Anda di halaman 1dari 10

REFERAT PENYULUHAN

“Asuhan pada Masa Nifas”

DI SUSUN OLEH :

1. Farida Yuni Pertiwi (016.06.0001)


2. Grantina Nugraha (016.06.0003)
3. ST. Hajar (016.06.0020)

PEMBIMBING

dr. I Gede Sudiarta, M.Biomed.,Sp.OG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK SMF OBGYN

RSUD KLUNGKUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM

AL-AZHAR MATARAM

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penyuluhan mengenai topik
“Asuhan pada Masa Nifas” dengan lancar.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing klinik yang telah
membantu penulis dalam menyusun dan penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Penulis menyadari sepenuhnya akan segala kekurangan dan keterbatasan penulis. Ini
semua disebabkan karena keterbataan penulis sebagai manusia. Karena itu penulis berharap
kritik dan saran dari pembaca yang sangat penulis harapkan.

Mataram, 24 September 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil).
Biasanya berlansung selama lebih kurang 6-8 minggu.

Di negara maju maupun negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi
terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang
sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian
ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Keadaan ini terutama
disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, di samping ketidak-tersediaan pelayanan atau
rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang
cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan
rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang
adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan.

Oleh karena itu, pelayanan pascapersalianan harus terselenggara pada masa nifas
atau puerperium untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya
pencegahan, deteksi dini pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta
pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8
minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Kemenkes, 2018).

B. Angka Kematian Ibu


Menurut WHO tahun 2018 didapatkan angka kematian ibu di seluruh dunia 830 orang
jiwa per hari, sedangkan untuk Indonesia sendiri dengan Maternal Mertality Ratio per
100.000 didapatkan 305 kasus angka kematian ibu tertinggi di negara ASEAN.

C. Tahapan Masa Nifas


1. Puerperium Dini: kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial: kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu.
3. Remote puerperium: waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
(Sukma, 2017).

D. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


1. Sistem Reproduksi
Tubuh ibu berubah setelah persalian, rahimnya mengecil, serviks
menutup, vagina kembali ke ukuran normal dan payudaranya mengeluarkan ASI.
Masanifas berlangsung selama 6 minggu. Dalam masa itu, tubuh ibu kembali
keukuran sebelum melahirkan. Untuk menilai keadaan ibu, perlu
dipahamiperubahan yang normal terjadi pada masa nifas ini (Prawirohardjo,
2014).
2. Sistem Pencernaan
Dinding abdominal menjadi lunak setelah proses persalinan karena perut
yang meregang selama kehamilan. Pada saat postpartum nafsu makan ibu
bertambah. Ibu dapat mengalami obstipasi karena waktu melahirkan alat
pencernaan mendapat tekanan, pengeluaran cairan yg berlebih, kurang makan,
haemoroid, laserasi jalan lahir, pembengkakan perineal yg disebabkan episiotomi.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi dengan diet tinggi serat,
peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila tidak berhasil, dalam 2-3 hari
dapat diberikan obat laksansia (Prawirohardjo, 2014).
3. Sistem Perkemihan
Kandung kencing dalam masa nifas kurang sensitif dan kapasitasnya akan
bertambah, mencapai 3000 ml per hari pada 2 – 5 hari postpartum. Hal ini akan
mengakibatkan kandung kencing penuh. Sisa urine dan trauma pada dinding
kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi
(Prawirohardjo, 2014).
4. Sistem Muskuloskeletal
Otot – otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-pembuluh
darah yang berada diantara anyaman-anyaman otot-otot uterus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta diberikan. Pada wanita
saat berdiri dihari pertama setelah melahiran, abdomennya akan menonjol dan
membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Dalam 2 minggu setelah
melahirkan, dinding abdomen wanita itu akan rileks. Diperlukan sekitar 6 minggu
untuk dinding abdomen kembali kekeadaan sebelum hamil (Prawirohardjo, 2014).
5. Sistem Endokrin
Hormon Plasenta menurun setelah persalinan, HCG menurun dan menetap
sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke tujuh sebagai omset pemenuhan mamae
pada hari ke- 3 postpartum. Pada hormon pituitary prolaktin meningkat, pada
wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2minggu. FSH dan LH meningkat
pada minggu ke- 3.
Lamanya seorang wanita mendapatkan menstruasi juga dapat
dipengerahui oleh factor menyusui. Sering kali menstruasi pertama ini bersifat
anovulasi karena rendahnya kadar estrogen dan progesterone. Setelah persalinan
terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktifitas prolactin juga
sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mammae dalam menghasilkan
ASI (Cunningham, 2014).
6. Sistem Kardiovaskular
Pada keadaan setelah melahirkan perubahan volume darah bergantung
beberapa faktor, misalnya kehilangan darah, curah jantung meningkat serta
perubahan hematologi yaitu fibrinogen dan plasma agak menurun. Perubahan
tanda- tanda vital yang terjadi masa nifas
a. Suhu badan: dalam 24 jam postpartum, suhu badan akan meningkat sedikit
(37,5 – 380C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirka, kehilangan
cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan normal suhu badan akan
menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya
pembekuan ASI.
b. Nadi: denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali permenit.
Denyut nadi setelah melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi
yang melebihi 100x/menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya
kemungkinan infeksi.
c. Tekanan Darah: tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan
darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena adanyaperdarahan.
Tekanan darah tinggi pada saat postpartum dapat menandakan terjadinya
preeklampsi postpartum (Cunningham, 2014).
7. Sistem Hematologi
Leokositoisis, yang meningkatan jumlah sel darah yang putih hingga
15.000 selama proses persalinan, tetap meningkat untuk sepasang hari pertama
postpartum. Jumlah sel darah putih dapat menjadi lebih meningkat hingga 25.000
atau 30.000 tanpa mengalami patologis jika wanita mengalami proses persalinan
diperlama. Meskipun demikian, berbagai tipe infeksi mungkin dapat
dikesampingkan dalam temuan tersebut (Cunningham, 2014).
Jumlah normal kehilangan darah dalam persalinan pervaginam 500 ml,
seksio secaria 1000 ml, histerektomi secaria 1500 ml. Total darah yang hilang
hingga akhir masa postpartum sebanyak 1500 ml, yaitu 200-500 ml pada saat
persalinan, 500-800 ml pada minggu pertama postpartum ±500 ml pada
saatpuerperium selanjutnya. Total volume darah kembali normal setelah 3 minggu
postpartum. Jumlah hemoglobin normal akan kembali pada 4-6 minggu
postpartum (Prawirohardjo, 2014).

E. Perubahan Psikis Masa Nifas


Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga memerlukan penyesuaian bagi ibu.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani, perubahan
tersebut berupa perubahan emosi dan sosial. Adaptasi psikologis ini menjadi periode
kerentanan pada ibu postpartum, karena periode ini membutuhkan peran professional
kesehatan dan keluarga. Tanggung jawab ibu postpartum bertambah dengan hadirnya
bayi yang baru lahir. Proses penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri atas
tigas fase :
 Fase taking in (periode ketergantungan)
Periode ini berlangsung dari hari pertama hingga hari kedua setelah
melahirkan, dimana Ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan
sering menceritakan bagaimana proses persalinannya dari awal hingga akhir dan
terdapat rasa tidak nyaman seperti mulas, nyeri jahitan, kurang tidur, dan
kelelahan. Hal ini membuat ibu memerlukan istirahat untuk mencegah gangguan
psikologis yang mungkin dapat dialami, seperti mudah tersinggung dan menangis.
 Fase taking hold
Berlangsung pada 3 – 10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini akan
timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Ibu akan menjadi lebih sensitif, mudah tersinggung, dan marah.
 Fase letting go
Yaitu merupakan periode menerima tanggung jawab akan peran barunya.
Fase ini berlangsung setelah 10 hari pasca melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi
butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya
(Cunningham, 2014).

F. Pengertian Perawatan Masa Nifas


Perawatan masa nifas merupakan tindakan lanjutan bagi wanita sesudah
melahirkan. Perawatan diri pada masa nifas diperlukan karena pada masa nifas wanita
akan banyak mengalami perubahan pada dirinya baik fisik maupun psikologis
(Prawirohardjo, 2014).

G. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Kujungan nifas dilakukan minimal 4 kali untuk menilai status ibu dan bayi baru
lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalahmasalah yang terjadi.
a. 6-8 jam setelah persalinan
b. 6 hari setelah persalinan
c. 2 minggu setelah persalinan
d. 6 minggu setelah persalinan (Sukma, 2017).

H. Peran dan Tanggung Jawab Tenaga Medis dalam Masa Nifas


Asuhan postpartum merupakan upaya kolaboratif antara orangtua, keluarga,
pemberi asuhan yang sudah terlatih atau tradisional, profesi kesehatan dll termasuk
kelp.anggota masyarakat, pembuat kebijakan, perencana kesehatan dan administrator
(Kemenkes, 2018 dan Sukma, 2017).
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi
b. Melaksanakan skrining yg komprehensif, mendeteksi masalah,mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupunbayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepadabayinya dan perawatan bayi sehat.
d. Memberikan pelayanan KB
Asuhan masa nifas berdasarkan waktu kunjungan nifas:
b. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
 Mencegah perdarahan masa nifas.
 Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut.
 Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) berhasil
dilakukan.
 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
c. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
 Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau menyengat.
 Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit dalam
menyusui.
 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu perawatan tali
pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
d. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
 Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak ada bau menyengat.
 Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
 Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
 Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tandapenyulit dalam
menyusui.
 Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu perawatan tali
pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
e. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
 Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang dialaminya.
 Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini (Kemenkes, 2018
dan Sukma, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, FG.,et all. 2014. Williams Obstetrics 24th Edision. New York : The McGraw-Hill.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes). 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Available at : http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp
content/uploads/2018/09/Asuhan-Kebidanan-Nifas-dan-Menyusui_SC.pdf. 24/09/2020

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Ed. IV Catatan Kedua.
Jakarta : PT Bina Pustaka

Sukma, Febi., Hidayati, Elli., and Nurhasiyah, Siti. 2017. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai