Spiritual berasal dari kata spirit yang berarti “semangat, jiwa, roh, sukma, mental,
batin, rohani dan keagamaan”. (KBBI) Menurut Tim Ristekdikti dalam Muntoha,r 2010:36)
spiritualitas adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral dan rasa memiliki.
Spiritualitas memberi arah dan arti pada kehidupan.
Spiritualitas adalah kepercayaan akan adanya kekuatan non- fisik yang lebih besar
daripada kekuatan diri kita, suatu kesadaran yang menghubungkan manusia secara langsung
dengan Tuhan.
Mengingat Tuhan adalah dzat yang Maha transenden dan ghaib (ghaibul ghuyub),
maka manusia tidak mungkin sepenuhnya dapat mempersepsikan hakikat-Nya. Tajalliyat
Tuhan adalah menifestasi-manifestasi Tuhan di alam semesta yang merupakan bentuk
pengikatan, pembatasan, dan transmutasi yang dilakukan Tuhan agar manusia dapat
menangkap sinyal dan gelombang ketuhanan. Dengan kata lain, meyakini atau mempercayai
Tuhan artinya pengikatan dan pembatasan terhadap wujud mutlak Tuhan yang ghaib dan
transenden yang dilakukan oleh manusia melalui kreasi akalnya, menjadi sebuah ide,
gagasan, dan konsep tentang Tuhan.
Tajalli Tuhan yang esa akan ditangkap oleh segala sesuatu (termasuk manusia) secara
berbeda- beda karena tingkat kesiapan hamba untuk menangkapnya berbeda- beda, karena
berhubungan dengan kualitas ukuran pengetahuan hamba berbeda- beda, maka ukuran
keimanan dan keyakinan setiap orang pun berbeda satu dengan yang lainnya.
Tuhan di dalam Islam itu dikenal dengan 2 term (2 terma) yang pertama adalah
Rabbun tema yang kedua Ilaahun. Pada kalimat Rabbun diambil dari kalimat بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن
َّحيم
ِ الر yang selalu kita ucapkan disetiap melakukan sesuatu dan juga kalimat ini terdapat
disetiap surah yang ada di al-quran (kecuali surah at-taubah). Dengan itulah kita semua
berlindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kemudian pada kalimat kedua yaitu Illahun
yang kita jumpai dalam kalimat syahadat yaitu أَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل
ِهللا "Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah". Yang
artinya Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah. Dari kata Rabbun dan kata Ilaahun maka muncullah istilah
tauhid rububiyah (Rabbun) dan Tauhid uluhiyah (Ilaahun).
Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah Swt, yaitu
Rabbun. Nama ini mempunyai beberapa arti, antara lain: al-murabbi (pemelihara), an-nasir
(penolong), al-malik (pemilik), al-mushlih (yang memperbaiki), as-sayyid (tuan) dan al-wali
(wali). Dalam tauhid ini kita sebagai hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala wajib percaya
bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan
takdirnya-Nya ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-
sunnah-Nya. Oleh karena itu, agar kita bisa mendapatkan ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala
kita sebagai hamba-Nya dianjurkan untuk mendekatkan diri dengan wujudnya yaitu ibadah
mahdhah atau ibadah khusus yang merupakan ibadah yang telah ditetapkan Allah baik tata
cara dan perincian-perinciannya seperti syahadat, shalat lima waktu, Zakat, puasa, haji dll.
Selain itu ada juga Ibadah ghairu mahdhah ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah
yang tata cara dan perincian-perinciannya tidak ditetapkan dengan jelas namun tujuannya
tetap dalam kebaikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala seperti shalat subuh dengan qunut atau
tidak, dzikir, dakwah, tolong menolong dll. Karena apabila kita berusaha untuk
mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala tanpa unsur duniawi (riya) maka
senantiasa Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan dekat dengan kita, sesuai dengan firman-Nya
yaitu
اع اِ َذا َدعَا ۙ ِن فَ ْليَ ْست َِج ْيبُوْ ا لِ ْي َو ْلي ُْؤ ِمنُوْ ا بِ ْي
ِ ك ِعبَا ِديْ َعنِّ ْي فَاِنِّ ْي قَ ِريْبٌ ۗ اُ ِجيْبُ َد ْع َوةَ ال َّد
َ ََواِ َذا َساَل
َلَ َعلَّهُ ْم يَرْ ُش ُدوْ ن
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka
sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa
kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar
mereka memperoleh kebenaran.” (Al-Baqarah : 186)
Kata Uluhiyah diambil dari akar kata Ilaahun yang berarti yang disembah dan yang
ditaati. Kata ini digunakan untuk menyebut sembahan yang hak dan yang batil. Definisinya
mengesakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam ibadah dan ketaatan, atau mengesakan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala dalam perbuatan seperti sholat, puasa, zakat, haji, nazar, menyembelih
sembelihan, rasa takut, rasa harap dan cinta. Maksudnya semua itu dilakukan yaitu bahwa
kita melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya sebagai bukti ketaatan dan
semata-mata untuk mencari ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh sebab itu, realisasi yang
benar dari tauhid uluhiyah hanya bisa terjadi dengan dua dasar: Pertama, memberikan semua
bentuk ibadah hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, semata tanpa adanya sekutu yang
lain. Kedua, hendaklah semua ibadah itu sesuai dengan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya melakukan masiat. Sesuai dengan firman Allah yaitu Surat Al-Baqarah ayat
284 yang berbunyi
ۖ ُ وا َما فِ ٓى أَنفُ ِس ُك ْم أَوْ تُ ْخفُوهُ يُ َحا ِس ْب ُكم بِ ِه ٱهَّلل ۟ ت َوما فِى ٱأْل َرْ ض ۗ َوإن تُ ْب ُد
ِ ِ َ ِ هَّلِّل ِ َما فِى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو
فَيَ ْغفِ ُر لِ َمن يَ َشٓا ُء َويُ َع ِّذبُ َمن يَ َشٓا ُء ۗ َوٱهَّلل ُ َعلَ ٰى ُك ِّل َش ْى ٍء قَ ِدي ٌر
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan
jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya
Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah
mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Kemudian muncul term syirik yang berarti "ganda" atau menyekutukan, artinya
perbuatan yang menganggap bahwa ada zat yang Maha Agung selain Allah Subhanahu Wa
Ta’ala terlebih lagi kemudian tenggelam dalam perbuatan menuhankannya. Syirik
merupakan perbuatan dosa terbesar yang tidak akan diampuni oleh Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Dari sinilah dapat dilihat bahwa ide ketuhanan dalam Islam adalah ide yang
sempurna. Intinya, bagi Islam, Allah adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada bagi-
Nya dalam kekuasaan. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka sekutukan. Maha Suci Allah
dari apa yang mereka sekutukan. Seorang muslim adalah mereka yang berkata, "Terlarang
bagi kami menyekutukan Allah." Kami tidak bakal menyekutukan Tuhan kami dengan sekutu
apapun. Tuhan bukanlah sekedar sumber keteraturan dan bukan sumber gerak pertama
semata, tetapi "Allah adalah Pencipta segala sesuatu". Dia menjadikan sesuatu kemudian Dia
menentukan berapa kadarnya. Dialah yang menciptakan makhluk dan Dia pula yang
mengembalikannya dan Dia pun Maha mengetahui segali sesuatu. Sesungguh Allah
Subhanahu Wa Ta’ala mengampuni segala dosa kecuali dosa syirik. Maka dari itu kita
sebagai hamba yang beriman wajib bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan
taubat nasuha karena Allah lebih mengetahui perbuatan kita baik yang kita sadari maupun
tidak.
Allah Esa dalam dzat dan sifatNya. Esa berarti sifat- sifat itu hanyalah dimiliki oleh
Allah semata. Unsur makhluk atau ciptaanNya tidak memiliki sifat- sifat yang sama
sebagaimana yang melekat dalam diri Allah. Oleh karena itu, Allah disebut Yang Maha Esa.
Sifat- sifat yang wajib diketahui oleh setiap mukallaf berjumlah empat puluh satu. Jumlah
tersebut dibagi kedalam tiga bagian, yaitu: