Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Analisis Pengubahan Tingkah Laku


Pengembangan Tingkah Laku Baru: Shaping
Dosen Pengampu:
Dr. Ali Rachman, S. Pd., M. Pd dan Akhamd Sugianto, S.Pd., M. Pd.
Kode Mata Kuliah:
ABJE 2602

Nama Kelompok 6

Risa Amelia 1810123220009


Sri Alvie Maulidiyawati 1810123220013
Yumna Sabila 1810123120016

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN


TINGGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
S-1 PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
2021

i
Kata Pengantar
Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kami
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan
Tingkah Laku Baru: Shaping” dengat tepat waktu. Makalah ini disusun
untuk memperluas pengetahuan kita terkait dengan materi yang kami
bahas.
Makalah ini terbentuk berkat dukungan dari berbagai pihak,
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,
kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu, memberi dorongan, dan doa dalam proses penyelesaian
makalah ini, terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Analisis
Perubahan Bapak Dr. Ali Rachman, S. Pd., M. Pd dan Bapak Akhamd
Sugianto, S.Pd., M. Pd.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat terdapat
kekurangan. Untuk itu, koreksi dan saran dari dosen pengampu sangat
kami harapkan agar makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya.
Banjarmasin, 15 Februari 2021

Penulis

Daftar Isi

ii
Halaman Sampul...................................................................................i

Kata Pengantar....................................................................................ii

Daftar Isi..............................................................................................iii

BAB I. PENDAHULAUN....................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................1

B. Metode Penulisan......................................................................2

C. Tujuan Penulisan......................................................................2

D. Manfaat Penulisan....................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN.....................................................................3

A. Konsep Dasar Shaping..............................................................3

iii
BAB I
PENDAHULAUN
A. Latar Belakang
Perilaku merupakan suatu aktivitas individu yang
dilakukan dalam aktivitas sehari-hari. Di mana perilaku atau
tingkah laku terbentuk berdasarkan berbagai macam faktor,
baik faktor dalam diri individu tersebut ataupun faktor luar.
Setiap individu menampakan respons tergantung dari stimulus
yang individi tersebut dapat. Respons dari individu ini bisa
berbentu perilaku wajar, perilaku tidak wajar, atau bahkan
perilaku menyimpang.
Perilaku tidak wajar atau menyimpang yang ditunjukan
individu saat melakukan interaksi interpersonal dapat
menimbulkan hal-hal negatif terhadap diri individu itu sendiri
hingga orang lain yang berada pada lingkungan individu
tersebut. Berdasarkan paparan sebelumnya tingkah laku
seseorang dapat dibentuk oleh berbagai macam faktor. Salah
satu teknik pengembangan tingkah laku adalah shaping.
Tingkah laku dapat dibentuk dengan teknik shaping
yaitu pemberian penguatan terhadap perilaku yang ingin
dibentuk. Kali ini kelompok tertarik untuk mengangkat
mengenai penguraian teknik shaping dalam pengembangan
tingkah laku.

1
B. Metode Penulisan
1. Pengumpulan Data
Metode penulisan bersifat studi pustaka. Yang mana
informasi yang ada dalam makalah ini didapat berdasarkan
hasil pengumpulan data dari beberapa kepustakaan.
2. Analisis Data
Data yang sebelumnya sudah ditemukan kembali
dianalisis. Dilakukan pemilhana data apa yang sesuai untuk
digunakan.
3. Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan data yang sudah dipilah dan disusun
menjadi sebuah materi kan ditarik sebuah kesimpulan.
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan konsep dasar dari shaping
2. Menjelaskan implementasi pengembangan tingkah laku
dengan shaping
3. Menjelaskan tujuan dan manfaat dari shaping
D. Manfaat Penulisan
Sebagai penambah pengetahuan atau wawasan
mengenai matei pengembangan tingkah laku dengan teknik
shaping.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Shaping
1. Pengertian Shaping
Shaping adalah mengembangkan perilaku baru dengan
penguat berturut-turut dan perkiraan yang teliti serta
menghilangkan perkiraan yang terdahulu dari perilaku.
Shaping juga merupakan salah satu prosedur untuk
membentuk perilaku yang belum dimunculkan oleh
individu.
Shaping dikenalkan oleh B.F Skinner pada percobaan
merpati, kemudian meningkat pada percobaan pada anjing,
lumba-lumba, manusia, dan spesies lainnya. Prinsip yang
sederhana mudah diterapkan sehingga sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari, tetapi waktu menjadi hal
sangat penting dalam pembentukan shaping. Waktu
disesuaikan dengan jadwal penguatan yang sudah
ditentukan sesuai dengan teori Skinner (Supriyanto, 2016:
16-17).
Menurut prinsip behavioral, shaping merupakan teknik
yang selalu mengesampingkan hal-hal yang berhubungan
dengan mekanistik, yang memiliki tahap-tahap di antaranya
reinforcement, dan ada modal awal yang harus dimiliki, di
mana hal tersebut mirip dengan suatu tujuan. Kemudian,
dalam teori kondisioning operant dari Skinner, menunjuk
pada pengubahan tingkah laku pada suatu arah spesifik
melalui penguatan, atau reinforcement, bagi respons-
respons spesifik.

3
Teknik shaping didefinisikan sebagai pengembangan
perlaku baru dengan memberikan reinforcement pada setiap
perkembangan dari perilaku yang menyeruapai target
perilaku yang sudah ditetapkan, oleh karena itu teknik ini
juga dikenal dengan methode of successive approximations
(Martin & Pear, 2015; Anjani & Mita, 2019: 186).
Menurut Miltenberger (2008:186), shaping
menggunakan different reinforcement yang didalamnya
melibatkan prinsip dasar dari reinforcement dan extinction.
Different reinforcement muncul ketika suatu perilaku
tertentu mendapat penguatan sedangkan perilaku lainnya
tidak mendapat penguatan dalam situasi tertentu. Sehingga,
perilaku yang dikuatkan akan meningkat dan perilaku yang
tidak mendapat penguatan melemah melalui proses
extenction. Teknik reinforcement dapat dilakukan jika
perilaku yang diharapkan (target behavior) sudah muncul
pada orang tersebut (Supriyanto, 2016: 15).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa shaping adalah suatu teknik mengembangkan
tingkah laku baru melalui mula-mula memberikan
penguatan pada sesuatu respons yang membentuk respons
tingkah laku yang dikehendaki.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan
Shaping
Dalam penerapan shaping didalam diri seseorang dapat
efektif dan tidak tergantung dari pelaksana. Menurut
Komalasari, dkk. (2011:171-172), adanya faktor-faktor

4
yang mempengaruhi efektivitas pembentukan tingkah laku
(shaping) antara lain (Supriyanto, 2016: 17-18):
a. Spesifikasi perilaku akhir yang ingin dicapai. Ketepatan
pemilihan perilaku yang spesifik akan mempengaruhi
ketepatan hasil.
b. Memilih perilaku awal. Hal ini bertujuan untuk
menetapkan level pencapaian awal yang dimiliki,
karena program shaping bertujuan untuk mencapai
perilaku secara bertahap.
c. Memilih tahapan shaping, mulai perilaku awal bergerak
ke perilaku akhir.
1) Tidak ada pedoman ideal berapa kali percobaan dari
langkah satu ke langkah berikutnya.
2) Tidak ada pedoman ideal berapa banyak tahapan
yang harus digunakan pada program shaping.
3) Penetapan ditentukan secara fleksibel sesuai
kecepatan belajar konseli.
4) Ketepatan jarak waktu perpindahan tahapan.
a) Perpindahan dari langkah pertama ke langkah
berikutnya harus sesuai dengan tahapan, jangan
terlalu cepat dan jangan terlalu lambat.
Upayakan pindah saat perilaku sudah mantap.
b) Penetapan tiap tahapan jangan terlalu dekat/
kecil jaraknya.
c) Tapi kalau terlanjur terlalu cepat pindah tahap
dan perilaku yang diharapkan hilang atau tidak
muncul, maka kembali ke tahap berikutnya.
3. Aspek yang Dapat Dibentuk dalam Shaping

5
Ada tiga aspek yang dapat dibentuk dalam shaping di
antaranya:
a. Topografi
Merupakan bentuk kecil dari sebuah respon.
Misalnya: dalam membentuk kata Mama, dimulai dari
…em…ma…mama. Disini perilaku kita pilah-pilah
menjadi bentuk kecil.
b. Amount
Merupakan aspek yang diperhatikan yaitu jumlah
perilaku yang kita bentuk atau langkah-langkah yang
telah direncanakan dari satu tempat ke tempat yang lain.
c. Intensity
Merupakan kekuatan respon dari suatu aktifitas.
Misalnya: latihan mengemudikan mobil (awalnya
tersendat-sendat, kemudian bertambah lancar, seiring
dengan seringnya latihan yang dilakukan maka aka
membuat semakin lancar dalam mengemudikan mobil).
4. Manfaat Teknik Shaping
Dalam shaping terdapat kegunaan dalam membentuk
perilaku yang diinginkan. Menurut Miltenberger (dalam
Supriyanto, 2016: 23), kegunaan shaping yaitu; (1)
Membentuk perilaku baru, misalnya trik pada atraksi
lumba-lumba, (2) Memunculkan kembali perilaku yang
sebelumnya sudah pernah muncul. Perilaku tersebut sudah
pernah muncul, namun karena suatu alasan, perilaku
tersebut tidak dimunculkan lagi oleh orang tersebut.
Misalnya memunculkan perilaku tidak berbahaya yang
enggan dimunculkan oleh orang tersebut karena trauma, (3)

6
Mengubah beberapa dimensi perilaku yang dimunculkan
seseorang.
B. Penerapan Teknik Shaping
1. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemberian
Reinforcement
Menurut Supriyanto (2016:20), adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan agar Differential Reinforcement dapat
dilakukan yaitu:
a) Guidelines for shaping
Tentukan target behavior. Dengan menentukan target
behaviornya, kita bisa menetapkan apa dan kapan
program ini akan berhasil. Jika memungkinkan pilih
perilaku yang dapat tetap terkontrol oleh natural
reinforcerment setelah dilakukan program shaping.
b) Tentukan apakah shaping adalah prosedur yang paling
tepat.
Shaping tepat dilakukan jika perilaku yang menjadi
tujuan utama belum pernah muncul sama sekali. Jika
perilaku tersebut sudah pernah apalagi sering muncul
pada orang tersebut, maka kita tidak perlu melakukan
teknik shaping, hanya perlu menggunakan differential
reinforcement untuk meningkatkan frekuensi dari
perilaku sasaran. Teknik shaping juga tidak perlu
dilakukan jika orang tersebut mau melakukan target
behavior. Untuk mencapai target behavior secara
langsung kita perlu membimbing orang tersebut untuk
dicontohkan kemudian ditiru target behavior tersebut.
c) Identifikasi starting behavior.

7
Perilaku awal yang sudah sering atau biasa dilakukan
oleh orang dan berhubungan dengan target behavior.
d) Tetapkan langkah-langkah untuk teknik shaping.
Setiap langkah harus semakin mendekati target
behavior. Perubahan dari langkah satu ke langkah yang
lain tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil. Jika
perubahan terlalu kecil, maka progresnya akan terlalu
lambat dan lama. Langkah yang dipilih harus tepat
dengan harapan bahwa penguasaan satu langkah akan
memfasilitasi pencapaian langkah berikutnya.
e) Tetapkan reinforcement-nya.
Pilihlah konsekuensi yang akan menguatkan orang
tersebut dalam berperilaku sesuai dengan prosedur
teknik shaping. Reinforcement harus segera diberikan
pada perilaku yang diharapkan berupa hal-hal yang
tidak mudah membuat orang jenuh atau mudah
terpenuhi kepuasan atau kebutuhanya.
f) Lakukan differential reinforcement pada tiap successive
approximations.
Mulai dari starting behavior, beri penguatan pada
perilaku hingga perilaku lebih sering muncul, kemudian
mulai beri penguatan pada perilaku baru yang ada pada
langkah berikutnya dan berhenti memberi penguatan
pada perilaku sebelumnya.
g) Perpindahan langkah shaping harus dilakukan secara
berurutan (mengikuti tahapan yang tepat).
Tiap langkah shaping adalah batu loncatan untuk
langkah berikutnya. Ketika seseorang sudah menguasai

8
satu langkah, segera maju ke langkah berikutnya yang
lebih mendekati target behavior. Jangan berpindah ke
tahap selanjutnya sebelum klien menguasai perilaku
tersebut. Jika tidak yakin kapan harus meningkat ke
tahap selanjutnya, maka majulah ke tahap berikutnya
setelah klien mampu memperlihatkan perilaku sebanyak
enam atau sepuluh kali. Jangan memberikan
reinforcement terlalu sering atau terlalu jarang pada tiap
tahapnya. Jika klien tidak lagi mengikuti program, bisa
jadi terapis terlalu cepat meningkat ke tahapan
berikutnya atau reinforcer tidak efektif, maka; (1) Cek
kembali reinforcer yang efektif., (2) Jika klien
menunjukkan kejenuhan, maka kemungkinan
tahapannya terlalu singkat, dan (3) Kejenuhan juga
dapat terjadi karena pencapaian yang terlalu cepat,
maka turun ke tahap sebelumnya dan coba beberapa kali
lagi lalu kembali ke tahap semula.
2. Perencanaan Penerapan Teknik Shaping
Miltenberger (Suranata 2014:20), menyatakan bahwa
ada sembilan perencanaan penerapan teknik shaping, yaitu:
1) Konseli harus diberitahu sebelum perencanaan
dilakukan
2) Memberi penguatan segera pada saat awal perilaku
3) Jangan pindah ketahap berikutnya sebelum konseli
menguasai perilaku pada satu tahap sebelumnya
4) Bila belum yakin penguasaan perilaku konseli,
dapat digunakan perpindahan yang sebelumnya

9
5) Jangan terlalu sering memberikan penguatan pada
satu tahap, dan jangan memberi penguatan pada
tahap lainnya
6) Konseli berhenti bekerja, maka konselor dapat
berpindah dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Mungkin tahapan Reinforcement tidak efektif
7) Cek efektifitas penguatan
8) Jangan terlalu sering atau banyak memberi
reinforcement (penguatan) pada satu tahap dan
jangan kurang memberi reinforcement pada tahap
lain
9) Segera lakukan extinction (penghapusan) pada
perilaku awal setelah tahap berikutnya terbentuk.
3. Tahapan Teknik Shaping
4. Implementasi Teknik Shaping

10
DAFTAR PUSTKA

Supriyanto, Agus. 2016. Buku Panduan: Layanan Konseling Individual


Pendekatan Behavioral Teknik Shaping untuk Mengatasi
Perilaku Terlambat Datang ke Sekolah. Yogyakarta: Self-
Publish.

Teaningsih, Ni, Ketut Hefi., Kadek Suranata, & Ni Ketut Suarni. 2014.
Efektifitas Konseling Behavioral dalam Meningkatkan Self
Afiliansi. Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling Undishka.
10(2). 20-21.

11

Anda mungkin juga menyukai