Anda di halaman 1dari 39

1

SISTEMATIKA ISI
PROPOSAL SKRIPSI (S1)

A. Latar Belakang Masalah


B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
F. Ruang Lingkup Penelitian (jika diperlukan)
G. Penjelasan Judul
H. Tinjauan Literatur/ Landasan Teori
I. Kajian Terdahulu (min 3 skripsi dan 3 jurnal)
J. Kerangka Pemikiran (jika diperlukan)
K. Hipotesis (jika diperlukan)
L. Metode Penelitian
Pendekatan Kuantitatif
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3. Jenis dan Sumber Data
4. Populasi dan Sampel
5. Defenisi Operasional Variabel
6. Instrumen Penelitian (jika diperlukan)
7. Teknik Pengumpulan Data
8. Teknik Analisis Data
9. Pengujian Model (jika diperlukan)
a. Uji Pra Penelitian (Validitas dan Reliabilitas, … dll)
b. UJi Klasik (Normality multicollinearity, .. dll)
c. Uji Hipotesis (F-test, t-test, R2, …dll)

Pendekatan Kualitatif
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3. Jenis dan Sumber Data
4. Informan Penelitian
5. Teknik Pengumpulan Data
6. Metode Analisis Data

M. Daftar Pustaka
2

KETERANGAN
Judul
 Judul dirumuskan dengan kata kata kunci keseluruh uraian kurang lebih
25 kata
 Judul menarik dan sesuai dengan ruang lingkup keilmuan
 Judul harus menggunakan bahasa yang baik dan benar
 Judul baik memiliki kebaharuan dan bukan replikasi dari judul-judul
sebelumnya
Latar Belakang Masalah
Latar belakang menguraikan secara singkat (3—5 halaman) alasan-alasan
mengapa peneliti melakukan penelitian. Beberapa hal penting yang perlu ada
dalam latar belakang adalah:
1) Mengemukakan kesenjangan antara harapan (das-solen) dan
kenyataan yang tampak di lapangan (das-sein), fakta-fakta atau hasil
penelitian sebelumnya yang mirip dengan penelitian yang
direncanakan. Dengan demikian terlihat Fenomena Gap di latar
belakang.
2) Latar Belakang mesti di dukung oleh data awal/observasi
awal/wawancara awal yang memperlihatkan adanya masalah yang
akan diteliti
3) Penyajian latar belakang masalah dilakukan dalam bentuk logika
berjenjang. Penyajian latar belakang dimulai dari lingkup yang luas
kemudian menyempit dan menyempit lagi dan demikian seterusnya.
Hindari untuk mengambil “starting point” nya terlalu jauh.
4) Pada karya ilmiah dengan level yang lebih tinggi seperti tesis
magister dan doctoral, perlu diperlihatkan adanya “ Research Gap”.
Bagian ini secara jelas memperlihatkan posisi penelitian dalam
konteks keilmuan, artinya peneliti perlu mereview secara umum
tentang kajian terdahulu yang sudah pernah dilakuan untuk
kemudian memposisikan kontribusinya dalam penelitian terebut.
Riset untuk tesis dituntut untuk memiliki kontribusi keilmuan,
kebijakan atau perluasan metodologis.

Identifikasi Masalah
3

1) Identifikasi masalah dibuat dalam bentuk pernyataan-pernyataan tentang


faktor-faktor atau hubungan antar faktor atau variabel yang
menyebabkan terjadinya masalah.
2) Identifikasi adalah juga pernyataan tentang kondisi yang teramati dari
hasil observasi pada pre-survey.
3) Identifikasi masalah dapat disajikan dalam bentuk 3-5 pernyataan terkait
judul. Bagian ini mesti ada terutama untuk penelitian yang diangkat
berdasarkan fenomena tertentu.
4) Pada riset yang lebih tinggi seperti tesis/disertasi Identifikasi masalah
dapat berisikan pernyataan terkait research gap atau jika dirasa tidak
perlu dapat dihilangkan saja.
Batasan Masalah
Pembatasan masalah yang dibuat dalam bentuk pernyataan tentang sejauh
mana persoalan penelitian dibatasi. Pembatasan masalah dilakukan karena
keterbatasan kemampuan peneliti terhadap masalah yang mungkin dapat
dijangkau dengan pikiran peneliti atau karena keterbatasan pengetahuan,
waktu, dana dan tenaga. Bagian ini dapat disesuaikan menjadi focus penelitian
jika riset terkategori kualitatif.
Rumusan Masalah
Perumusan masalah adalah lukisan konsepsi yang berhubungan dengan konsep
atau variabel yang terdapat dalam masalah tersebut. Perumusan masalah
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian yang sifatnya singkat,
operasional dan jelas, hanya memuat satu masalah saja atau tidak mendua,
memungkinkan untuk diteliti, memiliki data pendukung, memiliki makna untuk
diteliti serta dapat membangkitkan perhatian untuk diteliti.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
 Tujuan penelitian adalah rumusan tentang apa yang akan dicapai dalam
proses penelitian.Tujuan penelitian mesti berkaitan dengan rumusan
masalah. Tujuan penelitian adalah untuk menguraikan, menerangkan,
membuktikan dan menerapkan suatu gejala, konsep atau dugaan. Tujuan
penelitian dirumuskan dengan menggunakan pernyataan .
 Kegunaan penelitian memperlihatkan nilai manfaat yang akan diperoleh
dari hasil penelitian.Kegunaan penelitian mencakup :
a. kegunaan dari segi akademis,
b. kegunaan secara operasional (bagi objek yang diteliti seperti: bank
atau masyarakat),
4

c. kegunaan bagi studi terkait dimasa mendatang (peneliti


selanjutnya) atau
d. Kegunaan bagi pengambil kebijakan dan lainnya
Ruang Lingkup Penelitian
Bagian ini hampir mirip dengan pembatasan masalah, namun ruang lingkup
penelitian biasanya dibuat untuk membatasi kajian dari sisi konsep teoritis yang
digunakan, pembatasan area penelitian dan pembatasan periode analisis atau
batasan lain yang secara umum digunakan dalam studi tersebut.Ruang lingkup
penelitian lebih dipriositaskan pada penulisan karya ilmiah setingkat tesis
sendakan untuk skripsi cukup dibuat Batasan masalah saja.
Penjelasan Judul
Bagian ini merupakan gaya selingkung IAIN yang bertujuan untuk menjelaskan
kata-kata kunci pada judul, terutama untuk istilah-istilah dalam kajian keislaman
yang perlu di jelaskan pengertiannya. Pada Penjelasan judul tersebut, kata kunci
ini dimulai dari makna etimologisnya dilanjutkan dengan makna
terminologisnya. Tidak seluruh kata di dalam judul yang dijelaskan. Hanya per-
kelompok kata yang bermakna dan mungkin menimbulkan penafsiran lain bagi
pembaca.
Tinjauan Literatur/ Landasan Teori
Bagian Landasan Teori berisikan tentang seperangkat interelasi konsep, defenisi
dan proposisi yang menunjukkan suatu pandangan sistematis atas gejala
dengan pengkhususan hubungan diantara variabel dengan maksud untuk
menjelaskan dan memprediksi gejala tersebut. Landasan Teori berisikan :teori
secara umum , teori yang menyangkut konsep fiqih dan teori yang terkait
dengan konsep ekonomi, ekonomi Islam atau perbankan tentang tema
penelitian yang dibahas.
Kajian Terdahulu
Bagian ini berisikan beberapa hasil penelusuran beberapa studi terdahulu terkait
judul peneltiian.Bagian ini disajikan talam bentuk table yang memuat nama
penulis, tahun, judul karya ilmiah dan hasil temuan.
Hipotesis (jika diperlukan)
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang selanjutnya diuji kebenarannya
sesuai dengan model dan analisis yang cocok. Hipotesis penelitian dirumuskan
atas dasar kerangka pemikiran yang merupakan jawaban sementara atas
masalah yang dirumuskan. Tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
Penelitian Assosiatif dan komparatif biasanya memerlukan hipotesis. Hipotesis
dapat berbentuk hipotesis argumentative, hipotesis kerja atau hipotesis nol.
5

Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian.
Menjelaskan tentang kategori penelitian yang dilakukan. Biasanya
dibedakan menurut :
a. Tingkat eksplanasinya yaitu: penelitian deskriptif, penelitian
komparatif dan penelitian assosiatif.
b. Jenis data dan analisisnya yaitu: penelitian kualitatif atau
penelitian kuantitatif
c. Metode penelitian yaitu Survey, Expost Facto, Eksperimen,
Naturalistik , Policy
d. Research, Action Research , Evaluasi atau Sejarah
2. Lokasi dan Waktu Penelitian.
Bagian ini menjelaskan tentang lokasi dan rentang waktu
dilaksanakannya penelitian serta alasan dipilihnya lokasi penelitian
tersebut secara ilmiah.
3. Jenis dan Sumber Data.
Menjelaskan tentang segala informasi yang dijadikan dan diolahuntuk
suatu kegiatan penelitian sehingga dapat dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan.Jenis data biasanya dibedakan menurut cara
perolehannya data primer dan sekunder atau menurut jenisnya (data
kualitatif dan data kuantitatif). Sumber data menunjukkan dari mana data
diperoleh. Misal: Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui
penyebaran angket pada nasabah bank Syariah atau Data Sekunder
dalam penelitian ini diperoleh dari Statistik Bank Syariah yang
dipublikasikan oleh OJK .
4. Populasi dan Sampel (jika diperlukan).
Menjelaskan tentang populasi dari penelitian ini serta sampel yang yang
diambil. Bagian ini hanya dibuat jika penelitian adalah penelitian field
research yang mengandalkan data primer melalui kuisioner. Disebutkan
apa yang menjadi populasi dalam penelitian, berapa jumlah populasi,
serta bagaimana teknik penarikan sampel dan berapa jumlah sampel
yang diambil.
5. Defenisi Operasional Variabel (jika diperlukan).
Menjelaskan tentang defenisi masingmasing variable penelitian secara
operasional serta dilengkapi dengan teknik pengukuran atau alat ukur
yang digunakan. Biasanya defenisi operasional variable digunakan untuk
penelitian kuantitatif dan disajikan dalam bentuk tabel.
6

6. Instrumen Penelitian (jika diperlukan).


Menjelaskan tentang alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
yang diamati (variabel penelitian). Instrumen penelitian merupakan alat
yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Untuk lebih
memudahkan, dalam proposal seringkali dibuat table kisi-kisi instrument
yang memuat variable, indicator dan item instrumen. Tentukan terlebih
dahulu variabel penelitian, indikator yang akan diukur untuk setiap
variabel yang dianalisis untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk
pertanyaan/ pernyataan yang menjadi instrumen penelitian. Tentu skisi-
kisi instrument inilah nantinya yang akan dikembangkan menjadi
kuisioner.
7. Teknik Pengumpulan Data.
Menjelaskan tentang cara yang digunakan untuk mendapatkan data
penelitian. Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam penelitian social
ekonomi adalah:
a. Observasi/ Pengamatan; Memerlukan pengamatan langsung atau
tidak langsung terhadap objek yang diteliti dengan menggunakan
pedoman penelitian
b. Teknik Tes; Mengumpulkan data dengan cara mengevaluasi hasil
proses pada kondisi awal sebelum proses (pre test) dengan
kondisi setelah proses (post test).
c. Teknik Pertanyaan/ Questioner; Teknik ini efektif dalam penelitian
survey, yaitu teknik pengumpulan data berbentuk wawancara
terstruktur maupun wawancara tidak terstruktur atau dalam
bentuk pengisian kuisioner
d. Teknik Wawancara; Dilakukan dengan tanya jawab secara lisan
dan bertatap muka langsung antara pewawancara dan orang yang
diwawancarai
e. Teknik Dokumentasi; Mengumpulkan data-data tertulis yang
mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang
fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan masalah
penelitian
8. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data terkait pada dua pendekatan yang digunakan dalam
penelitian yaitu pendekatan kualitatif atau kuantitatif. Teknik analisis data
kualitatif biasanya terkait dengan naluristik si peneliti dan dilakukan dengan
secara naratif dan langkah selanjutnya menarik kesimpulan atau verifikasi
7

(conclution/verifying). Jika penelitian mengandalkan data kuantitatif maka


dibutuhkan perangkat statistic. Statistika yang digunakan dapat berupa
statistika deskriptif dengan menggunakan table dan grafik atau menggunakan
ukuran seperti: ukuran pemusatan, dispersi dan kurtosis. Teknik analisis
kuantitatif juga dapat menggunakan statistic parametric dan statistic non
parametric. Beberapa statistic parametric/inferensial yang sering digunakan
seperti: General Linier Model, Campare means, regresi dan korelasi atau
beberapa jenis apliasi pada multivariateanalysis lainnya. Sedangkan jenis
statistic nonparametric yang popular digunakan misalnya aplikasi dua sampel
saling berhubungan (2 dependent samples), dua sampel tidak berhubungan (2
independent samples), beberapa sampel berhubungan (several dependent
samples) dan beberapa sampel tidak berhubungan (several independent
samples)

9. Pengujian Model (jika diperlukan)


Pengujian model lebih banyak digunakan jika penelitian mengandalkan
pendekatan
kuantitatif dengan penggunaan modeling. Bagian ini dapat disesuiakan dengan
paradigma penelitian dan model yang digunakan. Berikut contoh pengujian
model yang sering digunakan oleh riset riset asosiatif oleh mahasiswa S1.
1) Uji Prapenelitian. Uji ini meliputi Uji validitas dan reliabilitas dan biasanya
pengujian ini hanya diperlukan jika penelitian mengandalkan data primer
dengan instrument penelitian yang digunakan adalah instrument yang
tidak baku. Uji Validitas dan reliabilitas adalah untuk memastikan bahwa
instrumen yang digunakan merupakan alat ukur yang akurat dan dapat
dipercaya. Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur tersebut
dapat mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas
menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten
apabila pengukuran terhadap aspek yang sama pada alat ukur yang
sama. Alat ukur yang biasanya digunakan untuk mengukur tingkat
reliabilitas adalah statistik Cronbach Alpha, sedangkan pengujian validitas
butir instrument menggunakan korelasi product moment.
2) Uji Klasik. Uji klasik ini dilakukan untuk memastikan model yang
digunakan adalah BLUE. Uji ini dapat meliputi multicollenerity,
heteroskedasticity, autocorrelation dll).
3) Uji Hipotesis. Uji ini dibangun sesui dengan hipotesis yang digunakan.
Banyak model uji hipotesis yang dapat dilakukan yang mengacu pada
8

paradigma penelitian apakah bersifat deskriptif, asosiatif atau komparatif.


Salah satu uji hipoteis yang banyak digunakan untuk riset asosiatif adalah
uji F-test, T-test dan R-Squared atau Uji beda yang juga diterapkan untuk
riset komparatif. Bagian ini dapat disesuaikan tergantung model statistic
yang digunakan.

Daftar Pustaka

Daftar pustaka di urutkan dari A-Z dengan nama family di depan. Akan lebih baik jika
menggunakan aplikasi manajemen referensi seperti Mendeley/ End Note/ Zotero dengan
format penulisan MHRA 3rd edition (pakai footnote). Jika tidak silahkan dibuat manual
yang penting konsisten..

Berikut contoh:

Arsyad, L. (2008). Microfinance Institutions, Institutional Performance and


Sustainability. Andi Offset. Yogyakarta.

Irfayunita, F., Miswardi, M., & Puteri, H. E. (2019). Pengaruh Nisbah Bagi Hasil
Terhadap Preferensi Masyarakat Memilih Produk-Produk Pendanaan Pada
Perbankan Syariah Dengan Faktor Financial Literacy Sebagai Variabel
Intervening. Jurnal Benefita, 1(1), 14. https://doi.org/10.22216/jbe.v1i1.3636

Irfayunita, F., & Puteri, H. E. (2019). Pengaruh Financial literacy Terhadap Preferensi
Masyarakat Kabupaten Tanah Datar Memilih Produk-Produk Pendanaan Pada
Perbankan Syariah. Ekonomika Syariah: Journal of Economic Studies, 3(1), 20–
31.

Kuncoro, & Suhardjono. (2002). Manajemen Perbankan: Teori dan Aplikasi. BPFE.
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

M.Arifin, Herri, Amali, H., Elfindri, & Puteri, H. E. (2018). Journal of Social Studies
Education Research Sosyal Bilgiler Eğitimi Araştırmaları Dergisi. Journal of
Social Studies Education Research, 9(2), 329–348.

Puteri, H. E., & Irawan, F. (2017). The Outreach of Islamic Rural Banks in Indonesia.
Elixir
International Journal, 107, 47096–47102.

Puteri, H. E., & Zuwardi, Z. (2019). Orientasi Budaya Dan Religiusitas Dalam
Manajemen Kredit Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Sosial Bank Perkreditan
Rakyat. Jurnal Benefita: Ekonomi Pembangunan, Manajemen Bisnis Dan
Akuntansi, 4(1), 196–209.

M.Arifin, Herri, Amali, H., Elfindri, & Puteri, H. E. (2018). Journal of Social Studies
Education Research Sosyal Bilgiler Eğitimi Araştırmaları Dergisi. Journal of
Social Studies Education Research, 9(2), 329–348.
9

PDB Penggunaan (Seri 2010). www.bps.go.id. Akses 3 Oktober 2019

Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Arah Kebijakan bagi Bank Perkreditan Rakyat Dalam
Rangka Penerapan Tata Kelola dan Manajemen Risiko. Laporan Rapat Kerja
Perbarindo, 14 April 2016.. www.ojk.go.id. Akses 15 Juni 2017.

Observasi awal di kantor Inspektorat Jenderal Pajak Kota Bukittinggi, tanggal 15 April
2020.

Wawancara langsung dengan Bapak M.Firdaus. Pimpinan Cabang Bukopin Syariah


Kota
Bukittinggi. Tanggal 15 April 2020 Jam 14.00 WIB.

Wawancara melalui media skype dengan Bapak M.Firdaus. Pimpinan Cabang Bukopin
Syariah Kota Bukittinggi. Tanggal 15 April 2020 Jam 14.00 WIB
10

Jenis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif


a) Penelitian Kuantitatif
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran
variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur
statistik. Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk
menguji hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif.
Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional), positivis
positivist), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist).
Berdasarkan tujuan, penelitian dapat dibedakan atas: (1) penelitian dasar dan (2)
penelitian terapan. Prosedur yang digunakan yang digunakan oleh penelitian dasar
dan penelitian terapan secara substansi tidak berbeda. Keduanya menggunakan
metode ilmiah yang berguna membantu peneliti untuk mengetahui dan memahami
fenomena suatu penelitian. Esensi dari penelitian, apakah itu penelitian dasar atau
terapan, terletak pada metode ilmiah. Secara teknis perbedaan kedua jenis penelitian
tersebut terletak pada tingkat permasalahan (matter of degree) daripada substansinya
itu sendiri.
Penelitian Dasar. Penelitian dasar yang sering disebut sebagai basic research
atau pure research dilakukan untuk memperluas batas-batas ilmu pengetahuan.
Penelitian dasar ini tidak ditujukan secara langsung untuk mendapatkan pemecahan
bagi suatu permasalahan khusus. Penelitian dasar dilakukan untuk memverifikasi
teori yang sudah ada atau mengetahui lebih jauh tentang sebuah konsep. Hal
pertama sekali yang harus dilakukan dalam penelitian dasar adalah pengujian
konsepm atau hipotesis awal dan kemudian pembuatan kajian lebih dalam serta
kesimpulan tentang fenomena yang diamati. (wibisono, 2002: 4-5). Penelitian dasar
dibedakan atas pendekatan yang digunakan dalam pengembangan teori yaitu:
1. Penelitian deduktif, yaitu penelitian yang bertujuan menguji teori pada keadaan
tertentu.
2. Penelitian induktif, yaitu peneliti yang bertujuan untuk mengembangkan
(generating) teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.
Penelitian Terapan. Penelitian terapan berbeda dengan penelitian dasar,
penelitian terapan dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang permasalahan yang
khusus atau untuk membuat keputusan tentang suatu tindakan atau kebijakan khusus.
Penggunaan metode ilmiah dalam penelitian terapan menjamin objektivitas dalam
mengumpulkan fakta dan menguji ide kreatif bagi alternatif strategi bisnis.
Penelitian terapan dibedakan atas:
1. Penelitian evaluasi, yaitu penelitian yang diharapkan dapat memberi masukan
atau mendukung pengambilan keputusan tentang nilai relatif dari dua atau
lebih alternatif tindakan.
2. Penelitian dan pengembangan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan produk sehingga produk tersebut mempunyai kualitas yang
lebih baik.
3. Penelitian tindakan, yaitu penelitian yang dilakukan untuk segera digunakan
sebagai dasar tindakan pemecahan masalah.
11

Perbedaan antara penelitian dasar dan penelitian terapan dapat


dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1
Perbedaan Penelitian Dasar dan Terapan

Keterangan Penelitian Dasar Penelitian Terapan

Lingkungan Penelitian Akademik Pemerintahan atau Bisnis

Insisiatif Penelitian Peneliti Klien atau sponsor


Biaya Penelitian Peneliti atau bantuan Klien melalui kontrak
Jenis Penelitian Mandiri Kelompok
Disiplin Ilmu Satu atau dua Multidisiplin
Setting Penelitian Laborataorium/Lapangan Lapangan

Keluwesan Lebih fleksibel Kurang fleksibel

Sensitivitas Biaya Sensitivitas biaya lebih rendah Sensitivitas biaya lebih tinggi
Jadwal Penelitian Jadwal longgar Jadwal longgar

Manfaat Penelitian Pengembangan ilmu Pemecahan masalah


Menjawab beberapa
Sifat Penelitian Menjawab sedikit pertanyaan
pertanyaan

Menguji signifikansi secara Menguji signifikansi secara


Jenis Pengujian
statistik praktik

Berdasarkan karakteristik masalah, penelitian dapat dibedakan atas:


a. Penelitian Historis, yaitu kegiatan penelitian, pemahaman, dan penjelasan
kondisi yang telah lalu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebab
atau dampak dari kejadian yang telah lalu untuk menjelaskan fenomena
yang terjadi sekarang atau untuk memprediksi kondisi masa yang akan datang.
b. Penelitian Deskriptif, yaitu pengumpulan data untuk menguji hipotesis atau
menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subyek penelitian.
c. Penelitian Kasus dan Lapangan, merupakan penelitian dengan karakteristik
masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek
yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk
melakukan secara mendalam mengenai subyek tertentu untuk memberikan
gambaran yang lengkap mengenai subyek tertentu.
d. Penelitian Korelasional, adalah penelitian yang bertujuan menentukan apakah
terdapat asosiasi antarvariabel dan membuat prediksi berdasarkan korelasi
antarvariabel. Jika hubungan antarvariabel cukup tinggi,kemungkinan sifat
hubungannya merupakan sebab akibat (causal- effect).
12

e. Penelitian Kausal-Komparatif, merupakan tipe penelitian dengan karakteristik


masalah berupa sebab akibat antara 2 variabel atau lebih. Penelitian ini
merupakan tipe penelitian ex post facto.
f. Penelitian Eksperimen, merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah
yang sama dengan penelitian kausal komparatif, tetapi dalam penelitian
eksperimen peneliti melakukan manipulasi atau pengendalian
(control) terhadap setidaknya satu variabel independen.
H. Penelitian Kualitatif
Paradigma kualitatif ini merupakan paradigma penelitian yang menekankan
pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan
kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci. Penelitian yang
menggunakan pendekatan induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi
teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta merupakan penelitian yang
menggunakan paradigma kualitatif. Paradigma ini disebut juga dengan pendekatan
konstruktifis, naturalistik atau interpretatif (constructivist, naturalistic or interpretative
approach), atau perspektif post-modern. Gambar 1.2 memperlihatkan klasifikasi
penelitian kualitatif.

Gambar 1
Klasifikasi Penelitian Kualitatif

Klasifikasi Penelitian
Kualitatif

Desain
Pendekatan &
Penelitian
Perspektif

1. Human Ethology 1.Pendekatan


Interpretif
2. Ecological Psychology 2.Pendekatan Artistik
3.Pendekatan
3. Holistic Etnography
Sistematis
4. Cognitive Antropology 4.Perspektif
Antropologis
5. Etnography of 5.Persepktif Sosiologis
6.Persepktif Biologis
Communication
7.Studi Kasus
13

Secara ringkas perbedaan kedua paradigma kuantitatif dan kualitatif


terlihat pada Tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 2
Perbedaan Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif

Paradigma Kualitatif
Paradigma Kuantitatif

Realita bersifat obyektif dan berdimensi


Realita bersifat subyektif dan ber- dimensi
unggal. Menilai data lebih obyektif karena
banyak. Menilai data lebih subyektif karena
tidak boleh terpengaruh oleh nilai atau
hasil observasi langsung dilakukan peneliti,
kepercayaan peneliti atau orang lain (value
dan peneliti sendiri yang menyim-pulkannya.
free).

Peneliti independen terhadap fakta yang Peneliti berinteraksi terhadap fakta yang
diteliti. diteliti.
Tidak menggunakan struktur teori karena
lebih bertujuan menemukan teori bukan
Menggunakan struktur teori. memverifikasi teori, kecuali jika tujuan
penelitiannya ingin membuktikan atau
menemukan keterbatasan dari suatu teori.

Struktur teoridigunakan untuk membangun Tidak ada hipotesis, jika ada hipotesis
satu atau lebih hipotesis. tersebut bersifat implisit tidak eksplisit.

Paradigma ini sejalan dengan konsep


grounded theory yang dikembangkan oleh
Paradigma ini menolak bahwa teori Glaser dan Straus (1969) yang percaya
membumi (grounded theory) di datanya bahwa cara terbaik untuk menjelaskan dan
dan berargumentasi bahwa “fact do not membangun teori adalah dengan
speak for themselves” (Blalock, 1969). menemukannya dari data. Paradigma ini
menganggap bahwa teori grounded di
datanya.

Pengujian teori dengan analisis kuantitatif


Penyusunan teori dengan analisis kualitatif.
dan statistik.
14

Paradigma ini menggunakan pendekatan


Paradigma ini menggunakan pendekatan
induksi, yaitu suatu pendekatan yang
deduktif, yaitu proses pengambilan
mengumpulkan data terlebih dahulu baru
kesimpulan dengan menggunakan fakta
hipotesis dibuat jika diinginkan dan
atau data empiris untuk menguji
konklusi langsung diambil jika hipotesis tidak
hipotesis yang telah dibangun dengan
digunakan. Dengan kata lain, pendekatan
menggunakan struktur teori. Dengan
induksi adalah sebagai suatu proses
kata lain, deduksi adalah proses
mengambil kesimpulan (atau pembentukan
pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil
hipotesis) yang didasarkan pada satu atau
analisis data.
lebih fakta atau bukti- bukti.

Paradigma kualitatif menolak bentuk


terstruktur dari penelitian. Pendekatan
Pendekatan ini dapat melakukan setting
kualitatif juga menolak pengaturan-
artifisial dengan metode eksperimen yaitu
pengaturan penelitian secara artifisial.
memanipulasi beberapa variabel. Jika setting
Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih
artifisial digunakan dalam paradigma ini,
menggunakan dan menjaga setting alamiah
maka dapat mengurangi validitas penelitian.
(natural) di mana fenomena atau perilaku
yang akan diamati terjadi.

Penelitian ini kurang terfokus tetapi lebih Pendekatan ini merupakan penelitian yang
luas, sehingga kurang mendalam. lebih terfokus dan mendalam.

Penelitian ini biasanya menjelaskan dan Penelitian lebih mendetail ke hal-hal di


memprediksi fenomena yang tampak, bawah permukaan yang belum tampak,
sehingga lebih mengarah ke verifikasi seperti misalnya penelitian tentang kultur.
teori. Lebih untuk menemukan teori baru.

Data primer harus dikumpulkan sendiri oleh


peneliti yang biasanya melibatkan waktu
Dapat menggunakan data sekunder, yang cukup lama (bulanan sampai dengan
sehingga hal ini mempermudah peneliti tahunan), peneliti harus terlibat langsung
dalam memperoleh data. sebagai pengobservasi di tempat kejadian
untuk memperoleh data yang mereka
perlukan.

Eksternal validiti lebih tinggi karena


Eksternal validiti rendah karena hanya
dapat melibatkan permasalahan yang lebih
melibatkan satu permasalahaan di suatu
luas, menggunakan waktu yang lebih
organisasi saja. Karena data primer harus
panjang dan perusahaan yang lebih
diobservasi sendiri dan membutuhkan banyak
banyak sebagai obyek penelitian karena
waktu untuk melibatkan banyak perusahaan.
tersedia di data sekunder.
15

Macam – macam Data Penelitian :

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia , data memiliki arti keterangan


yang benar dan nyata. Dapat juga diartikan sebagai keterangan atau bahan
nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan)
(http://kbbi.web.id/data) . Dalam pengertian lain, data adalah semua keterangan
seseorang yang dijadikan responden maupun yang berasal dari dokumen-
dokumen, baik dalam bentuk statistik atau dalam bentuk lainnya guna
keperluan penelitian. Macam – macam sebuah data dapat dibedakan menjadi 5,
yaitu macam data berdasarkan cara memperolehnya, macam data berdasarkan
sumber datanya, macam data berdasarkan bentuk,  macam data menurut waktu
pengumpulannya, dan macam data berdasarkan skala atau tingkat pengukuran.

Data berdasarkan cara memperolehnya

1. Data Primer, adalah data yang secara langsung diambi dari objek


penelitian oleh peneliti. Contoh : mewawancarai langsung pemilik
perusahaan untuk meneliti tingkat pendapatan perusahaan tersebut.
2. Data Sekunder, adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian. Peneliti biasanya mendapatkan data yang sudah jadi
yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode
baik secara komersial maupun non komersial. Contohnya adalah seorang
peneliti yang menggunakan data statistik hasil riset dari badan pusat
statistik.

Data berdasarkan sumber datanya


1. Data internal, adalah data yang menggambarkan situasi dan kondisi
pada suatu organisasi secara internal. Contohnya : data keuangan suatu
perusahaan.
2. Data Eksternal, adalah data yang menggambarkan situasi serta kondisi
yang ada di luar organisasi. Contohnya : data jumlah penggunaan suatu
produk pada konsumen, tingkat preferensi pelanggan.

Data berdasarkan bentuknya


1. Data kualitatif, adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam
bentuk angka.
2. Data kuantitatif, adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. 

Data berdasarkan menurut waktu pengumpulannya.


1. Data Cross Section, adalah data yang menunjukkan titik waktu tertentu.
Contohnya : laporan keuangan per 31 Desember 2012, data pelanggan
UD. Panda Seminar bulan Oktober 2012.
16

2. Data Time Series/berkala, adalah data yang menggambarkan sesuatu


dari waktu ke waktu atau periode secara historis. Contohnya, tingkat
inflasi Republik Indonesia dari tahun 2000 sampai 2012.

Data berdasarkan skala dibedakan atas 4 macam :


1. Data Nominal, adalah data yang termasuk ke dalam data kualitatif, dan
hanya mempunyai satu kategori, sehingga tidak menunjukkan tingkatan.
Contoh : data tentang jenis kelamin, agama, suku bangsa.
2. Data Ordinal, adalah data yang termasuk ke dalam data kualitatif yang
jenjangnya lebih tinggi dari data nominal. Data ordinal sudah
menunjukkan lambing dan jenjang atau tingkatan lebih besar atau lebih
kecil. Contohnya : tingkat pendidikan.
3. Data Interval, adalah data yang termasuk ke dalam data kuantitatif yang
berupa angka, dapat bertingkat / berjenjang, dapat menujukkan
peringkat (makin besar bilangan makin tinggi peringkatnya). Contohnya :
Jumlah pengeluaran mahasiswa akuntansi FEB Unud tiap bulannya

< Rp 100.000 2
Rp 100.000 -  Rp 500.000 4
>Rp 500.000 10

4. Data Rasio, adalah data yang dapat menyatakan sebagai peringkat,


menyatakan jarak, dan mempunyai titik nol sebagai titik mutlak, dan
dioperasikan secara matematik. Contohnya : pendapatan, tinggi badan.
17

Populasi, Elemen, Sampel, Sampling Unit, dan Subjek


Istilah-istilah tersebut merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan ketika
membahas tentang pengambilan sampel penelitian. Menurut Indriantoro &
Supomo (2002:115) populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian,
atau hal yang menjadi objek penelitian dengan karasteristik tertentu. Elemen
merupakan satu anggota populasi. Sampel adalah sekelompok atau sebagian
dari populasi. Unit sampel merupakan sekelompok elemen. Dan subjek adalah
satu anggota dari populasi.Sedangkan pengambilan sampel itu sendiri dapat
didefinisikan sebagai proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari
populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat
atau karasteristiknya akan membuat kita dapat menggeneralisasikan sifat atau
karasteristik tersebut pada elemen populasi.
1. Alasan Pengambilan Sampel
Alasan pengambilan sampel adalah tidak lain untuk mengumpulkan data
penelitian secara praktis sehingga mampu mengurangi rentan waktu
penelitian, biaya penelitian, dan ketelitian dalam pengolahan data penelitian.
Karena kita mengetahui bahwa jika populasi dari subjek penelitian diambil
semua oleh peneliti akan mengakitkan rentan waktu penelitian yang lama,
dibutuhkan biaya yang besar, dan tingkat ketelitian yang lebih cermat pula
karena data yang diolah banyak (Sekaran, 2006: 124). Hal tersebut senada
dengan Cooper & Schindler (2006: 113) yang menyebutkan alasan yang
mendorong pengambilan sampel, yaitu biaya lebih rendah, hasil yang lebih
akurat, dan pengumpulan data yang lebih cepat.
Sedangkan Davis & Cosenza, 1993:219-220; Zikmund, 2000:339-340 dalam
Kuncoro (2013:119) alasan utama penggunaan sampel adalah:
 Kedala sumber daya. Berupa kendala waktu, dana, dan sumberdaya lain
yang terbatas jumlahnya. Penggunaan sampel akan menghemat sumber
daya untuk menghasilkan penelitian yang lebih dapat dipercaya daripada
sensus.
  Ketepatan. Melalui pemilihan desain sampel yang baik, peneliti akan
memperoleh data yang akurat, dengan tingkat kesalahan yang relative
rendah.
 Pengukuran destruktif. Kadang-kadang pengukuran dilakukan
merupakan pengukuran destruktif. Contoh apabila sebuah perusahaan
yang memproduksi ban, dan kita harus menguji seberapa kemampuan
18

tiap ban`dalam menyimpan udara dengan meniup setiap ban sampai


meletus, maka kita tidak memiliki ban lagi yang dijual ke pasar.
2. Normalitas Distribusi
Berdasarkan teori limit tengah menyatakan bahwa distribusi pengambilan
sampel dari rata-rata sampel berdistribusi normal. Saat ukuran n  bertambah,
rata-rata sampel acak yang diambil dari pendekatan populasi apapun
merupakan distribusi normal dengan rata-rata µ dan standar deviasi ð.
3. Karasteristik Sampel yang Baik
Suatu sampel dikatakan representatif manakalah sampel tersebut sudah
dianggap cukup mewakili dari jumlah populasi, dimana dalam istilah
pengukuran sering disebut sampel harus valid. Dimana validitas sebuah
sampel itu tergantung pada dua hal, yaitu: akurasi dan presisi (Cooper &
Schindler, 2006: 116-117). Pertama,  akurasi merupakan tingkat
ketidakbiasan sampel. Kedua,  presisi merupakan seberapa dekat sampel
tersebut mampu menggambarkan populasi. Dimana hal ini biasanya diukur
dengan menggunakan standard error estimate  atau perkiraan standar eror.
Yogiyanto (2010:74-76) menjelaskan untuk meningkatkan akurasi sampel,
maka peneliti harus memperhatikan; 1) pemilihan sampel berdasarkan
proksi yang tepat, 2) Menghindari bias di seleksi sampel, 3) Mengnghindari
bias hanya di perusahaan-perusahan  yang bertahan. Sedangkan presisi
yang tinggi adalah manakalah mempunyai kesalahan pengambilan
sampel (sampling error)  rendah.
Berbeda dengan Kuncoro (2013: 120) menyebutkan setidaknya terdapat
empat karasteristik sampel yang baik, yaitu:
 Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan
yang berhubungan sengan besaran sampel untuk memperoleh jawaban
yang dikehendaki.
  Sampel yang baik mengidentifikasikan probabilitas dari setiap unit
analisis untuk menjadi sampel.
 Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan
pengaruh (misalnya kesalahan) dalam pemilihan sampel daripada harus
melakukan sensus.
  Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung derajat
kepercayaan yang diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari
sampel statistik.
19

B.     Proses Pemilihan Sampel


Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mewakili populasi
penelitian. Untuk memperoleh sampel yang dapat mewakili karasteristik
popuplasi, diperlukan metode pemilihan sampel yang tepat sehingga dapat
mencerminkan informasi dari populasi secara keseluruhan. Proses pemilihan
sampel merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan. Menurut Davis &
Cosenza (1993:220-223); Zikmund (2000:342-347) dalam Kuncoro (2013:122-
124) menyebutkan tahapan proses pemilihan sampel yang terdiri dari:
1. Penentuan Populasi
Proses yang pertama untuk melakukan pemilihan sampel adalah penentuan
populasi. Populasi bisa terbatas ataupun tak terbatas. Sebagai contoh
populasi terbatas adalah penelitian terhadap perilaku manager muda pada
tiga perusahaan manufaktur. Sedangkan contoh populasi tidak terbatas
adalah penelitian pada perilaku manager perusahaan manufaktur yang ada
di Indonesia.
2. Penentuan Unit Pemilihan Sampel
Unit pemilihan sampel adalah sekelompok elemen. Dari populasi penelitian,
elemen yang akan dikelompokkan menjadi satu atau beberapa kelompok
tergantung pada desain pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti.
Jika menggunakan random sampling, unit pemilihan sampel sama dengan
populasi. Namun jika menggunakan desain yang lebih komplek seperti
stratifikasi, maka akan terdapat lebih dari satu unit pemilihan sampel yang
nantinya akan dipilih sebagai sampel penelitian.
3. Penentuan Kerangka Pemilihan Sampel
Kerangka pemilihan sampel merupakan daftar elemen dari setiap unit
pemilihan sampel. Penelitian terhadap mahasiswa tahun pertama misalnya
dapat menggunkan daftar nama mahasiswa tahun pertama yang diperoleh
di bagian administrasi. Apabila populasi yang akan diteliti adalah
perusahaan manufaktur di Indonesia, kerangka pemilihan sampel bisa
diperoleh dari daftar Direktori Perusahaan Manufaktur di seluruh Indonesia.
4. Penentuan Desain Sampel
Desain sampel adalah metode untuk memilih sampel dari populasi yang
ada. Ada beberapa macam desain sampel yang dapat dipergunakan oleh
peneliti sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Penentuan Jumlah Sampel
Sebagaimana diketahui, data yang akan dianalisis diperoleh dari sampel
penelitian. Dengan demikian semakin besar jumlah sampel, dengan desain
20

sampel yang benar, tentunya data yang diperoleh akan semakin mewakili
populasi yang diteliti. Namun yang terpenting dari adalah bagaimana
peneliti mampu menentukan sampel tersebut mewakili dari populasi dengan
baik sehingga ‘disamping hal tersebut’ mampu mengurangi biaya penelitian.
6. Pemilihan Sampel
Langkah terakhir dalam proses pemilihan sampel adalah memilih sampel
yang diperlukan. Dalam langkah ini peneliti menentukan elemen yang akan
menjadi sampel dari penelitian yang dilakukan.
Sehubungan dengan proses pemilihan sampel sebagaimana diuraikan diatas
menurut Sekaran & Bougie (2010:286) hanya terdapat lima proses yaitu
penentuan populasi, penentuan kerangka pemilihan sampel, penentuan
desain sampel, penentuan jumlah sampel, dan pemilihan sampel.

C.    Pengambilan Sampel Cara Probabilitas dan Nonprobabilitas

1. Pengambilan Sampel Cara probabilitas


Pengambilan sampel dengan cara probabilitas memiliki dua sifat, yaitu tidak
terbatas (pengambilan sampel acak sederhana) atau terbatas (pengambilan
sampel secara probabilitas kompleks). Pengambilan sampel acak
sederhana (simple random sampling) merupakan pengambilan sampel
secara sederhana, dimana setiap elemen populasi memiliki peluang yang
sama untuk dipilih sebagai subjek. Menurut Davis & Cosenza (1993:227-231)
prosedur pemilihan sampelnya adalah sebagai berikut:
 Tentukan populasi penelitian dan dapatkan unit pemilihan sampel.
  Tentukan besar sampel yang dikehendaki, misalnya dengan
menggunakan rumus: n = [ZS/E]2
 Ambil sampel secara acak dari unit pemilihan sampel.
  Ulangi proses c sampai dengan jumlah sampel sama dengan besar
sampel yang dikehendaki.
Sedangkan pengambilan sampel probabilitas kompleks adalah pengambilan
sampel dengan berbagai alternatif yang dilakukan guna meningkatkan
efisiensi pelaksanaan dengan menggunakan prosedur pengambilan sampel
yg telah ditentukan. Ada lima desain dalam pengambilan sampel
probabilitas yaitu; 
 Pengambilan sampel sistematis (Systematic Sampling)
Pengambilan sampel sistematis merupakan cara pengambilan yang
hampir sama dengan random  sederhana, hanya saja berbeda pada cara
21

pengambilan elemen untuk menjadi sampel. Dalam pengambilan


sistematis seluruh elemen yang ada pada unit pengambilan sampel diberi
nomor urut mulai dari nomor 1 (Kuncoro, 2013:131). Kalau N adalah
jumlah populasi sedangkan n  adalah jumlah sampel; maka peneliti akan
memilih setiap elemen yang berbeda dengan nomor b untuk sampel,
dimana b=N/n  dan mulai nomor 1 sampai nomor b.

Contoh: Misalanya dari populasi 2000 (N) dan sampelnya 25%


atau 500 (n), maka nilai b sama dengan 2000/500 = 4. Kemudian sampel
pertama ditentukan secara random  yaitu angka 3. Maka sampel yang
diambil adalah 3;7;11;15;19;23;27; dan seterusnya.

 Pengambilan acak berstrata (Stratified Random Sampling)


Pengambilan sampel acak berstrata dilakukan dengan terlebih dahulu
mengklarifikasi suatu populasi ke dalam sub-sub populasi berdasarkan
karasteristik tertentu dari elemen-elemen populasi. Misalnya berdasarkan
jenis kelamin, jenis industri, tahun angkatan, size perusahaan. Kemudian
sampel dipilih dari setiap sub populasi dengan metode acak sederhana
atau sistimatis (Indriantoro & Supono, 2002: 125).

Ada dua jenis pengambilan sampel acak berstrata ini, yaitu pengambilan
acak berstrata proporsional dan pengambilan acak berstrata
disproporsional (Sekaran, 2006: 143-144)
 Pengambilan sampel klaster (cluster sampling)
Pengambilan sampel klaster dilakukan dengan membagi populasi
menjadi beberapa group bagian dan kemudian dipilih secara random
(Yogiyanto, 2010:78).
 Pengambilan sampel area (area sampling design)
Menurut Indriantoro & Supomo (2002: 129) pengambilan sampel area
pada dasarnya merupakan metode pengambilan sampel acak
berdasarkan kelompok yang digunakan untuk memilih sampel dari
populasi yang lokasi geografisnya terpencar. Hal ini dilakukan jika factor
lokasi menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan sampel. Area
pemilihan sampelnya dapat dibagi berdasarkan wilayah administrasi
pemerintahan (propinsi, kabupaten, kota madya, atau area yang lebih
kecil), berdasarkan wilayah pemasaran, produk perusahaan, atau
menggunakan dasar pembagian area yang lain.
22

 Pengambilan sampel dobel (double sampling)


Pengambilan sampel dobel atau sequential sampling  atau multiphase
sampling  merupakan metode pengambilan sampel yang mengumpulkan
sampel dengan dasar sampel yang ada dan dari informasi yang diperoleh
digunakan untuk mengambil sampel berikutnya (Yogianto, 2010:79).
Misalnya data responden dapat dikumpulkan dari mail survey  dan secara
random dipilih beberapa untuk diinterview lebih detai sesuai dengan
kreteria tertentu.
Tinjauan Desain pengambilan Sampel Cara Probalilitas
Berkaitan dengan desain pengambilan sampel dengan cara probabilitas ada
beberapa hal yang harus diperhatikan:
 Pengambilan sampel acak berstrata merupakan cara yang paling efisien,
karena dengan jumlah sampel yang sama mampu memberikan informasi
yang lebih teliti dan rinci.
  Pengambilan sampel sistematik memiliki resiko kemungkinan ‘bias
sistematis’.
  Pengambilan sampel area merupakan cara pengambilan sampel paling
popular dalam pengambilan sampel klaster.

2. Pengambilan Sampel Cara Nonprobabilitas


Desain pengambilan sampel dengan probabilitas elemen dalam populasi
untuk terpilih sebagai subyek sampel tidak diketahui. Pengambilan sampel ini
memiliki dua kategori, yaitu pengambilan sampel  yang mudah dan
pengambilan sampel bertujuan. Pengambilan sampel yang mudah (convenience
sampling) merupakan pengumpulan informasi oleh peneliti dari anggota
populasi dengan senang hati ‘secara nyaman’. Pengambilan sampel ini
seringkali dipakai selama tahap eksplorasi proyek penelitian. Misalnya peneliti
dalam penelitian mengenai perilaku konsumen terhadap suatu produk dapat
melakukan survei kepada setiap pengunjung yang dijumpai di toko swalayan.

Sedangkan pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling)  merupakan


pemberian informasi dari mereka yang paling siap dan senang hati bersedia,
terkadang mendapatkan informasi dari kelompok sasaran spesifik. Tipe
pengambilan sampel ini memiliki dua jenis, yaitu:
23

 Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (judgment


sampling).
Pengambilan sampel ini merupakan tipe pengambilan sampel secara tidak
acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan
tertentu, umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian
(Indriantoro & Supomo, 2002: 131). Misalnya  kreterinya adalah perusahaan
yang sudah go public.

 Pengambilan sampel quota (quota sampling)


Pengambilan sampel ini dilakukan secara tidak acak dan berdasarkan kouta
(jumlah tertinggi) untuk setiap kategori dalam suatu populasi (Indriantoro &
Supomo, 2002: 131). Misalnya populasi terdiri dari 70% perusahaan kecil dan
30% perusahaan besar, maka sampel juga harus mempunyai kreteria sesuai
dengan kreteri tersebut.
Selain convenience sampling dan purposive sampling  Yogiyanto
(2010:80); Kuncoro (2013:140-141); Cooper & Schindler (2002:141-142)
menambahkan satu metode pengambilan sampel yaitu seampel secara bola
salju (snowball sampling).  Sampel ini dilakukan dengumpulkan sampel dari
responden yang berasal dari referensi suatu jaringan, misalnya
lewat newsgroup  di internet.

Tinjauan Desain pengambilan Sampel Cara Nonprobalilitas


Berkaitan dengan desain pengambilan sampel dengan cara
nonprobabilitas ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
 Pengambilan sampel yang mudah adalah cara pengambilan sampel yang
kurang dapat diandalkan dalam hal generalisasi. Tetapi dalam konsidi
tertentu cara pengambilan sampel ini menjadi alternatif sehubungan dengan
penelitian eksploratif, informasi yang dibutuhkan cepat, dan ketepatan
waktu.
 Pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu meskipun terbatas
dalam generalisasi, cara ini menjadi pilihan jika terdapat populasi terbatas
yang menyediakan informasi yang dibutuhkan.
  Pengambilan sampel quota seringkali digunakan dengan
mempertimbangkan biaya, waktu, dan kebutuhan untuk merepresentasikan
elemen minoritas dalam populasi.
24

D.    Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Lintas Budaya


Sehubungan dengan jenis penelitian litas budaya, maka seorang peneliti
harus peka terhadap persoalan dalam memilih sampel yang sesuai di Negara-
negara berbeda. Sifat dan tipe organisasi yang telah dipelajari, apakah subyek
berasal dari desa atau kota, dan tipe desai pengambilan keputusan yang
digunaka harus sama dengan Negara yang berbeda untuk mendapatkan
perbandingan yang sebenarnya.
E.     Persoalan Ketelitian dan Keyakinan Dalam Menentukan Ukuran Sampel

1. Ketelitian
Konsep ketelitian dalam pengambilan sampel mengacu pada seberapa
dekat taksiran kita dengan karasteristik populasi yang sebenarnya.

2. Keyakinan
Keyakinan yang dimaksud disini adalah manakalah dari sampel yang kita
ambil mampu menunjukkan seberapa dekat kita menaksir parameter
populasi berdasarkan statistil sampel.
F.     Data Sampel, Ketelitian dan Keyakinan dalam Penaksiran
Ketelitian dan keyakinan merupakan isu penting dalam pengambilan
sampel karena ketika menggunkan data sampel untuk menarik
kesimpulan tentang populasi, kita berharap untuk hamper “mengenai
sasaran”, dan mengetahui tingkat kemungkinan kesalahan. Karena
taksiran poin (point estimate)  tidak menyediakan ukuran kemungkinan
kesalahn, kita melakukan penaksiran interval untuk memastikan
penaksiran yang relative akurat terhadap parameter populasi. Statistik
yang memiliki distribusi yang sama sebagai distribusi pengambilan
sampel rata-rata yang digunakan dalam prosedur ini, biasanya
statisik z  dan t.
G.    Data Sampel dan Pengujian Hipotesis
Data sampel selain digunakan untuk menaksir populasi penelitian, juga
dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang nilai populasi dan
korelasi populasi,  yang memberikan kesimpulan apakah hipotesis
alternatif (Ha)  atau (H0)  diterima ataupun ditolak. Contoh yang mudah
adalah ketika peneliti harus mencari nilai t  tabel, maka peneliti dituntut
harus mengetahui jumlah sampel penelitian.

H.    Pentingnya Desain Pengambilan Sampel dan Ukuran Sampel


25

Pentingnya desain pengambilan sampel adalah penting untuk membentuk


representasi sampel untuk generalisasi. Begitupun dengan ukuran sampel yang
akan diambil, sehingga peneliti tepat dalam mengambil sampel; sampel yang
diambil tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Menurut Roscoe (1975) dalam
Sekaran (2006:160) mengusulkan aturan dalam menentukan akuran sampel,
yaitu:
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian.
2.  Dimana sampel dipecah ke dalam subsample; (pria/wanita, junior/senior,
dan sebagainnya), ukuran sampel yang tepat minimum 30 untuk masing-
masing kategori.
3. Untuk penelitian multivariate  (termasuk analisis regresi berganda),
sebaiknya ukuran sampel minimal 10 kali lebih besar dari jumlah variabel
yang diteliti.
4. Untuk penelitian eksperimental sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok control, maka jumlah anggota sampel masing-
masing antara 10 sampai dengan 20.

Adapun formula yang sering digunakan dalam menentukan ukuran


sampel adalah sebagai berikut:
1. Menurut Sekaran
µ = X ± k. sx
Keterangan:
µ    = rata-rata populasi
X   = rata-rata sampel
k    = nilai t  tabel pada tingkat kepercayaan tertentu
sx   = disperse (varian)  populasi

2. Menurut Zikmund
Sementara Zikmund (2000:289) mengusulkan metode menentukan
sampel dengan formula sebagai berikut:
n =  [ZS/E]2
Keterangan:
n      =  jumlah sampel
Z    = nilai yang sudah distandarisasi sesuai dengan derajat keyakinan
S    = standar deviasi
E    = tingkat kesalahan yang ditoleransi
26

3. Menurut Slovin

N = n/N(d)2 + 1      

Keterangan :
n           = Sampel
N          = Populasi        d = Nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.

I.       Efisiensi dalam Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dapat dikatakan efisien manakalah untuk tingkat
keletitian tertentu, ukuran sampel dapat dikurangi atau untuk ukuran sampel
tertentu (n),  tingkat ketelitian dapat ditingkatkan. Berikut perbandingan tingkat
efisiensi antar metode pengambilan sampel, yaitu:
1. Pengambilan sampel acak berstrata disproporsional lebih efisien
dibandingakan dengan pengambilan sampel acak berstrata proporsional.
2. Pengambilan acak sederhana lebih efisien dibandingkan pengambilan
sampel klaster ‘karena dalam klaster terdapat banyak homogenitas’.  
3. Pengambilan sampel klaster multitahap lebih efisien dibandingkan dengan
pengambilan sampel klaster satu tahap.
Dengan demikian, pemilihan desain pengambilan sampel tergantung pada
tujuan penelitian, sekaligus tingkat dan sifat efisiensi yang diinginkan.
27

Tekhnik Analisis Data

Penggunaan Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif


Dalam sebuah penelitian, teknik penelitian ini digunakan sesuai dengan
kebutuhan penelitian tersebut. Berikut dijabarkan mengenai penggunaan
penelitian kualitatif di dalam sebuah penelitian.
 Bila masalah yang akan diteliti belum jelas atau bahkan masih gelap.
Kondisi seperti ini cocok diteliti dengan kualitatif karena penelitian
kualitatif langsung masuk ke objek dan peneliti akan melakukan
eksplorasi terhadap objek tersebut sehingga masalah akan dapat
ditemukan dengan jelas.
 Memahami makna di balik data yang tampak. Setiap ucapan dan
tindakan orang memiliki makna tertentu. Untuk mencari makna dari dari
setiap perbuatan dibutuhkan data yang dikumpulkan dengan cara
wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.
 Untuk memahami interaksi sosial yang kompleks serta untuk menemukan
pola-pola hubungan yang jelas
 Memahami perasaan orang lain yaitu dengan berperanserta merasakan
apa yang dirasakan orang tersebut.
 Untuk mengembangkan teori yaitu dengan membangun data-data yang
diperoleh dari lapangan.
 Untuk memastikan kebenaran data. Data sosial sering sulit dipastikan
kebenarannya. Melalui teknik pengumpula data secara
triangulasi/gabungan, maka kepastian data akan lebih terjamin. Selain itu,
data yang diperoleh akan diuji kredibilitasnya, dan penelitian berakhir
ketika data sudah mencapai titik jenuh sehingga kepastian data dapat
diperoleh.
 Meneliti sejarah perkembangan. Misalnya meneliti sejarah perkembangan
kehidupan raja-raja di Erofpa dan contoh lainnya.
Pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama karena tujuan
penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bukan sekedar pembuktian
hipotesis, seperti pada penelitian kuantitatif.
Akan tetapi, kemungkinan jangka penelitian berlangsung dalam waktu
pendek, bila telah ditemukan sesuatu dan datanya sudah jenuh. Lamanya
penelitian akan tergantung pada keberadaan sumber data, interest, dan
tujuan penelitian. Selain itu juga, penelitian kualitatif akan tergantung pada
28

cakupan penelitian dan bagaimana peneliti mengatur waktu yang digunakan


dalam setiap hari atau setiap.
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bervariasi atau
triangulasi (gabungan), dan dilakukan secara kontinyu sampai datanya
jenuh.Dengan teknik pengamatan tersebut, mengakibatkan variasi data yang
muncul tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data
kualitatif, sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya
yang jelas. Oleh karena itu, peneliti sering mengalami kesulitan dalam
melakukan analisis data.
Untuk memahami definisi analisis data, berikut ini akan dikemukakan
pendapat Miles and Huberman (1984) yang menyatakan bahwa  the most
serious and central difficulty in the use of qualitative data is that methods of
analysis are not well formulate. Artinya, yang paling serius dan sulit dalam
analisis data kualitatif adalah karena metode analisis belum dirumuskan
dengan baik.Senada dengan pendapat tersebut, Susan Stainback menyatakan
bahwa there are no guidelines in qualitative research for determining how
much data and data analysis are necessary to support and assertion,
conclusion, or theory. Artinya, belum ada panduan dalam penelitian kualitatif
untuk menentukan berapa banyak data dan analisis yang diperlukan untuk
mendukung kesimpulan atau teori.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
melalui cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
mengklasifikasikan hal-hal penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh peneliti dan oleh pembaca.
Sedangkan analisis data kualitatif adalah bersifat induktif. Artinya,
suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dikembangkan
sesuai dengan pola tertentu atau menjadi hipotesis.
Di dalam penelitian kualitatif, selain data yang diperlukan, peneliti juga
harus memiliki kemampuan untuk dapat menghasilkan penelitian yang baik.
Berikut ini beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh para peneliti.
 Peneliti harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang
bidang yang akan diteliti.
29

 Peneliti harus mampu menciptakan rapport  kepada setiap orang yang


ada pada konteks sosial yang akan diteliti. Dengan begitu, peneliti dapat
membangun hubungan yang baik dengan setiap orang yang ada pada
konteks sosial.
 Peneliti harus memiliki kepekaan untuk melihat setiap segala yang ada
pada objek penelitian.
 Peneliti harus mampu menggali sumber data dengan obervasi partisipasi
dan wawancara mendalam secara triangulasi, serta sumber-sumber lain.
 Peneliti mampu mnganalisis data kualitatif secara induktif
berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif, domain, komponensial,
dan tema kultural budaya.
 Peneliti juga mampu menguji kredibilitas, dependabilitas, konfirmabilitas,
dan transferabilitas hasil penelitian.
 Peneliti mampu menghasilkan temuan pengetahuan, hipotesis, atau ilmu
baru dalam penelitiannya.
 Peneliti mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap, dan
rinci.

Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif


1. Analisis Data Sebelum di Lapangan
Analisis dalam tahap ini dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan,
atau data sekunder yang akan digunakan peneliti untuk menentukan fokus
penelitian. Akan tetapi, fokus penelitian pada tahap ini masih bersifat
sementara, dan tentunya akan berkembang setelah peneliti melakukan
penelitian di lapangan. Dalam penyusunan proposal, peneliti menentukan
fokus penelitian untuk mencari data dari sumber data, termasuk
karakteristiknya.
2. Analisis Data Selama di Lapangan
Pada tahap ini, analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data secara
langsung melalui wawancara atau observasi. Misalnya, pada saat wawancara
berlangsung, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari
responden. Jika peneliti belum puas dengan jawaban dari responden, maka
peneliti bisa melanjutkan pertanyaan lagi sampai batas tertentu diperoleh
data yang valid.
3. Analisis Data Selesai di Lapangan
Pada tahap akhir, analisis data dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai
berikut.
30

 Analisis domain, yaitu memperoleh gambaran umum dan menyeluruh


dari objek penelitian atau situasi sosial;
 Analisis taksonomi, yaitu penjabaran secara rinci dari analisis domain
melalui observasi terfokus;
 Analisis komponensial, yaitu mencari cirri spesifik pada setiap detil
struktur internal; dan
 Analisis tema cultural, yaitu mencari hubungan antara domain, dan
hubungannya dengan seluruh komponen, akhirnya dapat menentukan
tema/judul penelitian.
Selain itu, penelitian dengan metode kualitatif dalam mencantumkan
teori masih bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam
penyusunan proposal penelitiannya juga masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti memasuki lapangan atau konteks sosial. Jadi,
dalam penelitian kualitatif sebuah teori itu bersifat menemukan teori.
Pada penelitian kualitatif akan lebih profesional apabila menguasai semua
teori, sehingga wawasannya luas dan menjadi instrumen yang baik untuk
penelitian. Bagi para peneliti kualitatif, teori berfungsi sebagai bekal untuk
bisa memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam.
Peneliti kualitatif juga dituntut untuk mampu mengorganisasikan semua teori
yang dibaca. Landasan teori yang dituliskan dalam proposal penelitian lebih
berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh peneliti memiliki teori dan
memahami permasalahan yang diteliti walaupun permasalahan tersebut
masih bersifat sementara. Jadi, peneliti kualitatif dituntut untuk menemukan
teori berdasarkan data yang diperoleh di lapangan atau situasi sosial.

Analisis Data Kuantitatif


Dalam penelitian kuantitatif, proses pelaksanaan secara linear, mulai
dari latar belakang masalah, merumuskan masalah, kemudian merumuskan
hipotesis, penyusunan instrument penelitian, menetukan populasi dan
subjek penelitian, melaksanakan pengumpulan data dan analisis data,
terakhir pelaporan hasil penelitan.
Untuk melakukan analisis kuantitatif, peneliti harus mampu
memahami bentuk statistic yang digunakan dalam penelitian sebelum
memulai analisis data statistic merupakan alat bantu yang digunakan
peneliti untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memahami hubungan
antara variable-variabel yang diteliti. Teknik analisis data dalam penelitian
kuantitatif menggunakan analisis statistic. Analisis statistic adalah cara untuk
31

mengolah informasi data (kuantitatif) yang berhubungan dengan angka-


angka , bagaimana mencari, mengumpul, mengolah data, sehingga sampai
menyajikan data dalam bentuk sederhana dan mudah untuk dibaca atau
data yang diperoleh dapat dimaknai (diinterpretasikan). Terdapat dua
statstik yang dapat digunakan dalam proses analisis data kuantitatif, yaitu:
Analisis Statistik Deskriptif (Descrptive Statistics) dan analisis statistic
Inferensi (Inferential Statistics).
Sebelum peneliti menggunakan statistic untuk menganalisis data
penelitian, peneliti harus memahami ciri-ciri variabel-variabel yang diteliti.
Untuk bisa mengukur variabel-varibel yang diteliti , peneliti harus
memahami skala apa yang sesuai diguanakan untuk setiap variabel-variabel
tersebut. Skala pengukuran yang umumnya dikenal dalam penelitian
kuantitatif, yaitu (Skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio) .
Adapun skala pengukuran yang di atas ini dapat digunakan di
berbagai penelitian dalam bidang sains social dan pendidikan. Para ahli
psikologi lebih menekankan kepada penggunaan instrument untuk
mengukur perilaku manusia atau sering disebut sebagai skala sikap. Skala
sikap yang digunakan dalam penelitian social dan pendidikan adalah
sebagai berikut: (Skala Likert, Skala Guttman, Skala Ranting, dll).

1.  Analisis Statistik Deskriptif (Descriptive Statistics)


Statistic deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaiamana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil
smapelnya) jelas akan menggunakan statistic deskriptif dalam
analisisnya. Tetapi bila penelitian dilakukan pada sampel, maka
analisisnya dapat menggunakan statistic despkriptif maupun
inferensial.
Statistic deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin
mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan
yang berlaku untuk populasi dimana sampel dambil. Mengenai data
dengan statistik deskriptif peneliti perlu memperhatikan terlebih
dahulu jenis datanya. Jika peneliti mempunyai data diskrit, penyajian
data yang dapat dilakukan adalah mencari frekuensi mutlak, frekuensi
32

relatif (mencari persentase), serta mencari ukuran tendensi sentralnya


yaitu: mode, median dan mean (lebih lanjut lihat Arikunto, 1993: 363).
Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya akan mendeskripsikan
keadaan suatu gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian
diolah sesuai dengan fungsinya. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya
dipaparkan dalam bentuk angka-angka sehingga memberikan suatu
kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh siapapun yang
membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut.
Fungsi statistik deskriptif antara lain mengklasifikasikan suatu
data variabel berdasarkan kelompoknya masing-masing dari semula
belum teratur dan mudah diinterpretasikan maksudnya oleh orang
yang membutuhkan informasi tentang keadaan variabel tersebut.
Selain itu statistik deskriptif juga berfungsi menyajikan informasi
sedemikian rupa, sehingga data yang dihasilkan dari penelitian dapat
dimanfaatkan oleh orang lain yang membutuhkan.
Analisi statistic deskriptif dapat dibedakan menjadi :
1. Analisis potret data
Potret data adalah perhitungan frekuensi suatu nilai dalam suatu
variabel. Nilai dapat disajikan sebagai jumlah absolute atau
presentase dari keseluruhan.
2. Analisis kecenderungan sentral data
Nilai rata-rata atau mean biasa diberi symbol X, merupakan nilai
rata-rata secraa aritmatika dari semua nilai dari variabel yang
diukur.Median adalah nilai tengah dari sekumpulan nilai suatu
variabel yang telah diurutkan dari nilai terkecil kepada nilai yang
tetinggi.Modus (modu) adalah nilai yang paling sering muncul pada
suatu distribusi nilai variabel.
3. Analisis variasi nilai
Analisis ini dilakukan untuk melihat sebaran nilai dalam
distribusi keseluruhan nilai suatu variabel dari nilai tengahnya.
Analisis ini untuk melihat seberapa besar nilai-nilai suatu variabel
berbeda dari  nilainya. Pengukuran variasi nilai biasanya dilakukan
dengan melihat kisaran data (range) atau simpangan baku (standar
devinatioan).
Analisis Deskriptif, digunakan untuk membantu peneliti
mendeskripsikan ciri-ciri variable-variabel yang diteliti atau
merangkum hasil pengamatan penelitian yang telah dilakukan
33

tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (generalisasi


dari hasil penelitian) dari data yang diperoleh dari populasi atau
sampel kajian; Statistik deskriptif berkaitan dengan kegiatan
pencatatan, penyusunan, penyajian dan peringkasan dengan
mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang hasil-hasil
pengamatan terhadap kejadian-kejadian atau fenomena-fenomena
secara kuantitatif, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
(1)  Memahami dan menjelaskan variabel-variabel yang diteliti,
sebagaimana definisi secara konseptual tentang ciri-ciri variable
tersebut. Maka setiap variable diukur dengan alat ukur yang
ditentukan oleh peneliti yang sesuai dengan penelitian,
(2) Menyusun data dengan nilai terendah hingga nilai tertinggi dan
mengira frekuensi yang didapat,
(3) Menggunakan teknik statistic deskriptif dengan menggunakan
(ukuran kecenderungan memusat (Measures of Central
Tendency), ukuran keberagaman (Measure of Variabiliy), yang
sesuai dengan skala pengukuran.
Adapun cara yang digunakan untuk menjelaskan, menyajikan
dan mendeskripsikan data-data tentang ciri-ciri variable penelitian,
seperti pengukuran pemusatan dan penyebaran data, adapun
penjelasan sebagai berikut:
a) Pengukuran Kecenderungan Pemusatan (Measure of Central
Tendency)
Pengukuran memusat dilakukan dengan menggunakan satu nilai
yang dapat mewakili atau representatif dari data penelitian yang
ada. Ada tiga nilai (indeks) yang dapat mengukur kecenderungan
memusat, yaitu (Mean, Median, Modus)
Mean, meupakan nilai rata-rata yang bisa mewakili
sekumpualn data yang representative. Contoh: Seorang dosen
memberikan nilai ujian semester 6 orang mahasiswa, dengan nilai
sebagai berikut: 60, 70, 75, 75, 85, 90. Maka nilai mean (rata-rata)
adalah 60+70+75+75+85+90/6= (75,8).
Median, merupakan nilai tengah dalam sesuatu ukuran, atau
nilai antara. Contoh: Nilai 18 dan 19, jadi mediannya adalah 18,5,
jadi nilainya adalah terletak di tengah skor yang ada.
Modus, merupakan nilai yang frekuensi paling banyak dalam
indeks yang dapat mewakili seluruh jumlah ukuran. Dlam
34

penelitian biasanya digunakan untuk menyatakan ciri-ciri


demografi subjek penelitian yang mempunyai beberapa kategori
sperti jenis kelamin (laki-laki, perempuan) umur (30-35 tahun, 36-
45 tahun, 36-60 tahun), pendidikan (SMA, S1, S2).
b)   Analisis Deskriptif Menggunakan Program SPSS
Program SPSS dapat digunakan dalam menganalisis data deskriptif,
yaiu menentukan frekuensi, persen, mean, mod, median, standar
deviasi, varians. Adapun cara penggunaannya akan dijelaskan pada
cara penyajian data statistic deskriptif dalam Program SPSS sebagai
berikut:
Contoh penelitian tentang Kecerdasan Emosi , Kepuasan Kerja dan
Komitmen Pekerjaan Dosen di Perguruan Tinggi X.

2.    Analisis Inferensial
Analisis inferensial, digunakan peneliti untuk menetapkan
sejauh manakah ia dapat menyimpulkan (mengeneralisasi) hasil
penelitian dari data yang diperoleh dalam kelompok subyek yang
terbatas (sampel) bagi populasi penelitian. Penelitian seperti ini
biasanya dilakukan karena populasi penelitan terlalu besar dan
peneliti terbatas untuk meneliti semua subjek dalam populasi. Penelit
membuat hipotesis penelitian, sebelumnya peneliti harus memahami
ujian statistic apa yang sesuai digunakan. Ujian statistic diguanakan
menjawab hipotesis nol.
            Analisis inferensial digunakan untuk menentukan apakah
hipotesis nol diterima atau ditolak. Adapun statistic inferensi yang
biasa digunakan, yaitu (uji Chi Kuadrat, uji-t, Uji ANOVA, Uji Korelasi,
dan Uji Regresi).
            Uji Chi Kuadrat X2 , Uji-t dan Uji ANOVA, merupakan  tiga
bentuk uji statistic yang digunakan untuk melihat perbedaan, untuk
penjelasan yaitu: Analisis Chi Kuadrat merupakan statistic non
parametric yang hanya sesuai untuk skala pengumpulan data dengan
bentuk nominal dan ordinal saja. Sedangkan Analisis Uji-t dan
Analisis ANOVA merupakan statistic parametrik yang berbeda dalam
pengumpulan data dengan syarat taburan data harus normal atau
data peneliti harus bersifat normal. Apabila data tidak normal, maka
statistic Chi Kuadrat atau analysis nonparametric dapat digunakan.
Statistic Chi Kuadrat atau nonparametric merupakan analisis statistic
35

yang banyak digunakan dalam penelitian sains social, karena memiliki


syarat yang lebih longgar dibandingkan analisis parametric.
Pemakaian analisis inferensial bertujuan untuk menghasilkan
suatu temuan yang dapat digeneralisasikan  secara lebih luas ke
dalam wilayah populasi. Di sini seorang peneliti akan selalu
berhadapan dengan hipotesis nihil (Ho) sebagai dasar penelitiannya
untuk diuji secara empirik dengan statistik inferensial. Jenis statistik
inferensial cukup banyak ragamnya,Peneliti diberikan peluang
sebebas-bebasnya untuk memilih teknik mana yang paling sesuai
(bukan yang paling disukai) dengan sifat/jenis data yang
dikumpulkan. Secara garis besar jenis analisis ini dibagi menjadi dua
bagian. Pertama untuk jenis penelitian korelasional dan kedua untuk
komparasi dan/atau eksperimen. teknik analisis dengan statistic
inferensial adalah teknik pengolahan data yang memungkinkan
peneliti untuk menerik kesimpulan, berdasarkan hasil penelitiannya
pada sejumlah sampel, terhadap suatu populasi yang lebih besar.
Kesimpulan yang diharapkan dapat dibuat biasanya dinayatakan
dalam suatu hipotesis. Oleh karena itu, analisis statistik inferensial
juga bisa disebut analisis uji hipotesis. Inferensi yang sering dibuat
oleh peneliti pendidikan dan ilmu social pada umunya berhubungan
dengan upaya untuk melihat perbedaan (beda nilai tengah) dan
korelasi, baik anatara dua variabel independent maupun anatara
beberapa variabel sekaligus. Selisih nilai tengah ataupun nilai
koefisien  (correlation coeficient) yang dihasilkan kemudian diuji
secara statistic.
Statistic inferensial, sering juga disebut statistic induktif atau
statistic probabilitas, adalah teknik statistic yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan utuk populasi.
Statistic ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari popualsi
yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu
dilakukan secara random. Statistik inferensial fungsinya lebih luas
lagi, sebab dilihat dari analisisnya, hasil yang diperoleh tidak sekedar
menggambarkan keadaan atau fenomena yang dijadikan obyek
penelitian, melainkan dapat pula digeneralisasikan secara lebih luas
kedalam wilayah populasi. Karena itu, penggunaan statistik inferensial
menuntut persyaratan yang ketat dalam masalah sampling, sebab
dari persyaratan yang ketat itulah bisa diperoleh sampel yang
36

representatif; sampel yang memiliki ciri-ciri sebagaimana dimiliki


populasinya. Dengan sampel yang representatif maka hasil analisis
inferensial dapat digeneralisasikan ke dalam wilayah populasi.
Statistic inferensial meliputi statistic parametris dan non
parametris. Statistic parametris digunakan untuk menguji parameter
populasi melalui statistic, atau menguji ukuran populasi melalui data
sampel. Parameter populasi itu meliputi : rata-rata dengan notasi µ
(mu), simpangan baku σ (sigma) dan varians σ2. Dalam statistic
pengujian parameter melalui statistic (data sampel) tersebut
dinamakan uji hipotesis statistic. Oleh karena itu penelitian yang
berhipotesis statistic adalah penelitian yang menggunakan sampel.
Sebagai contoh nilai suatu pelajaran 1000mahasiswa rata-ratanya 7,5.
Selanjutnya missal dari 1000 orang itu diambil sampel 50 orang,
dan nilai rata-rata dari sampel 50 mahasiswa itu 7,5. Hal ini berarti
tidak ada perbedaan antara parameter (data popualasi) dan statistic
(data sampel). Hanya dalam kenyataannya nilai parameter jarang
diketahui. Statistic non parameter tidak menguji parameter populasi,
tetapi menguji distribusi.
Penggunaan statistic parametris dan non parameter
tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik
parametris memerlukan terpenuhinya banyak asumsi. Asumsi yang
utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal.
Selanjutnya dalam penggunaan salah satu tes mengharuskan data
dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi
harus terpenuhi asumsi linieritas.statistik non parametris tidak
menuntuk terpenuhinya banyak asumsi, misalnya data yang akan
dianalisis tidak harus berdistribusi normal. Oleh karena itu statistic
non parametris mempunyai kekuatan yang lebih dari statistic non
parametris, bila asumsi yang melandasi dapat terpenuhi.
Dalam dunia statistik dikenal setidaknya terdapat empat jenis
data hasil pengukuran, yaitu data Nominal, Ordinal, Interval dan
Rasio. Masing-masing data hasil pengukuran  ini memiliki
karakteristik tersendiri yang berbeda antara satu dengan lainnya
Penggunaan kedua statistic tersebut juga tergantung pada jenis data
yang dianalisis. Statistic parametris kebanyakan digunakan untuk
menganalisis data interval dan rasio, sedangkan statistic non
parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal,
37

ordinal. Jadi untuk menguji hipotesis dalam penelitian kuantitatif


yang menggunakan statistic, ada dua hal utama yang harus
diperhatikan yaitu, macam data dan bentuk hipotesi yang diajukan.

Dalam statistik parametris menggunakan analisis data yang


berupa ;
1. Data Interval
Data interval tergolong data kontinum yang mempunyai
tingkatan yang lebih tinggi lagi dibandingkan dengan data ordinal
karena mempunyai tingkatan yang lebih banyak lagi. Data interval
menunjukkan adanya jarak antara data yang satu dengan yang
lainnya.
Contoh data interval misalnya hasil ujian, hasil pengukuran
berat badan, hasil pengukuran tinggi badan, dan lainnya. Satu hal
yang perlu diperhatikan bahwa data interval tidak dikenal adanya
nilai 0 (nol) mutlak. Dalam hasil pengukuran (tes) misalnya mahasiswa
mendapat nilai 0. Angka nol ini tidak dapat diartikan bahwa
mahasiswa tersebut benar-benar tidak bisa apa-apa. Meskipun ia
memperoleh nilai nol ia memiliki suatu pengetahuan atau
kemampuan dalam matakuliah yang bersangkutan. Nilai nol yang
diberikan oleh dosen sebetulnya hanya merupakan atribut belaka
hanya saja pada saat ujian, pertanyaan yang diujikan tidak pas seperti
yang dipersiapkannya. Atau jawaban yang diberikan tidak sesuai
dengan yang dikehendaki soal.
2. Data Rasio
Data rasio merupakan data yang tergolong ke dalam data
kontinum juga tetapi yang mempunyai ciri atau sifat tertentu. Data ini
memiliki sifat interval atau jarak yang sama seperti halnya dalam
skala interval. Namun demikian, skala rasio masih memiliki ciri lain.
Pertama harga rasio memiliki harga nol mutlak,  artinya titik nol
benar-benar menunjukkan tidak adanya suatu ciri atau sifat. Misalnya
titik nol pada skala sentimeter menunjukkan tidakadanya panjang
atau tinggi sesuatu. Kedua angka skala rasio memiliki kualitas
bilangan riel yang berlaku perhitungan matematis.
Contohnya : berat badan Rudi  70 kg, sedangkan Saifullah 35
kg. Keadaan ini dapat dirasiokan bahwa berat badan Rudi dua kali
berat badan Saifullah. Atau berat badan Saifullah separuh dari berat
38

badan Rudi. Berbeda dengan data interval misalnya Rudi  ujian dapat


70 sementara Saifullah memperoleh 30. Hal ini tidak dapat
diartikan  bahwa kepandaian Rudi  dua kali lipat kepandaian Saifullah.
Data rasio dalam ilmu-ilmu sosial jarang dipergunakan,
bahkan hampir tidak pernah dipergunakan. Lapangan penggunaan
data berskala rasio ini lebih banyak berada dalam bidang ilmu-ilmu
eksakta terutama fisika.
Sedangkan dalam statistik non parametris analisi data dibagi
menjadi:
3. Data Nominal
Data ini juga sering disebut data diskrit, kategorik, atau
dikhotomi. Disebut diskrit karena ini data ini memiliki sifat terpisah
antara satu sama lainnya, baik pemisahan itu terdiri dari dua bagian
atau lebih; dan di dalam pemisahan itu tidak terdapat hubungan
sama sekali. Masing-masing kategori memiliki sifat tersendiri yang
tidak ada hubungannya dengan kategori lainnya. Sebagai misal data
hasil penelitian dikategorikan kedalam kelompok “ya” dan “tidak”
saja.
Contohnya :
1.   Laki-laki/wanita (laki-laki adalah ya laki-laki; dan wanita
adalah “tidak laki-laki”), kawin /tidak kawin; janda/duda,
dan lainnya.
2.   Jenis pekerjaan dapat digolongkan secara terpisah
menjadi pegawai negri, pedagang, dokter, petani, buruh
dsb.
3.   Nomor punggung pemain sepak bola, nomor rumah,
nomor plat mobil dan lainnya. Nomor-nomor tersebut
semata-semata hanya menunjukkan simbol, tanda, atau
stribut saja.
4.   Suku, golongan drah, jenis penyakit, bentuk atau
konstitusi tubuh.
4. Data Ordinal
Data ordinal adalah data yang menunjuk pada tingkatan atau
penjenjangan pada sesuatu keadaan. Berbeda  dengan data nominal
yang menunjukkan adanya perbedaan secara kategorik, data ordinal
juga memiliki sifat adanya perbedaan di antara obyek yang
dijenjangkan. Namun dalam perbedaan tersebut terdapat suatu
39

kedudukan yang dinyatakan sebagai suatu urutan bahwa yang satu


lebih besar atau lebih tinggi daripada yang lainnya.Kriteria urutan
dari yang paling tinggi ke yang yang paling rendah dinyatakan dalam
bentuk posisi relatif atau kedudukan suatu kelompok.
Contoh dari data ini misalnya:
1.   prestasi belajar siswa diklasifikasikan menjadi kelompok
“baik”, “cukup”, dan “kurang”, atau ukuran tinggi
seseorang  dengan “tinggi”, “sedang”, dan “pendek”.
2.   Hasil ujian mahasiswa peserta kuliah Statistik Pendidikan
Budiman memperoleh skor 90, Rahmat 85, Musyafak 75,
dan Mahsunah 65. Berdasarkan skor-skor tersebut
dibuatlah suatu jenjang  (rangking), sehingga terjadilah
urutan jenjang ke 1 (90), ke 2 (85), ke 3 (75), dan ke 4
(65).Data ordinal memiliki harga mutlak (dapat
diperbandingkan) dan selisih perbedaan antara urut-
urutan yang berdekatan bisa tidak sama.

Anda mungkin juga menyukai