Anda di halaman 1dari 6

Sifat- Sifat Optik dari Mineral

Pengaturan Mikroskop
Pengaturan yang paling penting adalah memusatkan perputaran meja objek/centering,
pengaturan arah getaran polarisator sejajar dengan salah satu benang silang, dan pengaturan arah
getar analisator agar tegak lurus arah getar polarisator. 
Centering penting dilakukan agar pada saat pengamatan dengan menggunakan perputaran
meja objek, mineral yang kita amati tetap berada pada medan pandangan (tidak keluar dari
medan pandangan).
Pengaturan arah getar polarisator harus dilakukan agar kita tahu persis arah getaran sinar
biasa dan luar biasa yang diteruskan oleh polarisator searah dengan salah satu arah benang
silang, apakah benang tegak (N-S) atau benang horisontal (E-W), sehingga memudahkan dalam
penentuan sifat-sifat optik yang berhubungan dengan sumbu-sumbu kristalografi dan sumbu-
sumbu sinarnya.
Pengaturan arah getar analisator harus dilakukan agar benar-benar tegak lurus arah getar
polarisator, caranya adalah dengan memasang kedua bagian tanpa menggunakan peraga. Apabila
arah getar kedua nikol sudah saling tegak lurus (membentuk sudut 90o) maka yang teramati pada
okuler adalah keadaan gelap sama sekali karena cahaya yang tadinya terpilih oleh polarisator
sehingga hanya yang bergetar pada satu arah saja kemudian terserap oleh analisator seluruhnya.
Dengan demikian apabila kenampakannya belum gelap sama sekali, berarti kedudukan analisator
belum tegak lurus polarisator dan harus memutar analisator hingga kedudukan gelap maksimum.
Sifat – sifat optik dari mineral dapat diamati dengan menggunakan mikroskop dengan metode
tanpa nikol (nikol sejajar) maupun dengan nikol (nikol bersilang).
A.    Pengamatan Mikroskopik dengan Ortoskop tanpa Nikol

Pengamatan mikroskop polarisasi tanpa nikol dalam praktek diartikan bahwa analisator
tidak dipergunakan (berarti analisator dikeluarkan dari jalan cahaya di dalam tubus
mikroskop,atau arah analisator diputar sampai sejajar dengan arah polarisator), sedang
polarisator tetap dipasang pada tempatnya dengan arah getarannya sejajar dengan salah satu
benang silang. Sifat-sifat optik yang dapat diamati dengan ortoskop tanpa nikol dibagi menjadi
dua golongan sbb:

a)      Sifat-sifat optik yang mempunyai hubungan tertentu dengan sumbu-sumbu kristalografi yaitu
yang sejajar atau yang menyudut tertentu, misalnya: bentuk, belahan, dan pecahan. Semua sifat
tersebut juga dapat diamati baik dengan mikroskop binokular yang tidak memakai cahaya yang
terpolarisir, maupun pada contoh setangan dengan mata biasa.
b)      Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan sumbu-sumbu sinar/sumbu optik pada kristal
yaitu misal: index bias, relief, warna, dan pleokroisme. Perlu diperhatikan bahwa kejadian-
kejadian dari sifat-sifat tersebut yang nampak di bawah ortoskop pada posisi meja objek tertentu
adalah kejadian dari sinar atau komponen sinar yang pada posisi tersebut bergetar searah dengan
polarisator. Sifat-sifat ini harus diamati dengan cahaya terpolarisir.
Sifat-sifat optik yang dapat diamati adalah ketembusan cahaya, inklusi, ukuran, bentuk,
belahan dan pecahan, indeks bias dan relief, warna, dan pleokroisme.

1.      Ketembusan Cahaya

Berdasar atas sifatnya terhadap cahaya, mineral dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
mineral yang tembus cahaya/transparent dan mineral tidak tembus cahaya /mineral opak/mineral
kedap cahaya. Di bawah ortoskop semua mineral kedap cahaya tampak sebagai butiran yang
gelap/hitam. Mineral jenis ini tidak dapat dideskripsikan dengan mikroskop polarisasi, dan dapat
dipelajari lebih lanjut dengan mikroskop pantulan. Mineral tembus cahaya dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu mineral isotropik dan mineral anisotropik. Kedua golongan mineral tersebut
hanya dapat diketahui secara pasti pada pengamatan dengan ortoskop nikol bersilang, walaupun
pada pengamatan dengan ortoskop tanpa nikol akan berbeda juga kenampakannya. Zat yang
isotropik mempunyai satu harga indeks bias saja, karena sinar yang berjalan ke segala arah
memiliki kecepatan yang sama, maka semua sifat optik yang berhubungan dengan lintasan
cahaya yang menembus kristal akan sama pada setiap arah. Demikian dengan mineral yang
isotropik, walaupun meja objek diputar 360o, tetap tidak mengalami perubahan sifat. Sebaliknya
mineral yang anisotropik dengan pemutaran meja objek akan memperlihatkan perubahan sifat
optik.

2.      Inklusi

Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material asing yang terkumpul pada
permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap dalam kristal, dan seterusnya menjadi
bagian dari kristal tersebut. Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari mineral
yang berbeda jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada magma, dapat juga berupa fluida
baik cairan ataupun gas. Kungkungan dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa nikol apabila
terdapat perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang mengungkungnya, misalnya pada
ketembusannya, relief maupun perbedaan warna. Bidang batas antara inklusi dengan mineral
yang mengungkungnya dapat bersifat seperti batas bidang kristal biasa.

3.      Ukuran mineral

Ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm dan sebagainya.
Pengukuran lebar dan panjang atau diameter mineral dapat dilakukan dengan bantuan lensa
okuler yang berskala.

4.      Bentuk mineral

Pengamatan bentuk mineral dilakukan dengan melihat atau mengamati bidang batas/garis
batas mineral tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah apakah kristal tumbuh secara bebas di
dalam media cair atau gas, ataukah pertumbuhan tersebut terhalang oleh butir-butir mineral yang
tumbuh di sekitarnya, hal ini akan memberikan kenampakan bidang batas yang relatif berbeda.
         Apabila kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan maka kristal
disebut mempunyai bentuk euhedral.
         Apabila kristal tersebut dibatasi oleh hanya sebagian bidang kristalnya sendiri maka kristal
disebut mempunyai bentuk subhedral.
         Apabila kristal tersebut tidak dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara keseluruhan maka
kristal disebut mempunyai bentuk anhedral.

Parameter lain untuk menyatakan bentuk adalah jumlah dan perbandingan panjang bidang-
bidang batas kristal, terutama untuk kristal-kristal yang euhedral. Istilah yang sering digunakan
antara lain: prismatik, tabular, granular, lathlike, fibrous, foliated, radiated, dan sebagainya.
Untuk kristal yang dalam pertumbuhannya terhalang oleh kristal yang lain atau juga terhalang
magma yang kental, sering menghasilkan bentuk “incipient crystals”.

5.      Belahan

Belahan dalam sayatan mineral bisa terlihat dalam bentuk garis-garis yang teratur sepanjang
bidang belahannya, di mana kenampakannya bisa sangat baik, baik, buruk atau tidak ada. Dalam
hal tertentu sebaiknya orientasi belahan inii ditentukan kedudukannya terhadap sumbu
kristalnya. Belahan merupakan sifat fisikyang tetap pada satu jenis mineral yang menunjukkan
sifat khas dari struktur atom di dalamnya.
Beberapa mineral dicirikan oleh adanya belahan pada satu arah saja, misalnya pada semua
mineral mika. Bidang-bidang belahan akan nampak sebagai garis lurus yang sejajar satu dengan
yang lain pada sayatan yang dipotong miring atau sejajar terhadap sumbu kristal atau memotong
arah bidang belahan. Sedangkan sayatan yang tegaklurus sumbu kristal atau sejajar bidang
belahan, maka belahan tidak akan nampak sama sekali.

6.      Pecahan

Pecahan atau fracture adalah kecenderungan dari suatu mineral untuk pecah dengan cara
tertentu yang tidak dikontrol oleh struktur atom seperti halnya belahan. Jenis-jenis pecahan yang
khas antara lain pecahan seperti gelas (subconchoidal fracture) pada kuarsa, pecahan memotong
pada olivin, ortopiroksen dan nefelin.

7.      Indeks Bias dan Relief

Relief adalah ekspresi dari cahaya yang keluar dari suatu media kemudian masuk ke dalam
media yang lain yang mempunyai harga indeks bias yang berbeda, sehingga cahaya tersebut
mengalami pembiasan pada batas kontak kedua media tersebut. Semakin besar perbedaan harga
indeks bias antara kedua media, maka semakin jelas bidang batas natara keduanya. Sebaliknya
semakin kecil perbedaan harga indeks bias, maka kenampakan bidang batas antar mineral akan
semakin kabur. Untuk mempermudah pengamatan relief di bawah ortoskop, maka sayatan
mineral/batuan dilekatkan pada kaca dengan menggunakan media balsam kanada yang
mempunyai relief nol (sebagai standar) dengan n = 1.537.
Dalam pengamatan dan penilaian relief mineral secara relatif, maka harga relief mineral
harus dibandingkan dengan relief standar balsam kanada (n = 1.537) atau relief kuarsa (n =
1.544). setiap mineral yang mempunyai indeks bias kurang dari relief standar disebut memiliki
relief negatif, sedangkan mineral yang memiliki indeks bias lebih besar dari standar disebut
memiliki relief positif. Cara untuk membedakan jenis relief adalah dengan menggunakan metode
garis Becke. Selain penilaian relief positif/negatif, harga relief suatu mineral juga dinilai berdasar
tingkatan perbedaan harga indeks bias dengan n standar. Setiap mineral yang mempunyai n
relatif dekat dengan n standar yaitu antara 1.545 – 1.599 maka disebut memiliki relief positif
rendah.

8.      Warna dan pleokroisme

Warna yang tampak pada mikroskop polarisasi adalah warna yang dihasilkan oleh oleh sifat
cahaya yang bergetar searah dengan arah polarisator. Pada mineral yang bersifat isotropik hanya
terdapat satu warna saja yang tidak berubah sama sekali walaupun meja objek diputar, sedangkan
pada mineral yang bersifat anisotropik, dapat terjadi dua atau tiga warna yang berbeda
tergantung pada arah sayatan mana yang diamati.

B.     Pengamatan Mikroskopik dengan Nikol Bersilang

Pengamatan ortoskopik nikol bersilang (crossed polarized light) dimaksudkan bahwa dalam
pengamatannya digunakan analisator bersilangan dengan polarisator (sinar diserap dalam dua
arah yang saling tegak lurus). Dengan ortoskop nikol bersilang dapat dipelajari sifat – sifat optik
hasil dari semua kejadian pada cahaya selama perjalanannya, pertama – tama melalui polarisator
kemudia melalui peraga dan akhirnya melalui analisator. Sifat yang dapat diamati adalah sifat
optik yang berhubungan dengan kedudukan dan jumlah sumbu optik. Sifat optik yang diamati
antara lain warna interferensi, gelapan dan kedudukan gelapan serta kembaran.

1.      Warna Interferensi

Warna interferensi adalah sifat optik yang sangat penting, namun penjelasannya cukup rumit,
sehingga kita harus memahami konsep dasarnya secara bertahap.
Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar polarisator inilah, komponen sinar
lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator, sehingga dapat diteruskan hingga mata pengamat.
Karena perbedaan kecepatan rambat sinar cepat dan lambat inilah, maka terjadi yang disebut
sebagai beda fase atau retardasi. Semakin besar selisih indeks bias, semakin besar beda
fase/retardasinya.
Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat sayatan mineral
hingga diperoleh terang maksimal. Warna terang tersebut dicocokkan dengan tabel interferensi
Michel – Levy Chart.

2.      Tanda rentang optik


Tanda rentang optik adalah istilah untuk menunjukkan hubungan antara sumbu kristalografi
(terutama arah memanjangnya kristal) dengan sumbu sinar cepat (x) dan lambat (z).
Tujuannya adalah menentukan sumbu sinar mana (x atau z) yang kedudukannya berimpit
atau dekat (menyudut lancip) dengan sumbu panjang kristal. Dengan demikian, TRO hanya
dimiliki oleh mineral yang memiliki belahan satu arah atau arah memanjangnya mineral (sumbu
c). Jenis tanda rentang optik yaitu :
         Length slow (+) = sumbu c berimpit /menyudut lancip dengan arah getar sinar lambat (sumbu
z). Keadaan ini dinamakan Addisi yaitu penambahan orde warna interferensi pada saat
kompensator digunakan.
         Length fast (-) = sumbu c berimpit/menyudut lancip dengan arah getar sinar cepat (sumbu x).
Keadaan ini dinamakan Substraksi yaitu pengurangan orde warna interferensi pada saat
kompensator digunakan.
Penentuan tanda rentang optik dilakukan dengan pengamatan nikol bersilang dengan
menggunakan kompensator (keping gips/baji kuarsa).

3.      Kembaran

Selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan temperatur tinggi, dua atau lebih
kristal intergrown dapat terbentuk secara simetri. Simetri intergrown inilah yang dikenal sebagai
kembaran.
Kembaran hanya dapat diamati pada nikol bersilang karena kedudukan kisi pada dua lembar
kembaran yang berdampingan saling berlawanan, sehingga kedudukan gelapan dan warna
interferensi maksimalnya berlainan.
Secara genesa, kembaran dapat terbentuk dalam tiga proses yang berbeda yaitu kembaran
tumbuh, transformasi, dan deformasi.

a)      Kembaran tumbuh/Growth Twins

Kembaran ini terbentuk bersamaan pada saat kristalisasi atau pertumbuhan kristal, di mana
dua unit kristal berbagi dan tumbuh dari satu kisi yang sama dengan orientasi berlawananJenis
kembaran ini terbagi atas kembaran kontak dan kembaran penetrasi. Contoh jenis kembaran ini
adalah kembaran carlsbad pada ortoklas dan kembaran albit pada plagioklas.

b)      Kembaran transformasi

Kembaran ini dapat terjadi karena kristal mengalami transformasi karena perubahan P dan T
terutama karena perubahan T. Hal ini hanya dapat terjadi pada kristal yang mempunyai struktur
dan simetri yang berbeda pada kondisi P dan T yang berbeda. Pada saat P&T berubah, bagian
tertentu dari kristal ada yang stabil ada yang mengalami perubahan orientasi kisi, sehingga
terjadi perbedaan orientasi pada bagian berbeda dari kristal. Contoh: kembaran dauphin dan
kembaran brazil pada kuarsa terbentuk karena penurunan T. Contoh lain adalah kembaran
periklin yang terjadi pada saat sanidin (monoklin, high T) berubah menjadi mikroklin (triklin,
low T).

c)      Kembaran Deformasi/Deformation Twins


Kembaran ini terjadi setelah kristalisasi, pada saat kristal telah padat. Karena deformasi
(perubahan P) atom pada kristal dapat terdorong dari posisi semula. Apabila perubahan posisi ini
terjadi pada susunan yang simetri, akan menghasilkan kembaran. Contoh kembaran jenis ini
adalah polisintetik pada kalsit.

4.      Gelapan dan kedudukan gelapan

Pada pengamatan nikol bersilang, gelapan (keadaan di mana mineral gelap maksimal) dapat
terjadi karena tidak ada cahaya yang diteruskan oleh analisator hingga mata pengamat. Pada zat
anisotropik syarat terjadinya gelapan adalah kedudukan sumbu sinar berimpit dengan arah getar
polarisator dan/atau analisator. Sumbu sinar = sinar cepat (x) dan sinar lambat (z). Sehingga
dalam putaran 360o akan ada empat kedudukan gelapan. Sebaliknya kedudukan terang maksimal
(warna interferensi maksimal) terjadi pada saat sumbu sinar membuat sudut 45o terhadap arah
getar PP dan AA.

         Gelapan sejajar/paralel

Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c) sejajar dengan arah getar PP
dan/atau AA. Sehingga dapat dikatakan sumbu optik berimpit dengan sumbu kristalografi.

         Gelapan miring

Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c) menyudut terhadap arah getar
PP dan/atau AA. Sehingga dapat dikatakan sumbu optik menyudut terhadap sumbu kristalografi

         Gelapan bergelombang

Terjadi pada mineral yang mengalami tegangan/distorsi sehingga orientasi sebagian kisi
kristal mengalami perubahan berangsur, dan kedudukan gelapan masing-masing bagian agak
berbeda.

         Gelapan bintik/mottled extinction

Umumnya terjadi pada mineral silikat berlapis (mika), hal ini terjadi karena perubahan
orientasi kisi kristal secara lokal, sehingga tidak seluruh bagian kristal sumbu sinarnya
berorientasi sama.

Sumber :
http://aryadhani.blogspot.com
http://tommy-steven.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai