Anda di halaman 1dari 2

Dua orng yang saling bersama itu, seolah mereka sedang merajut cinta kembali.

Menyulam
sebuah masa depan yang akan mengantarkan mereka ke dalam sebuah takdir yang baik.
Setidaknya itulah yang diyakini oleh Sholeh dan Larasati.
Padahal, tanpa mereka sadari, ada emosi seseorang yang bergejolak di antara rasa cinta
mereka yang begitu besar itu. perasaan amarah dan tidak bisa menerima sebuah
kenyataan yang ada. setidaknya itulah yang dirasakan oleh seorang laki-laki yang sedang
melihat kemesraan Larasati dan Sholeh kembali, sesaat mereka kembali bersama itu.
Marjohan dengan rahangnya yang menegas. Pria itu menyesal telah memberitahukan
tempa di mana Larastai tinggal. Nyatanya, Larasati selalu bisa menerima lelaki yang mau
serius dengan dirinya. Entah masa lalu atau orang baru.
Marjohan dengan dua temannya melihat aktivitas keduanya dari balik semak. Kadang jika
telah capai, mereka akan memilih untuk melihat keduanya dari atas pohon manga besar
milik Larasati itu.
Tembok loji Larasati sama dengan tembok loji-loji yang lain. Begitu tinggi dan sangat sulit
untuk diraih oleh orang-orang pribumi berbadan kecil seperti Marjohan itu.
“Anehnya ya Dik,” kata Sholeh sembari menyeruput kopinya.
Kedua alis Larasati saling bertemu satu dengan yang lain. Membuat sebuah garis lurus di
sana.
“Loh memangnya ada apa Mas?” tanya Larasati kemudian dengan semburat keingintahuan
yang cukup tinggi itu.
“Iya, aneh. Coba lihat ke atas,” Sholeh menunjuk langit. Larasati mengikutinya. “Padahal
nggak hujan, nggak ada pelangi,” ujar Sholeh selanjutnya.
“Terus Mas?” tanya Larasati kemudian.
“Tapi kok bidadarinya ada di hadapan Mas ya,” kata Sholeh kemudian dengan
senyumannya yang begitu sempurna itu.
Larasati yang mendapatkan kalimat seperti itu langsung tersenyum dengan sumringah.
Mendapatkan sebuah perlakuan yang begitu manis dari suaminya itu.
Hatinya kemabali berbunga setelah menadpatkan luka yang cukup serius dari kehilangan
orang yang begitu memberikan kenangan ynag baik. Bagaimana dirinya saat ini adalah
wanita yang beruntung. Yang dicintai oleh banyak pria yang sangat loyal kepadanya.
Loyal atas uang, loyal atas kasih sayang, loyal ilmu pengetahuan. Bagaimana pun juga
Larasati harus berterima kasih kepada Tuhan yang telah membrikan semua itu padanya.
Senyumnya memudar ketika tak sengaja melihat seseorang yang mengintip mereka dari
samping lojinya itu. larasati ingat betul ada mata yang melihat ke arahnya. Dan desisan
suara yang tak pelak membuat telinganya merasakan kecurigaan terhadap hal itu.
“Mas, sepertinya ada yang mengintai kita. Aku takt ahu siapa. Coba Mas lihat ke sana
dulu,” ujar Larasati yang menunjuk kea rah dirinya yang melihat sosok laki-laki yang tak
dikenalnya itu.
Sholeh langsung beranjak dari tempat duduknya. Berlari dan melihat siapa yang telah
melakukan hal itu. sesaat, dia hanya mengetahui seorang laki-laki yang berlari dengan
begitu cepat dan hilang di balik rimbunan buah tebu. Diyakini seseorang yang telah
mengenal baik loji Larasati, karena laki-laki yang tidak diketahui motifnya itu bisa terlindung
dari tajamnya beling dan tajamnya ranjau yang ada di atas pagar tinggi milik Larasati.
Kaki Sholeh menapak. Ada sebuah lencana yang jatuh. Besi yang sepertinya tidak asing
dari hadapannya.
“Lecana seorang tentara KNIL,” ujarnya kemudian.
“Ada apa Mas?” Larasati datang tiba-tiba di belakangnya. Sholeh dengan sigap langsung
menyembunyikan lencana itu dari Larasati.
“Dia hanya meninggalkan jejak di kakinya. Sepertinya kita bisa membuat jejak ini nanti.
Sebuah sepatu tentara yang pasti,” ujar Sholeh sembari menunjuk lubang yang cukup
dalam di tanah itu yang berbentuk seperti sepatu seorang prajurit.
“Ohh, baiklah. Ayo kita masuk Mas,” ajak Larastai selanjutnya.
“Ohh, oke, oke. Baik,” Sholeh berkata dengan tergagap.

Anda mungkin juga menyukai