Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Kewirausahaan yang berjudul “Faktor-faktor
Kewirausahaan”. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
sudah terkait dalam penyusunan tugas makalah ini karena telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk penyusunan makalah ini. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penampilan maupun
dari segi kualitas penulisan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun jika terdapat kesalahan, kekurangan, dan kata – kata yang kurang berkenan dalam makalah
ini, dan tentu saja dengan kebaikan bersama dan untuk bersama. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan pembaca.

Jambi, 13 oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................

1.1 Latar Belakang...................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................

2.1 Definisi Kewirausahaan.....................................................................................................

2.2 Faktor-Faktor Pemicu Kewirausahaan...............................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................................................

3.1 Simpulan............................................................................................................................

3.2
Saran...............................................................................................................
................12.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan berdasarkan rumusan masalah diatas ialah sebagai berikut:

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI KEWIRAUSAHAAN


Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-

penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka adalah
pertumbuhan dan perluasan usaha melalui inovasi dan kreativitas.
Yaghoobi, Salarzehi, Aramesh dan Akbari (2010) dalam (Hadiyati, 2011) menyatakan bahwa wirausahawan
adalah orang yang berani membuka kegiatan produktif yang mandiri. Jong and Wennekers (2008) menyatakan bahwa
kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri denganmemanfaatkan
peluang-peluang untuk menciptakanusaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola
berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan.
Intensi kewirausahaan adalah merupakan bentuk pernyataan diri tentang keputusan menjadi wiraswasta
(Chairy, 2011). Intensi bisa dalam bentuk keinginan yang belum diwujudkan namun telah kuat dalam hati untuk
berwirausaha jika telah ada kesempatan atau Intensi yang telah diwujudkan, dimana seseorang telah memiliki usaha
yang nyata, dan sedang mengembangkan usahanya tersebut. Indikator kewirausahaan (Hengky, 2014) adalah ingin
menjadi wirausaha, melakukan persiapan menjadi wirausaha, lebih mencintai pekerjaan wirausaha daripada
pekerjaan lainnya.

2.2 FAKTOR-FAKTOR PEMICU KEWIRAUSAHAAN

Menurut Suryana (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa wirausaha dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam individu itu sendiri sedangkan faktor eksternal merupakan
hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa wirausaha antara lain:

1) Faktor internal, meliputi

a. Kebutuhan berprestasi (need for achievement)

Kebutuhan berprestasi mendorong individu untuk menghasilkan yang terbaik. Tujuan yang ingin dicapai
seorang wirausahawan dipengaruhi oleh kebutuhan

akan berprestasinya yang mendorong individu untuk menghasilkan yang terbaik dan biasanya memiliki inisiatif
serta keinginan yang kuat untuk mengungkapkan ide-ide dalam pikirannya, menyampaikan gagasan demi
mencapai suatu kesuksesan.

b. Manajemen pribadi (Internal locus of control)

Individu yang memiliki manajemen pribadi (internal locus of control) mempercayai bahwa kegagalan dan
kesuksesan yang dialami ditentukan dari usaha yang dilakukan. Individu yakin akan kemampuan yang dimiliki
dan berusaha keras dalam mencapai tujuan.

c. Kebutuhan akan kebebasan (need for independence)

Hisrich dan Peters menjelaskan lebih lanjut bahwa seorang wirausahawan diharuskan untuk melakukan sesuatu
berdasarkan caranya sendiri, sehingga memiliki kebutuhan akan kebebasan yang tinggi. Kebutuhan akan

2
kebebasan berarti kebutuhan individu untuk mengambil keputusan sendiri, menentukan tujuan sendiri serta
melakukan tindakan untuk mencapai tujuan dengan caranya sendiri.

d. Nilai-nilai pribadi (Personal values)

Nilai-nilai pribadi sangat penting bagi para wirausahawan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wirausaha
mempunyai sifat dasar mengenai proses manajemen dan bisnis secara umum yang membantu individu
menciptakan dan mempertahankan bisnis yang dirintis. Sifat dasar meliputi nilai kemenangan bagi individu yang
berarti berhasil mengaktualisasikan dirinya. Nilai-nilai pribadi diterangkan lebih lanjut oleh Durkin yang
menyatakan bahwa nilai pribadi akan menjadi dasar bagi individu pada saat mengambil keputusan dalam
membuat perencanaan untuk mencapai kesuksesan.

e. Pengalaman (Experience)

Pengalaman diartikan sebagai pengalaman kerja individu sebelum memutuskan kewirausahaan sebagai pilihan
karir. Pengalaman kerja mempengaruhi individu dalam menyusun rencana dan melakukan langkah-langkah
selanjutnya. Pengalaman memberikan pengaruh terhadap keberhasilan usaha. Pengalaman yang dimaksud
dalam penelitian Kim adalah keterlibatan langsung dalam suatu kegiatan usaha.

2) Faktor eksternal, meliputi

a. Keteladanan (Role Model)

Keteladanan merupakan faktor penting yang mempengaruhi individu dalam memilih kewirausahaan sebagai
karir. Orang tua, saudara, guru atau wirausahaan lain dapat menjadi bentuk peranan (role model) bagi individu.
Individu membutuhkan dukungan dan nasehat dalam setiap tahapan dalam merintis usaha, bentuk peranan
(role model) berperan juga akan meniru perilaku yang dimunculkan oleh bentuk peranan (role model).

b. Dukungan dari luar (Eksternal Support)

Dukungan dari orang dekat akan mempermudah individu sekaligus menjadi sumber kekuatan ketika
menghadapi permasalahan dukungan dari lingkungan terdekat akan membuat individu mampu bertahan
menghadapi permasalahan yang terjadi.

c. Pendidikan (Education)

Pendidikan formal berperan penting dalam kewirausahaan karena memberi bekal

pengetahuan yang dibutuhkan dalam mengelola usaha terutama ketika menghadapi suatu permasalahan.
Sekolah atau Universitas sebagai tempat. berlangsungnya pendidikan formal yang mendukung kewirausahaan
akan
mendorong individu untuk menjadi seorang wirausahawan.

3
David C. McClelland (1961) menyatakan bahwa kewirausahaan ditentukan oleh motif

berprestasi, optimis, nilai sikap, dan status kewirausahaan (keberhasilan). Sedangkan Ibnoe

Soedjono dan Roopke berpendapat bahwa tindakan kewirausahaan merupakan fungsi dari
Property Right (PR), Incentive (I), Competency (C), dan External Enviroment (E) (dalam Suryana, 2003: 39). Proses ini yang
mengarahkan pada faktor-faktor pemicu kewirausahan.

Ada faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan.

1. Faktor internal

a. Property Right (PR)

Property rights atau hak kepemilikan atas sesuatu mengandung pengertian hak untuk mengakses, memanfaatkan
(utilize), mengelola atas sesuatu, mengubah atau mentransfer sebagian atau seluruh hak atas sesuatu tersebut pada
pihak lain. Sesuatu yang dimaksud bisa berupa barang (fisik), jasa atau pengetahuan/informasi yang bersifat
intangible. Pengertian property seperti ini sangat dekat dengan menguasai sesuatu secara ekslusif. Bromley (1989)
mendefinisikan propety right sebagai hak untuk mendapatkan aliran laba/keuntungan secara aman (secure) karena
orang lain respek terhadap aliran laba tersebut (terekait dengan transaksi). Dari penjelasan di atas, property right
merupakan klaim seseorang secara ekslusif atas sesuatu untuk

memanfaatkan (utilize), mengelola atas sesuatu, mengubah atau mentransfer sebagian atau seluruh hak tersebut.
Transfer bisa dalam bentuk menjual, menghibahkan, menyewakan, meminjamkan dll.

Property sangat penting dalam ekonomi karena berkaitan dengan kepastian

penguasaan faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi harus mendapat prioritas utama untuk memperoleh
kepastian karena kalau tidak proses produksi akan terganggu yang akan menyebabkan perekonomian macet. Karena
itu, kepastian
penguasaan atas lahan dan tenaga kerja sebagai faktor produksi utama telah mendapatkan perhatian penting dalam
sejarah ekonomi dari masa ke masa.

Furubotn dan Richter (2000) melacak teori kepemilikan dan bermuara pada dua teori, yaitu teori kepemilikan
individu dan teori kepemilikan sosial.

1. Teori kepemilikan individu merupakan penopang utama doktrin hak-hak alamiah (natural rights) dari
ekonomi klasik yang mengarah pada lahirnya private property right/individualistis.

2. Teori kepemilikan sosial mendorong lahirnya commons property atau state property yang dianut secara
ekstrim oleh Negara-negara sosialis.

Caporapo dan Levine (1992) menjelaskan dua teori yang berbeda mengenai property rights. Menurutnya, aliran
positivis menganggap hak-hak kepemilikan lahir melalui sistem politik. Sistem politik/kekuasaan mendesain hak
kepemilikan dan menegakkannya melalui pengadilan hukum. Kedua, aliran alamiah yang mengatakan
bahwa hak kepemilikan melekat pada seseorang sejak lahir. Kelahiran individu

disertai dengan kelahiran atas hak-haknya yang tidak bisa dipisahkan. Ditegakan atau tidak melalui prose pengadilan
hukum, hak bawaan lahir sejatinya harus ada.

4
b. Incentive (I)

Pada mulanya segala bentuk usaha yang dilakukan oleh setiap karyawan pasti mempunyai maksud dan tujuan
tertentu, misalnya keinginan untuk lebih maju dan berprestasi serta ingin mendapatkan hasil yang lebih besar dari
pada sebelumnya. Untuk dapat melaksanakan maksud dan tujuan tersebut dibutuhkan adanya suatu dorongan yang
berasal dari dalam diri karyawan itu sendiri maupun dorongan dari luar. Dorongan yang berasal dari luar tersebut
dapat berasal dari pimpinan perusahaan, misalnya dengan adanya pemberian tambahan yang dapat berupa uang,
barang dan sebagainya. Dimana hal ini disebut dengan istilah insentif.

Menurut Panggabean (2004 : 89) “insentif merupakan penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan kepada
mereka yang dapat bekerja melampaui standart yang telah ditentukan”. Menurut Simamora (2004 : 514) yang
dimaksud insentif adalah suatu program yang mengaitkan bayaran dengan produktivitas kerja. Menurut bandura
(1986) ada berbagai jenis insentif sebagai imbalan kerja yang diharapkan individu dan setiap jenis memiliki kekhasan
sendiri. Jenis insentif tersebut adalah:

1. Insentif primer

Merupakan imbalan yang berhubungan dengan kebutuhan dengan kebutuhan isiologis kita seperti makan,
minum, kontak fisik, dan sebagainya. Insentif diperkuat nilainya jika seseorang dalam keadaan sangat
kekurangan, seperti kurang makan/minum.

2. Insentif sensoris

Beberapa kegiatan manusia ditujukan untuk memperoleh umpan balik sensoris yang terdapat di
lingkungannya. Misalnya anak kecil melakukan berbagai kegiatan untuk mendapatkan insemtif sensoris berupa
bunyi-bunyi baru atau

5
berupa stimulus baru untuk dilihat atau orang dewasa yang bermain musik untuk memperoleh umpan balik
sensoris berupa bunyi musik yang dimainkan.

3. Insentif sosial

Manusia akan melakukan sesuatu untuk mendapatkan penghargaan dan

penerimaan dari lingkungan sosialnya. Penerimaan atau penolakan dari sebuah lingkungan sosial akan lebih
berfungsi secara efektif sebagai imbalan atau hukuman daripada reaksi yang berasal dari satu individu.

4. Insentif yang berupa token ekonomi

Token ekonomi adalah imbalan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi seperti upah,
kenaikan pangkat, penambahan tunjungan, dan lain-lain. Hampir seluruh masyarakat menggunakan uang
sebagai insentif. Hal ini disebabkan dengan uang, individu dapat memperoleh hampir semua hal yang
diinginkannya, mulai dari pelayanan jasa hingga pemenuhan kebutuhan fisik, kesehatan, dan lainlain.

5. Insentif yang berupa aktivitas.

Teori-teori mengenai reinforcement yang sangat terikat pada dorongan

biologis, mengasumsikan bahwa imbalan akan memengaruhi perilaku dengan cara memuaskan atau
mengurangi dorongan fisiologis. Ternyata dari penelitian terbaru diketahui bahwa beberapa aktivitas atau
kegiatan fisik justru memberikan nilai insentif yang tersendiri pada individu.

6. Insentif status dan pengaruh

Pada sebagian besar masyarakat, kedudukan individu seringkali dikaitkan dengan status kekuasaan.
Kekuasaan yang dimiliki individu dalam lingkungan sosial memberikan kesempatan kepadnya untuk mengontrol
perilaku orang lain,
baik melalui simbol atau secara nyata. Dengan kedudukannya yang tinggi dalam masyarakat, mereka dapat
menikmati imbalan materi, penghargaan sosial, kepatuhan, dan lain-lain. Keuntungan yang khas ini membawa
individu berusaha keras untuk mencapai posisi yang memberikan kekuasaan.

7. Insentif berupa terpenuhinya standar internal

Insentif ini berasal dari tingkat kepuasan diri yang diperoleh individu dari

pekerjaanya. Insentif bukan berasal dari hal di luar diri, tetapi berasal dari dalam diri seseorang. Reaksidiri yang
berupa rasa puas dan senang merupakan salah satu
bentuk imbalan internal yang ingin diperoleh seseorang dari pekerjaannya. Seorang yang merasakan bahwa
kemampuannya tidak akan dapat optimal bila

hanya bekerja sebagai karyawan, akan lebih puas bila ia merasa bahwa dengan berwirausaha segenap
potensinya dapat tersalurkan.

6
Keinginan untuk memperoleh insentif yang tidak terbatas, turut menjadi faktor yang memicu seseorang untuk
menjadi wirausaha. Jadi ada insentif-insentif tertentu yang umumnya diharapkan seseorang dengan menjadi
wirausaha. Antara lain insentif primer, insentif sosial, insentif status dan pengaruh, dan insentif terpenuhinya standar
internal.

c. Competency ability (C)

Faktor ini berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi, serta semuanya bergantung
pada kondisi lingkungan yang ada. Artinya bahwa sikap yang baik mampu menggerakkan seseorang untuk masuk
dalam dunia kewirausahaan. Di dalam kamus bahasa Indonesa, kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti
kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, mempunyai harta berlebihan). Kemampuan adalah suatu
kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Sesorang dikatakan mampu apabila ia tidak melakukan sesuatu yang harus ia
lakukan. Menurut Chaplin ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga
(daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan

menurut Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau
praktek.

Adapun menurut Akhmat Sudrajat, ability adalah menghubungkan kemampuan


dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan.
Kecakapan ini mempengaruhi potensi
yang ada dalam diri individu tersebut. Proses pembelajaran yang mengharuskan siswa mengoptimalkan segala
kecakapan yang dimiliki.

Kompetensi merupakan perpaduan dari tiga domain pendidikan yang meliputi

ranah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang terbentuk dalam pola berpikir dan bertindak dalam kehidupan
sehari-hari. Atas dasar ini, kompetensi dapat berarti pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemammpuan

(ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan

bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang
diwujudkan melalui tindakannya.

Menurut Scarborough, dalam Heru,(2009:38), kompetensi wirausaha terbagi 10 yaitu:

1) Kenali bisnis anda, seorang wirausaha dalam melakukan kegiatan usaha harus mengetahui dengan jelas
bisnis apa yang dilakukan sekarang dan prospek di masa depan. Beberapa pertanyaan yang harus mampu
dijawab wirausaha yang berhubungan dengan bisnisnya:

a. Apa produk kita sekarang dan masa mendatang?

b. Siapa dan bagaimana konsumen kita?

c. Siapa pesaing kita, dan apa yang ia lakukan?

d. Berada di mana usaha kita dibanding perusahaan produk sejenis?

7
e. Bagaimana cara membangun kompetensi di masa depan?

2) Mengetahui dasar manajemen bisnis, pengetahuan dasar manajemen bisnis merupakan pengetahuan yang
harus dan benar-benar dimiliki oleh wirausaha agar unggul. Wirausaha yang unggul membutuhkan
pengetahuan manajemen, seperti: bagaimana melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
staffing , pengkoordinasian, evaluasi serta pengendalian. Di samping pengetahuan manajemen, wirausaha
sangat membutuhkan pengetahuan operasional perusahaan, seperti: keuangan, pemasaran produk,
pengelolaan tenaga kerja, berproduksi, serta catatan akuntansi dan informasi.

3) Memiliki sikap yang pantas, sifat, sikap yang baik harus dimiliki oleh wirausaha. Wirausaha dalam
melakukan kegiatan selalu berhubungan dengan pihak lain di mana pihak lain tersebut memilki
kepentingan terhadap kelangsungan usaha. Pada masa kini dan masa depan wirausaha harus mau dan
mampu berlaku etis dan memiliki rasa tanggung jawab sosial guna kelangsungan hidup usaha di masa
depan.

4) Memiliki modal yang cukup, wirausaha adalah manajer dalam arti memilki kemampuan dalam mengelola
usaha. Kemampuan mengelola keuangan merupakan hal yang sangat penting guna kelangsungan hidup
usaha.

Kemampuan medatangkan modal sangat ditentukan keahlian wirausaha dalam mengevaluasi sumber-
sumber pendanaan dan juga pengalaman di bidang keuangan.

5) Mengatur keuangan secara efisien , wirausaha yang unggul ketika mampu mengelola keuangan dengan
efektif. Wirausaha yang mampu mencari sumber
pendanaan yang paling murah (cost of capital rendah), mampu melakukan investasi terhadap dana yang
tersedia (rate of return lebih besar dari cost of capital ), mampu membuat penganggaran, serta mampu
memanfaatkan keuntungan usaha dengan tepat. Tidak kalah pentingnya adalah kemampuan

untuk mencatat kegiatan operasional setiap hari secara akuntansi, sehingga setiap aktivitas bisa
dipertanggung jawabkan secara otentik.

6) Mengatur waktu secara efisien , wirausahawan harus mampu mengelola waktu dengan baik. Adakalanya
produk, pemesanan, job dan kegiatan di luar bisnis cukup tinggi sejalan dengan banyaknya kolega.
Kemampuan membuat time schedule dan menepati merupakan hal yang sangat dibutuhkan untuk
menjaga hubungan baik dengan kolega.

7) Mengelola orang lain , sejalan dengan meningkatnya bisnis, hubungan antara karyawan, dengan orang lain,
pihak luar, masyarakat semakin tinggi.

Kompleksitas perilaku karyawan, tuntutan kebutuhan, gaya hidup membutuhkan kemampuan untuk
mengelola orang dengan lebih baik. Landasan bisnis adalah kemampuan karyawan yang terlatih dengan
baik dan termotivasi. Perhatian terhadap penempatan tenaga kerja, penggajian, bonus,
promosi, kesejahteraan karyawan dan keluarga sangat dibutuhkan untuk menjaga rendahnya perputaran
karyawan.

8) Memuaskan pelanggan dengan menyediakan produk berkualitas tinggi, wirausaha yang unggul
mengajarkan bahwa barang dan jasa yang berkualitas tinggi sangat penting dalam mempertahankan
persaingan. Manfaat yang

didapat dengan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi tidak hanya mengurangi bentuk kerusakan,
tetapi juga meninngkatkan produktivitas, meningkatkan kepuasan konsumen, semakin rendahnya biaya,
menjaga citra baik perusahaan.

8
9) Mengetahui bagaimana cara bersaing, persaingan yang sehat, mampu menjaga kemitraan sangat
dibutuhkan bagi kelangsungan bisnis di masa depan. Wirausaha harus mengetahui siapa pesaingnya,
memiliki kemauan dan

kemampuan untuk bagaimana berkompetisi dengan lebih baik, berdasarkan norma etika dan tanggung
jawab sosial. Ahli pemasaran Keegan (1996) mengungkapkan bahwa pemasaran kedepan akan
berorientasi ke pemasaran strategi, di mana pesaing bukan lagi sebagai lawan yang harus dimatikan tetapi
sebagai mitra dalam berlomba memberikan kepuasan konsumen.

10)Membuat aturan/ pedoman yang jelas tersurat, aturan yang jelas dan formal sangat dibutuhkan bagi
pertanggung jawaban kegiatan dan kelangsungan hidup bisnis. Aturan-aturan pekerjaan, aturan
ketenagakerjaan, skedul kerja, jalur dan rantai pekerjaan harus jelas dan konsisten.

2. Faktor Eksternal

Berkaitan dengan pemerintah yang mendukung setiap orang untuk turut serta terlibat dalam menggerakkan kondisi
perekonomian Negara. Tidak terlepas dalam dunia kewirausahaan, karena kegiatan jual beli mampu meningkatkan
perekonomian Negara. Kondisi di lingkungan tempat tinggal yang mempengaruh minat berwirausaha dapat dijabarkan
berdasarkan poin-poin berikut ini, seperti:

a. Model peran (masyarakat)

Model peran menurut kamus bahasa Indonesia adalah contoh perangkat tingkah yang dimiliki oleh orang
yang mempunyai kedudukan di masyarakat. Sehingga model peranan dapat disimpulkan menjadi tokoh
masyarakat yang ada di lingkungan. Adanya contoh wirausahawan sukses di lingkungan masyarakat. Dalam
dunia usaha yang ada di Indonesia. Secara garis besar peranan wirausaha dalam dunia usaha yang ada di
Indonesia adalah sbb :

a) Menciptakan lapangan kerja

b) Mengurangi pengangguran

c) Meningkatkan pendapatan masyarakat

d) Mengkombinasikan factor – factor produksi (alam. Tenaga kerja, modal dan keahlian).

e) Meningkatkan produktivitas

Sebagai contoh, seorang desainer pakaian tidak akan bekerja sendiri dalam mengembangkan usahanya. Ia akan
membutuhkan orang – orang yang akan membantunya dalam menjalankan kegiatannya, seperti membuat pola,
menjahit, mengerjakan detail pakaian serta aktivitas lainnya. Artinya , usaha yang dijalankannya akan menyerap
banyak tenaga kerja dan otomatis dapat mengurangi
jumlah pengangguran di Indonesia, hal ini akan memberikan kontribusi yang baik dalam pengembangan
perekonomian di negara kita.

b. Aktifitas

9
Menurut Sriyono aktifitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani maupun rohani.
Sehingga aktifitas lingkungan adalah segala kegiatan yang dilaksanakan oleh lingkungan. Misalnya adanya
aktifitas wirausaha di lingkungan tempat tinggal. Aktivitas adalah kegiatan atau keaktifan jadi segala sesuatu
yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik merupakan sebuah aktivitas
(Anton. M. Mulyo. 2001 : 26).

Menurut Poerwardaminta (2003 : 23) aktivitas adalah kegiatan menurut

Winkel (1997 : 193) belajar adalah proses mental yang mengarah pada

penguasaan pengetahuan, kecakapan skil kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan, dan
dilakukan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progesif dan adaptif.

c. Peluang

Peluang dicontohkan oleh zimmerer dkk (2008:13) pergeseran perekonomian global menjadikan peluang bisnis
yang luar biasa bagi wirausahawan. Bisnis kecil sekarang tidak terbatas oleh negara, mereka dapat mencari
pelanggan dari negara lain (peluang internasional). Juga kemajuan teknologi dan internet sangat membantu
tumbuhnya wirausahawan baru. Harga barang-barang teknologi yang semakin murah dan terjangkau seperti
komputer pribadi, mesin faks, foto kopi,

10
printer membantu pertumbuhan dan pelayanan usaha-usaha kecil baru yang seefektif perusahaan besar.
Kemajuan teknologi internet yang dapat memberikan informasi dengan cepat kapan dan dimana saja juga
menjadi faktor pendorong munculnya bisnis baru perdagangan online. Sehingga dapat disimpulkan peluang
adalah kondisi di lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi sebuah usaha.

d. Kompetisi

Kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara

beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama. Persaingan bisnis selain terjadi karena adanya
seseorang yang menjalankan bisnis di bidang yang sama dengan lainnya juga dapat disebabkan karena
beberapa hal. Seperti, ketidakmampuan pelaku bisnis sebelumnya untuk menciptakan produk atau jasa yang
lebih memenuhi kebutuhan konsumen. Seorang pesaing dapat muncul karena ia menemukan celah untuk
masuk, menciptakan produk atau jasa yang lebih unggul dari yang sudah ada sebelumnya dan tentunya lebih
memenuhi kebutuhan konsumen. Mengingat dalam hal berbisnis saat ini konsumen memegang kekuasan yang
cukup tinggi sehingga banyak pelaku bisnis berlomba-lomba untuk tetap menarik perhatian konsumen agar
tidak berpaling. Selain itu, persaingan bisnis dapat disebabkan adanya kesalahan dalam memilih lokasi.

Selanjutnya, persaingan dalam bisnis juga memberikan suatu hal yang positif dan keuntungan yaitu sebagai
berikut :

1. Menghadirkan motivasi tinggi bagi pelaku bisnis

Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa persaingan dapat disebabkan karena adanya
kesalahan yang dapat dijadikan peluang bagi pelaku
bisnis lain dengan menciptakan produk atau jasa yang lebih unggul. Tentunya hal ini dapat dijadikan
sebagai acuan untuk para pelaku bisnis. Mengingat kesalahan atau kekurangan dalam suatu produk pasti
ada tetapi bagaimana
pelaku bisnis tersebut tetap mempertahankan bisnis dari ketatnya persaingan itu membutuhkan motivasi
tinggi. Mengapa? Persaingan bisnis yang ketat cenderung membuat kondisi yang tidak nyaman atau keras
yang sering kali

membuat para pelaku bisnis cenderung pesimis dengan keadaan. Padahal mereka belum tentu akan
tergeser dengan produk yang baru asalkan adanya keinginan untuk selalu memperbaiki, dan membuat
bagaimana produk tersebut tidak dapat disaingi seperti misalnya dengan terus menonjolkan sisi positif
atau keunggulan yang menjadi ciri khas dan berbeda dari produk atau jasa lain. Hal tersebut tentu menjadi
pertimbangan tersendiri bagi para konsumen yang berniat berpaling dan menggunakan produk atau jasa
yang lain.

2. Membantu untuk keluar dari zona nyaman

Persaingan bisnis memiliki zona yang penuh dengan tantangan. Untuk itu, pelaku bisnis harus
mau keluar dari zona nyaman yang selama ini telah dijalankan. Bukan meninggalkan semua yang telah

11
dijalankan tetapi lebih pada memutar strategi kembali, dan mencoba hal baru. Hal tersebut tentunya
menunjukkan sisi manfaat dari adanya persaingan dalam berbisnis karena
pelaku bisnis akan keluar dari zona nyamannya dan mencoba untuk melakukan hal lain agar tidak
tertinggal ditengah persaingan yang ketat.

3. Membantu meningkatkan kinerja berbisnis

Selain dapat memberikan motivasi yang tinggi dan membantu untuk keluar dari zona nyaman,
dengan adanya persaingan bisnis secara otomatis
juga dapat membantu meningkatkan kinerja berbisnis. Dari motivasi yang tinggi dalam menghadapi
persaingan dan mempertahankan bisnisnya, dapat berpengaruh pada kinerja bisnis. Seperti misalnya,
pelaku bisnis dapat lebih maksimal lagi dalam melakukan kegiatan promosi agar meningkatkan angka
penjualan, dan melakukan strategi bisnis lainnya yang mampu meningkatkan dan mempertahankan
bisnisnya. Mengingat adanya persaingan mendorong seseorang untuk melakukan hal yang lebih baik dari
sebelumnya, dan hal ini juga berlaku pada saat menghadapi persaingan bisnis.

4. Menciptakan konsumen yang loyal

Mendapatkan konsumen yang loyal merupakan suatu hal yang patut dipertahankan. Dengan
menghadapi persaingan berbisnis maka pelaku bisnis akan terdorong untuk memperbaiki kualitas produk
atau jasa yang ditawarkan, hingga kualitas pelayanan terhadap konsumen. Sehingga jika hal tersebut
diterapkan, otomatis keloyalan konsumen akan didapatkan dan tentunya akan membuat para pesaing
mengalami kesulitan untuk mencoba bersaing.

e. Inkubator

Menurut Riana peneliti pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Republik Indonesia, inkubator
adalah suatu tempat pengembangan ide-ide yang didasarkan pada pengetahuan baru, metode-metode dan
produk-produk yang dihasilkan. Inkubator semacam ini dapat ditemukan di universitas, laboratorium,
penelitian, sekolah medis, kelompok ide dan korporasi besar dimana berbagai bakat intelektual diikat dengan
tujuan mengkomersialisasikan teknologi baru, transfer teknologi ke pasar, atau mempercepat proses inovasi ke
implementasi. Misalnya di lingkungan tempat tinggal ada fasilitas pelatihan-pelatihan atau inkubator kelompok
wirausaha.

f. Sumberdaya

Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan.
Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga nonfisik (intangible). Adanya sumber-sumber yang bisa
dimanfaatkan di lingkungan seperti mudahnya mencari komponen/sperpart elektronika. Sumber daya adalah
suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur tertentu dalam kehidupan. Sumber daya tidak
selalu bersifat fisik, tetapi juga non-fisik (intangible). Sumber daya ada yang dapat berubah, baik menjadi
semakin besar maupun hilang, dan ada pula sumber daya yang kekal (selalu tetap). Selain itu, dikenal pula
istilah sumber daya yang dapat pulih atau terbarukan (renewable resources) dan sumber daya tak terbarukan
(non-renewable resources).

g. Kebijakan pemerintah

Indonesia menjadi salah satu dari 40 negara yang diundang pada KTT

12
Kewirausahaan yang akan diselenggarakan pada tanggal 26-27 April 2010 ini di Washington DC (Kompas,
19/04/2010). KTT ini menandakan bahwa kewirausahaan telah mendapat perhatian besar terutama pascakrisis
ekonomi akhir-akhir ini. Kewirausahaan dipandang sebagai aspek penting dalam dinamika ekonomi, di mana di
saat krisis ia dapat muncul menjadi pemicu perubahan bisnis sebagai salah satu ciri-ciri apa yang disebut
kerusakan kreatif (creative destruction). Kondisi yang terjadi dalam krisis menandai wirausaha yang kurang
efisien akan gagal sementara mereka yang lebih efisien akan muncul dan berkembang. Model bisnis dan
teknologi baru, khususnya yang menciptakan pengurangan biaya, seringkali muncul dalam situasi terpuruk.

Sebelumnya dalam pidatonya pada acara “National Summit”, akhir tahun lalu, Presiden SBY menjelasakan
bahwa kewirausahan menjadi salah satu kunci yang diperlukan dalam mencapai tujuan program yang
disebutnya pro-growth (pertumbuhan), pro-job (lapangan kerja), dan pro-poor (pengurangan kemiskinan).
Sedemikian pentingnya kewirausahaan, Porter (1990) menyebutkan bahwa kewirausahaan berada pada jantung
keunggulan nasional. Sementara Zoltan Acs dkk (2008) menambahkan bahwa kewirausahaan sekarang ini
menjadi pusat (jawaban) dari berbagai pertanyaan mengenai kebijakan yang terkait dengan ilmu dan teknologi,
keberlanjutan, kemiskinan, sumber daya manusia, penyerapan tenaga kerja, dan keunggulan komparatif
regional.

Para wirausaha memiliki peran utama dalam pembangunan ekonomi. Mereka

sebagai seorang individu maupun melalui perusahaannya telah berbuat sesuatu yang inovatif dan secara kreatif
membongkar struktur pasar yang ada. Di samping itu mereka juga memberikan kontribusi dalam penciptaan
lapangan kerja, peningkatan produktivitas dan daya saing, serta melakukan pembentukan industri baru.

Pentingnya kewirausahaan di negara berkembang dijelaskan oleh Sameekha Desai (2009) bahwa terdapat
hubungan yang sangat kuat antara penciptaan wirausahawan dengan pembangunan ekonomi di negara-negara
tersebut, di mana di negara maju kewirausahaan bahkan telah menghasilkan kemakmuran. Dalam

beberapa tahun terkahir, beberapa pakar telah mengenalkan upaya untuk mengatasi kesenjangan kapasitas
kewirausahaan dalam inovasi dan pertumbuhan serta kontribusinya pada kemakmuran dan kesejahteraan
ekonomi.

Menurut hasil penelitian seorang ilmuwan Amerika Serikat (AS), David

McClelland, suatu negara dapat dikatakan makmur, minimal harus memiliki

jumlah wirausahawan sebanyak dua persen dari jumlah populasi penduduknya. Di Indonesia saat ini jumlah
pelaku usaha di mencapai lebih dari 40 juta unit usaha atau sekitar 17 persen dari total populasi. Namun,
jumlah ini belum selaras dengan
peran kewirausahaan yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan sebagian besar usaha mereka menurut Rhenald
Kasali (2010) adalah usaha yang dikelola secara asal-asalan, sekadar bisa menghidupi, dan sangat informal.

Berdasarkan keikutserataan Indonesia dalam survey Global Entrepreneurship Monitor (GEM) tahun 2006,
jumlah wirausaha di Indonesia adalah sebesar 19,3 % dari jumlah total penduduk dewasa. Namun dalam kurva-
U Total Entrepreneurial Activity (TEA) Index dalam survey tersebut, Indonesia di posisikan sebagai negara
dengan kondisi jumlah wirausaha yang besar namun dengan pendapatan
perkapita tergolong kecil. Dalam laporan GEM juga disebutkan bahwa kewirausahan pada dasarnya dapat
dikelompokkan ke dalam kewirausahaan atas dasar merespon peluang (opportunity entrepreneurship) dan
kewirausahaan yang didasarkan atas kebutuhan untuk hidup (necessity entrepreneurship).

Memperhatikan kondisi tersebut, maka dapat diduga bahwa sebagian besar wirausaha kita adalah mereka
yang tergolong sebagai necessity entrepreneurship.

13
Oleh karenanya, diperlukan adanya kebijakan maupun iklim yang dapat mendorong kesempatan berusaha bagi
setiap orang yang merintis usaha.Kebijakan pemerintah digambarkan Zimmerer, dkk (2008:12), Sektor jasa di
Amerika mengalami peningkatan yang besar dari pada bidang lain. Peningkatan ini terjadi karena di Amerika
untuk pendirian usaha jasa hanya memerlukan biaya yang relatif rendah dari pada bisnis yang lain. Ini
menggambarkan bahwa kebijakan pemerintah turut memicu munculnya wirausahawan baru..

BAB III PENUTUP

3.1 SIMPULAN

3.2 SARAN

14
DAFTAR PUSTAKA

Suryana.2013.Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju Sukses.Edisi 4:109.Jakarta : Salemba

Ari Dian Saputra dan Susena.2013. Kontribusi Mata Kuliah Kewirausahaan dalam

Menumbuhkan Jiwa Entrepreneurship yang Beretika pada Mahasiswa Prodi PPKn FKIP UAD Yogyakarta, Jurnal Citizenship, Vol.
2 No. 1, Juli 2013, hlm. 4, (di akses dari http://p3m.polbeng.ac.id, pada tanggal 19 Maret 2019).

Sumber online Diakses Pada 19 Maret 2019 : http://eprints.umsida.ac.id/71/1/Hengky%20UMP_159-


178%20fix.pdf https://anzdoc.com/download/property-right-hak-kepemilikan-dalam-
ekonomikelembagaan.html http://digilib.uinsby.ac.id/15842/5/Bab%202.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/9303/5/bab%202.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai