Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA II

EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Oleh

Kelompok 13
Nabhila Zaezarini 118280090
Tesalonika Yohana Ria Gulo 118280095
Veronika Viany Suswanto 118280096

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNOLOGI PROSES DAN HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 1
BAB II TUJUAN DAN SASARAN ....................................................................... 7
2.1 Tujuan Percobaan .......................................................................................... 7
2.2 Sasaran Percobaan ......................................................................................... 7
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ............................................................... 8
3.1. Alat ............................................................................................................... 8
3.2 Bahan ............................................................................................................. 8
3.3 Prosedur Kerja ............................................................................................... 8
3.3.1 Pengaruh Pelarut campur terhadap Kelarutan Zat .................................. 8
3.3.2 Fenomena Distribusi ............................................................................. 10
3.3.3 Penentuan Garam yang Terdispersi pada Larutan ................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14
LAMPIRAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN A LEMBAR KENDALI KESELAMATAN KERJA ................. 18
LAMPIRAN B MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS) ..................... 21

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutan terhadap dua cairan yang tidak terlarut. Ekstraksi terbagi atas dua jenis
yaitu ekstraksi padat-cair (Leaching) dan ekstraksi cair-cair (ekstraksi pelarut).
Dengan definisi bahwa ekstraksi padat-cair (Leaching) merupakan proses
pemisahan suatu zat terlarut yang terdapat dalam suatu padatan dengan
mengontakkan dengann pelarut (solvent). Sedangkan ekstraksi cair-cair
merupakan proses perpindahan suatu komponen campuran dari suatu cairan ke
cairan yang lainnya atau sering disebut dengan pelarut (Mukhriani Tetti, 2014).
Teknik ekstraksi sering digunakan agar proses yang dilakukan cepat serta hasil
yang diperoleh dalam keadaan bersih. Bahan yang digunakan dalam proses
ekstraksi ini menggunakan bahan zat organik maupun anorganik yang biasanya
digunakan untuk menganalisa dalam skala makro maupun mikro (Amir, 2013:3).
Dalam melakukan proses ekstraksi ini memiliki dasar yaitu perbedaan
koefisien distribusi. Nilai perbedaan koefisien distribusi sangat menentukan
dengan hasil didapatkan yaitu saat suatu senyawa terlarut dengan nilai perbedaan
koefisien (KD) lebih besar maka proses ekstraksi dilakukan cukup satu kali
dengan hasil pemisahan yang hamper sempurna. Nilai perbedaan koefisien ini
dapat terjadi yaitu saat proses pemisahan (ekstraksi) menggunakan bahan senyawa
kimia yang sangat berbeda. Sedangkan saat menggunakan senyawa kimia yang
sama atau tidak sama maka nilai perbedaan koefisien distribusi lebih kecil dan
proses pemisahan yang terjadi tidak sempurna atau hanya terjadi sebagian,
sehingga menyebabkan keuntungan yang hanya diperoleh zat terlarut atau pun zat
pelarut lainnya. Dengan demikian praktikum kali ini menggunakan ekstraksi cair-
cair untuk menentukan nilai perbedaan koefisien distribusi.

1.2 Tinjauan Pustaka


Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu

1
atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair
(solvent) sebagai separating agent. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut
yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran (Wibawa, 2012).
Pemisahan zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling mencampur antara
lain menggunakan alat corong pisah. Ada suatu jenis pemisahan lainnya dimana
pada satu fase dapat berulang-ulang dikontakkan dengan fase yang lain, misalnya
ekstraksi berulang-ulang suatu larutan dalam pelarut air dan pelarut organik,
dalam hal ini digunakan suatu alat yaitu soxhlet extractor. Metode soxhlet
merupakan metode ekstraksi dari padatan dengan solvent (pelarut) cair secara
kontinu(Wibawa, 2012).
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) diantara
dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk
pemisahan secara cepat dan bersih baik untuk zat organik maupun zat anorganik.
Cara ini juga dapat digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk
kepentingan analisis kimia, ekstraksi juga banyak digunakan untuk pekerjaan-
pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik, biokimia dan anorganik di
laboratorium. Alat yang digunakan dapat berupa corong pemisah (paling
sederhana), alat ekstraksi soxhlet sampai yang paling rumit berupa alat Counter
Current Craig (Alimin dkk, 2007).
Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan
utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro
maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih
kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan padsa distribusi zat terlarut
dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidang saling bercampur,
seperti benzen, karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut
dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini
dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan
serta analisis pada semua skala kerja. Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia
analisis, kemudian berkembang menjadi metode yang baik, sederhana, cepat dan
dapat digunakan untuk ion-ion logam yang bertindak sebagai trace (pengotor) dan
ion-ion logam dalam jumlah makrogram (Khopkar, 2010).

2
Ekstraksi memanfaatkan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut
yang tidak dapat bercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu
pelarut ke pelarut lain. Misalnya iodin sebagai pencemar dalam air yang juga
mengandung zat terlarut lain yang tidak larut dalam karbon tetraklorida. dalam
kasus seperti ini, hampir semua iodin dapat diambil dengan mengaduk larutan air
dengan tetraklorida yang memungkinkan kedua fasa terpisah kemudian
mengurangi lapisan air dari lapisan karbon tetraklorida yang lebih besar(Gillis,
2001).
Istilah-istilah berikut ini umumnya digunakan dalam teknik ekstraksi:
1. Bahan ekstraksi : Campuran bahan yang akan diekstraksi
2. Pelarut (media ekstraksi) : Cairan yang digunakan untuk melangsungkan
ekstraksi
3. Ekstrak : Bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi
4. Larutan ekstrak : Pelarut setelah proses pengambilan ekstrak
5. Rafinat (residu ekstraksi) : Bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya
6. Ekstraktor : Alat ekstraksi
7. Ekstraksi padat-cair : Ekstraksi dari bahan yang padat
8. Ekstraksi cair-cair (ekstraksi dengan pelarut = solvent extraction) : Ekstraksi
dari bahan ekstraksi yang cair (Wibawa, 2012).
Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera dari bahan-bahan yang akan
diperoleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya terjadi pengumpulan ekstrak
dalam pelarut. Ekstraksi cair-cair digunakan untuk memisahkan senyawa atas
dasar perbedaan kelarutan pada dua jenis pelarut yang berbeda yang tidak saling
bercampur. Jika analit berada dalam pelarut anorganik, maka pelarut yang
digunakan adalah pelarut organik dan sebaliknya (Khamidinal, 2009).
Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam dua fase
disebut dengan koefisien partisi (KD) dapat dituliskan :

𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 (𝑎)


= KD (1)
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 (𝑏)

Dimana KD adalah sebuah tetapan yand dikenal dengan koefisien distribusi atau
partisi. Harga KD tidak bergantung pada konsentrasi total solute pada kedua fase,

3
tetap bergantung pada suhu, jenis kedua pelarut dan solute. Hukum Nernst dalam
bentuknya yang sederhana hanya berlaku untuk larutan encer dan keadaan solute
sama atau tidak mengalami perubahan kedua dalam pelarut. Hukum ini tidak
berlaku jika solute yang terdistribusi mengalami asosiasi atau disosiasi pada fase
pelarut.
Dalam klasifikasi ekstraksi, ekstraksi adalah suatu proses pemisahan
substansi atau zat dari campuranya dengan mernggunakan yang sesuai. Ekstraksi
dapat digolongkan berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi dan proses
pelaksanaannya.
a. Bentuk campurannya
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan
menjadi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
1. Ekstraksi padat-cair
Zat yang diekstraksi terdapat didalam campuran yang berbentuk padatan.
Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan didalam usaha mengrisolasi zat berkhasiat
yang terkandung didalam bahan alam seperti steroid, hormon, antibiotika, dan
lipida pada biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair
Zat yang diekstraksi teradpat didalam campuran yang berbentuk cair.
Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak dilakukan untuk
memisahkan zat seperti iod, atau logam-logam tertentu dalam larutan air (Yazid,
2005).
Ekstraksi padat cair secara umum terdiri dari maserasi, refluktasi, sokhelatasi
dan perkolasi. Metoda yang digunakan tergantung dengan jenis senyawa yang kita
gunakan. Jika senyawa yang kita ingin cari rentan terhadap pemanasan maka
metoda maserasi dan perkolasi yang di pilih, jika tahan terhadap pemanasan maka
metoda refluktasi dan sokletasi yang digunakan (Underwood, 2002).
Pada metode ekstraksi cair-cair, ekstraksi dapat dilakukan dengan cara
bertahap (batch) atau dengan cara kontinyu. Cara paling sederhana dan banyak
dilakukan adalah ekstraksi bertahap. Tekniknya cukup dengan menambahkan
pelarut pengekstrak yang tidak bercampur dengan pelarut pertama melalui corong
pemisah, kemudian dilakukan pengocokan sampai terjadi kesetimbangan

4
konsentrasi solute pada kedua pelarut. Setelah didiamkan beberapa saat akan
terbentuk dua lapisan dan lapisan yang berada di bawah dengan kerapatan lebih
besar dapat dipisahkan untuk dilakukan analisis selanjutnya.
b. Proses pelaksanaannya
Menurut proses pelaksanaannya ekstraksi dibedakan menjadi ekstraksi
berkesinambungan (kontinyu) dan ekstraksi bertahap.
1. Ekstraksi kontinyu (Continues Extraction)
Pada ekstraksi kontinyu, pelarut yang digunakan secara berulang-ulang
sampai proses ekstraksi selesai. Tersedia berbagai alat dari jenis ekstraksi ini
seperti alat soxhlet atau Craig Countercurent.
2. Ekstraksi bertahap (batch)
Pada ekstraksi bertahap, setiap kali ekstraksi selalu digunakan pelarut yang
baru sampai proses ekstraksi selesai. Alat yang biasa digunakan adalah berupa
corong pisah (Yazid, 2005).
Ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran
secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fasa cair itu
sesempurna mungkin. Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu
ekstrak meninggalkan pelarut yang pertarna (media pembawa) dan masuk ke
dalam pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan
ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut (atau hanya dalam daerah yang sempit).
Agar terjadi perpindahan masa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang
besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin di
antara kedua cairan tersebut. Untuk itu salah satu cairan distribusikan menjadi
tetes-tetes kecil (misalnya dengan bantuan perkakas pengaduk) (Rahayu, 2009).
Operasi ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. Kontak antara pelarut (solvent) dengan fasa cair yang mengandung
komponen yang akan diambil (solute), kemudian solute akan berpindah dari
fasa umpan (diluen) ke fasa pelarut.
2. Pemisahan dua fasa yang tidak saling melarutkan yaitu fasa yang banyak
mengandung pelarut disebut fasa ekstrak dan fasa yang banyak mengandung
umpan disebut fasa rafinat.

5
Untuk proses ekstraksi yang baik, pelarut harus memenuhi beberapa kriteria
sebagai berikut :
1. Koefisien distribusi yang besar.
2. Selektivitas tinggi. Faktor ini diperlukan jika terdapat lebih dari satu zat
terlarut, karena umumnya hanya diinginkan mengurangi satu zat terlarut saja.
3. Mudah diregenerasi.
4. Kelarutan dalam larutan umpan rendah.
5. Perbedaan densitas dengan umpan cukup besar.
6. Tegangan antar muka menengah. Tegangan antar muka yang terlalu tinggi
menyebabkan kesulitan pembentukan tetes (cairan), sedangkan tegangan
antar muka yang terlalu rendah dapat menyebabkan terbentuknya emulsi.
7. Mudah diperoleh dan harganya cukup murah.
8. Tidak korosif, tidak mudah terbakar dan tidak beracun (Mardika, 2012).

6
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN

2.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan koefisien distribusi dan
kelarutan suatu zat dalam pelarut yang akan digunakan.

2.2 Sasaran Percobaan


Sasaran-sarasaran yang akan dicapai dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menetapkan, memahami dan menentukan koefisien distribusi suatu zat di
dalam pelarut yang saling tidak bercampur.
2. Mengetahui kelarutan garam pada pelarut yang saling bercampur

7
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Buret
2. Corong
3. Erlenmeyer
4. Gelas Ukur
5. Timbangan Analitik
6. Pipet Tetes
7. Pipet Volume

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Aspirin
2. Vitamin C
3. Indikator PP
4. Minyak Kelapa
5. NaOH 0,01 N
6. Garam NaCl
7. Pewarna Makanan
8. Etanol
9. Aquades.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pengaruh Pelarut campur terhadap Kelarutan Zat

MULAI

Akuades, etanol, minyak kelapa,


Vitamin C, Aspirin, NaOH 0,01 N, PP.

8
Persiapkan 25 mL tiap bahan pelarut: akuades,
etanol dan minyak kelapa

Pemberian 100 mg vitamin C sedikit demi sedikit


pada tiap pelarut sampai larutan jenuh

Penyaringan larutan jenuh dengan corong kaca


dan kertas saring

Pemberian 3 tetes indikator PP

Titrasi dengan NaOH 0,01 N

Penghitungan jumlah bahan (Vitamin C/aspirin)


yang terdispersi

Pengulangan percobaan dengan mengganti


vitamin C dengan bahan aspirin

Sudah mengganti
bahan

9
Penampilan Hasil

SELESAI

3.3.2 Fenomena Distribusi

MULAI

Akuades, minyak kelapa, Vitamin C,


Aspirin, NaOH 0,01 N, PP.

Pemberian 125 mg vitamin C ke dalam 50 mL


akuades

Pembagian larutan menjadi 2 bagian dengan


erlenmeyer X dan Y

1. X adalah larutan blanko


2. Y adalah larutan ekstrak

Pengocokan sampel Y selama 20 menit

Penambahan 50 mL minyak kelapa ke dalam


sampel Y

10
Pengocokan sampel Y selama 20 menit

Pemisahan kedua lapisan yang terbentuk pada


sampel Y

Pengambilan larutan (A dan B) ke dalam wadah


masing-masing 25 mL

Pembagian larutan X menjadi 2 bagian ke dalam


Erlenmeyer (25 mL)

Pemberian 3 tetes indikator PP 0,1 %

Titrasi dengan NaOH 0,01 N

Pengambilan data

Pengulangan percobaan dengan mengganti


vitamin C dengan bahan aspirin

Sudah
mengganti
bahan

11
Penampilan Hasil

SELESAI

3.3.3 Penentuan Garam yang Terdispersi pada Larutan

MULAI

Penyiapan bahan pelarut : 25 mL air dan 25 mL


etanol

Pencampuran air dengan etanol

Penambahan 3 tetes pewarna makanan ke


dalam campuran pelarut

Pengocokan campuran (hingga warna merata)

Penambahan NaCl (hingga terjadi perubahan


warna)

12
Pengambilan Data

Penampilan Hasil

SELESAI

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Pengaruh Beberapa Pelarut Pada Sampel

Tabel 4.1 Pengamatan Pengaruh Beberapa Pelarut pada Vit.C

Volume
Volume Titran Berat
No Gelas Jenis Pelarut Pelarut NaOH 0,1 Sampel
(mL) N (g)
(mL)
1 I Akuades 25 2,2 0,1
2 II Etanol 25 2,5 0,1
3 III Minyak Kelapa 25 1 0,1

Tabel 4.2 Pengamatan Pengaruh Beberapa Pelarut pada Aspirin

Volume
Volume Titran Berat
No Gelas Jenis Pelarut Pelarut NaOH 0,1 Sampel
(mL) N (g)
(mL)
1 I Akuades 25 2,3 0,1
2 II Etanol 25 3,4 0,1
3 III Minyak Kelapa 25 1,5 0,1

4.1.2 Fenomena Distribusi

a. Vitamin C

Tabel 4.3 Fenomena Distribusi pada Larutan Blanko (X)

Indikator Volume
Sampel
No PP NaOH Kesimpulan
(g)
(tetes) (mL)
Pada awalnya larutan berwarna
kuning terang, lalu ditambahkan 3
tetes indikator PP dan titrasi
1 0,12 3 0,3
dengan NaOH sebanyak 0,3 mL
maka warna larutan berubah
menjadi warna merah muda.

14
Indikator Volume
Sampel
No PP NaOH Kesimpulan
(g)
(tetes) (mL)
Pada awalnya larutan berwarna
kuning terang, lalu ditambahkan 3
tetes indikator PP dan titrasi
2 0,12 3 0,7
dengan NaOH sebanyak 0,7 mL
maka warna larutan berubah
menjadi warna merah muda.

Tabel 4.4 Fenomena Distribusi untuk Larutan Ekstrak (Y)

Indikator Volume
Sampel
No PP NaOH Kesimpulan
(g)
(tetes) (mL)
Setelah melakukan proses
pemisahan dengan corong pisah,
0,12
1 3 0,5 lalu titrasi dengan NaOh 0,1 N
(A)
sebanyak 0,5 mL maka warna
larutan menjadi merah muda.
Setelah melakukan proses
pemisahan dengan corong pisah,
0,12
2 3 1 lalu titrasi dengan NaOh 0,1 N
(B)
sebanyak 1 mL maka warna larutan
menjadi merah muda.

b. Aspirin

Tabel 4.5 Fenomena Distribusi pada Larutan Blanko (X)

Indikator Volume
Sampel
No PP NaOH Kesimpulan
(g)
(tetes) (mL)
Pada awalnya larutan berwarna
kuning terang, lalu ditambahkan 3
0,12 tetes indikator PP dan titrasi
1 3 1,1
dengan NaOH sebanyak 1,1 mL
maka warna larutan berubah
menjadi warna merah muda.
Pada awalnya larutan berwarna
kuning terang, lalu ditambahkan 3
0,12 tetes indikator PP dan titrasi
2 3 1
dengan NaOH sebanyak 1 mL
maka warna larutan berubah
menjadi warna merah muda.

15
Tabel 4.6 Fenomena Distribusi pada Larutan Ekstrak (Y )

Indikator Volume
Sampel
No PP NaOH Kesimpulan
(g)
(tetes) (mL)
Setelah melakukan proses
pemisahan dengan corong pisah,
0,12
1 3 0,14 lalu titrasi dengan NaOh 0,1 N
(A)
sebanyak 0,14 mL maka warna
larutan menjadi merah muda.
Setelah melakukan proses
pemisahan dengan corong pisah,
0,12
2 3 2,3 lalu titrasi dengan NaOh 0,1 N
(B)
sebanyak 2,3 mL maka warna
larutan menjadi merah muda.

4.1.3 Penentuan Garam yang Terdispersi

Tabel 4.7 Penentuan Garam yang Terdispersi

Etanol 25
Pewarna Massa NaCl yang
mL +
Makanan Digunakan Pengamatan
Akuades 25
(tetes) (g)
mL
Setelah pencampuran
Etanol, Akuades dan
pewarna makanan,
sebelum ditambahkan
25 mL
3 7,49 NaCl memilik warna
larutan X
merah dan setelah
ditambahkan NaCl
sebanyak 7,49 gram warna
menjadi merah pekat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alimin M.S, Yunus dan Idris I. 2007. Kimia Analitik. Makassar : UIN Alauddin.

Gillis, O. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Khamidinal. 2009. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Khopkar, M.S. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI-Press.

Mardika, S.F. 2012. Ekstraksi-cair-cair (http://sitifauziahmardika. blogspot.co.id).


Diakses pada tanggal 14 April 2021.

Rahayu, S.S. 2009. Ekstraksi Cair (http://www.chem-is-


try.org/materi_kimia/kimia-industri/teknologi-proses/ekstraksi-cair/). Diakses
pada tanggal 14 april 2021.

Wibawa, I. 2012. Ekstraksi Cair-cair (http//indrawibawads.Wordpress.com).


Diakses pada tanggal 14 April 2021.

Yazid, E. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta : Andi

17
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Jalan Terusan Ryacudu, Way Hui, Jati Agung, Lampung Selatan 35365
Telpon (0721) 8030188, Fax. (0721) 8030189, Email: Pusat@itera.ac.id
www.itera.ac.id

LAMPIRAN A
LEMBAR KENDALI KESELAMATAN KERJA

No Bahan Sifat Bahan Tindakan Penanggulangan

1 Akuades Menguap pada Titik didih Dalam keadaan suhu tinggi


suhu  100, tidak 100C, titik harus hati-hati dalam
berwarna, dan beku 0C penggunaannya
tidak beracun
2 NaOH Berbentuk bubuk Titik leleh Gunakanlah alat keselamatan
kristal putih, tidak 323C, yang lengkap saat berinteraksi
berbau, korosif, densitas dengan zat ini, dan harus
berbahaya, dan 2.130 kg/m3 berhati-hati saat
menyebabkan luka penggunaannya. Jika terhirup
bakar. segera keluar dari ruangan
untuk menghirup udara segar,
jika terkena mata atau kulit
segera bilas dengan air bersih.
Jangan membuang limbah
NaOH ke wastafel atau
selokan.

3 Indikator Berbentuk cairan Titik lebur Jika terhirup segeralah keluar


PP bening, berbau 263,7C, dari ruangan untuk menghirup
seperti alkohol titik didih udara segar, apabila terkena
ringan, mudah >450C mata dan kulit segera bilas
terbakar, dengan air yang mengalir.
mengiritasi, dan
berbahaya
4 Minyak Berbentuk cairan Titik leleh Cairan minyak kelapa tidak
Kelapa berwarna kuning 76F, titik berbahaya namun tetap harus
pucat, berbau nyala menggunakan alat keselamatan
seperti minyak >550F lengkap untuk menghindari hal
lemak, serta tidak yang tidak diinginkan dan
larut dalam air, dalam keadaan suhu tinggi
tidak berbahaya harus berhati-hati dalam
penggunaannya.

18
No Bahan Sifat Bahan Tindakan Penanggulangan

5 Aspirin Berbentuk bubuk Titik leleh Jika terhirup segera keluar dari
putih, tidak 134-136C, ruangan untuk menghirup
berbau, titik nyala udara segar dan apabila terkena
mengiritasi, dan 250C kulit atau mata segera bilas
beracun dengan air yang mengalir

6 Pewarna Berbentuk cairan, Titik didih Jangan dekatkan dengan


makanan mudah terbakar, 56,2C, titik sumber api, jika terhirup
dan berbau lebur - segeralah menghirup udara
95,4C, segar dan jika terkena mata
densitas segera bilas dengan air
0,79 g/cm3 mengalir.

7 Vitamin Berbentuk bubuk Titik leleh Tidak berbahaya namun, tetap


C kristal 190C harus menggunakan alat
keselamatan lengkap untuk
menghindari hal yang tidak
diinginkan.

8 NaCl Berbentuk bubuk Titik didih Tidak berbahaya namun, tetap


berwarna putih 1.413C, harus menggunakan alat
(jika padatan), titik leleh keselamatan lengkap untuk
serta berwarna 801C menghindari hal yang tidak
bening dan tidak diinginkan, dan dalam keadaan
berbau (jika dalam suhu tinggi harus berhati-hati
bentuk larutan), dalam penggunaannya.
serta tidak
berbahaya
9 Etanol Berbentuk cairan, Titik leleh - Gunakan alat keselamatan
mudah terbakar, 115C, titik yang lengkap, jika terhirup
beracun, dan didih 78C, segera keluar dari ruangan
berbahaya bagi titik nyala untuk menghirup udara segar,
kesehatan 25C dan jika terkena mata atau kulit
segera bilas dengan air
mengalir.

Kecelakaan yang mungkin terjadi Penanggulangan


Alat berbahan dasar kaca pecah Segera bersihkan serpihan pecahan kaca
tersebut. Apabila pecahan kaca
mengenai kulit segera bersihkan luka

19
dengan air dan antiseptik

Kebakaran Segera padamkan api dengan APAR

Terhirup bahan kimia yang berbahaya Segera keluar dari ruangan untuk
menghirup udara segar
Iritasi akibat terkena larutan yang Segera bilas bagian yang terkena larutan
tumpah dengan air yang mengalir selama kurang
lebih 15 menit. Jika parah, segera
hubungi medis.

Perlengkapan Keselamatan Kerja


 Sarung tangan
 Masker
 Kacamata goggles
 Jas lab
 Sepatu

20
LAMPIRAN B
MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS)

1. AIR

21
22
23
2. Asam Askorbat

24
25
26
3. ACETYLSALICYLATE ACID

27
28
29
30
4. SODIUM HYDROXIDE (NaOH)

31
32
33
34
5. SODIUM CHLORIDE

35
36
37
6. COCONUT OIL

38
39
40
7. PEWARNA MAKANAN

41
42
8. INDIKATOR PP

43
44
45
46
47
9. ETHYL ALCHOHOL

48
49
50
51
52
53
LAMPIRAN C

DATA HASIL PERCOBAAN

1. Percobaan pengaruh beberapa pelarut pada sampel

Tabel C. 1 Pengamatan Pengaruh Beberapa Pelarut pada Vit.C


Volume
Volume Titran Berat
No Gelas Jenis Pelarut Pelarut NaOH 0,1 Sampel
(mL) N (g)
(mL)
1 I Akuades 25 2,2 0,1
2 II Etanol 25 2,5 0,1
3 III Minyak Kelapa 25 1 0,1

Tabel C.2 Pengamatan Pengaruh Beberapa Pelarut pada Aspirin

Volume
Volume Titran Berat
Nko Gelas Jenis Pelarut Pelarut NaOH 0,1 Sampel
(mL) N (g)
(mL)
1 I Akuades 25 2,3 0,1
2 II Etanol 25 3,4 0,1
3 III Minyak Kelapa 25 1,5 0,1

2. Percobaan fenomena distribusi


1 ) Fenomena Distribusi menggunakan Vit.C

Tabel C.3 Fenomena Distribusi Pada Larutan Blanko (X)

Larutan Volume NaOH 0,1


Sampel Indikator PP
Blanko N
(g) (tetes)
(X) (mL)
X1 0,12 3 0,3
X2 0,12 3 0,7

54
Tabel C.4 Fenomena Distribusi Pada Larutan Ekstrak (Y)

Larutan Volume NaOH 0,1


Sampel Indikator PP
Blanko N
(g) (tetes)
(X) (mL)
A (Rafinat ) 0,12 3 0,5
B (Ekstrak ) 0,12 3 1

2) Fenomena Distribusi menggunakan Aspirin

Tabel C.5 Fenomena Distribusi pada Larutan Blanko (X)

Larutan Volume NaOH


Sampel Indikator PP
Blanko 0,1 N
(g) (tetes)
(X) (mL)
X1 0,12 3 1,1
X2 0,12 3 1

Tabel C.6 Fenomena Distribusi pada Larutan Ekstrak (Y)

Larutan Volume NaOH


Sampel Indikator PP
Blanko 0,1 N
(g) (tetes)
(X) (mL)
A (Rafinat ) 0,12 3 0,14
B (Ekstrak ) 0,12 3 2,3

3) Percobaan Garam yang Terdispersi

Tabel C.7 Garam yang Terdispersi


Pewarna Massa NaCl
Etanol 25 mL +
Makanan yang
Akuades 25 mL
(tetes) Digunakan (g)
25 mL larutan X 3 7,49

55
LAMPIRAN D
DATA PERHITUNGAN

1. Pengaruh Pelarut Campur terhadap Kelarutan Zat


 Percobaan dengan Vitamin C
Massa vitamin C : 100 mg
Volume akuades : 25 ml
Volume minyak : 25 ml
BK : Batas Kuantisasi
BS : Berat Sampel

Batas Kuantisasi
- Pelarut air :

BK = = = 45,45 mg/ml

- Pelarut etanol

BK = = = 40 mg/ml

- Pelarut minyak kelapa

BK = = = 100 mg/ml

Berat Sampel
- Pelarut air
( )( )( )
BS = = = 99,99 N.mg

- Pelarut etanol
( )( )( )
BS = = = 100 N.mg

- Pelarut minyak kelapa


( )( )( )
BS = = = 100 N.mg

 Percobaan dengan Aspirin


Massa Aspirin : 100 mg
Volume Akuades : 25 ml
Volume Etanol : 25 ml

56
Volume Minyak : 25 ml

Batas Kuantisasi
- Pelarut air :

BK = = = 43,48 mg/ml

- Pelarut etanol

BK = = = 41,67 mg/ml

- Pelarut minyak kelapa

BK = = = 66,67 mg/ml

Berat Sampel
- Pelarut air
( )( )( )
BS = = = 100,004

N.mg
- Pelarut etanol
( )( )( )
BS = = = 100,008

N.mg
- Pelarut minyak kelapa
( )( )( )
BS = = = 100,005

N.mg

2. Fenomena Distribusi
Perhitungan Kadar Vitamin C
 Perhitungan kadar pada larutan ekstrak
NNaOH x VNaOH = NVit C x VTotal
0,1 N x 1 ml = NVit C x 16,25 ml
NVit C = 0,002 N
 Perhitungan kadar pada larutan rafinat
NNaOH x VNaOH = NVit C x VTotal
0,1 N x 0,5 ml = NVit C x 14,5 ml
NVit C = 0,0034 N

57
 Perhitungan kadar pada larutan Blanko 1
NNaOH x VNaOH = NVit C x VTotal
0,1 N x 0,3 ml = NVit C x 12,8 ml
NVit C = 0,0023 N
 Perhitungan kadar pada larutan Blanko 2
NNaOH x VNaOH = NVit C x VTotal
0,1 N x 0,7 ml = NVit C x 13,2 ml
NVit C = 0,0053 N
 Perhitungan Kadar Minyak I
Kadar Minyak I = Kadar Blanko 1 – Kadar Ekstrak
Kadar Minyak I = 0,0023 N – 0,002 N
Kadar Minyak I = 0,0003 N
 Perhitungan Kadar Minyak II
Kadar Minyak II = Kadar Blanko 2 – Kadar Rafinat
Kadar Minyak II = 0,0053 N – 0,0034 N
Kadar Minyak II = 0,0087 N
 Perhitungan Kofisien Distribusi

Kd I = = = 0,15

Kd II = = = 2,55

Perhitungan Kadar Aspirin

 Perhitungan kadar pada larutan ekstrak


NNaOH x VNaOH = NAspirin x VTotal
0,1 N x 2,3 ml = NAspirin x 11,25 ml
NAspirin = 0,0014 N
 Perhitungan kadar pada larutan rafinat
NNaOH x VNaOH = NAspirin x VTotal
0,1 N x 0,14 ml = NAspirin x 12,65 ml
NAspirin = 0,0011 N
 Perhitungan kadar pada larutan Blanko 1
NNaOH x VNaOH = NAspirin x VTotal

58
0,1 N x 1,1 ml = NAspirin x 15 ml
NAspirin = 0,0073 N
 Perhitungan kadar pada larutan Blanko 2
NNaOH x VNaOH = NAspirin x VTotal
0,1 N x 1 ml = NAspirin x 13,5 ml
NAspirin = 0,0074 N
 Perhitungan Kadar Minyak I
Kadar Minyak I = Kadar Blanko 1 – Kadar Ekstrak
Kadar Minyak I = 0,0073 N – 0,0014 N
Kadar Minyak I = 00059, N
 Perhitungan Kadar Minyak II
Kadar Minyak II = Kadar Blanko 2 – Kadar Rafinat
Kadar Minyak II = 0,0074 N – 0,0011 N
Kadar Minyak II = 0,0063 N
 Perhitungan Koefisien distribusi

Kd = = = 5,2

Kd = = = 5,7

59
LAMPIRAN E
FOTO HASIL PRAKTIKUM

1. Pengaruh Beberapa Larutan Pada Sampel


a. Vitamin C

Sebelum ditambahkan indikator lain

Setelah ditambahkan indikator PP dan di titrasi dengan NaOH

b. Aspirin

60
Sebelum ditambahkan indikator lain

Setelah ditambahkan indikator PP dan di titrasi dengan NaOH

2. Fenomena Distribusi
 Aspirin

Larutan ekstrak (Y) setelah dikocok dan didiamkan beberapa


menit.

61
Setelah larutan blanko (X) dipisah menjadi larutan 1 dan larutan 2
serta larutan ekstrak (Y) dipisah menjadi A dan B

Setelah ditambahkan indikator PP dan dititrasi dengan NaOH

3. Garam yang terdistribusi

Larutan 25 mL Etanol + 25 mL air + 3 tetes pewarna makanan + 7,49


gram NaCl

62

Anda mungkin juga menyukai