut G.J Mount and W.R Hume 7,12
Berdasarkan lokasi karies
6
1.3 Resin Komposit
Resin komposit menurut ilmu kedokteran gigi secara umum adalah
penambahan polimer yang digunakan untuk memperbaiki enamel dan
dentin. Resin komposit digunakan untuk mengganti struktur gigi
danmemodifikasi bentuk dan warna gigi sehingga akhirnya diharapkan
dapat mengembalikan fungsinya. Resin komposit memiliki tiga komponen
atau bahan utama yaitu resin matriks sebagai komponen organik, partikel
bahan pengisi atau filler sebagai bahan anorgnik, dan bahan coupling agent
yang menyatukan kedua bahan organic dan anorganik. Resin komposit
dapat didefinisikan sebagai dua atau lebih bahan yang berbeda dengan
sifat- sifat yang unggul.9
Perkembangan bahan restorasi resin kedokteran gigi resin komposit
dimulai dari akhir tahun 1950 dan awal 1960, ketika bowen memulai
percobaan untuk memperkuat resin epoksi , seperti lamanya pengerasan
dan kecenderungan berubah warna, mendorong bowen mengkombinasikan
keunggulan epoksi dan akrilat. Percobaan- percobaan ini menghasilkan
pengembangan molekul bis-GMA. Molekul tersebut memenuhi
persyaratan matriks resin suatu komposit gigi. Dengan penemuan ini resin
komposit dengan cepat dan pesat menggatikan semen silikat dan resin
akrilik untuk restorasi anterior di dunia kedokteran gigi.8,9
1. Conventional composites
7
Conventional composites memiliki bahan pengisi yang besar dan
keras sehinnga permukaannya kasar. Macrofill/konvensional
mempunyai ukuran ratarata partikel sebesar 5 – 25 mikrometer dan
kandungan filler sebesar 75 – 80 persen dari berat. Keuntungan: Sifat
fisik dan mekanis yang lebih baik dari resin akrilik. Kekurangan:
Permukaan akhir yang kasar, mudah berubah warna, sulit dipolish.
2. Microfill composite
Permukaannya lebih halus, namun karakteristik fisik dan
mekanik yang kurang bagus. Microfill mempunyai ukuran rata- rata
partikel sebesar 0,04 – 0,1 mikrometer dan kandungan filler sebesar
35 – 50 persen dari berat. Keuntungan: Mudah dipolish, estetik
baik. Kekurangan: Kekuatan mekanis lemah, stabilitas warna
lemah, ketahanan kekuatan penggunaan lemah, modulus elastisitas
rendah, tensile strength rendah, mudah menyerap air, ekspansi suhu
yang tinggi.
3. Hybrid composite
Hybrid composite mengkombinasikan karakteristik fisik dan
mekanik resin komposit konvensional dengan kehalusan permukaan
resin komposit microfill. Namun dengan perkembangan yang pesat
saat ini dihasilkan beberapa klasifikasi hybrid lain, yaitu flowable,
packable, dan nanofill composites dengan ukuran partikel sangat
kecil (0.005-0.01 μm) sehingga menghasilkan properti fisik dan
estetik yang baik. Karena kualitasnya yang baik, resin komposit
nanofill sangat populer sebagai pilihan utama pada restorasi.
Komposit resin hybrid yang merupakan gabungan keunggulan dari
komposit macrofill/konvensional dan komposit microfill serta
gabungan dari grup polymer organic phase yang diperkuat dengan
inorganic phase. Ukuran partikel bervariasi, kurang dari 2
mikrometer dan mengandung 0,04 mikrometer silica serta
8
kandungan filler sebesar 75 – 80 persen dari berat. Keuntungan:
Warna bervariasi, mudah dipolish dan tekstur yang baik, ketahanan
penggunaan dan abrasive yang baik, ekspansi suhu yang sama
koofesiennya dengan struktur gigi, tidak mudah menyerap air,
penyusutan yang rendah setelah polimerisasi, adaptasi ke struktur
gigi yang baik. Kekurangan: Tidak cocok untuk daerah yang
menerima tekanan kunyah besar, kecerahan warna dapat berkurang
jika menyikat gigi dengan pasta gigi yang abrasive, terkadang sulit
dipolish disebabkan adanya filler yang berukuran besar di antara
partikel yang kecil, jenis dari hybrid ini terbagi menjadi:10,12
o Mikrohibrid
Resin komposit mikrohibrid merupakan gabungan antara resin
komposit makrofil dan mikrofil. Komposit ini dikembangkan
dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan restorasi yang kuat
namun tetap estetik, sehingga resin komposit mikrohibrid lebih
unggul dibandingkan dengan resin komposit mikrofil
o Nanohibrid
Komposit nanohibrid merupakan gabungan antara komposit
mikrofil dan komposit nanofil. Komposit nanohibrid memiliki
kekuatan yang baik serta permukaan yang baik ketia dipoles.
4. Nanofill Composite
Komposit nanofil mempunyai ukuran partikel yang sangat
kecil yaitu rata- rata sekitar 0,005-0,01 um sehingga memiliki
kekuatan dan permukaan yang sangat kuat dan estetik. Partikel nano
yang kecil menjadikan resin komposit nanofil dapat mengurangi
polymryzation shrinkage dan mengurangi adanya microfissure pada
tepi email yang berperan pada marginal leakage, dan perubahan
warna.
9
B. Indikasi & Kontraindikasi Resin Komposit
1. Indikasi
Komposit yang ditempatkan langsung (direk) dapat
digunakan untuk sebagian besar aplikasi klinis. Secara umum,
indikasi penggunaannya adalah sebagai berikut:
o Restorasi Klas I, II, III, IV, V, dan VI
o Core buildups
o Sealant dan restorasi resin preventif
o Prosedur estetika: Veneer parsial Veneer penuh Modifikasi
kontur gigi Penutupan diastema
o Semen (untuk restorasi indirek)
o Restorasi sementara
o Splinting periodontal
o meggantikan estetik restorasi indirect (bila digunakan dalam
bentuk flowable, atau ketika dipanaskan untuk meningkatkan
flow)
2. Kontraindikasi
o Karies terjadi hampir diseluruh gigi.
o OH buruk.
o Pasien yang hypersensitive terhadap komposit.
o Daerah yang tidak dapat diisolasi dengan baik.
o Ketidakmampuan untuk mendapatkan isolasi yang ade kuat
o Pertimbangan oklusal terkait keausan dan fraktur bahan
komposit
o Perluasan restorasi pada permukaan akar
o Faktor Operator
11
BAB III
DESAIN PREPARASI
B. Tahapan Akhir
Setelah tahap awal dilakukan, kemudian dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut untuk melihat kebutuhan dari gigi yang terlibat. Pada beberapa
kasus, preparasi dapat selesai hanya dengan tahap preparasi awal yaitu
apabila lesi karies minimal. Pada kondisi ini hanya akan
membutuhkan modifikasi pada permukaan email dan dentin sehingga
dapat membuat adhesi permukaan komposit. Apabila diperlukan dapat
dilakukan tahap akhir yaitu:27
14
1. Pengeluaran restorasi yang rusak atau dentin yang lunak
Pengeluaran restorasi yang rusak dan dentin lunak yang
tersisa setelah tahap awal preparasi. Pengeluaran sisa restorasi
dapat dilakukan jika :
a. Restorasi lama dapat mempengaruhi estetik restorasi baru;
b. Pada foto radiografi ditemukan perluasan lesi karies dibawah
restorasi
c. Terdapat symptoms pada pulpa gigi sebelum preparasi
d. Dentin disekitar restorasi lama lunak.
e. Retensi bahan restorasi dikompromikan dan bahan mudah
lepas.
2. Perlindungan pulpa
Dentin yang dalam sangat berpori dan rentan terhadap
pengeringan. Dinding dentin yang tipis memberikan sedikit
perlindungan dari:
a. Panas yang dihasilkan instrument putar.
Bahan berbahaya dari bahan restorasi
b. .Perubahan termal oleh bahan restorasi
c. Gaya yang ditransmisikan oleh bahan ke dentin
d. Galvanic shock
e. Masuknya bakteri atau toxic bakteri melalui microleakage.
Selain itu dentin yang tipis juga mengakibatkan ikatan
dengan restorasi yang buruk. Oleh karena itu berbagai upaya
dilakukan untuk menutupi dentin dalam, hal ini bertujuan untuk
membatasi cairan tubular dentin, membuat pelindung termal/fisik.
Bahan yang dapat digunakan untuk membuat lapisan pelindung
seperti suspense atau dispersi seng oksida, kalsium hidroksida,
atau Resin Modified Glass Ionomer (RMGI) yang diaplikasikan
pada permukaan gigi.
15
3. Bentuk resistensi dan retensi sekunder
Margin enamel pada restorasi komposit dapat menggunakan bevel
atau flared (>900) untuk meningkatkan bentuk retensi dari
preparasi dengan memperluas enamel yang tersedia untuk ikatan
struktur gigi dan bahan restorasi.
4. Finishing external wall
Finishing external wall pengembangan lebih lanjut bila
diindikasikan dengan desain khusus. Misalnya derajat kehalusan
atau kekasaran penempatan bevel. Finishing external wall yang
tepat memungkinkan pembuatan sebuah hubungan marginal antara
bahan restorasi dengan struktur gigi optimal. Dalam kondisi
seperti ini, terdapat peralihan yang halus dari permukaan gigi
dengan tepi restorasi, serta bahan restorasi memiliki kekuatan
maksimal. Titik kontak cusp fungsional dengan gigi antagonis
juga perlu diperhatikan, karena kontak oklusal secara langsung
pada marginal restorasi mengakibatkan fatigue dan kegagalan
pada margin restorasi.
5. Prosedur akhir
Debridemen dan inspeksi Debridemen (pembersihan)
preparasi gigi dilakukan dengan menggunakan air/water syringe
untuk menghilangkan debris. Penggunaan air syringe perlu
dikontrol untuk mencegah kekeringan yang berlebih karena dapat
merusak odontoblas bila tubulus dentin kering. Bila diindikasikan,
ruang preparasi dapat dilakukan desinfeksi.
16
akriliki dan juga memiliki modulus elastisitas lebih besar sehingga
tidak mudah mengalami perubahan bentuk dibawah tekanan kunyah.25
Pemilihan warna sebaiknya dilakukan di bawah sinar alami.
Pemilihan warna dilakukan sebelum pemasangan rubber dam.
Beberama pedoman dalam permilihan warna antara lain:
1. Kita pilih salah satu warna komposit yang paling sesuai dengan
warna gigi yang sedang dipreparasi dan warna gigi tetanggana
dengan memakai pedoman warna yang tersedia (shade guide).
Jika tepi lingual restorasi terletak lebih ke bagian lingual dari
pada proksimal maka kegelapan rongga mulut akan memberikan
bayangan yang lebih gelap pada restorasi. Untuk kasus – kasus
demikian sebaiknya kita pilih pasta dengan warna yang lebih
terang.
2. Warna yang tidak tembus cahaya sebaiknya hanya dipakai pada
gigi yang jaringannya masih banyak, sehingga tidak dilakukan
banyak pengambilan jaringan. Dengan cara demikian gigi masih
memiliki warna asli.
3. Untuk restorasi yang memerlukan banyak pengambilan jaringan,
maka dipergunakan pasta dengan warna putih atau kuning yang
agak tembus cahaya untuk mempertahankan warna gigi yang
alami
17
3.2 Preparasi & Restorasi Klas I
Alat: Handpiece high speed, Bur (Round Bur, fissure straight bur, inverted
bur), alat diagnostic. Bahan: APD, Cutton roll
Indikasi dari desain preparasi kelas 1 adalah:
a. Restorasi kecil dan menengah, lebih mengutamakan dengan margin
enamel;
b. Biasanya premolar dan molar pertama, khususnya dengan kepentingan
estetik;
c. Restorasi yang tidak memberikan semua kontak oklusal;
d. Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang besar;
e. Testorasi yang sewajarnya diisolasi selama prosedur penumpatan.
A. Tahapan Preparasi
a. Melakukan isolasi daerah kerja menggunakan rubber dam atau
cotton roll.
b. Melakukan inisial depth menggunakan round bur dengan kedalamn
1 mm
18
c. Buat kedalaman 1,5 mm pada lantai pulpa dan meratakan lantai
pulpa dengan menggunakan inverted bur sehingga akan
membentuk konvergen kea rah oklusal sebanyak 2-5 derajat.
B. Tahapan Restorasi
Alat dan Bahan: Light curing, plastis filling instrument, Alat Oral
diagnostic, microbrush, komposit, bonding agent, alcohol 70%.
1. Isolasi daerah kerja dapat menggunakan rubber dam atau cotton roll.
19
2. Desinfeksi daerah kerja menggunakan alcohol 70%, ataupun dengan
clhorhexidine gluconate 2,5% menggunakan cutton pelet.
A. Konvensional
1. Preparasi permukaan oklusal mirip dengan kelas I, tetapi preparasi
box proksimal tergantung pada luasnya karies, kontur permukaan
proksimal dantekanan pengunyahan.
21
2. Gunakan bur berbentuk buah pir No. 330 atau 245 sejajar dengan
long axis gigi untuk memulai preparasi di pit yang berlawanan
dengan sisi proksimalyang karies.
3. Pertahankan outline gigi sekonservatif mungkin. Pertahankan
kedalaman pulpal floor 1,5 mm dari area groove central. Occlusal
wall konvergen dan cavosurface oklusal membulat.
4. Untuk preparasi box proksimal, perpanjang preparasi oklusal
dengan menggunakan straight fissure bur hingga ke marginal ridge.
Jaga agar bur tegak lurus dengan pulpal floor.
5. Tipiskan marginal ridge dan perdalam preparasi ke arah gingiva.
Apabila lesi karies kecil, maka dinding proksimal dapat
dipertahankan. Apabila lesi karies besar, maka dinding proksimal
dipreparasi hingga tidak berkontak dengan gigi tetangga.
6. Jaga agar pulpal floor tetap rata. Pemberian bevel tergantung pada
lokasi dan lebar dudukan gingival. Apabila dudukan gingival masih
supragingiva dan berada di atas CEJ, maka dapat dibevel. Apabila
dudukan gingival dekat dengan CEJ, maka bevel dihindari.
B. Modifikasi
1. Preparasi dengan menurunkan kedalaman pulpal floor dan axial
wall untukmendapatkan struktur gigi yang lebih konservatif
2. Dinding oklusal dan proksimal konvergen secara oklusal untuk
memberikanbentuk retensi tambahan.
3. Preparasi box proksimal memiliki su dut cavosurface dengan
sudut siku-siku terhadap permukaan email secara fasial dan
lingual.Bevel pada permukaan oklusal bersifat opsional karena
arah email rods sedangkan pada permukaan proksimal,
pembevelan harus dilakukan denganhati-hati.
4. Gingival floor harus bebas kontak di bagian apical.
22
Gambar 3.3 Desain
preparasi klas 2
Tahapan restorasi:
Alat dan Bahan: Light curing, plastis filling instrument, Alat Oral
diagnostic, microbrush, komposit, bonding agent, alcohol 70%, matriks
seluloid dan wedge).
1. Isolasi daerah kerja menggunakan rubber dam atau cutton rol
2. Lakukan desinfeksi kavitas menggunakan Alkohol 70% dengan
menggunakan cutton pelet.
3. Prosedure etsa
Aplikasikan bahan etsa dengan syringe atau microbrush ke
permukaan yang telah dipreparasi. Pengetsaan dilakukan dengan
menggunakan asam fosfat 37% selama 15 sampai 20 detik. Kemudian
dibilas dengan air, lalu keringkan dengan udara intensitas rendah
menggunakan three-way syringe untuk mencegah terjadinya colaps
kolagen pada dentin.
4. Prosedure bonding agent
Aplikasikan bonding agent menggunakan microbrush pada permukaan
seluruh kavitas gigi, lalu dilakukan light curing selama 15 detik untuk
melakukan polimerisasi.
23
5. Pemasangan matriks bisanya menggunakan sectional matriks dan
wedge hal ini bertujuan untuk menghindari kontak pada gigi tetangga
dan mencegah terjadinya tambalan overhanging.
6. Penumpatan resin komposit
Penumpatan resin komposit dimulai pada daerah proksimal untuk
membentuk anatomis teerlebih dahulu, kemudian dilanjutkan
penumpatan dalam kavitas menggunakan incremental sebanyak 2 mm
lalu setiap itu dilakukan light curing selama 20 detik. Hingga
menutupi semua kavitas dan membentuk mahkota kembali.
24
a. Tidak makan dan minum selama 1 jam dan menghindari minuman
berwarna seperti kopi.
b. Apabila tidak nyaman, mengganjal, sakit, dapat segera kembali ke
klinik
c. Menjaga oral hygine dengan tetap menggosok gigi dua kali sehari.
25
A. Konvensional
Gambar 3.5 Desain preparasi kelas 3
Prosedure preparasi:
Alat: Handpiece high speed, Bur (Round Bur, fissure straight bur,),
alat diagnostic. Bahan: APD, Cutton roll.
1. Lakukan isolasi daerah kerja pada gigi yang akan dipreparasi
menggunakan rubber dam.
2. Buat outline form kavitas pada gigi yang dipreparasi pada gigi
anterior dengan mengawali penembusan pada daerah palatal
memggunakan round bur sampai kedalam jaringan dentin.
3. Perluas preparasi kavitas menggunakan straight fissure pada daerah
palatal.
4. Luasnya lesi menentukan outline preparasi gigi, untuk penetrasi ke
dalam lesi, biasanya arah masuknya bur adalah dari sisi palatal
kecuali untuk beberapa kasus penetrasi lingual terlebih dahulu
membantu menjaga estetik. Berikut adalah indikasi untuk penetrasi
yang melibatkan sisi labial terlebih dahulu:
5. Keterlibatan lesi karies pada enamel bagian labial
6. Pada kasus dimana gigi mengalami rotasi dan sisi lingual sulit
dijangkau
7. Pada kasus dengan gigi yang malaligned
8. Lanjutkan preparasi kearah marginal ridge proksimal yang karies.
26
9. Ratakan kavitas pada serta lakukan penghalusan pada dinding
kavitas.
B. Konvensional Bevel
Prosedur preparasi
Alat: Handpiece high speed, Bur (Round Bur, fissure straight bur,),
alat diagnostic. Bahan: APD, Cutton roll
1. Lakukan isolasi daerah kerja pada gigi yang akan dipreparasi
menggunakan rubber dam.
2. Penetrasi sisi lingual dengan round bur menembus lesi.
3. Initial depth dinding aksial harus 0,75 mm deep gingivally dan
sedalam 1,25 mm insisal. Kedalaman dinding aksial 0,2 mm ke
dentin.
4. Pada preparasi akhir gigi, buang semua dentin yang terinfeksi atau
restorasi yang rusak menggunakan excavator atau round bur
kecepatan lambat.
5. Preparasi bevel menggunakan flat end tapering fissure diamond bur
di cavosurface pada bidang kontak sentris. Bevel harus lebar sekitar
0,2 hingga 0,5 mm pada sudut 45 ° ke arah luar permukaan gigi.
27
Tahapan Restorasi
Alat dan Bahan: Light curing, plastis filling instrument, Alat Oral
diagnostic, microbrush, komposit, bonding agent, alcohol 70%,
matriks seluloid, wedge).
1. Isolasi daerah kerja menggunakan rubber dam.
2. Lakukan desinfeksi kavitas menggunakan Alkohol 70% dengan
menggunakan cutton pelet.
3. Lakukan pemasangan matriks seluloid dan wedge.
4. Prosedure etsa
Aplikasikan bahan etsa dengan syringe atau microbrush ke
permukaan yang telah dipreparasi. Pengetsaan dilakukan dengan
menggunakan asam fosfat 37% selama 15 sampai 20 detik.
Kemudian dibilas dengan air, lalu keringkan dengan udara
intensitas rendah menggunakan three-way syringe untuk mencegah
terjadinya colaps kolagen pada dentin.
29
Gambar 3.7 Ilusttasi penumpatan restorasi layering pada kelas 3
30
c. Menjaga oral hygine dengan tetap menggosok gigi dua kali
sehari.
A. Konvensional
Membentuk preparasi seminimal mungkin, kecuali pada area
margin dan daerah permukaan akar. Preparasi konvensional pada kelas
IV dengan karies yang luas memerlukan bevel, sedangkan preparasi
modifikasi bisa untuk kelas IV dengan karies yang kecil. Jika struktur
gigi banyak yang hilang, retensi groove merupakan indikasi dan
memberikan tambahan retensi pada daerah dengan tekanan yang
tinggi. Bevel pada email bertujuan mendapatkan permukaan yang lebih
besar untuk pelapisan etching, menghasilkan ikatan yang kuat antara
31
komposit dengan gigi. Agar mendapatkan resistensi yang tepat,
preparasi dinding dibuat untuk menahan tekanan kunyah atau kekuatan
pada oklusal. Daerah cavosurface bagian preparasi dinding proksimal
dan lingual diharuskan 90 derajat dan merupakan bagian dari preparasi
secara konvensional. Bevel di bagian dinding gingival dipreparasi
tegak lurus dengan gigi. Disarankan menggunakan restorasi box untuk
retorasi gigi yang fraktur dan terkena tekanan kunyah.
B. Konvensional Bevel
Konvensional bevel pada restorasi kelas IV diindikasikan untuk
preparasi daerah proksimal yang lebar dan daerah incisal pada gigi
anterior. Pelapisan etching dilakukan pada margin email. Retensi pada
restorasi komposit dengan tipe preparasi konvensional bevel preparasi
kelas I, diperoleh dari groove atau dovetail yang merupakan tahap
akhir dari restorasi. Undercut pada gingival dan incisal bisa menjadi
indikasi untuk preparasi kelasi IV yang besar dan biasanya dilakukan
juga untuk kelas III.
Prosedur preparasi:
Alat: Handpiece high speed, Bur (Round Bur, fissure straight bur,), alat
diagnostic. Bahan: APD, Cutton roll
1. Lakukan isolasi daerah kerja pada gigi yang akan dipreparasi
menggunakan rubber dam.
2. Buat outline form kavitas pada kelas 4 dengan menggunakan round
bur tipe small hingga menembus dentin.
3. Setelah itu perluas kavitas dengan fissure bur dimana dinding
aksial tegak lurus terhadap gingival floor.
4. Buat dove tail pada daerah palatal (bila perlu)
5. Ratakan dasar kavitas dan haluskan dinding kavitas
32
6. Bevel pada cavosurface margin (sudut 45° terhadap permukaan
gigi) dengan flame-shaped atau round diamond bur
Prosedur Restorasi
Alat dan Bahan: Light curing, plastis filling instrument, Alat Oral
diagnostic, microbrush, komposit, bonding agent, alcohol 70%,
matriks seluloid, wedge).
1. Isolasi daerah kerja menggunakan rubber dam.22
2. Lakukan desinfeksi kavitas menggunakan Alkohol 70% dengan
menggunakan cutton pelet.
3. Lakukan pemasangan matriks seluloid dan wedge, Matriks
membantu dalam membatasi kelebihan bahan restorasi dan dalam
pembuatan kontur gigi aksial yang sesuai. Matriks dipasang
sebelum pengetsaan asam dan bonding. Setelah memasang matriks,
selanjutnya harus distabilkan dengan baji/wedge. Matriks harus
diperpanjang 1 mm di luar cavosurface margin oklusal dan
gingival.
33
4. Prosedure etsa
Aplikasikan bahan etsa dengan syringe atau microbrush ke
permukaan yang telah dipreparasi. Pengetsaan dilakukan dengan
menggunakan asam fosfat 37% selama 15 sampai 20 detik.
Kemudian dibilas dengan air, lalu keringkan dengan udara
intensitas rendah menggunakan three-way syringe untuk mencegah
terjadinya colaps kolagen pada dentin.
34
6. Penumpatan resin komposit.
Penumpatan resin komposit dimulai pada daerah proksimal untuk
membentuk anatomis teerlebih dahulu, kemudian dilanjutkan
penumpatan dalam kavitas menggunakan incremental sebanyak 2
mm lalu setiap itu dilakukan light curing selama 20 detik. Hingga
menutupi semua kavitas dan membentuk mahkota kembali.
8. Instruksi
a. Tidak makan dan minum selama 1 jam dan menghindari
minuman berwarna seperti kopi.
35
b. Apabila tidak nyaman, mengganjal, sakit, dapat segera
kembali ke klinik
c. Menjaga oral hygine dengan tetap menggosok gigi dua kali
sehari.
Prosedur preparasi:
Alat: Handpiece high speed, Bur (Round Bur, fissure straight bur,), alat
diagnostic. Bahan: APD, Cutton roll
1. Lakukan isolasi daerah kerja pada gigi yang akan dipreparasi
menggunakan rubber dam.
2. Bentuk outline form gigi yang akan dipreparasi menggunakan round
bur. Pada kasus abrasi di servikal gigi tidak dilakukan preparasi lebih
lanjut
3. Bentuk retensi dan resistensi. Karena GIC berikatan secara kimia
dengan struktur gigi, retensi yang lebih lanjut tidak diperlukan. Dapat
36
dilakukan preparasi untuk menambahkan groove membulat pada
bagian oklusal
4. Convenience form. Rubber dam harus digunakan pada proses
restorasi, atau dapat menggunakan check retractor
Prosedure restorasi
Alat dan Bahan: Light curing, plastis filling instrument, Alat Oral
diagnostic, microbrush, komposit, bonding agent, alcohol 70%, matriks
seluloid, wedge).
1. Isolasi daerah kerja menggunakan rubber dam atau cotton roll
2. Aplikasikan dentin conditioner untuk membuang smear layer selama
10 detik. Bilas dengan air
3. Keringkan kelebihan air dengan cotton pellet namun tetap lembab
4. Aduk powder dan liquid menggunakan instrument plastis hingga
homogen pada paper pad biasanya dengan rasio bubuk/air 3:1.
Konsistensi dari adonan terlihat kental dan mengkilat yang
menandakan telah homogeny
5. Bahan tumpatan ditempatkan pada kavitas, dan bentuk sesuai anatomi
6. Oleskan varnish. Tujuannya untuk mencegah kontaminasi saliva
sehingga memudahkan penempatan bahan GIC.
7. Sangat penting diperhatikan, untuk melakukan finishing dan polishing
dilakukan setelah 24 jam dikarenakan proses terjadinya final setting
berada pada waktu 24 jam setelah dilakukan restorasi.
8. Polishing dan finishing dilakukan setelah penumpatan selesai dengan.
Kelebihan bahan dikurangi, diperiksa bila ada kelebihan dikurangi
menggunakan flame finishing bur dan dilanjutkan dengan polishing
disc dan polishing brush. Polishing bertujuan untuk membentuk
permukaan restorasi yang halus sehingga lebih estetik dan mengurangi
pembentukan plak dan stain.
37
9. Instruksi
a. Tidak makan dan minum selama 1 jam dan menghindari minuman
berwarna seperti kopi.
b. Apabila tidak nyaman, mengganjal, sakit, dapat segera kembali ke
klinik
c. Menjaga oral hygine dengan tetap menggosok gigi dua kali sehari.
38
BAB IV
LAPORAN KASUS
B. Prosedur Preparasi
1. Lakukan isolasi daerah kerja menggunakan rubber dam.
2. Lakukan pembongkaran tambalan sebelumnya dengan bur carbide.
3. Bentuk desain preparasi kembali terutama bevel pada bagian
dinging bukal dan palatal dan dinding proksimal menggunakan
long needle bur.
39
Gambar 4.2 Hasil preparasi gigi 14 & 15
40
a b
D. Diskusi
Meskipun bahan komposit resin dipertimbangkan mudah
ditangani, membangun kembali kontak proksimal terkadang
merupakan prosedur
yang menantang, terutama bila dokter menempatkan restorasi Kelas II
yang besar. Tidak seperti amalgam, yang dapat dipadatkan secara
lateral untuk mendapatkan kontak proksimal yang optimal, estetik
material komposit bergantung sepenuhnya pada kontur dan posisi
matriks dan baji.
Untuk mengurangi stres yang ditimbulkan selama kontraksi
polimerisasi, teknik incremental sangat dibutuhkan untuk mengurangi
faktor C. Selain itu, teknik penempatan tambahan diperlukan untuk
memastikan perawatan penuh dari seluruh bagian komposit dan
memfasilitasi penumpukan anatomi restorasi. Penambahan diterapkan
untuk mengganti satu titik puncak. Komposit yang tidak diawetkan
diberi kontur ke anatomi akhir cusp dan kemudian light-cured.
41
Prosedur ini memungkinkan pencapaian file kontur ideal tanpa perlu
menggunakan bur secara ekstensif selama prosedur finishing. Itu
penggunaan teknik sentripetal juga berkontribusi akses yang lebih baik
dari kotak oklusal setelah file matriks dan cincin telah dihapus,
memungkinkan lebih baik visualisasi dan pemosisian saat mengganti
struktur gigi yang hilang di cusp.
42
restorasi langsung karena kunjungan yang lebih sedikit dan biaya yang
terjangkau.
Gambar 4.6 Kondisi awal restorasi pada kedua gigi insisivus sentral
pasien . terlihat tekhnik layering komposit tidak adekuat , warna dan
kontur kurang estetik
C. Prosedur Perawatan
Anamnesis, terdapat veneer komposit juga dipasang pada gigi
insisivus lateral kiri untuk '' menyelaraskan gigi '' dengan gigi
insisivus sentral. Selama pemeriksaan, ditentukan bahwa.
Hasil pemeriksaan objektif diketahui bahwa kedua gigi insisivus
sentral terdapat restorasi resin komposit kelas IV yang tidak sesuai
dengan warna, kontur, atau tekstur. Pada gigi insisivus satu atas kiri
43
(gigi 21), terlihat adanya veneer resin komposit dengan warna serupa
dengan restorasi komposit di gigi insisivus sentral. Hasil pemeriksaan
vitalitas dengan cold test memperlihatkan gigi masih vital. Tes palpasi
dan tes perkusi yang dilakukan memperlihatkan hasil negatif. Pasien
diindikasikan untuk membongkar retorasi lamanya dan kemudian
dilakukan perawatan restorasi ulang dengan komposit kelas IV pada
kedua gigi insisivus sentral.
Setelah menjelaskan kepada pasien mengenai prosedur dan pasien
telah menandatangani informed consent, maka prosedur perawatan
dapat mulai dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :\
1. Pemilihan warna gigi
Gigi insisivus lateral kanan digunakan untuk pemilihan
shade karena belum direstorasi. Gradien warna ringan dan tembus
cahaya pada sepertiga insisal ditemukan. Keputusan diambil untuk
mengganti restorasi yang ada dengan menggunakan teknik dua
warna berdasarkan klasifikasi Vargas pada kedua gigi insisivus
sentral, dengan fokus utama pada pembentukan kontur dan tekstur
yang ideal. Shade guide A2 dipilih untuk aspek dentin dari restorasi
dengan menempatkan shade tab di posisi horizontal dan
mencocokkan sepertiga tengah tab dengan sepertiga tengah gigi
insisivus sentral kiri yang tidak tersangga. Warna enamel wajah
biasanya satu warna lebih terang, jadi A1 body dipilih untuk aspek
wajah restorasi. Tidak dianggap perlu untuk menggunakan resin
komposit yang buram atau berbayang dentin. Resin komposit
Kalore (GC America, Inc., Alsip, IL, USA) dipilih untuk kasus ini
karena sifat optiknya. Untuk menilai ketebalan yang dibutuhkan
dari lapisan lingual menggunakan naungan tubuh yang dipilih
untuk menutupi kegelapan rongga mulut, dua disks setebal 1 dan 2
mm dibuat dari resin komposit shade A2 dan kemudian
44
ditempatkan pada latar belakang putih dengan garis hitam. Hal ini
memungkinkan klinisi untuk melihat bahwa ketebalan lapisan
lingual 2 mm diperlukan untuk menciptakan efek masking yang
diperlukan (Gambar 4.7).
45
3. Preparasi gigi 11 dan 21 sesuai prinsip preparasi
Outline form pada preparasi kelas IV dilakukan dengan
menggunakan round carbide atau diamond bur dengan ukuran yang
sesuai pada kecepatan tinggi (high – speed) sehingga terbentuk
initial axial wall. Preparasi ini untuk menghilangkan restorasi lama.
Restorasi yang ada pada gigi insisivus sentral kanan
dihilangkan. Bevel email estetik fungsional-estetik 1,5 mm 75º
dibuat dengan menggunakan bur diamond (Brasseler, Savannah,
GA, USA) pada daerah facial. Bevel lingual adalah kemiringan
fungsional 45º. Disks kasar (Sof-lex, 3M ESPE) kemudian
digunakan untuk memperpanjang bevel wajah secara
interproksimal dan menuju sepertiga gingiva permukaan facial
untuk membuat bevel yang lebih panjang dengan tujuan agar
margin resin komposit dan margin gigi tidak dapat dibedakan
setelah restorasi (Gambar 4.8).
47
Setelah polimerisasi (Valo, Ultradent, South Jordan, UT,
USA) dari lapisan ini, pensil mekanik dengan timbal tipis
digunakan untuk menetapkan posisi sudut garis transisi sesuai
dengan bidang gigi (Gambar 4.10a). Tujuan utamanya adalah untuk
menetapkan panjang dan kontur yang benar (Gambar 4.10b).
D. Diskusi
Restorasi komposit menawarkan alternatif hemat biaya untuk daerah
estetika. Peningkatan ikatan kimia dan pengenalan komposit nano
diperkirakan akan ditingkatkan melanjutkan keberhasilan umur dan
kinerja komposit. Dalam studi kasus kami, maket restoratif disiapkan
memastikan prediktabilitas hasil yang lebih besar; sejak komposit
resin berubah warna selama polimerisasi, serta 24 dan 48 jam setelah
polimerisasi. Hasil yang dapat diterima dari resin komposit kelas 4
49
pemulihan dapat dicapai dengan ketaatan secara sistematis protokol
yang diuraikan dalam teknik klinis ini. Dengan kemajuan dalam
peningkatan fisik, kimia dan sifat mekanik komposit gigi, estetika dan
restorasi yang yang tahan lama dimungkinkan.
DAFTAR PUSTAKA
50
1. Kunin AA, Evdokimova AY, Moiseeva NS. Age-related differences of tooth
enamel morphochemistry in health and dental caries. The EPMA Journal
2015; 6 (3): 2-3
2. Nugroho JJ, Hafsari WR. The effective of betel leaf (piper betle Linn)
exctract gel and cocoa bean (theobroma cacao L) extract gel application
against the hardness of enamel surface in vitro. J Dentomaxillofacial Sci.
2017; 2(1): 23
3. Kemenkes RI. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS). Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI; 2018.
4. Walmslay DA, Walsh TF, Lumley PJ, Burke FJT, Shortall AC, atl.
Restorative denstistry : churcill living stone. 2nd Ed. USA : Chruchill
Livingstone ; 2007.
5. Ritter, Andre V., Boushell Lee, W., Walter Ricardo. Sturdevant's. the art and
science of operative dentistry 7th Ed. China :Elsevier; 2019
6. Triwardhani L, Mozartha M, Trisnawaty. Klinis Restorasi Komposit pada
Kavitas Klas 1 Pasca Penumpatan Tiga Tahun. Cakradonya Dent J.2014;6(2)
721.
7. Soeprapto., A. Pedoman dan tata laksana praktik kedokteran gigi Ed.2.
Jakarta: Bina Insan Mulia; 2017. Pp.18,54,56,58
8. Triwardhani L, Mozartha M, Trisnawaty. Klinis Restorasi Komposit pada
Kavitas Klas 1 Pasca Penumpatan Tiga Tahun. Cakradonya Dent J.2014;6(2)
721.
9. Dewiyani S. Restorasi Anterior menggunakan Teknik Direct Kompposit
(Kajian Pustaka). JITEKGI. 2017;13(2):5-9.
10. Nathaniel L. Materials and Techniques Composite Restorations. In: Inside
Debtistry. Newtown: AEGIS Publications; 2019.
11. Sebastian ST, Treesa J. International caries detection and assesmen system
(ICDAS). International journal of oral healt and medicl research. 2015;
2(3):56,82
51
12. Mount G.J. Minimal intervention dentistry: Cavity classification and
preparation. International dentistry SA. 2009 ; 12(3) : 56
13. Mount GJ, Hume WR. Preservation and restoration of tooth structure. 2nd
Ed. Queensland: Knowledge Book and Softwere; 2005
14. Dewiyani S. Restorasi Anterior menggunakan Teknik Direct Kompposit
(Kajian Pustaka). JITEKGI. 2017;13(2):5-9.
15. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktek ilmu endodonsi. Alih bahasa:
Narlan S, Winiati S, Bambang N. Ed ke-3. Jakarta: EGC, 2008.
16. Soesilo D, Hadinata Y, Pangabdian F, Rochyani L. Direct composite
restoration using stamp technique and pizza technique: A case report.
International Journal of Dentistry Research. 2020;5(1):4-5.
17. Edwina AM, Smith BG, Watson TF, Pickard HM. Pickard’s manual of
operative dentistry. 8th Ed. New York : Oxford University Press; 2003.
18. Anusavice KJ. Philips buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Ed 10. Jakarta:
EGC ; 2014.
19. Trilaksana AC. Prinsip restorasi komposit. PT. Gakken Healt & Education
Indonesia. 2018.
20. Chandra S, Chandra S, Chandra G. Textbook of operative dentistry. New
Delhi: Jaypee; 2007: 253.
21. Ritter, Andre V., Boushell Lee, W., Walter Ricardo. Sturdevant's. the art and
science of operative dentistry 6th Ed. North Carolina :Elsevier; 2012.
22. Bakar A. Kedokteran Gigi klinik. Ed 2. Yogyakarta: Quantum Sinergi
Media ; 2015. Hal. 52.
23. Irawan B. Peran bahan restorasi kedokteran gigi dalam keberhasilan
pembuatan restorasi. Departemen ilmu material kedokteran gigi UI. Jakarta.
24. Mackenzie L, Parmar D, Shortall AC, Burke FT. Direct anterior composites:
a practical guide. Dental Update 2013; 40(4), 297–317.
25. Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. Phillips’ science of dental materials. 12th
ed. New York: Elsevier. 2012.
52
26. Berg HJ. Glass ionomer cements. Pediatric Dentistry. 2002; 24(5); 430- 8.
27. Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rded. New Delhi: Jaypee,
2015: 238-70.
28. Irie., M. Performance of Class I composite restorations when polished
immediately or after one-day water storage. Journal operative dentistry 2015;
1(3): 20-23.
29. Patras., M. Class II composit restoration and proksimal concavities: clinical
implication and management. Journal of dentistry 2018; 7(11): 19-24.
30. Deliperi., S. Layering and curing techniques for class III restorations: a two-
year case report. Practical prosedure and aesthetic dentistry 2015; 1(1): 3-6
31. Romero., MF. Restorative technique selection in class IV direct composit
restoration: A simplied method. Journal operative dentistry 2015; 2(3): 245-
247.
32. Lucina., F.Glass Ionomer cements and their role in the restorastion of non
carious cervical lession. J Appl Oral Sci. 2018;17(5): 365-369
33. Santos., M. A Restorative Approach for Class II Resin Composite
Restorations: A Two-Year Follow-up. Journal operative dentistry 2015; 1(1):
19-24.
34. Leman MA. Class IV direct composite restoration : a case report. Makassar
Dent J. 2012;1(5):1–4.
53
54