Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan (M.Kn)
Oleh :
GIDEON, SH
2018010462074
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS JAYABAYA
JAKARTA
2021
i
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis
GIDEON, SH
2018010462074
Mengetahui / Mengesahkan
Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan
ii
PERNYATAAN
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
1. Karya tulis saya, tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik Magister, baik di Universitas Jayabaya maupun di perguruan tinggi
lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan
pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena
karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Perguruan
Tinggi ini.
GIDEON, SH
2018010462074
iii
ABSTRAK
A. Nama : Gideon / 2018010462074
B. Judul Tesis : KEPASTIAN HUKUM AKTA DALAM BENTUK
DOKUMEN ELEKTRONIK BERDASARKAN KONSEP
CYBER NOTARY SEBAGAI PEMBUKTIAN DI
PENGADILAN.
C. Jumlah Halaman : i-x + 204 halaman
D. Kata Kunci : Kepastian Hukum, Dokumen Elektronik, dan Cyber Notary.
E. Isi Abstrak :
F. Daftar Acuan : 120, terdiri atas: 104 buku, 0 makalah, 0 majalah, 5 tesis,
7 Jurnal, 9 peraturan perundang-undangan
iv
ABSTRACT
A. Name : Gideon / 2018010462074
B. Thesis Title : Law Certainty Of Electronic Act Based On The Concept Of
Cyber Notary As A Act Related To Proof In The Court
C. Number of Pages :i-x + 204 pages
D. Keywords :Legal Certainty, Electronic Document, and Cyber Notary.
E. Abstract Content :
In Law Number 11 of 2008 concerning Electronic Information and Transactions, which was
renewed by Law Number 19 of 2016, electronic documents and their printouts can be used as
evidence, with the exception of notary deeds or deeds drawn up by deed maker officials. Even though
in practice itself in court in 2017, it turns out that there was once a case that comes from abroad, in
which a notary deed in the form of an electronic document and the printout of it can be used as
evidence in the form of letters or instructions, as in the case of the Supreme Court Decision Number
1164 K / Pdt.Sus- IPR / 2017. So this research aims to examine the existence of a Deed in the Form
of Electronic Documents as a substitute for a Notary Deed based on the concept of cyber notary in
the power of evidence in court and legal certainty of the Deed in the Form of Electronic Documents
as an authentic Deed based on the concept of cyber notary related to the power of evidence in court.
In this study the author uses a normative approach methodology that is supported by an empirical
approach. Regarding the term normative legal research, the author uses a normative approach
because the target of this research is law or norm. The definition of the law includes legal principles,
methods in the strict sense (value), concrete legal rules. Research which has normative law in the
form of legal principles, legal system, vertical and horizontal synchronization level.
The results show the concept of Cyber Notary and deeds in the form of electronic documents as
evidence in court in Indonesia, contained in the explanation of Article 15 paragraph (3) of Law
Number 2 of 2014 concerning the Position of Notary Public, but it is still quite different from the
concept of Cyber Notary, and The use of deeds in the form of electronic documents as evidence in
court in Indonesia already exists, as well as efforts to achieve legal certainty over the use of deeds
in the form of electronic documents in lieu of authentic deeds based on the concept of cyber notary
as evidence in courts in Indonesia at this time is still not possible because it is still considered
contradictory with the concept of a conventional notary.
F. Reference list :120, consist of : 104 books, 0 paper, 0 magazine, 5 thesis, 7 journal, 9
regulation
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa peneliti panjatkan atas segala
berkat dan rahmat-Nya, di mana peneliti telah dapat menyelesaikan seminar hasil
penelitian ini yang berjudul : “KEPASTIAN HUKUM AKTA DALAM
BENTUK DOKUMEN ELEKTRONIK BERDASARKAN KONSEP CYBER
NOTARY SEBAGAI PEMBUKTIAN DI PENGADILAN”.
Peneliti menyadari bahwa Seminar Hasil Penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu guna perbaikan dari penelitian seminar hasil
penelitian ini, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak sebagai bahan peneliti untuk menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik di
masa yang akan datang. Pada kesempatan ini Peneliti ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat, Bapak Dr.H. Yuhelson, SH., MH., M.Kn selaku Pembimbing I, Bapak
Dr.H. DhodyA.R.Widjajaatmadja, SH., MH selaku Pembimbing II yang telah
sabar meluangkan waktu, tenaga, perhatiannya untuk memberikan bimbingan dan
telah menyumbangkan pikiran, tenaga, perhatiannya untuk memberikan
bimbingan dan telah menyumbangkan pikiran, petunjuk dan saran-saran yang
sangat berarti bagi Peneliti dalam menyelesaikan penelitian seminar hasil penelitian
ini.
Tidak lupa dengan ketulusan dan keikhlasan Peneliti menyampaikan ucapan
terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. H. Amir Santoso, M.Soc.Sc., Ph.D, selaku Rektor Universitas
Jayabaya, Jakarta;
2. Bapak Dr. H. Yuhelson, S.H., M.Kn, selaku Ketua Program Magister
Kenotariatan, Universitas Jayabaya, Jakarta;
3. PARA PENGUJI
vi
4. Segenap civitas Akademi Universitas Jayabaya, khususnya Bapak-Bapak /Ibu-
Ibu seluruh staf pengajar Universitas Jayabaya Program Magister Kenotariatan
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
memberikan bantuan baik moril maupun materil selama proses perkuliahan dan
penyelesaian Seminar hasil penelitian ini.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya untuk membalas kebaikan semua pihak dan Peneliti menyadari bahwa
seminar hasil penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, baik
dari teknik penelitian maupun materi pembahasannya, dikarenakan keterbatasan
Peneliti sebagai manusia, namun semoga setitik dan seberkas tulisan ini dapat
memberikan manfaat bagi lingkungan Program Studi Magister Kenotariatan pada
Pascasarjana Jayabaya khususnya, dan pada masyarakat pada umumnya.
GIDEON
2018010462074
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah.................................................................. 16
D. Kerangka Pemikiran.............................................................. 17
1. Kepastian Hukum............................................................ 18
2. Hukum Pembuktian Dalam Hukum Acara Perdata……. 19
E. Metode Penelitian................................................................. 33
1. Metode Pendekatan………………………………......... 33
2. Spesifikasi Penelitian………………………………...... 34
3. Sumber Data…………………………………………... 34
4. Teknik Pengumpulan Data............................................. 35
5. Metode Analisis Data..................................................... 36
F. Keaslian Penelitian ............................................................. 37
viii
BAB II TINJAUAN KEPASTIAN HUKUM HASIL PRINT OUT
DOKUMEN ELEKTRONIK SEBAGAI PENGGANTI AKTA
NOTARIS
A. Kepastian Hukum………………………………………… 44
C. Hukum Progresif………………………………………… 58
D. Cyber Notary…………………………………………………… 64
E. Notaris…………………………………………………... 67
1. Pengertian Notaris………………………………......... 67
2. Ruang Lingkup Kewenangan Notaris………………… 75
F. Akta……………………………………………………… 81
G. Dokumen Elektronik……………………………………… 83
1. Pengertian Dokumen Elektronik………………………. 83
2. Penggunaan Dokumen Elektronik Sebagai Alat Bukti... 87
ix
4. Putusan Nomor 752 K/Pdt.Sus-HKI/2016 .........................
153
BAB V PENUTUP
DAFTAR BACAAN
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
dan sistem informasi, yang ditandai dengan meningkatnya sistem program untuk
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang kini telah
Elektronik.
1
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Jakarta : Kencana, 2017. hlm.136
2
teknologi dan komunikasi yang ada untuk kehidupan keseharian, bahkan tidak
jarang juga perkembangan teknologi dan komunikasi yang ada dimanfaatkan untuk
sosial, budaya, dan perekonimian yang ada, karena perkembangan teknologi yang
ada saat ini sudah sangat menunjang bagi masyarakat maupun perusahaan untuk
jauh. Contoh nyatanya dapat dilihat dari semakin maraknya perdagangan dan
tranksaksi yang melibatkan media online, seperti Online Shop, maupun media
sosial dengan menggunakan jaringan internet. Begitu pula dengan bukti transaksi
yang dilakukan perusahaan dan masyarakat, dimana bukti transaksi saat ini dapat
dikirimkan melalui media online, dimana bukti transaksi ini dikenal juga dengan
pengecualian tersebut berlaku untuk surat-surat dan akta yang dibuat oleh notaris.
3
menyatakan,2
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari alat bukti
Undang-Undang ini.
dan
dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat
akta.
Informasi dan Transaksi Elektronik, yang kini telah diperbaharui oleh Undang-
2
Soemarno Partodihardjo, Tanya Jawab Sekitar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik. Jakarta : Gramedia Pustaka, 2008. hlm. 41
4
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, secara jelas menyatakan
bahwa dokumen elektronik dan hasil cetaknya bisa dijadikan sebagai alat bukti, dan
hal tersebut merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum
Acara baik hukum acara pidana dan hukum acara perdata yang berlaku di Indonesia,
harus dibuat dalam bentuk tertulis, dan surat beserta dokumennya yang menurut
Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh
pejabat pembuat akta, sehingga diketahui bahwa, terhadap akta yang dibuat oleh
notaris yang dibuat dalam bentuk dokumen elektronik maupun hasil cetaknya tidak
Notaris selaku pejabat publik yang dituntut memiliki mobilitas dan pelayanan yang
teknologi dan komunikasi yang ada saat ini, sehingga tentunya diharapkan
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang kini telah diperbaharui oleh
negeri, seperti yang ada di Amerika dengan menggunakan metode canggih seperti
yaitu proses transfer data yang terstruktur dalam format standar yang disetujui dari
satu sistem komputer ke sistem komputer lainnya dalam bentuk elektronik. Sistem
5
ini sudah digunakan sejak tahun 1964 di Amerika Serikat, yaitu pada American
electronik untuk Notaris, yang diakui sebagai alat bukti atas suatu perbuatan hukum
yang dilakukan oleh Notaris, sistem ini diberi nama CYNOS yang merupakan
apabila hal tersebut diwujudkan, tentunya akan dapat sangat membantu dan
pengecualian terhadap akta notaris, yang bahkan terkesan dilarang dibuat dalam
Nomor 19 Tahun 2016 tersebut, tentunya wacana diadakannya sistem cyber notary,
Dalam praktiknya sendiri dipengadilan pada tahun 2017, ternyata pernah ada
suatu perkara, dimana akta notaris dalam bentuk dokumen elektronik dan hasil
3
Shinichi Nakahara, Jurnal, Electronic Notary System and its Certification Mechanism,
Kanagawa, Jepang, NTT Information Sharing Platform Laboratory, 2006, hlm. 1.
6
cetaknya bisa menjadi sebuah alat bukti dalam bentuk surat atau petunjuk,
dokumen elektroniki berupa print out Akta Notaris yang berasal dari United
Kingdom (Inggris) yang merupakan dokumen atas merek terdaftar atas nama
Limited, dan berupa print out Iklan yang berasal dari website youtube
Patut diketahui, bahwa penggunaan dokumen yang berasal dari luar negeri,
sejatinya harus dilegalisir oleh Notaris Publik dan disahkan oleh Konsul Jenderal
Rl di negara setempat, dimana hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Luar Negeri
Cara Hubungan Dan Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah beserta
lampirannya, dimana dalam Butir 68, 70, dan 71 Peraturan Menteri Luar Negeri
tanda tangan dan tidak mencakup kebenaran isi dokumen. Setiap dokumen
Indonesia yang akan dipergunakan di negara lain atau dokumen asing yang akan
ke- 70: Dokumen-dokumen asing yang diterbitkan di luar negeri dan ingin
dipergunakan di wilayah Indonesia, harus pula melalui prosedur yang sama, yaitu
negara dimaksud dan Perwakilan Republik Indonesia di negara setempat. Poin ke-
71: Atas dasar itu, semua pihak yang berkepentingan di Indonesia khususnya di
Daerah harus menolak dokumen-dokumen yang tidak atau belum dilegalisasi sesuai
Selain itu dokumen elektronik dan hasil cetaknya yang merupakan akta notaris,
juga diketahui seharusnya tidak dapat menjadi alat bukti sah di pengadilan
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang kini telah
penggunaan dokumen elektronik atau hasil cetaknya yang diperuntukkan untuk alat
bukti sebagai pengganti akta notaris, tentunya ditolak oleh pengadilan yang
memenangkan pihak Electrosteel Casting Limited dan mengakui alat bukti berupa
dokumen elektronik, baik yang berupa surat maupun akta dan hasil cetaknya
sebagai alat bukti yang sah, sebagaimana pertimbangan majelis hakim yang
sejak tahun 1965 (P-1a, P-1b dan P-2a, P-2b sehingga pendaftaran merek yang
Januari 2003 dan di spanyol tanggal 8 April 2013 oleh anak perusahaan
“Electrosteel Casting Limited Loge E”tanggal 20 Juli 2007 dan baru terdaftar
majelis hakim dalam perkara ini mengakui keabsahan Surat dan Akta Notaris yang
dibuat diluar negeri dalam bentuk Dokumen Elektronik dan hasil cetaknya,
meskipun dokumen tersebut belum belum dilegalisir oleh Notaris Publik dan
dokumen elektronik, masih belum mendapatkan payung hukum yang cukup kuat di
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang kini telah
elektronik atau yang dikenal dengan singkatan EDI atau Electronic Data
Interchange, atau Electronic Document Interchange, yaitu proses transfer data yang
terstruktur, dalam format standar yang disetujui, dari satu sistem komputer ke
sistem komputer lainnya, dalam bentuk elektronik. Sistem ini sudah digunakan
sejak tahun 1964 di Amerika Serikat, yaitu pada American Hospital Supply
penggunaan sistem pertukaran data elektronik ini masih digunakan untuk tingkat
lokal, yaitu hanya untuk penggunaan dan pengiriman database dari pemerintah
dari Jepang, dimana beliau dalam jurnalnya yang berjudul Electronic Notary System
dikembangkan sistem electronik untuk Notaris, yang diakui sebagai alat bukti atas
suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh Notaris, sistem ini diberi nama
4
Shinichi Nakahara, Jurnal, Electronic Notary System and its Certification Mechanism, Kanagawa,
Jepang : NTT Information Sharing Platform Laboratory, 2006. hlm. 1
10
Bahkan pada Juni 1989, delegasi Prancis melalui TEDIS di Uni Eropa pada
elektronik untuk perusahaan B dan sebaliknya. Selain itu, teknologi digital dan
layanan sertifikat belum memperoleh penerimaan pasar yang berarti pada waktu itu.
Melainkan konsep kunci publik asli dari kunci yang sesuai manajemen melalui
yang memadukan identitas anggota yang divalidasi dan kredensial serta kunci
publik dan / atau kunci mereka diperlukan untuk tanda tangan verifikasi dan / atau
komunikasi pribadi dapat dilihat sebagai lebih dekat selaras dengan layanan notaris
tradisional Eropa.5
hukum sebagai prasyarat yang diusulkan yang diduga akan memiliki tingkat
5
Leslie Smith, The Role Of The Notary In Secure Electronic Commerce, London, Inggris :
Queensland University of Technology, 2006. hlm. 38
11
hukum itu sendiri eksistensi akta dalam bentuk dokumen elektronik yang dibuat
notaris masih dilarang, sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat 4 huruf b Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang
atas eksistensi akta dalam bentuk dokumen elektronik yang dibuat notaris juga
diatur pada Pasal 16 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 yang kini telah
Disatu sisi, penelitian yang membahas akta dalam bentuk dokumen elektronik
sebagai pengganti akta otentik dan sebagai alat bukti pembuktian di pengadilan
pernah dibahas dalam penelitian terdahulu yang dibahas oleh Endah Suwarni,
hukum terkait penggunaan dokumen elektronik sebagai pengganti akta yang dibuat
notaris, masih menjadi hal yang dilarang dalam pengaturan hukum positif di
Indonesia, dan disatu sisi hukum positif yang ada masih belum sejalan dengan
perkembangan hidup di masyarakat yang sudah maju dari sisi teknologi dan
pengganti akta notaris yang berasal dan dibuat diluar negeri, masih belum bisa
6
Ibid., hlm. 38-39
12
akta notaris, namun dari sudut pandang perlindungan hukum secara represif, hakim-
dokumen elektronik sebagai pengganti akta notaris, yang dapat dilakukan hakim
dimiliki hakim terkait pembentukan hukum oleh hakim, serta disisi lain, Notaris
pemahaman dalam pengelolaan data elektronik yang handal, aman dan nyaman,
Komunikasi dan teknologi. Demikian pula dengan Majelis Pengawas Notaris dan
sistem pengawasan elektronik dengan penerapan sistem tata kelola informasi dan
komunikasi yang baik yang memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan oleh
undang-undang.7
bahwa perbedaan pendapat mengenai daya pembuktian tanda tangan pada suatu
7
Endah Suwarni, Jurnal Jayabaya, Penggunaan Dokumen Elektronik Yang Dilegalisasi Sebagai
Pengganti Akta Notaris Luar Negeri, Universitas Jayabaya, Jakarta, 2018. hlm. 144-145
13
elektronik, mempunyai daya pembuktian yang sama dengan akta otentik yang
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, sedangkan para notaris
memenuhi syarat sebagai akta otentik, yaitu tidak menghadap kepada pejabat yang
dengan tanda tangan elektronik yang digunakan sebagai alat bukti dipersidangan.
sehingga ada aturan hukum lebih lanjut dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun
elektronik, mempunyai daya pembuktian yang sama dengan akta otentik yang
8
Tutwuri Handayani, Jurnal Tesis Diponegoro, Pengakuan Tanda Tangan Pada Suatu Dokumen
Elektronik Di Dalam Pembuktian Hukum Acara Perdata Di Indonesia, Universitas Diponegoro,
Semarang, 2019. hlm. 52
14
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, sedangkan para notaris
memenuhi syarat sebagai akta otentik, yaitu tidak menghadap kepada pejabat yang
berwenang.9
digital signature dapat dikategorikan sebagai bukti tertulis namun terdapat suatu
dokumen elektronik yakni adanya syarat bahwa dokumen tersebut harus dapat
notary. Istilah sertifikasi berasal dari bahasa Inggris ’certification’ dengan yang
mana pihak ketiga memberikan jaminan tertulis bahwa suatu produk, proses atas
jasa telah memenuhi standar tertentu, berdasarkan audit yang dilaksanakan dengan
dapat masuk ke dalam salah satu pasal pada Undang-undang Nomor 02 Tahun
9
Joan Venzka Tahapary, Jurnal Tesis UI, Keabsahan Tanda Tangan Elektronik Sebagai Alat
Bukti Yang Sah Di Tinjau Dalam Hukum Acara Perdata, UI Press, Depok, 2018. hlm. 82
10
Putri Visky Saruji, Jurnal Tesis Udayana, Kekuatan Hukum Pembuktian Tandatangan Pada
Dokumen Eelektronik Sebagai Alat Bukti Dalam Hukum Acara Perdata,Udayana Press,
Denpasar, 2019. hlm. 5
15
2014. Namun, konsep cyber notary tersebut menimbulkan konflik norma yang
terjadi pada Pasal 15 ayat 3 dengan Pasal 16 ayat 1 huruf m Undang-undang Nomor
penjelasan dari Pasal 15 ayat 3 Undang-undang nomor 2 Tahun 2014 dirasa kurang
tersebut dianggap sebagai akta notaris maka hal tersebut jelas telah bertolak
Di mana hal itu tidak sesuai dengan cara pembuatan akta notaris sebagai akta
otentik yang telah diatur dalam ketentuan Pasal 16 ayat 1 huruf m Undang-undang
dihadapan penghadap dengan dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi. Sedangkan cyber
notary di sini posisi penghadap tidak langsung di hadapan notaris namun melalui
alat elektronik seperti teleconference atau video call. Pengesahan akta notaris yang
dibuat dengan cara cyber notary sebenarnya rawan untuk disalahgunakan oleh para
pihak yang beritikad tidak baik. Apabila timbul suatu sengketa, para pihak dapat
dalam hal penggunaan dokumen elektronik sebagai alat bukti, khususnya terhadap
Akta yang dibuat Notaris, karena dalam hukum di Indonesia, Akta Notaris yang
11
Zainatun Rossalina, Jurnal Tesis Brawijaya, Keabsahan Akta Notaris Yang Menggunakan Cyber
Notary Sebagai Akta Otentik, Universitas Brawijaya Press, Malang, 2019. hlm. 4
16
dibuat dalam dokumen elektronik serta hasil cetaknya, baik yang dibuat oleh
Notaris lokal maupun oleh Notaris yang berasal dari luar negeri masih belum diakui
sebagai alat bukti, sehingga berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk
membuat sebuah karya tulis yang membahas mengenai masalah tersebut, yang akan
B. Rumusan Masalah
dirumuskan, bahwa masalah yang hendak dibahas pada karya tulis ini adalah
mengenai :
pembuktian di Pengadilan?
dirumuskan, bahwa masalah yang hendak dibahas pada karya tulis ini adalah
mengenai :
17
pembuktian di Pengadilan.
Selain mempunyai 2 (dua) tujuan pokok seperti tersebut di atas, penelitian ini
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
D. Kerangka Pemikiran
atas, diketahui, bahwa penulisan karya tulis ini, sejatinya memiliki kerangka
18
mengenai masalah Notaris dan Akta, serta perihal dokumen elektronik sebagai alat
bukti, yang akan diuraikan sebagai berikut. Pada teori kepastian hukum, peneliti
menggunakan teori dari Lon Fuller, sedangkan pada teori hukum pembuktian,
pembahasan, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana
kedua dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum Lon Fuller.
Dalam penelitian ini, teori kepastian hukum yang dipergunakan adalah teori
hukum.12
12
Jimmly Asshidiqie dan Ali Safaat, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Sekretariat Jenderal
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 138
19
Lebih lanjut Lon Fuller menjelaskan bahwa harus ada kepastian antara
dijalankan.13
menurut Fuller, harus memenuhi delapan kriteria yang apabila tidak dipenuhi, maka
f. Tidak boleh menuntut suatu tindakan yang melebihi apa yang bisa
dilakukan.
bahwa membuktikan adalah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-
13
Ibid.,hlm. 138
14
Jimmly Asshidiqqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Sekretariat Jenderal Mahkamah
Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2016, hlm. 242.
20
hukum para pihak yang sebenarnya dan didasarkan pada dalil-dalil yang
mungkin hal-hal yang berkenaan dengan suatu perkara. Hal ini bertujuan agar hal-
hal tersebut dapat digunakan oleh hakim sebagai bahan pertimbangan untuk
yang berkenaan dengan suatu perkara yang disengketakan agar dapat dijadikan
pertimbangan hakim dalam memutus perkara tersebut melalui bukti-bukti dan alat-
alat bukti yang diajukan dimuka persidangan. Bukti adalah sesuatu yang dapat
meyakinkan akan kebenaran suatu dalil atau pendirian, sedangkan alat bukti adalah
Proses pembuktian ini juga sangat terkait dengan hal apa yang harus dibuktikan dan
Kemudian menurut Subekti, dalam hukum acara perdata, terdapat beberapa alat
bukti yang dapat diajukan dalam sistem hukum acara perdata, diantaranya :17
15
Dandy Hernady, Alat Bukti Dalam Hukum Acara Perdata, Deeppublisher, Yogyakarta, 2019.
hlm. 201
16
Ari Krisnawati, Pembuktian Perkara Perdata, Udayana Press, Denpasar, 2015. hlm. 16
17
Fernando Kobis, Pembuktian Surat Dalam Hukum Acara Perdata, Kencana, Jakarta, 2018.
hlm.28
21
Bukti surat atau bukti tertulis adalah segala sesuatu yang memuat tanda-
tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau untuk
Surat sebagai alat bukti tertulis dibagi dua yaitu surat yang merupakan akta
dan surat lainnya yang bukan akta. Akta adalah surat sebagai alat bukti
yang diberi tanda tangan, memuat peristiwa yang menjadi dasar suatu hak
dilakukan dan akta itu adalah buktinya. Sehelai kuitansi merupakan akta
ditandatangan untuk membedakan akta yang satu dengan akta yang lainnya
atau dengan akta yang dibuat oleh orang lain. Akta dapat mempunyai
(bukan untuk sahnya) suatu perbuatan hukum, haruslah dibuat suatu akta.
Selain itu, sifat tertulisnya suatu perjanjian dalam bentuk akta dapat
digunakan sebagai alat bukti dikemudian hari. Akta dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu:
1) Akta Otentik
Secara teoritis akta otentik adalah surat atau akta yang sejak semula
tersebut;
terjadi;
pembuktian oleh para pihak tanpa bantuan dari seorang pejabat, jadi
akta otentik, bedanya terletak pada kekuatan bukti keluar, yang tidak
menyusun persangkaan.
b. Keterangan Saksi
dilihat, dengan dan dialami sendiri, sebagai bukti terjadinya peristiwa atau
keadaan tersebut. Alat bukti saksi diatur dalam Pasal 139-152, 168-172
HIR dan Pasal 1902-1912 BW. Kesaksian adalah kepastian yang diberikan
jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh seorang yang bukan salah
yang diberikan oleh saksi harus tentang peristiwa atau kejadian yang
para saksi, kesesuaian kesaksian dengan apa yang diketahui dari segi lain
para saksi, dan segala sesuatu yang sekiranya mempengaruhi tentang dapat
Keterangan seorang saksi saja tanpa alat bukti lainnya tidak dianggap
sebagai pembuktian yang cukup, sesuai asas unus testis nullus testis
(seorang saksi bukan saksi) dan Pasal 169 HIR, 306 Rbg, 1905
seorang saksi tanpa alat bukti lainnya. Keterangan seorang saksi ditambah
dengan alat bukti lain baru dapat merupakan alat bukti yang sempurna,
(Ratio Concludendi)
De Auditu)
c. Persangkaan
Pada hakikatnya yang dimaksud dengan persangkaan tidak lain adalah alat
ditarik dari suatu peristiwa yang diketahui umum ke arah suatu peristiwa
yang tidak diketahui umum menurut Pasal 1915 KUHPerdata, Pasal 173
juga diartikan sebagai apa yang dilihat, didengar dan disaksikan oleh hakim
pihak yang diperoleh di luar persidangan tidak dapat dijadikan bukti dalam
memutus perkara.
d. Pengakuan
lawan. Ada 2 (dua) macam pengakuan yang dikenal dalam Hukum Acara
tidak perlu lagi dibuktikan dan menolak sebagian lainnya yang masih
yang tidak boleh dipisah-pisah diatas, hukum acara perdata mengenal apa
e. Sumpah
mengingat akan sifat mahakuasa dari Tuhan dan percaya bahwa siapa yang
memberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh-Nya.
yang digunakan di dalam peradilan. Pihak yang disumpah adalah salah satu
pihak (penggugat atau tergugat). Dalam Hukum Acara Perdata, para pihak
salah satu pihak dan dia pulalah yang menyusun rumusan sumpahnya.
untuk menentukan jumlah uang ganti kerugian. Sumpah ini baru dapat
belum pasti dan tidak ada cara lain untuk menentukan jumlah ganti
29
sumpah ini sama dengan sumpah suppletoir yaitu bersifat sempurna dan
dibuat di atas kertas dialihkan ke dalam media elektronik atau dibuat secara
Pasal 12 ayat (1) Jo Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997
Transaksi Elektronik.
termasuk baru diakui dalam sistem pembuktian hukum perdata dan hukum
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau
sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang
memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.
alat bukti yang diakui dalam sistem pembuktian hukum perdata, dapat
dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di
Indonesia.
tertulis; dan
dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat
pembuat akta.
peninjauan kembali.18
yang lama ialah cara penyertaan dokumen melalui fitur komunikasi data
(menu upaya hukum) pada direktori putusan Mahkamah Agung karena cara
dan lain-lain.19
18
Ali Imron, Hukum Pembuktian, Unpam Press, Pamulang, 2019. hlm. 61
19
Ibid., hlm. 61-62
33
praktiknya ada yang menyerahkan melalui compact disk atau flash disk
karena menyangkut sah atau tidaknya hukum acara perdata yang diterapkan
E. Metode Penelitian
1. Metode Pendekatan
20
Muhamad Iqbal, Hukum Pembuktian Perdata, Unpam Press, Pamulang, 2019. hlm. 36
21
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum,Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2016, hlm. 33.
34
hukum doctrinal22.
2. Spesifikasi Penelitian
3. Sumber Data
mengandung bahan hukum, yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
22
Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum, Paradigma Metode dan Dinamika Masalahnya, Editor :
Ifdhal Kasim et.al., Elsam dan Huma, Jakarta, 2002, hlm. 147.
23
Otje Salaman, et. all.,Metode Penelitian Hukum, Bandung : Fakultas Hukum Universitas
Padjajaran, 2005. hlm. 2
35
Transaksi Elektronik
Transaksi Elektronik
09/A/KP/XI1/2006/01
notaris.
(lapangan).24
hukum.25
aktivitas akal budi yang pada dasarnya bertujuan untuk mengurai norma-norma
hukum agar kandungan norma yang terdapat dalam suatu kaidah hukum dapat
diketahui.26
dalam Dogmatika Hukum tidak lazim dikenal istilah analisis kualitatif atau
analisis kuantitatif. Jadi, tujuan melakukan analisis hukum adalah untuk dapat
24
Ibid., hlm. 70.
25
. Ibid., hlm. 74
26
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum, Op. Cit., hlm. 33.
27
Ibid.
28
Ibid.
37
hukum dalam suatu tatanan atau jaringan yang bersifat koheren (saling
6. Keaslian Penelitian
Dilegalisir sebagai Pengganti Akta Notaris Luar Negeri dengan Studi Putusan
menjamin keaslian tesis ini penulis hendak membandingkan dengan karya tulis
Kenotariatan Pascasarjana.
29
Ibid.
38
Elektronik Sebagai Alat Bukti Yang Sah Ditinjau Dalam Hukum Acara
Program Pascasarjana.
untuk mengkaji pedoman pembuatan akta notaris selama ini dan untuk
video conference. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini
antara satu sama lain dari bahan hukum yang ada. Berdasarkan hasil penelitian,
maka dapat disimpulkan bahwa Pembuatan akta selama ini tidak berkembang
sesuai dengan perkembangan teknologi yang ada, serta pembacaan akta dan
menyatakan bahwa akta harus dibuat dalam bentuk tertulis. Padahal Video
efektif dan hasil dari pembacaan dan penandatangan akta notaris tetap
berbentuk akta notaris yang di print out dengan kata lain tetap berbentuk
tertulis.
Hukum Bisnis.
bahwa dokumen tersebut harus dapat dilihat, dikirim dan disimpan dalam
41
hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diatur dalam KUHPerdata, HIR bagi golongan Bumi Putera, untuk daerah Jawa
dan Madura dan RBg berlaku bagi golongan Bumi Putera untuk daerah luar
hukum yang sah, dan merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai
perjanjian dalam KUH Perdata. Dasar hukum ini menjadi penting sebagai
42
bisnis yang ditanda tangani secara digital adalah sah secara hukum, sama
tangan elektronik dari suatu perjanjian atau kontrak bisnis dalam hukum
pembuktian adalah jika kontrak yang terjadi akibat transaksi kontrak bisnis
Berdasarkan uraian jurnal di atas, diketahui, tidak memiliki kesamaan baik dari
dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif serta terbuka. Hal ini merupakan
implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga dengan demikian
43
BAB II
A. Kepastian Hukum
apakah yang menjadi hukumnya dalam hal yang khusus, sebelum ia memulai
hukum yang lebih jauh. Untuk itu ia mendefinisikan kepastian hukum sebagai
hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat kepadanya;
30
Jimmly Asshidiqqie dan Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta : Sekretariat
Mahkamah Konstitusi, 2006. hlm. 55
31
Safri Nugraha, Laporan Tim Kompendium Bidang Pemerintahan Yang Baik, Jakarta : BPHN,
2014. hlm. 4
45
aturan tersebut;
mengkait. Salah satu aspek dari kepastian hukum ialah perlindungan yang
dapat dikaitkan individu berkenaan dengan apa yang dapat diharapkan individu
konsep kepastian hukum ialah fakta bahwa seorang individu harus dapat
jauh nilai yang dapat diberikan terhadap kepastian hukum dalam kasus tertentu,
dalam kasus yang berbeda satu sama lain akan beragam sesuai dengan ukuran
yang pada gilirannya akan berubah-ubah sesuai waktu dan tempat terjadinya
seseorang.34
Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai pedoman kelakuan dan
adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai
wajar. Hanya karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat
tuntutan moral, melainkan secara faktual mencirikan hukum. Suatu hukum yang
tidak pasti dan tidak mau adil bukan hanya hukum yang buruk, melinkan bukan
hukum sama sekali. Kedua sifat itu termasuk paham hukum itu sendiri(den
laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan
32
Pengadilan Tinggi Medan, Hubungan Antara Fakta, Moral Norma dan Doktrin, Pengadilan
Tinggi Medan, Medan. 2012, hlm. 6.
33
Susilowati Irianto, Unsur-Unsur Penyusun Bangunan Negara Hukum, Universitas Indonesia
Press, Jakarta, 2012, hlm. 90.
34
Adriaan W. Bedner dan Jacqueline Vel, Kajian Sosiolegal : Edisi Terjemahan Theresia Dyah
Wirastri, Denpasar: Pustaka Larasan, 2012, hlm. 103.
47
tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis.
Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak lagi dapat
dijadikan pedoman perilaku bagi semua orang. Ubi jus incertum, ibi jus nullum
harus tunduk pada hukum.36 Lebih lanjut Agus Surono menjelaskan bahwa
pendapat tersebut didasarkan pada ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945
hukum untuk menciptakan keadilan, kepastian dan kesejahteraan rakyat. Hal ini
konsep negara hukum dan secara konsisten terus dianut sekalipun Indonesia
35
Raoul Wallenberg Educational Team, Negara Hukum, Anna van Saksenlaan 51, Netherland :
Hill, 2014. hlm.9
36
Agus Surono, Fiksi Hukum Dalam Pembuatan Peraturan Perundang-Undangan, Jakarta :
Universitas Al-Azhar Indonesia, 2013. hlm. 13
37
Ibid., hlm. 10
48
sebagai suatu keadaan dimana telah pastinya hukum karena adanya kekuatan
akan dan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan dalam keadaan tertentu.38
suatu negara. Akhirnya hukum positif harus selalu ditaati. Berdasarkan teori
kepastian hukum dan nilai yang ingin dicapai yaitu nilai keadilan dan
kebahagiaan. 39
hukum,memang sama sekali tak dapat dilepaskan sama sekali dari prilaku
otomat), melainkan sesuatu yang cukup rumit, yang banyak berkaitan dengan
faktor diluar hukum itu sendiri. Berbicara mengenai kepastian, maka seperti
38
Jimmly Asshidiqie dan Ali Safaat, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Op. Cit., hlm. 75.
39
Ibid., hlm. 75.
49
dikatakan Muhammad Ali al-Hasyimi, yang lebih tepat adalah kepastian dari
adanya peraturan itu sendiri atau kepastian peraturan (sicherkeit des Rechts). 40
cukup kepada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberi
kepastian yang sifatnya tidak mutlak akan tetapi sifatnya relatif atau nisbi.
Pembuktian dalam arti yuridis ini hanya berlaku bagi pihak-pihak yang
surat itu tidak benar, palsu, atau dipalsukan. Pembuktian secara yuridis tidak
40
Muhammad Ali al-Hasyimi, Keadilan dan Persamaan dalam Masyarakat Muslim, Jakarta : Islam
House, 2014. hlm. 25-26
41
Yulia, Hukum Acara Perdata,Unimal Press, Lhokseumawe, 2018. hlm. 152
42
Ibid., hlm. 55
50
suatu cara untuk meyakinkan hakim akan kebenaran dalil-dalil yang menjadi
Pembuktian dalam hukum acara perdata dikenal dua macam, yakni : hukum
materiil mengatur tentang dapat atau tidak diterimanya alat-alat bukti tertentu
bukti. Hal-hal yang harus dibuktikan oleh pihak yang berperkara adalah
yang harus dibuktikan adalah kebenarannya, kebenaran yang harus dicari dalam
hukum acara perdata adalah kebenaran formil, sedangkan dalam hukum acara
formil, berarti hakim hanya mengabulkan apa yang digugat serta dilarang
HIR/189 ayat (3) RBG). Hakim hanya cukup membuktikan dengan memutus
43
Tim Badan Diklat Kejaksaan Republik Indonesia, Modul Hukum Acara Perdata, Badan
Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan Republik Indonesia, Jakarta, 2019. hlm. 16
44
Deasy Soekrimo, Proses Pembuktian Dan Penggunaan Alat Bukti Pada Perkara Perdata,
UNSRAT Press, Manado, 2014. hlm.127
51
berdasarkan bukti yang cukup. Dalam memeriksa suatu perkara perdata hakim
hukumnya.45
Mengenai alat bukti yang diakui dalam hukum acara perdata, Pasal 164 HIR
1. Bukti surat, dalam bukti surat ini dalam pembuktiannya tentu harus
berhubungan dengan suatu peristiwa, sehingga alat bukti surat ini bisa
pembuktian alat bukti berupa surat ini tentu harus memiliki keabsahan,
dan dalam konteks kasus pidana misalnya bisa berupa contoh hasil
45
Ibid., hlm. 128
46
Tim Visi Yustisia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Perdata, Visi Yustisia, Jakarta, 2016. hlm. 348
47
Ali Imron, dan Muhammad Iqbal, Hukum Pembuktian, UNPAM Press, Banten, 2019. hlm. 12-
14
52
dari otopsi atau hasil dari keterangan oleh seorang ahli dalam bidang
2. Bukti saksi, sehubungan dengan alat bukti berupa keterangan saksi ini,
lihat sendiri dan ia alami sendiri. Ini yang merupakan prinsip dasar
maka dalam hal ini yang dipakai sebagai alat bukti sebetulnya bukan
(peristiwa).
didalam Pasal 1923 KUHPerdata, dan Pasal 174 HIR. Yang pada
bagian dari bahwa apa yang didalilkan atau yang dikemukakan pihak
5. Sumpah. Memahami alat bukti sumpah ini juga menjadi bagian yang
sebenarnya.
alat-alat bukti yang sah menurut hukum acara perdata sebagaimana diatur dalam
dikaitkan pula dengan : pasal 131 (1) HIR yang mengatur tentang dibacakannya
alat bukti yang diajukan oleh pihak oleh hakim di persidangan untuk didengar
pihak lawan, pasal 137 HIR/163 RBG yang mengatur tentang pihak lawan dapat
pihak lawannya, pasal 167 HIR tentang pihak berperkara dapat meminta salinan
tertera dalam akta yang diajukan sebagai bukti itu merupakan hal yang benar,
kecuali pihak lawan dapat membuktikan dengan akta lain bahwa akta yang
55
diajukan tidak benar. Mengikat artinya hakim terikat dengan akta yang diajukan
oleh pihak sebagai bukti, selama akta tersebut dibuat sesuai dengan ketentuan
undang-undang tentang sahnya suatu akta. Suatu alat bukti dianggap sah
memiliki nilai sebagai alat bukti yang mempunyai nilai kekuatan pembuktian,
apabila telah mencapai batas minimal pembuktian. Dalam hal ini terkait dengan
alat bukti permulaan yang merupakan alat bukti yang tidak memenuhi batas
minimal alat bukti, sehingga alat bukti tersebut tidak dapat diterima sebagai
bukti untuk mendukung dalil gugatan kecuali ditambah dengan paling sedikit
satu alat bukti lagi. Hal-hal yang tidak perlu dibuktikan dalam acara pembuktian
di persidangan antara lain : segala sesuatu yang dianggap telah diketahui oleh
umum, hal-hal yang dilihat sendiri oleh hakim di persidangan dalam proses
persidangan, seperti pihak tergugat tidak hadir, hal-hal yang diajukan oleh
mempunyai hak atau suatu peristiwa, ia harus membuktikan adanya hak atau
peristiwa itu. Rumusan norma tersebut parallel dengan asas actori incumbit
48
Ibid.,hlm. 15
49
Ibid.,hlm. 15-16
56
beberapa asas yang berlaku mengikat dalam sistem pembuktian pada hukum acara
a. Asas Audi Et Alteram Partem adalah asas kesamaan proses dan para pihak
Hakim harus adil dalam memberikan beban pembuktian pada pihak yang
berperkara agar kesempatan untuk kalah atau menang bagi kedua pihak
tetap sama.
b. Asas Ius Curia Novit bahwa Hakim selalu difiksikan mengetahui akan
hukumnya dari setiap kasus yang diadilinya. Hakim sama sekali tidak boleh
menolak untuk memeriksa perkara hingga putus dengan alasan tidak ada
dasar hukumnya.
c. Asas Nemo Testis Indoneus In Propria Causa bahwa tidak seorangpun vang
dapat menjadi saksi atas perkaranya sendiri. Sehingga berdasarkan asas ini,
baik pihak penggugat atau pun pihak tergugat tidak mungkin tampil sebagai
d. Asas Ne Ultra Petita bahwa hakim hanya boleh mengabulkan sesuai apa
50
Nyoman A. Martana, Hukum Acara dan Praktek Peradilan Perdata, Udayana Press, Denpasar,
2019. hlm. 97
57
e. Asas Nemo Plus Juris Transferre Potest Quam Ipse Habet merupakan asas
yang menentukan bahwa tidak ada orang yang dapat mengalihkan lebih
f. Asas Negativa Non Sunt Probanda bahwa sesuatu yang bersifat negatif itu
tidak dapat dibuktikan. Yang dimaksud sebagai sesuatu yang bersifat negatif
g. Asas Actori Incumbit Probatio bahwa asas ini terkait dengan beban
pembuktian. Asas ini berarti bahwa barangsiapa yang mempunyai suatu hak
atau menyangkali adanya hak orang lain, harus membuktikannya. Hal ini
berarti bahwa dalam hal pembuktian yang diajukan penggugat dan tergugat
membuktikan. Asas ini sering dihubungkan dengan asas Negativa non sunt
probanda. Jadi yang dianggap pihak yang paling dirugikan jika harus
i. Asas Bezitter Yang Beriktikad Baik bahwa iktikad baik selamanya harus
dianggap ada pada setiap orang yang menguasai sesuatu benda dan barang
membuktikannya.
58
C. Hukum Progresif
oleh:
a. Pemikiran manusia melalui akal budi yang akan selalu berkembang dari
waktu ke waktu.
teknologi.
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, pada umumnya bagi masyarakat
masyarakat itu sendiri belum siap menerima perubahan tersebut sebagai akibat
nilai-nilai masyarakat yang telah berubah menilai kondisi lama sebagai kondisi
yang tidak lagi dapat diterima.42 Oleh sebab itu, hukum haruslah difungsikan
59
dengan garis kebijaksanaan yang diamanatkan oleh UUD Tahun 1945. Sebagai a
jika tidak demikian persoalan ketidakpastian hukum akan selalu muncul. Pada
social engineering lebih dipentingkan masalah struktur dan juga penciptaan bentuk-
bentuk dan pola-pola baru dengan jalan mengubah pola dan norma yang ada. Social
dasarnya, yaitu hukum untuk manusia. Dengan filosofis tersebut, maka manusia
menjadi penentu dan titik orientasi hukum. Hukum bertugas melayani manusia,
bukan sebaliknya. Oleh karena itu, hukum itu bukan merupakan institusi yang lepas
Dalam logika itulah revitalisasi hukum dilakukan setiap kali. Bagi hukum
progresif, proses perubahan tidak lagi berpusat pada peraturan, tetapi pada
kreativitas pelaku hukum mengaktualisasikan hukum dalam ruang dan waktu yang
tepat. Para pelaku hukum progresif dapat melakukan perubahan dengan melakukan
pemaknaan yang kreatif terhadap peraturan yang ada, tanpa harus menunggu
51
Diandra Preludio, Benny Prasetyo, dan Muhtar Said, Dialekta Hukum Progresif, Kaum Tjipian,
Semarang, 2014. hlm. 62
60
perubahan peraturan (changing the law). Peraturan buruk tidak harus menjadi
untuk rakyat dan pencari keadilan, karena mereka dapat melakukan interprestasi
secara baru setiap kali terhadap suatu peraturan. Untuk itu agar hukum dirasakan
dilayaninya.52
Pertama, paradigma hukum progresif adalah bahwa hukum adalah untuk manusia.
(mapan) dalam berhukum. Ketiga, jika diakui bahwa peradaban hukum tertulis akan
memunculkan sekalian akibat dan risiko, maka cara manusia berhukum sebaiknya
oleh peneliti dalam karya tulis ini sebagai alat analisis, sesuai dengan tujuan peneliti
52
Ibid., hlm. 62-63
53
Ibid., hlm. 64
61
yang menyatakan “Pemikiran hukum perlu kembali pada filosofis dasarnya, yaitu
hukum untuk manusia. Dengan filosofis tersebut, maka manusia menjadi penentu
dan titik orientasi hukum. Hukum bertugas melayani manusia, bukan sebaliknya.
Oleh karena itu, hukum itu bukan merupakan institusi yang lepas dari kepentingan
institusi-institusi kenegaraan.
ideal hukum.
54
Novianto Murti Hatoro, Monika Suhayati, dan Denico Doly, Hakim : Antara Pengaturan dan
Implementasinya, Jakarta : Pustaka Obor, 2017. hlm. 58
55
Ibid., hlm. 57-58
62
f. Hukum progresif adalah “hukum yang pro rakyat dan “hukum yang pro
keadilan”.
tidak ada untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas dan
lebih besar. Maka setiap kali ada masalah dalam dan dengan Hukum,
h. Hukum bukan merupakan suatu institusi yang absolut dan final melainkan
i. Hukum selalu berada dalam proses untuk terus menjadi (law as a process,
Dalam karya tulis ini, dari 9 pokok pemikiran tersebut, penulis menggunakan
digunakan untuk menggantikan Akta Notaris yang dibuat diluar negeri, dimana
a. Bagi hukum progresif, proses perubahan tidak lagi berpusat pada peraturan,
c. Peraturan buruk tidak harus menjadi penghalang bagi para pelaku hukum
d. Untuk itu agar hukum dirasakan manfaatnya, maka dibutuhkan jasa pelaku
hukum, tercermin pula pada spiritualisme cita hukum yang berbasis pada perpaduan
unsur nilai irrasional dan rasional kearifan sosial. Jika peraturan perundang-
undangan dibedah sampai kepada akarnya yang terdalam, akan tampak wujud
norma hukum dalam rumusan pasalnya yang mengandung nilai hakiki ataupun
temporalistik sosiologis. Dari nilai yang dikandung norma tersebut, para aktor dan
ilmuwan hukum dapat menarik kesimpulan timbal balik induktif maupun deduktif
tentang konstelasi nilai irasional dan rasional berupa etik, moral, asas, konsep, dan
kombinasi timbal balik pemikiran rasional deduktif dan induktif maupun semiotik.
dan keadilan dari yang bersifat makro sampai kepada yang berkarakteristik mikro.56
D. Cyber Notary
Gagasan cyber notary sudah muncul sejak tahun 1995. Namun, ketiadaan dasar
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE),
pembahasan mengenai konsep cyber notary menemui kesulitan. Karena itu, sejak
UU ITE disahkan, wacana cyber notary kembali bergulir pasca adanya wabah
Covid 19.57
56
Moh. Mahfud MD, etc., Satjipto Rahardjo dan Hukum Progresif : Urgensi dan Kritik, HuMA
PRess, Jakarta, 2011. hlm. 32-33
57
Febrika Nola, Peluang Penerapan Cyber Notary Dalam Peraturan Perundang-Undangan DI
Indonesia, BPHN, Jakarta, 2011. hlm. 76
58
Alfred E. Piombino, Cyber Notary Public Handbook : Practice, Case, and Principles, Coolidge
Press, New York, 2018. hlm. 121
65
Kemudian menurut Emma Nurita, konsep cyber notary untuk sementara dapat
dengan berbasis teknologi informasi, yang berkaitan dengan tugas dan fungsi
Asal-usul konsep cyber notary dapat dilacak pada dua sistem hukum, yaitu
pada sistem common law dan civil law. Berdasarkan pembagian tersebut, diketahui
bahwa terdapat dua istilah hukum yang sering dipersamakan, yaitu “Electronic
Notary” (E-Notary) dan “Cyber Notary”. Istilah yang pertama kali dikenalkan oleh
delegasi Perancis dalam sebuah forum legal workshop yang diselenggarakan oleh
Uni Eropa pada tahun 1989 di Brussel, Belgia. Esensinya, konsep E-Notary
Sedangkan, istilah cyber notary dikenalkan pertama kali oleh American Bar
Association (ABA) pada tahun 1994. Konsep ini mengandung makna bahwa
59
Emma Nurita, Cyber Notary, Pemahaman Awal dalam Konsep Pemikiran, Refika Aditama,
Bandung, 2012, hlm. 2.
60
County Technical Assistan Service Team, Notary Public Handbook : Cyber Notary Concept,
CTAS Tennessee Edu. Co., Tennessee, USA, 2016. hlm. 16
61
Tim Penulis HIPCAR, Electronic Transactions : Model Policy Guidelines and Legislative Text
In Indonesia, HIPCAR Press, Jakarta, 2017, hlm. 45
66
bidang keamanan hukum dan komputer. Menggabungkan dua disiplin ini bukanlah
tugas yang mudah. Konsep dari bidang keamanan informasi sering tidak sesuai
dengan konsep dari bidang hukum. Misalnya, dari sudut pandang keamanan
informasi, Tanda tangan digital berarti hasil penerapan untuk informasi spesifik
tertentu tertentu dari suatu proses teknis. Sejarah Konsep hukum, mengenai tanda
tangan adalah lebih luas. Dari segi sudut pandang hukum, tanda tangan
dipergunakan untuk mengenali setiap surat yang dibuat dengan maksud untuk
dari tanda tangan mungkin termasuk tanda yang beragam seperti gambar digital dari
tanda tangan kertas, notasi yang diketik, atau bahkan menangani notasi, seperti
surat elektronik originasi. Dari sudut pandang keamanan informasi, tanda tangan
electronic sederhana ini adalah berbeda dari tanda tangan digital yang dijelaskan
dalam tutorial ini dan secara teknis literatur, meskipun tanda tangan digital kadang-
62
American Bar Association, Digital Signature Guidelines, American Bar Association, United
States of America 1996, hlm. 33.
67
kadang digunakan untuk berarti segala bentuk komputasi berbasis tanda tangan.
terminologi keamanan informasi, yang berarti hasil penerapan suatu proses teknis.63
hanya untuk memenuhi kebutuhan akan bentuk yang diakui secara hukum. Dalam
digunakan secara berbeda dari rekan makalahnya. Sebagai contoh, komputer dapat
membaca informasi digital dan mengubah informasi atau mengambil tindakan yang
ukuran dalam bentuk bit bukan dalam bentuk tinta dan kertas dapat melakukan
perjalanan di dekat kecepatan cahaya, dapat diduplikasi tanpa batas dan dengan
E. Notaris
1. Pengertian Notaris
63
Ibid., hlm. 34.
64
Ibid., hlm. 7.
68
proses emisi. Dalam emisi saham, notaris berperan dalam membuat akta
pejabat negara dengan yurisdiksi seluruh negara bagian yang wewenang dan
Undang Jabatan Notaris, juga harus bersikap sesuai dengan etika profesinya.
Etika profesi adalah seikap etis yang dituntut untuk dipenuhi oleh
65
Habib Adjie, Penafsiran Tematik Hukum Notaris Indonesia, Refika Aditama, Jakarta, 2015, hlm.
4
66
Ghansam Anand, Karakteristik Jabatan Notaris Di Indonesia,Zifatama, Jakarta, 2014, hlm. 2
67
County Technical Assistant Team From Institute For Publics, Notary Public Handbook,
Tennesee, USA, Institute For Publics Press, 2016. hlm. 3
69
Tanggung jawab notaris sebagai profesi lahir dari adanya kewajiban dan
tersebut secara sah dan terikat mulai berlaku sejak notaris mengucapkan
menjalankan jabatannya.69
sinilah peran seorang notaris dibutuhkan. Dalam hal ini bukan hanya
hukum itu,, maka notaris telah ditunjuk dan diangkat oleh negara untuk
notaris.70
68
Habib Adjie, Penafsiran Tematik Hukum Notaris Indonesia, Op. Cit., hlm. 43
69
Ghansam Anand, Karakteristik Jabatan Notaris Di Indonesia, Op. Cit. hlm. 77
70
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2008, hlm. 39
70
yang mengikat selain alat bukti saksi. Adanya alat bukti lain yang mengikat,
mengingat alat bukti saksi kurang memadai lagi sebab sesuai dengan
berasal dari kata “notarius” (bahasa latin), yaitu nama yang diberikan pada
jumlah notaris di indonesia kian berkembang dan pada tahun 1650 di batavia
hanya ada dua orang notaris yang diangkat menurut kenyatannya para
jabatannya itu oleh karena mereka pada masa itu adalah pegawai dari Oost
Ind compagnie bahkan tahun 1632 dikeluarkan plakat yang berisi ketentuan
bahwa notaris, sekretaris dan pejabat lainnya dilarang untuk membuat akta-
akta transport, jual beli, surat wasiat dan lain-lain akta, jika tidak mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari gubernur jenderal dan daden van indie
71
Ibid., hlm. 42
71
memenuhi kebutuhan akan alat bukti otentik yang sangat dibutuhkan untuk
dagang yang mereka lakukan. Lembaga notariat di Indonesia pada waktu itu
belum dikenal dan meluas kekota-kota kecil bahkan desa-desa hal ini
primordial yang masih berpegang teguh pada hukum adatnya serta kaidah-
kaidah religius, masih rendah dan sempit lebih-lebih lagi para pengasuh dari
bagi perkembangan dan untuk dikenalnya lembaga notariat ini dengan cepat
72
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Jati Diri Notaris Indonesia, Gramedia, Jakarta Utama,
2008, hlm. 43.
72
otentik. Atas dasar asas konkordasi maka lahirlah peraturan jabatan notaris
yang dibuat pada tanggal 13 november 1954 lembaran negara 954 nomor
Nederlandsch No. 1860 : 3 yang mulai berlaku 1 Juli 1860. Dalam kurun
Pengertian Notaris dalam system Civil Law yang diatur dalam Pasal 1 Ord,
2004 telah disahkan Peraturan Jabatan Notaris yang kita sebut dengan
73
Ghansam Anand, Karakteristik Jabatan Notaris Di Indonesia, Zifatama, Jakarta, 2014, hlm. 6
74
Ibid., hlm. 6-7
73
Notaris.76
2004, Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
tentang Notaris, yaitu Undang Nomor 2 Tahun 2014, Notaris adalah pejabat
75
Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia, Op.cit., hlm. 103
76
Ghansam Anand, Op.Cit., hlm. 13
77
Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Refika Aditama, Bandung, 2013,
74
hukum. Profesi notaris disebut juga sebagai salah satu penegak hukum
pembuktian.79
78
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Bandung, 2016, hlm. 78.
79
Habib Adjie, Penafsiran Tematik Hukum Notaris Indonesia, Narotama Press, Jakarta, 2014, hlm.
2.
80
Bambang Winarto, Jurnal, Kesadaran Notaris terhadap Kewajiban Jabatannya, UIN Press,
Jakarta, 2014, hlm. 13.
75
81
Runi Tusita dan Sophia Rengganis, Buku Saku Hukum Notaris, PWC Press, Jakartai, 2015, hlm.
21.
76
salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu
tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain
buku khusus;
c. Membuat kopi dari asli surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang
bersangkutan;
pengertian etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang adat kebiasan yang berkenaan dengan hidup yang baik dan yang
buruk.82
adanya alat bukti yang menentukan dengan jelas hak dan kewajiban
82
Bambang Winarto, Jurnal, Kesadaran Notaris terhadap Kewajiban Jabatannya, UIN Press,
Jakarta, 2014, hlm. 4
78
2 Tahun 2014, notaris juga terikat dengan peraturan Kode Etik Notaris yang
Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia di Banten pada Bulan Mei
2015.
dilakukan oleh Notaris. Apabila larangan ini dilanggar oleh Notaris, maka
kerja berturut-turut tanpa alasan yang sah. Seorang Notaris juga dilarang
pegawai badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah atau badan
Dalam hal ini, ada suatu tindakan yang perlu ditegaskan mengenai
alasan yang sah. Notaris mempunyai wilayah jabatan satu provinsi (Pasal
kedudukan pada satu kota atau kabupaten pada provinsi tersebut (Pasal 18
jabatannya lebih dari tujuh hari kerja, dalam hal ini adalah provinsi yang
Larangan bagi Notaris juga diatur dalam Kode Etik Profesi Notaris,
yaitu seperti yang disebutkan dalam Pasal 4 Kode Etik Ikatan Notaris
dilarang untuk melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun
83
Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, CDSBL, Yogyakarta, 2003, hlm. 62.
80
klien, dan berusaha atau berupaya dengan jalan apapun, agar seseorang
berpindah dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan langsung
psikologis dengan maksud agar klien tersebut tetap membuat akta padanya
rekan Notaris.
jabatannya selain dapat dikenai sanksi moril, teguran atau dipecat dari
Notaris.
81
F. Akta
Akta menurut penjelasan dari Laila M. Rasyid, adalah surat yang diberi
menjadi dasar daripada suatu hak dan kewajiban atau perikatan, yang dibuat
tangan saja dianggap belum cukup, nama itu harus ditulis tangan oleh si
Adapun Akta berdasarkan pendapat Yulia adalah Alat bukti tertulis yang
diatur dalam Pasal 1866 KUH Perdata sebagai urutan pertama, ada juga yang
menyebutkan alat bukti surat. Hal ini sesuai dengan kenyataan jenis surat atau
akta dalam perkara perdata, memegang peran yang penting. Semua kegiatan
yang menyangkut bidang perdata, sengaja dicatat dan dituliskan dalam surat
atau akta. Surat-surat akta dapat dibagi menjadi surat-surat akta resmi
Berkaitan dengan akta, Yulia juga menjelaskan bahwa dalam hal akta
sebagai alat bukti surat, dimana akta resmi ialah suatu akta yang dibuat oleh
84
Laila M. Rasyid, dan Herinawati, Modul Pengantar Hukum Acara Perdata, Unimal Press,
LhokSeumawe, 2015, hlm. 78.
85
Yulia, Buku Ajar Hukum Perdata, BieNa Edukasi, Lhokseumawe, 2015, hlm. 107.
82
dimaksudkan itu ialah notaris, hakim, jurusita pada suatu pengadilan, pegawai
Adapun akta di bawah tangan ialah tiap akta yang tidak dibuat oleh atau
dengan perantaraan seorang pejabat umum. Misalnya, surat perjanjian jual beli
atau sewa menyewa yang dibuat sendiri dan ditanda tangani sendiri oleh kedua
belah pihak yang mengadakan perjanjian itu. Jika pihak yang menandatangani
surat perjanjian itu mengakui atau tidak menyangkal tanda tanganya, yang
berarti ia mengakui atau tidak menyangkal kebenaran apa yang tertulis dalam
surat perjanjian itu, maka akte di bwah tangan tersebut memperoleh suatu
yang menjelaskan bahwa akta otentik atau akta resmi adalah akta yang dibuat
oleh pejabat yang diberi wewenang untuk itu oleh penguasa, menurut
dari yang berkepentingan, yang mencatat apa yang dimintakan oleh yang
berkepentingan.88
perbuatan tersebut dinamakan partij akte, sedangkan jika suatu akta resmi
86
Ibid., hlm. 107.
87
Januarse H. Djami Riwu, Materi Pokok Hukum Perdata, Nusa Cendana Press, Nusa Tenggara
Timur, 2014, hlm. 24.
88
H.. Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata,Alumni, Bandung, 2014, hlm.
125.
83
mengandung proses verbal tentang suatu perbuatan yang telah dilakukan notaris
atau juru sita seperti lelang atau penyitaan harta benda maka dinamakan
prosesverbal akte.89
apabila suatu pihak mengajukan suatu akte resmi, hakim harus menerimanya
dan menganggap apa yang ditulis di dalam akta, sungguh-sungguh telah terjadi
Suatu akta di bawah tangan adalah tiap akta atau dengan perantaraan seseorang
pejabat umum, misalnya surat perjanjian jual beli atau sewa menyewa yang
G. Dokumen Elektronik
perangkat lunak yang disimpan melalui media magnet (disc) atau media
optik (CD, DVD), serta surat elektronik dan dokumen yang ditransmisikan
89
I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perdata Mengenai Orang dan Kebendaan, FH Utama, Jakarta,
2011, hlm. 55.
90
Wiratmanto, Hukum Acara Perdata, Muhamadiyah Press, Yogyakarta, 2016, hlm. 100.
84
komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,
suara atau gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau
91
Tim Penerbit Gradien Mediatama, Undang-Undang Internet dan Transaksi Elektronik, Gradien
Mediatama, Yogyakarta, 2015, hlm. 17.
92
Pratiwi Utami, Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Penjelasannya, Jogja
Bangkit Publisher, Yogyakarta, 2017, hlm. 4.
85
belum ada konvensi yang mengaturnya secara khusus. Lebih lanjut, Ahmad
lainnya serta merupakan alat bukti yang sah, karena masih adanya
Tahun 2008 yang telah diperbaharui oleh Undang Nomor 19 Tahun 2016
dan privat; (ii) Para pihak yang melakukan transaksi elektronik sebagaimana
dimaksud pada butir (i) wajib beritikad baik dalam melakukan interaksi
93
Ahmad Ramli, Naskah Akademik Rancangan Aturan Pemerintah Tentang Transaksi Elektronik,
BPHN, Jakarta, 2015, hlm. 28.
86
atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,
huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah
yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.”95
94
Raida L. Tobing, Efektifitas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 yang telah diperbaharui
oleh Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, BPHN, Jakarta, 2016, hlm. 21.
95
Pratiwi Utami, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, IKAPI, Yogyakarta, 2015, hlm. 1-2.
87
lainnya.”96
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UUITE) yang kini telah diubah
UUITE dapat diketahui bahwa jenis data elektronik seperti tulisan, foto,
elektronik seperti tulisan, foto, suara, gambar yang disimpan pada flash disk
elektronik.97
dibuat di atas kertas dialihkan ke dalam media elektronik atau dibuat secara
96
Ibid., hlm. 2.
97
Rosalinda Elsina Latumahina, Aspek-Aspek Hukum Dalam Transaksi Perdagangan Elektronik,
Gema Aktualita, Surabaya, 2016, hlm.14
88
dalam mikrofilm atau media lainnya dan merupakan alat bukti yang sah"
yang sah.99
huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah
yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
98
Tim Penulis HIPCAR, Electronic Transactions : Model Policy Guidelines and Legislative Text
In Indonesia, HIPCAR Press, Jakarta, 2017, hlm. 13.
99
Raida L. Tobing, Op. Cit., hlm. 3.
89
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau
contoh apabila kita berbicara mengenai file musik dalam bentuk mp3 maka
semua informasi atau musik yang keluar dari file tersebut ialah Informasi
100
Ibid., hlm. 3-4.
101
Ibid., hlm. 6
102
Ibid., hlm. 6-7
90
Elektronik.103
dari Informasi Elektronik dan Dokumen Elektronik akan menjadi alat bukti
surat.104
bukti hukum yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di
Indonesia.105
dihubungkan dengan jenis alat bukti yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1)
103
Ibid., hlm. 9
104
Ibid., hlm. 10-11.
105
Pratiwi Utami, Op. Cit.,hlm. 52.
91
g. Menambah alat bukti yang telah diatur dalam hukum acara pidana di
h. Memperluas cakupan dari alat bukti yang telah diatur dalam hukum
Elektronik mengatur bahwa adanya syarat formil dan syarat materil yang
bukti.107
106
Josua Sitompul, Cyberspace, Cybercrimes, Cyberlaw : Tinjauan Aspek Hukum Pidana,
Tatanusa, Jakarta, 2012, hlm. 41.
107
Ibid., hlm. 53.
92
bukti yang sah dan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum
108
Pratiwi Utami, Op. Cit.,hlm. 52-53.
93
109
Ibid., hlm. 53
94
Tahun 2010 ini tidaklah mengatur tentang dokumen elektronik sebagai alat
dimasukkan pada compact disc, flash disk atau dikirim melalui email
1 Tahun 2014 yang lama ialah cara penyertaan dokumen melalui fitur
110
Ibid., hlm. 54
95
Agung karena cara lama melalui compact disk dan pengiriman e-dokumen
compact disk atau flash disk maka sesuai SEMA 1/2014 dijelaskan bahwa
tidaknya hukum acara perdata yang diterapkan dan dalam rangka memenuhi
111
Ibid., hlm. 54-55
96
disahkan.112
menurut tata cara yang diterima semua pihak berperkara, maka pertanyaan
mana diserahkan kepada hakim buat keperluan itu”. Dalam menjaga asas
112
Ibid., hlm. 56-57
113
Ibid., hlm. 58
97
sehingga memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah yakni a.
114
Ibid., hlm. 59
98
Tangan (Keaslian/Authentication).
tangan (Keaslian/Authentication).
Hal ini karena berfungsi sebagai alat autentikasi dan verifikasi atas
tanda tangan digital dan identitas diri pemilik sertifikat yang telah berjalan
adalah Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang dapat melayani
bahwa "salinan putusan /penetapan tidak dapat digunakan sebagai alat bukti
yang sah". Hal ini berarti, Peradilan Umum khususnya tetap wajib
115
Ibid., hlm. 59
116
Ibid., hlm. 59-60
100
elektronik, informasi yang asli dengan salinannya tidak relevan lagi untuk
117
Ibid., hlm. 62
118
Ibid., hlm. 63.
101
1867 dan Pasal 1868, dimana ketentuan Pasal 1867 Kitab Undang-Undang
Perdata menyebutkan, “Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat
Sehingga akta notaris yang dibuat dalam bentuk dokumen digital atau
119
Fitria Pratiwi dan Lis Sutinah, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Perdata, Visimedia, Jakarta, 2015, hlm. 291.
120
Ibid., hlm. 291.
102
BAB III
DI PENGADILAN
Maret Tahun 2020. Tercatat per 13 April 2020 sebanyak 213 Negara telah
infeksi yang berlangsung lebih lama dan pada akhirnya juga mengakibatkan
dampak ekonomi yang besar.121 Sistem perekonomian maupun sistem hukum yang
ada seakan bergerak secara lambat, diakibatkan adanya kebijakan untuk menjaga
121
Didik Haryadi Santoso, Covid 19 : Dalam Ragam Tinjauan Perspektif, MBridge Press, Depok,
2020. hlm. 9
103
mulai dibuka. Para Pekerja yang semula melakukan tugas dari rumah (Work from
Home / WFH), mulai bekerja dari kantor (Work from Office / WFO). Hal tersebut
terdapat pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2020 tentang Peningkatan
Pengendalian Covid-19 ini hakikatnya tidak jauh berbeda dari aturan yang
tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar, seperti menjaga jarak fisik (physical
terhambat, dan sebagai salah satu untuk mengatasi kendala dan problematika
tersebut, baik pihak swasta, maupun pemerintah, dan tidak terkecuali lembaga-
september mulai berlaku kebijakan normal baru, namun masih tetap berpedoman
Salah satu profesi yang paling terdampak dari adanya kebijakan protokol
kesehatan untuk mengatasi wabah Covid-19 tersebut adalah notaris dan PPAT,
dimana syarat pembuatan akta Notaris dan atau PPAT yang mewajibkan adanya
kehadiran langsung dari para pihak dan saksi yang hendak membuat akta Notaris
dan atau PPAT tentunya terkendala dengan adanya kebijakan protokol kesehatan
pelaku usaha, maupun pejabat publik untuk untuk menjaga jarak, menghindari
cukup banyak kantor Notaris dan PPAT yang ditutup, selama antara bulan Maret
2020 sampai dengan bulan Agustus 2020. Bahkan beberapa biro administrasi
Nasional Kabupaten Bekasi, Kantor Pertanahan Nasional Kota Jakarta Timur, dan
Kantor Pertanahan Nasional Kota Jakarta Utara, serta pelayanan pendaftaran akta
pada Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia tidak berjalan maksimal,
bahkan pada Kantor Pertanahan Nasional Kabupaten Bekasi sempat ditutup untuk
105
sementara selama bulan April tahun 2020 sampai dengan bulan November tahun
pembuatan Akta Otentik sejatinya menjadi terhalang dengan adanya wabah Covid
dan menjaga jarak, serta menghindari kerumunan massa. Hal ini disebabkan Notaris
dalam menjalankan tugasnya selaku pejabat pembuat akta otentik, harus mematuhi
dokumen via email/surel, karena adanya larangan pada ketentuan Pasal 5 ayat 4
mengharuskan adanya pertemuan langsung atau para pihak harus menghadap dalam
122
Hasil Observasi pada Kantor Pertanahan Nasional Kota Bekasi, Kantor Pertanahan Nasional
Kabupaten Bekasi, Kantor Pertanahan Nasional Kota Jakarta Timur, dan Kantor Pertanahan
Nasional Kota Jakarta Utara, serta Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, pada
bulan Maret 2020 sampai dengan 14 Desember 2020.
106
Informasi dan Transaksi Elektronik adalah mengenai dokumen elektronik dan hasil
cetaknya sebagai alat bukti, sebagaimana diatur pada Pasal 5, yang menyatakan,123
alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
tertulis; dan
dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat
akta.
123
Soemarno Partodihardjo, Tanya Jawab Sekitar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektroni, Gramedia, Jakarta, 2008, hlm. 41.
107
cetaknya bisa dijadikan sebagai alat bukti, kecuali dokumennya harus dibuat dalam
bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta
Signature Methods (2009), Dimana dalam hasil konvensi United Convention on the
suatu komunikasi atau kontrak harus secara tertulis, atau memberikan konsekuensi
elektronik jika informasi yang ada di dalamnya dapat diakses sehingga dapat
124
Amelia H. Boss, Electronic Data Interchange Agreements: Private Contracting Toward a Global
Environment, Temple Unv. Press, Los Angeles, USA, 2012, hlm. 35-36
108
ditandatangani oleh suatu pihak, atau memberikan konsekuensi atas tidak adanya
elektronik jika:)
1. A method is used to identify the party and to indicate that party’s intention
sistem:)
ayat (a) di atas, dengan sendirinya atau bersama dengan bukti lebih
lanjut.)
available or retained in its original form, or provides consequences for the absence
tersedia atau disimpan dalam bentuk aslinya, atau memberikan konsekuensi jika
tidak ada yang asli, persyaratan tersebut dipenuhi dalam kaitannya dengan
contains from the time when it was first generated in its final form, as an
sebaliknya; dan)
2. Where it is required that the information it contains be made avail able, that
However, UNCITRAL considered that the Convention should not allow a party to
110
invoke the “reliability test” to repudiate its signature in cases where the actual
identity of the party and its actual intention could be proved. The requirement that
court or trier of fact to invalidate the entire contract on the ground that the
electronic signature was not appropriately reliable if there is no dispute about the
identity of the person signing or the fact of signing, that is, no question as to
required to try to escape its obligations by denying that its signature (or the other
party’s signature) was valid not on the ground that the purported signer did not
sign, or that the document it signed had been altered, but only on the ground that
the method of signature employed was not “as reliable as appropriate” in the
signature method regardless of its reliability in principle whenever the method used
is proven in fact to have identified the signatory and indicated the signatory’s
suatu pihak untuk menggunakan "uji reliabilitas" untuk menolak tanda tangannya
dalam kasus-kasus di mana identitas sebenarnya dari partai dan maksudnya yang
trier fakta untuk membatalkan seluruh kontrak dengan alasan bahwa tanda tangan
elektronik tidak dapat diandalkan secara tepat jika tidak ada perselisihan tentang
111
pertanyaan mengenai keaslian tanda tangan elektronik. Hasil seperti itu akan sangat
bahwa tanda tangannya (atau tanda tangan pihak lain) tidak berlaku atas dasar yang
ditandatangani telah diubah, tetapi hanya dengan alasan bahwa metode tanda tangan
tersebut. Untuk menghindari situasi ini, paragraf 3 (b) (ii) memvalidasi metode
tanda tangan terlepas dari keandalannya pada prinsipnya setiap kali metode yang
all respects identical to the common law approach. Most civil law jurisdictions
follow the rule of freedom of form for contractual engagements in private law
valid and enforceable. However, there are civil law jurisdictions that generally
establish a hierarchy of evidence for proving the content of civil and commercial
a way that the notions of “document” and “signature”, although formally distinct,
may become nearly inseparable. Other civil law jurisdictions, however, positively
link the notion of “document” to the existence of a “signature”. This does not mean
that a document that has not been signed is necessarily deprived of any value as
evidence, but such a document would not enjoy any particular presumption and is
law jurisdictions a concept that is rather narrowly understood to mean that the
tangan" dalam yurisdiksi hukum perdata tidak dalam semua hal identik dengan
kebebasan bentuk untuk perjanjian kontraktual dalam masalah hukum pribadi, baik
lebih banyak atau kurang tergantung pada yurisdiksi yang bersangkutan. Ini berarti
bahwa, sebagai aturan umum, kontrak tidak harus "ditulis" atau "ditandatangani"
agar valid dan dapat dilaksanakan. Namun, ada yurisdiksi hukum perdata yang
masalah komersial. Berbeda dengan yurisdiksi hukum umum, negara hukum sipil
tentang bukti sipil menetapkan hierarki bukti untuk membuktikan isi kontrak sipil
dan komersial. Peringkat tertinggi adalah dokumen yang dikeluarkan oleh otoritas
publik, diikuti oleh dokumen pribadi yang otentik. Seringkali, hirarki seperti itu
meskipun secara formal berbeda, dapat menjadi hampir tidak dapat dipisahkan.
gagasan "dokumen" dengan keberadaan "tanda tangan". Ini tidak berarti bahwa
dokumen yang belum ditandatangani tentu saja dirampas dari nilai apa pun sebagai
bukti, tetapi dokumen semacam itu tidak akan menikmati anggapan tertentu dan
yurisdiksi hukum perdata, sebuah konsep yang agak dipahami, yang berarti bahwa
keaslian suatu dokumen telah diverifikasi dan disertifikasi oleh otoritas publik yang
kompeten atau seorang notaris. Dalam prosedur perdata umum untuk merujuk
case under common law, the paradigm of a signature in civil law countries is the
handwritten one. As regards the signature itself, some jurisdictions tend to admit
background of freedom of form for the conclusion of business contracts, civil law
countries tend to apply strict standards to assess the evidentiary value of private
hukum umum, paradigma tanda tangan di negara-negara hukum sipil adalah yang
ditulis tangan. Mengenai tanda tangan itu sendiri, beberapa yurisdiksi cenderung
ditulis tangan untuk bukti jenis kontrak lainnya. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa dengan latar belakang umum kebebasan bentuk untuk kesimpulan kontrak
dokumen yang keasliannya tidak dapat segera dikenali berdasarkan tanda tangan).
signature of the originating notary must be verifi able by the user of the document
(generally another notary) in a simple and quick manner. This can be done via the
Internet by accessing the site of the originating notary’s certifi cation services
provider, which, at least in Europe, is typically the national chamber to which the
notary belongs. A related matter concerns the verifi cation of the originating
notary’s authority to authenticate records under the legal system in which he or she
operates. In order to facilitate that process and obviate the need for consulting a
foreign supervisory body, if any, entrusted with licensing notaries, it has been
proposed that certifi cation services providers established under the auspices of
chambers of notaries should only issue certifi cates to notaries currently authorized
asing akan diberikan pengakuan hukum atas dasar verifikasi tanda tangan
elektronik atau metode otentikasi yang digunakan oleh notaris yang berasal dari
luar negeri. Tanda tangan elektronik dari notaris yang berasal (dari luar negeri)
harus diverifikasi oleh pengguna dokumen (umumnya notaris lain) dengan cara
yang sederhana dan cepat. Hal ini dapat dilakukan melalui internet dengan
mengakses situs penyedia layanan sertifikat notaris yang berasal, yang, paling tidak
di Eropa, biasanya adalah ruang nasional tempat kantor notaris itu berada. Masalah
catatan di bawah sistem hukum di mana dia beroperasi. Untuk memfasilitasi proses
116
tersebut dan meniadakan kebutuhan untuk konsultasi badan pengawas asing, jika
ada, yang dipercayakan dengan perizinan notaris, telah diusulkan bahwa penyedia
layanan sertifikasi yang didirikan di bawah naungan kamar notaris harus hanya
mengeluarkan sertifikat untuk notaris saat ini berwenang untuk menjalankan fungsi
Selain itu sempat terdapat adanya wacana untuk menerapkan konsep Cyber
Notary di Indonesia, yaitu sejak tahun 1995 telah ada wacana untuk
mengembangkan konsep cyber notary di Indonesia. Konsep ini lahir karena adanya
dalam hal efisiensi waktu. Teknologi-teknologi tersebut antara lain tanda tangan
Indonesia sendiri saat ini sedang berada dalam era globalisasi ditandai dengan
elektronik tanpa kertas. Seseorang akan memasuki dunia maya yang bersifat
abstrak, universal, lepas dari keadaan tempat dan waktu melalui media elektronik
ini.
125
Ibid.,hlm. 37
126
Muhammad Farid Alwajdi, Urgensi Pengaturan Cyber Notary Di Indonesia, BPHN : Jakarta,
2020. hlm. 258
117
Common Law maupun Civil Law, banyak negara telah memberdayakan fungsi dan
peran notarisnya dalam transaksi elektronik. Oleh karena itu, mau tidak mau
dalam salah satu Pasal Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 yang telah
Notaris. Namun hal tersebut tidak dapat dipenuhi. Meskipun begitu, Pasal 15 ayat
notaris juga mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Dalam penjelasan Pasal 15 ayat (3), kewenangan lain yang dimaksudkan
secara elektronik atau cyber notary. Sesungguhnya kewenangan ini tidak terlalu
tepat apabila dirujuk sebagai sertifikasi, karena makna yang dituju sebenarnya
dianggap sah secara hukum (legal). Salah satu bentuk penguatan atau legalisasi
secara elektronik ini adalah dalam bentuk time stamp, atau mengesahkan terjadinya
suatu transaksi pada waktu tertentu yang dilaksanakan antara para pihak. Bentuk
suatu dokumen, yang juga diatur sebagai salah satu kewenangan notaris
Dalam hal konsep cyber notary yang oleh sebagian ahli hukum dikembangkan
pembuatan akta yang dilakukan secara telekonferensi, padahal tidak. Prinsip kerja
cyber notary tidak jauh berbeda dengan notaris biasa. Para pihak tetap datang dan
berhadapan dengan para notarisnya. Hanya saja, para pihak langsung membaca
bukan dibuat melalui jarak jauh menggunakan webcam, tetapi para pihak
berbasis teknologi informasi. Ada dua aspek yang menjadi penekanan pada cyber
yang cepat menuntut notaris untuk segera memproses kontrak sehingga salah satu
127
Ibid., hlm. 259
119
kemudahan dan efisiensi dalam praktek dagang terkait waktu dan tempat. Tuntutan
para pihak yang tinggalnya berjauhan sehingga jarak bukan menjadi masalah
dianggap tetap menghadiri RUPS dan hak suaranya tetap dihitung dalam
telekonferensi sudah diatur dalam pasal 77 ayat (1) UUPT, yang menyatakan
informasi dan dokumen elektronik, maupun konsep cyber notary dalam bidang
120
kenotariatan masih menimbulkan pro kontra, karena terdapat hambatan dari segi
dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat)
orang saksi khusus untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan
ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris;”
terdapat pada Pasal 4 ayat 3 Perubahan Kode Etik Notaris Hasil Kongres
Luar Biasa di Banten, pada tanggal 29-30 Mei 2015, yang menyatakan
Informasi dan Transaksi Elektronik adalah mengenai akta notaris atau akta
121
otentik dalam bentuk dokumen elektronik dan hasil cetaknya tidak bisa
dokumen elektronik, maupun konsep cyber notary dalam bidang kenotariatan masih
menimbulkan pro kontra, karena terdapat hambatan dari segi regulasi, hal ini sesuai
dengan penjelasan dari Notaris Cut Riany, yang menjelaskan bahwa faktor
dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, terhadap pembuatan akta notaris dalam
komunikasi di Indonesia, serta dalam Peraturan Kode Etik Notaris yang diatur
dalam peraturan Ikatan Notaris Indonesia terkait publikasi jasa notaris melalui
media sosial dan internet. Selain itu, hambatan dari adanya konsep cyber notary di
Indonesia juga dikarenakan adanya hambatan dari segi sarana dan prasarana dari
pemerintah yang belum memiliki media untuk memeriksa otentifikasi keaslian akta
notaris dalam bentuk dokumen elektronik, dan masih banyaknya notaris yang
128
Wawancara Terhadap Notaris Cut Riany, SH. M.Kn., pada Desa Lambangsari, Kabupaten
Bekasi, pada tanggal 22 Februari 2021
122
Selain itu, Notaris Cut Riany juga menjelaskan faktor pendukung konsep cyber
cyber notary akan memudahkan Notaris dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
tanpa terhalang jarak dan waktu, kemudian generasi muda notaris maupun calon
adanya kondisi pandemi covid 19 saat ini yang mengharuskan adanya social
teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia, yang saat ini sedang masive
terjadi.129
Cut Riany juga menjelaskan bahwa konsep cyber notary pada dasarnya sudah
dokumen elektronik. Di Indonesia saat ini secara kondisi dan situasi sebenarnya
dasarnya payung hukum yang ada belum mendukung adanya konsep cyber notary
di Indonesia, serta perangkat notaris maupun pemerintah yang ada saat ini juga
belum mampu mendukung konsep cyber notary. Konsep cyber notary serta
dimana Konsep cyber notary merupakan konsep yang mengatur mengenai tata cara
129
Ibid.
123
bagi notaris dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pejabat pembuat akta
notariil atau akta otentik, dengan memanfaatkan saran teknologi komunikasi dan
akta dalam bentuk dokumen elektronik merupakan hasil akhir dari proses konsep
cyber notary. Pada dasarnya, generasi muda notaris, yang tidak awam dengan
yang ada untuk dapat mendukung konsep cyber notary, namun para generasi notaris
yang lebih tua, khususnya yang masih sangat awam dengan teknologi komunikasi,
media sosial, dan media elektronik, tentunya akan sangat sulit dalam menerapkan
konsep cyber notary. Kemudian Cut Riany juga menjelaskan bahwa pada dasarnya
teknologi, sistem komunikasi, dan informasi yang ada untuk dapat membuat akta
dalam bentuk dokumen elektronik, serta ingin mengakui keabsahan hasil print out
dari dokumen elektronik tersebut, namun dengan ketentuan hukum yang ada saat
ini, yang masih melarang adanya pembuatan akta dalam bentuk dokumen
dengan penerapan konsep cyber notary dalam Ditjen AHU online, telah mendorong
para notaris untuk menggunakan dan memanfaatkan TIK, sistem ini merupakan
sistem administrasi badan hukum (SABH) yang telah mengalami beberapa kali
130
Ibid.
124
efisiensi waktu, yakni dengan waktu pelayanan yang dahulunya memakan waktu
dalam hitungan hari sekarang dapat dilakukan dalam hitungan menit. Melalui
Ditjen AHU online proses birokrasi diperpendek dengan tidak diperlukan lagi
pertemuan antara penyedia jasa dan pemakai jasa sehingga peluang terjadinya
efisien, murah dan bebas punggutan liar. Kemudian akan meningkatkan efektivitas
online meliputi:
Ditjen AHU;
data PT;
oleh notaris;
Penerapan konsep cyber notary oleh Direktorat Jenderal AHU melalui sistem
Terbatas;
6. Mengenai pengenaan jenis dan tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak diatur
tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
7. Mengenai tata cara pengajuan dan pemakaian nama Perseroan diatur dalam
Kemasyarakatan.
Selain itu berdasarkan penjelasan dari Didik Taryadi, diketahui bahwa :131
sebagai berikut :
dan HAM. Formulir ini ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya dan
131
Hasil Wawancara T. Didik Taryadi, SH., Kepala Sub Dit. Pemeriksaan Merek pada Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Direktorat Merek dan Indikasi Geografis, DJKI, pada tanggal
26 Februari 2021.
128
selama dua bulan. Dalam jangka waktu dua bulan ini, setiap pihak dapat
biaya. Keberatan ini dapat dilakukan jika terdapat alasan yang cukup
adalah merek yang tidak dapat didaftar atau ditolak. Keberatan tersebut
dalam jangka waktu paling lama dua bulan sejak tanggal pengiriman
dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal
atau kuasanya tidak dapat diterima, maka Menteri Hukum dan HAM
alasannya.
2. Pada dasarnya pendaftaran merek yang berasal dari perusahaan asing diluar
pendaftaran merek yang berasal dari perusahaan asing diluar negeri, yaitu :
terdaftar di Indonesia.
anggotanya.
131
2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, maka ketentuan lebih lanjut
Internasional.
Biro Internasional.
Internasional;
Selain itu Didik Taryadi juga menjelaskan, perihal Pada dasarnya perseroan
terbatas atau perusahaan yang berasal dari luar negeri, dalam mendaftarkan merek
elektronik. Pada dasarnya dokumen apa saja yang dimaksud sebagai dokumen
menjelaskan bahwa Dasar hukum bagi perseroan terbatas atau perusahaan yang
berasal dari luar negeri dalam menggunakan dokumen elektronik dan atau hasil
print out nya dalam kaitannya dengan prosedur mendaftarkan merek di Indonesia,
adalah Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
elektronik dan atau hasil print out nya, Didik Taryadi menjelaskan bahwa dokumen
notaris dalam bentuk dokumen elektronik dan atau hasil print out nya, tidak dapat
adanya payung hukum yang mengatur, sedangkan larangan akta notaris dibuat
dalam bentuk dokumen elektronik masih dilarang dalam ketentuan Pasal 5 Undang-
Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang
132
Ibid.
134
digunakan dalam bentuk dokumen elektronik atau hasil print outnya hanya dapat
dilakukan secara elektronik (cyber notary), membuat Akta ikrar wakaf, dan hipotek
terdapat akta notaris dalam bentuk hasil cetak dari dokumen elektronik
yang dijadikan sebagal alat bukti dalam perkara Hak Cipta dan diakui
sebagai alat bukti yang sah. dalam perkara Putusan Mahkamah Agung
elektronik, baik yang berupa surat maupun akta dan hasil cetaknya sebagai
133
Ibid.
135
belum dilegalisir oleh Notaris Publik dan disahkan oleh Konsul Jenderal
Rl.
HKI/2016. Pada perkara ini diketahui terdapat pihak yang berperkara yaitu
Limited mengajukan salah satu bukti yaitu hasil print out Akta Notaris
2015 hal mana Akta Notaris tersebut telah melegalisasi, membenarkan dan
merek RABEANCO.
HKI/2016. Pada perkara ini diketahui terdapat pihak yang berperkara yaitu
Corporation mengajukan salah satu bukti yaitu hasil print out Akta Nomor
alat bukti berupa hasil print out atas pendaftaran merek Toyama Tergugat
136
Dalam Bentuk Dokumen Elektronik sebagai pengganti Akta Notaris sebagai alat
dapat dilihat adanya kesamaan bahwa penggunaan akta dalam bentuk dokumen
notaris yang berasal dari luar negeri untuk diajukan sebagai bukti pada pengadilan
Pada uraian sebelumnya dapat dilihat adanya eksistensi dari Akta dalam bentuk
pengadilan, dimana contoh nyata adanya eksistensi dari Akta Dalam Bentuk
pengadilan, dapat dilihat adanya kesamaan bahwa penggunaan akta dalam bentuk
perusahaan dan notaris yang berasal dari luar negeri untuk diajukan sebagai bukti
a. Para Pihak
Direktorat Jenderal Hak Cipta pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
hukum dari Harry Sudjono yang mendaftarkan merek Wahl Erope Nomor
bukan kata biasa, melainkan nama keluarga dari Leo J. Wahl, pendiri Wahl
pamannya J. Frank Wahl, yang di masa itu memproduksi alat pemijat. Leo
pada tahun 1957 dan ia telah mengajukan lebih dari 100 paten terkait
dari 165 negara di dunia, serta semua informasi mengenai Penggugat dan
http://wahl.com/.
termasuk di Indonesia.
Indonesia yang telah dijilid menjadi satu dan diberi daftar indeks
tersumpah.
tersumpah.
McCulloh
Harry Sudjono merupakan pihak yang terikat dengan pihak Wahl Clipper
title, and interest in and to its patents and trademarks and shall not at any
142
such right, title, and interest. Distributor shall not represent that it has any
dari hak, hak hukum, dan kepentingan hukum tersebut. Distributor tidak
Clipper Corporation dan didasarkan atas iktikad tidak baik, yaitu meniru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 6 ayat (3) huruf a Undang
HKI/ 2016, majelis hakim agung yang memeriksa perkara ini memutus
seluruhnya.
a. Para Pihak
hukum pihak Chua Jacob Soeteja yang mendaftarkan merek Toyama telah
didaftarkan atas nama Chua Jacob Soeteja pada tanggal 27 Oktober 2010
cuci, mesin kompresor, mesin pemotong, mesin gerinda, mesin bubut, alat-
digerakkan angin atau secara hidrolis, suku cadang dan aksesoris mesin-
pemecah batu atau beton, mesin perbakan atau konstruksi jalan (termasuk
angin guling jalan dan plat alat pelantuk), alat pengganti dan
pompa yaitu: pompa angin, pompa vacuum, pompa air, pompa sekrup dan
mesin penjilid buku, mesin pengaduk semen, mesin penggiling padi, mesin
bahwa pendaftaran merek Toyama yang dilakukan oleh Chua Jacob Soeteja
pokoknya dalam hal susunan huruf-huruf dan bunyi ucapan dengan merek
bahwa sebagai pengusaha yang bergerak dalam bidang usaha yang sama
2. Hasil print out atas pendaftaran merek Toyama atas nama Toyama
seluruhnya.
147
a. Para Pihak
HKI/ 2017, para pihak yang berperkara dalam putusan tersebut adalah,
Direktorat Jenderal Hak Cipta pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
Cipta pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, karena Merek
148
adalah nama badan hukum Electrosteel Casting Limited yang telah berdiri
sejak tahun 1965 dan telah terdaftar secara resmi sebagai nama badan
01/04/2003.
15/11/2011.
13/01/2009.
03/01/2003.
149
Iktikad Tidak Baik (Pasal Undang Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Sugiarto telah diajukan dengan iktikad tidak baik (itikad buruk). Budiman
Sugiarto secara diam-diam, tanpa hak dan tanpa ijin dari Electrosteel
di kelas 06 untuk jenis barang meliputi ”Pipa-pipa logam, pipa air dari
baik bahwa Merek tersebut adalah milik Electrosteel Casting Limited dan
telah terdaftar di luar negeri sejak tahun 2003 atas nama Electrosteel
Casting Limited.
dan disahkan oleh Konsul Jenderal Rl, namun Majelis Hakim dalam
mengakui alat bukti berupa dokumen elektronik baik yang berupa surat
maupun akta dan hasil cetaknya sebagai alat bukti yang sah, sebagaimana
1965 (P-1a, P-1b dan P-2a, P-2b sehingga pendaftaran merek yang
Perancis tanggal 3 Januari 2003 dan di spanyol tanggal 8 April 2013 oleh
Surat dan Akta Notaris yang dibuat diluar negeri dalam bentuk Dokumen
dilegalisir oleh Notaris Publik dan disahkan oleh Konsul Jenderal Rl.
untuk seluruhnya.
a. Para Pihak
HKI/ 2016, para pihak yang berperkara dalam putusan tersebut adalah, S
Hongkong dan beralamat di 37/F, Saxon Tower, 7 Cheung Shun Street, Lai
Chi Kok, Kowloon, Hong Kong, melawan pihak Lie Siu Jin, dan Direktorat
Merek pada Direktorat Jenderal Hak Cipta pada Kementerian Hukum dan
HKI/ 2016, penyebab adanya sengketa pada perkara ini adalah, karena
2007, yang dilakukan oleh Lie Siu Jin, dimana pendaftaran tersebut
Lie Siu Jin atas merek Rabeanco yang didaftarkan oleh Lie Siu Jin pada
Manusia.
2015 hal mana Akta Notaris tersebut telah melegalisasi, membenarkan dan
Diketahui pula dalam perkara ini Dalam perkara ini pihak S & W
elektronik berupa :
Nomor 0854973.
Nomor 1119770.
11 Februari 2004
hanya berupa fotocopy, sebagian ada asli tetapi tidak disertai dengan
tanggal 5 Agustus 2015 tersebut tepat dan beralasan, serta Menyatakan oleh
biaya perkara sejumlah Rp516.000,- (lima ratus enam belas ribu rupiah).
beberapa contoh perkara tersebut di atas, dapat dilihat adanya kesamaan bahwa
penggunaan akta dalam bentuk dokumen elektronik atau hasil print out-nya
dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan dan notaris yang berasal dari luar negeri
157
untuk diajukan sebagai bukti pada pengadilan di Indonesia, pada perkara Putusan
HKI/2015.
BAB IV
DI PENGADILAN
Pengadilan
perekonomian suatu bangsa. Transaksi elektronik adalah salah satu bukti dari
kemajuan teknologi informasi yang sangat dirasakan oleh masyarakat. Peran notaris
di tuntut untuk bisa turut serta dalam perkembangan teknologi dan informasi ter
adanya campur tangan notaris sebagai pihak ketiga yang dipercaya layaknya peran
158
notaris dalam transaksi konvensional. Sangat tidak tepat apabila notaris masih
elektronik, hal ini disebabkan karena kecepatan, ketepatan waktu dan efesiensi
Dalam hukum perdata akta notaris yang merupakan akta otentik, merupakan
alat bukti yang umum digunakan sebagai dasar terjadinya perbuatan hukum, dimana
akta otentik memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna berdasarkan Pasal 1868
Perdata menyebutkan, “Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam
bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang
elektronik kemudian diperkenalkan dengan istilah Cyber Notary. Pada konsep ini
Notaris dituntut untuk bisa dan mampu menggunakan dan memanfaatkan konsep
cyber notary agar tercipta suatu pelayanan jasa yang cepat, tepat dan efesien,
sehingga mampu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, dan efisiensi kerja yang
Jabatan Notaris. Konsep Cyber Notary pun secara eksplisit dapat dilihat dalam
penjelasan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan
159
Notaris yang menyatakan bahwa “Yang dimaksud dengan "kewenangan lain yang
wakaf, dan hipotek pesawat terbang. ” Berdasarkan penjelasan Pasal 15 ayat (3)
tersebut dapat diketahui bahwa Notaris memiliki kewenangan lain salah satunya
(cyber notary). Konsep cyber notary ingin memberi bingkai hukum yaitu agar
tindakan menghadap para pihak atau penghadap dihadapan notaris dan notarisnya
tidak lagi harus bertemu secara fisik (face to face) disuatu tempat tertentu, dalam
hal ini bisa saja para pihak berada di suatu tempat yang berbeda dengan tempat
kedudukan atau wilayah jabatan notaris, disisi lain para pihak berada pada tempat
yang berbeda pula. Hadirnya kewenangan notaris dibidang cyber notary dapat
Di sisi lain, konsep Cyber Notary yang terdapat pada Pasal 15 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris masih cukup jauh tertinggal
dengan konsep Cyber Notary yang berlaku di Amerika, Eropa, maupun yang
terdapat di Jepang.
Konsep Cyber Notary di Eropa pertama kali dikenalkan oleh delegasi Perancis
dalam sebuah forum legal workshop yang diselenggarakan oleh Uni Eropa pada
sebagai suatu pihak yang menyajikan independent record terhadap suatu transaksi
Adapun konsep cyber notary dikenalkan pertama kali oleh American Bar
Association (ABA) pada tahun 1994. Konsep ini mengandung makna bahwa
kapasitas hukum dan tanggung jawab keuangan. American Bar Association dalam
hal ini menjelaskan bahwa, dalam lingkungan komersial saat ini, membangun
keakraban dengan konsep dan keterampilan profesional baik dari bidang keamanan
hukum dan komputer. Menggabungkan dua disiplin ini bukanlah tugas yang
mudah. Konsep dari bidang keamanan informasi sering tidak sesuai dengan konsep
dari bidang hukum. Misalnya, dari sudut pandang keamanan informasi, Tanda
tangan digital berarti hasil penerapan untuk informasi spesifik tertentu tertentu dari
suatu proses teknis. Sejarah Konsep hukum, mengenai tanda tangan adalah lebih
luas. Dari segi sudut pandang hukum, tanda tangan dipergunakan untuk mengenali
setiap surat yang dibuat dengan maksud untuk mengotentikasi yang ditandai
document. Dalam pengaturan digital, konsep hukum dari tanda tangan mungkin
termasuk tanda yang beragam seperti gambar digital dari tanda tangan kertas, notasi
yang diketik, atau bahkan menangani notasi, seperti surat elektronik originasi. Dari
sudut pandang keamanan informasi, tanda tangan electronic sederhana ini adalah
berbeda dari tanda tangan digital yang dijelaskan dalam tutorial ini dan secara teknis
161
segala bentuk komputasi berbasis tanda tangan. Pedoman ini menggunakan tanda
dalam bentuk Dokumen Elektronik Model Law on E-Commerce (1996), dan Model
1. Adanya konsep suatu komunikasi atau kontrak harus secara tertulis, atau
perdata, sebuah konsep yang agak dipahami, yang berarti bahwa keaslian
suatu dokumen telah diverifikasi dan disertifikasi oleh otoritas publik yang
membutuhkan tanda tangan yang ditulis tangan untuk bukti jenis kontrak
lainnya.
pengakuan hukum atas dasar verifikasi tanda tangan elektronik atau metode
163
otentikasi yang digunakan oleh notaris yang berasal dari luar negeri. Tanda
tangan elektronik dari notaris yang berasal (dari luar negeri) harus
yang sederhana dan cepat. Hal ini dapat dilakukan melalui internet dengan
paling tidak di Eropa, biasanya adalah ruang nasional tempat kantor notaris
notaris).
Kemudian terdapat juga konsep Cyber Notary yang dimiliki oleh Jepang
yang diatur dalam Konvensi PBB tentang Kontrak untuk Penjualan Barang
yang baru saja diselesaikan dan penyelesaian yang belum selesai dari Peraturan
Seragam PBB tentang Jaminan Bank dan Surat Kredit bergabung untuk
Konsep EDI ini menggunakan perjanjian model Eropa sebagai dasar, masalah
wajib meliputi :
/ EDIFACT yang disetujui Uni Eropa. Masalah teknis lebih lanjut yang
mungkin ingin diatasi oleh para pihak adalah dalam lampiran teknis
perjanjian.
kontrak disimpulkan sebagai waktu dan tempat di mana pesan EDI yang
Tidak ada kewajiban untuk mengakui tanda terima kecuali diminta. Di UE,
Apa yang merupakan penerimaan dan pada jam berapa itu terjadi?, Posisi
UE).
165
untuk mengatur kontrak yang disimpulkan melalui EDI. Ini adalah praktik
berupaya menjauhkan diri dari keterlibatan apa pun dalam, dan karena itu
bahwa para pihak melepaskan hak apa pun untuk menentang validitas
alasan bahwa hal itu dilakukan oleh EDI. Juga, para pihak sepakat bahwa
rekaman pesan EDI harus dapat diterima oleh pengadilan. Jelas, pengadilan
nasional akan terikat oleh formalitas dan aturan bukti sendiri, sehingga
mengakui).
kehilangan yang tidak sah. Prosedur dan tindakan ini termasuk, khususnya,
verifikasi asal dan integritas. Prosedur dan tindakan khusus dapat ditetapkan
pesan tertentu.
setiap pihak untuk menyimpan catatan lengkap dan kronologis dari semua
penyelesaian sengketa.
Konsep EDI atau Electronic Data Interchange adalah sistem pertukaran dan
melakukan transaksi bisnis rutin dalam format elektronik yang dapat diproses
terima kasih, jadwal harga, permintaan status pesanan, pengiriman dan penerimaan
penjadwalan dan konfirmasi, faktur, dan pembayaran. EDI pada dasarnya adalah
kontrak tanpa kertas elektronik antara dua pihak komersial. Secara implementasi,
konsep EDI sudah diterapkan pada beberapa negara, termasuk Jepang, dan
di Alexandria, Virginia, dan Kamar Dagang Internasional. Tetapi cara terbaik bagi
167
mitra dagang EDI untuk meningkatkan peluang bahwa transaksi EDI mereka akan
dapat ditegakkan secara hukum adalah dengan masuk ke dalam Perjanjian Mitra
Perdagangan EDI.
Perjanjian Mitra Dagang adalah kontrak tertulis antara dua pihak atau lebih
yang ingin berdagang secara elektronik melalui EDI atau teknologi terkait. Paling
tidak, perjanjian harus menyatakan niat para pihak bahwa transaksi EDI mereka
dianggap sah dan dapat ditegakkan sebagai kontrak kertas konvensional. Lebih
transmisi data pihak ketiga digunakan), prosedur keamanan, definisi tanda tangan,
yang dengannya persyaratan “tulisan tertulis” yang berlaku dapat dianggap puas),
arbitrasi dan barang-barang lain seperti yang disepakati pada set transaksi dan
Selain itu pada tahun 1989, kelompok "Sistem Pertukaran Data Elektronik
pada sistem EDI. TEDIS mengembangkan dokumen dalam dua bidang penting dan
relevan pertama:134
134
Leslie Smith, The Role Of The Notary In Secure Electronic Commerce, Queensland University
of Technology, Queensland, Australia, 2006, hlm. 37
168
dari American Bar Association, UK Cyber Notary Association dan pihak-pihak lain
yang berkepentingan, peran baru yang diusulkan dari Electronic atau CyberNotary
dapat diterapkan pada hampir semua transaksi yang memerlukan intervensi dari
pihak ketiga yang tepercaya. Namun, untuk konsep dan realisasi praktisnya untuk
Elektronik harus mereplikasi semua konvensi yang ada sekarang diikuti oleh publik
bebas, kelompok studi Eropa pada akhir 1980-an dengan jelas mengusulkan
seorang spesialis hukum yang memiliki kualifikasi tingkat tinggi dalam teknologi
135
Ibid., hlm. 42-43
169
bersangkutan dan negara asing. Tanda tangan digital, dipandang sebagai media
dianggap memberikan tingkat kepastian konten yang sangat tinggi bersama dengan
waktu dan tanggal "notaris," dan penyisipan dalam protokol notaris untuk keperluan
yang sangat tinggi bersama dengan waktu dan tanggal "notaris," dan penyisipan
Selain itu dalam konsep EDI juga memiliki opsi lainnya untuk menunjang
konsep Cyber Notary, dimana klien secara fisik akan muncul di depan notaris yang
kemudian dapat menghasilkan pasangan kunci publik untuk klien. Proses ini akan
memungkinkan kunci publik klien untuk dibentuk menjadi sertifikat notaris yang
sesuai yang dapat digunakan untuk keperluan verifikasi dalam sistem e-notaris yang
dan menerima kunci kriptografi yang tepat untuk digunakan oleh klien. Pada
136
Ibid., hlm. 43
137
Ibid., hlm. 43-44
170
sertifikat kunci publik kepada klien yang menggabungkan kunci publik klien, yang
Dengan cara ini, pihak yang ingin memverifikasi bahwa tanda tangan digital
memverifikasi tanda tangan. Namun, entitas atau orang yang ingin menggunakan
sertifikat kunci publik untuk proses verifikasi ini harus terlebih dahulu memastikan
diri bahwa sertifikat yang dibuat oleh notaris tersebut valid (tidak ilegal).138
ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, masih
cukup jauh dari perkembangan konsep Cyber Notary yang ada di Eropa, Amerika,
dan Jepang, dimana dalam konsep Cyber Notary di Indonesia, yang terdapat pada
penjelasan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan
transaksi yang di lakukan secara elektronik, dan tidak termasuk dalam proses
tangan elektronik, sebagaimana terdapat dalam konsep EDI dan TEDIS yang
diadposi oleh beberapa negara di Eropa, Amerika, dan Asia seperti Jepang.
Perbedaan tersebut nampak jelas, dimana konsep Cyber Notary yang terstruk
1. Cyber Notary dalam hal ini digambarkan sebagai pengaman lalu lintas
138
Ibid., hlm. 44
171
3. Fungsi sertifikasi dalam hal ini adalah kewenangan untuk bertindak sebagai
4. Hal tersebut dapat terjadi melalui bentuk fungsi notaris konvensional yaitu
atau kekhilafan, serta perjanjian tersebut telah sesuai dengan kehendak para
pihak.
konsep Cyber Notary berdasarkan konsep EDI dan TEDIS tersebut, yaitu :
172
Hukum
Hukum
Hukum
5. Hambatan dari segi kualitas sumber daya manusia, yang dapat mengelola,
139
Novianto Murti Hatoro, Monika Suhayati, dan Denico Doly, Hakim : Antara Pengaturan dan
Implementasinya, Loc. Cit, hlm. 57-58
173
institusi-institusi kenegaraan.
6. Hukum progresif adalah “hukum yang pro rakyat dan “hukum yang pro
keadilan”.
tidak ada untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas
dan lebih besar. Maka setiap kali ada masalah dalam dan dengan Hukum,
adalah untuk manusia, bukan sebaliknya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
hukum tidak ada untuk dirinya sendiri, melainkan untuk sesuatu yang lebih luas dan
174
lebih besar. Maka setiap kali ada masalah dalam dan dengan Hukum, Hukumlah
yang ditinjau dan diperbaiki. bukan manusia yang dipaksakan untuk dimasukkan
ke dalam sistem hukum, mampu dipahami, bahwa hukum atau aturan yang berlaku
masyarakat, sebagai wujud nyata perkembangan hukum Dalam hal ini konsep
elektronik dan atau hasil print out dari sebuah akta otentik yang berbentuk dan atau
dokumen elektronik dan atau hasil print out dari sebuah akta otentik yang berbentuk
dan atau berasal dari dokumen elektronik sudah pernah terjadi dalam beberapa
berikut :
terdapat akta notaris dalam bentuk hasil cetak dari dokumen elektronik
yang dijadikan sebagai alat bukti dalam perkara Hak Cipta dan diakui
175
sebagai alat bukti yang sah. dalam perkara Putusan Mahkamah Agung
elektronik, baik yang berupa surat maupun akta dan hasil cetaknya sebagai
belum dilegalisir oleh Notaris Publik dan disahkan oleh Konsul Jenderal
Rl.
HKI/2016. Pada perkara ini diketahui terdapat pihak yang berperkara yaitu
Limited mengajukan salah satu bukti yaitu hasil print out Akta Notaris
2015 hal mana Akta Notaris tersebut telah melegalisasi, membenarkan dan
merek RABEANCO.
HKI/2016. Pada perkara ini diketahui terdapat pihak yang berperkara yaitu
Corporation mengajukan salah satu bukti yaitu hasil print out Akta Nomor
alat bukti berupa hasil print out atas pendaftaran merek Toyama Tergugat
Dari contoh keempat perkara tersebut, hanya pada Putusan Mahkamah Agung
pembuktian para pihak yang menggunakan akta dalam bentuk dokumen elektronik
dan atau hasil print out dari sebuah akta otentik yang berbentuk dan atau berasal
dari dokumen elektronik, dimana dalam perkara tersebut dapat dilihat bahwa Akta
1965 yang dibuat pada Notaris Nivedita Sen, di Kolkata India, yang merupakan alat
bukti berupa dokumen elektronik, baik yang berupa surat maupun akta dan hasil
cetaknya dapat diakui sebagai alat bukti yang sah, meskipun dokumen tersebut
belum belum dilegalisir oleh Notaris Publik dan disahkan oleh Konsul Jenderal Rl.
Adapun dalam contoh perkara lainnya majelis hakim yang memeriksa perkara-
perkara tersebut menolak penggunaan akta dalam bentuk dokumen elektronik dan
atau hasil print out dari sebuah akta otentik yang berbentuk dan atau berasal dari
177
hasil print out Akta Notaris Hongkong (akta autentik) PAT BOBBY YING HO,
tertanggal 25 Juni 2015 hal mana Akta Notaris tersebut telah melegalisasi,
sebagai alat bukti, kemudian pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 555
Notary Public di Illinois, Amerika Serikat atas Sertifikat Merek Wahl Nomor
HKI/2016 yang menggunakan hasil print out atas pendaftaran merek Toyama
Public di Brasil, Kementerian Luar Negeri Brasil, dan Kedutaan Besar Republik
Indonesia di Brasil.
Indonesia, sejatinya konsep Cyber Notary sudah terdapat pada penjelasan Pasal 15
ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, masih
cukup jauh dari perkembangan konsep Cyber Notary yang ada di Eropa, Amerika,
dan Jepang, dimana dalam konsep Cyber Notary di Indonesia, yang terdapat pada
penjelasan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan
transaksi yang di lakukan secara elektronik, dan tidak termasuk dalam proses
178
tangan elektronik, sebagaimana terdapat dalam konsep EDI dan TEDIS yang
diadposi oleh beberapa negara di Eropa, Amerika, dan Asia seperti Jepang, selain
itu penggunaan akta dalam bentuk dokumen elektronik sebagai bukti di persidangan
di Indonesia sejatinya sudah ada, namun belum cukup banyak di akui sebagai alat
bukri di persidangan.
untuk berhubungan. Namun sampai dengan hari ini, belum ada perundang-
yang tidak sederhana. Untuk mengejar ketinggalan tersebut, tentunya ada hal lain
begitu, menurut Kristiadi, akan tercipta suatu korelasi antara dunia usaha dengan
pengaturan, kiranya tidak sepenuhnya benar, karena bukan teknologinya yang perlu
diatur, tapi pengaturan dari penggunaan dan dampak dari penggunaan teknologi itu
Kegiatan melalui media sistem elektronik, yang disebut juga ruang siber (cyber
perbuatan hukum yang nyata. Secara yuridis kegiatan pada ruang siber tidak dapat
didekati dengan ukuran dan kualifikasi hukum konvensional saja sebab jika cara ini
yang ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan hal yang lolos dari pemberlakuan
hukum. Kegiatan dalam ruang siber adalah kegiatan virtual yang berdampak sangat
nyata meskipun alat buktinya bersifat elektronik.Berkaitan dengan hal itu, perlu
informasi, media, dan komunikasi agar dapat berkembang secara optimal. Oleh
karena itu, terdapat tiga pendekatan untuk menjaga keamanan di dunia maya, yaitu
pendekatan aspek hukum, aspek teknologi, aspek sosial, budaya, dan etika. Untuk
Kepastian sendiri merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum,
terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan
makna karena tidak dapat lagi digunakan sebagai pedoman perilaku bagi setiap
orang. Kepastian sendiri disebut sebagai salah satu tujuan dari hukum. Apabila
hukum, karena keteraturan merupakan inti dari kepastian itu sendiri. Keteraturan
180
atas suatu ketentuan hukum.140 Lebih lanjut Lon Fuller mendeskripsikan bahwa,
Hukum menurut Fuller, harus memenuhi delapan kriteria yang apabila tidak
6. Tidak boleh menuntut suatu tindakan yang melebihi apa yang bisa
dilakukan.
140
Jimmly Asshidiqie dan Ali Safaat, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Loc.Cit., hlm. 138
141
Jimmly Asshidiqqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Loc.Cit., hlm. 242.
181
Selain itu, mengenai kepastian hukum dikemukakan pula oleh Jan M. Otto
sebagaimana dikutip oleh Sidharta, yaitu bahwa kepastian hukum dalam situasi
1. Tersedia aturan-aturan hukum yang jelas atau jernih, konsisten dan mudah
aturan hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat
kepadanya;
3. Bahwa mayoritas warga pada prinsipnya menyetujui muatan isi dan karena
kegiatan notaris membuat keseimbangan yang selama ini telah ada menjadi
sedangkan bagi notaris yang tidak akrab dengan teknologi tersebut akan memilih
untuk bertahan pada tata cara yang selama ini telah dijalankannya. Ada beberapa
notaris dalam melakukan pekerjaannya seperti e-notary, ada pula yang memilih
ada yang mendukung dan ada yang menolak. Problematika utama yang timbul
adalah perdebatan terkait keabsahan akta yang dibuat dalam sistem kerja cyber
notary. Ada juga yang berpendapat bahwa cyber notary bertentangan dengan asas
yang selama ini dipegang yaitu asas tabellionis officium fideliter exercebo, yang
Sebelum membahas lebih jauh terkait keabsahan sebuah akta dalam praktek
cyber notary, perlu ditelusuri kembali mengenai akar kemunculan dari konsep
Committee of the American Bar Association pada tahun 1993, melalui konsep ini
elektronik. Dalam praktek, konsep ini telah diterapkan di Florida dan Alabama,
seringkali terjadi penolakan oleh hukum yang berlaku di negara lain yang salah
satunya adalah Indonesia, terkait keabsahan akta tersebut. Hal yang perlu diingat
bahwa notaris di Amerika sebagai negara yang menganut system common law
memiliki perbedaan dengan notaris di Indonesia yang berasal dari system civil law.
Notaris di Amerika yang dikenal sebagai notary public tidak bertanggung jawab
olehnya, implikasi terkait hal ini terletak pada perbedaan kekuatan pembuktian
terhadap akta yang dibuat. Akta otentik yang dibuat oleh notaris di negara Civil
Lebih lanjut, kekuatan pembuktian yang sedemikian kuat ini muncul dari
kenyataan bahwa notaris di negara civil law memiliki sebuah kewajiban formil yang
lahir dari pelaksanaan asas tabellionis officium fideliter exercebo. Kewajiban itu
berupa kewajiban bahwa notaris itu sendiri harus datang, melihat dan mendengar
dalam setiap pembuatan akta dan ditanda-tangan oleh notaris itu sendiri dan para
Tanda tangan yang ditorehkan, harus tanda tangan asli dari Notaris dan para
penghadap bukanlah tanda tangan elektronik yang bisa ditorehkan di dalam akta
tersebut.
Kewajiban formil ini, menurut hemat peneliti memiliki arti dan manfaat yang
sangat dalam, yaitu dalam memastikan bahwa pihak yang mengadakan perjanjian
tersebut adalah benar-benar pihak yang namanya tertuang dalam komparisi, bahwa
pihak tersebut tidak berada di bawah paksaan, tipuan atau kekhilafan, serta
perjanjian tersebut telah sesuai dengan kehendak para pihak. Kewajiban tersebut
membawa notaris tidak hanya bertanggung jawab terhadap tanda tangannya saja
sebagaimana public notary melainkan juga pada isi dari akta otentik yang dibuat
Pasal 1867 KUHPerdata merupakan alat bukti yang sempurna apabila memenuhi
Kewajiban formil tersebut sejatinya dalam konsep cyber notary yang terdapat
dalam konsep EDI dan TEDIS, dimana dalam konsep EDI dan TEDIS Notaris
conference, menurut hemat peneliti, konsep EDI dan TEDIS yang memungkinkan
Indonesia, terutama ditengah wabah pandemi Covid 19, dengan adanya kebijakan
pembuktian sendiri, sejatinya lewat adanya fasilitas pembuatan perjanjian via video
kepastian hukum, dimana hasil rekaman pembuatan perjanjian via video conference
justru dapat dijadikan sebagai alat bukti dipersidangan mengenai kronologis dari
dibuatnya suatu perjanjian, seandainya terdapat bantahan dari salah satu pihak
yang membuat perjanjian di hadapan notaris, baik berkaitan dengan isi dari
perjanjian, maupun terkait para pihak yang terlibat dalam pembuatan perjanjian
tersebut.
Pembuktian mengenai isi dari perjanjian, maupun terkait para pihak yang
tidak dapat dibuktikan secara nyata atau materiil, dimana selama ini dalam sistem
notaris konvensional, yang dapat dijadikan pegangan sebagai bukti dari dibuatnya
suatu perjanjian maupun akta hanyalah akta itu sendiri, serta surat-surat yang
berhubungan dengan isi akta atau perjanjian yang dibuat, sehingga pembuktian
yang ada dalam sistem notaris konvensional hanyalah pembuktian yang bersifat
185
formil, bukan materiil, namun mengenai proses pembuatan akta itu sendiri, serta
mengenai kebenaran para pihak yang hadir dan terlibat dalam proses pembuatan
bentuk elektronik sebagai hasil praktek cyber notary banyak dianggap oleh notaris
menurunkan kekuatan pembuktian dari akta otentik tersebut. Dimana para notaris
2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dimana akta dalam bentuk
layaknya akta otentik, sehiingga akibatnya saat ini akta dalam bentuk dokumen
elektronik hanya dianggap sebagai akta di bawah tangan yang disamakan dengan
Akta otentik atau akta resmi sendiri dalam penjelasan sebelumnya diketahui
merupakan alat bukti tertulis yang diatur dalam Pasal 1866 KUH Perdata sebagai
urutan pertama, ada juga yang menyebutkan alat bukti surat. Hal ini sesuai dengan
kenyataan jenis surat atau akta dalam perkara perdata, memegang peran yang
penting. Semua kegiatan yang menyangkut bidang perdata, sengaja dicatat dan
dituliskan dalam surat atau akta. Surat-surat akta dapat dibagi menjadi surat-surat
akta resmi (authentiek) dan surat-surat akta di bawah tangan (onderhands). Dalam
hal akta sebagai alat bukti surat, dimana akta resmi ialah suatu akta yang dibuat
dimaksudkan itu ialah notaris, hakim, jurusita pada suatu pengadilan, pegawai
tersebut dalam sebuah akta, sehingga perbuatan tersebut dinamakan partij akte,
sedangkan jika suatu akta resmi mengandung proses verbal tentang suatu perbuatan
yang telah dilakukan notaris atau juru sita seperti lelang atau penyitaan harta benda
Adapun mengenai kekuatan pembuktian, selama ini akta otentik atau akta
resmi mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna, artinya apabila suatu pihak
mengajukan suatu akte resmi, hakim harus menerimanya dan menganggap apa yang
ditulis di dalam akta, sungguh-sungguh telah terjadi sehingga hakim tidak boleh
tiap akta atau dengan perantaraan seseorang pejabat umum, misalnya surat
perjanjian jual beli atau sewa menyewa yang dibuat dan ditanda tangani sendiri.
konsep cyber notary tidak diterapkan secara serta merta mengingat adanya
perbedaan mengenai fungsi dan kewenangan notaris dan public notary. Selain itu,
perubahan terhadap ketentuan baik pengertian maupun syarat terkait akta otentik
harus dikaji secara lebih mendalam sampai kepada alasan filosofis yang
menciptakan pengertian maupun syarat tersebut yang meskipun terlihat kuno dan
terkesan memaksa notaris untuk tetap bekerja secara tradisional justru memiliki
187
pertimbangan hukum yang lebih baik dan memberikan perlindungan yang lebih
kuat sehingga menjaga keutuhan kekuatan pembuktian dari akta otentik tersebut
yaitu terkait tiga hal, kekuatan pembuktian formil, kekuatan pembuktian materiil,
Sebagai jalan keluar, Indonesia sebagai negara civil law dapat memberikan
penggunaan teknologi guna menjaga keabsahan dari sebuah akta otentik tersebut
agar tetap sejalan dengan semangat utama adanya profesi notaris sebagai seorang
untuk hadir di hadapan notaris, sebagai solusi pengertian notaris ini diperluas
bahwa kedua belah pihak ini tidak harus hadir pada satu notaris yang sama, namun
cyber notary dalam praktek di negara civil law tidak menghapuskan kewajiban dari
penegak hukum, secara nyata hal ini dapat dilihat pada beberapa contoh perkara di
Agung Nomor 752 K/Pdt.Sus-HKI/2016 dimana dalam perkara ini pihak S&W
Handsbag Limited menggunakan alat bukti hasil print out Akta Notaris Hongkong
(akta autentik) PAT BOBBY YING HO, tertanggal 25 Juni 2015 hal mana Akta
sertifikat atas merek RABEANCO sebagai alat bukti, kemudian pada Putusan
tersebut, pihak Wahl Clipper Corporation menggunakan alat bukti hasil print out
Akta Nomor 527562 Notary Public di Illinois, Amerika Serikat atas Sertifikat
Merek Wahl Nomor IDM000208858 dan IDM000208859 atas nama badan hukum
Wahl Clipper Corporation, serta hasil Putusan Mahkamah Agung Nomor 555
LTDA menggunakan alat bukti hasil print out atas pendaftaran merek Toyama
Public di Brasil, Kementerian Luar Negeri Brasil, dan Kedutaan Besar Republik
Indonesia di Brasil.
surat yang diajukan, sehingga bukti-bukti surat Penggugat tidak mempunyai nilai
menggunakan alat bukti hasil print out Akta Nomor 527562 Notary Public di
Illinois, Amerika Serikat atas Sertifikat Merek Wahl Nomor IDM000208858 dan
bahwa “Judex Facti/Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak
oleh Terlawan hanya berupa fotocopy, sebagian ada asli tetapi tidak disertai dengan
tersebut diketahui bahwa pihak S&W Handsbag Limited dalam perkara tersebut,
menghadirkan hasil print out Akta Notaris Hongkong (akta autentik) PAT BOBBY
YING HO, tertanggal 25 Juni 2015 hal mana Akta Notaris tersebut telah
bahwa dokumen yang dibuat oleh para pihak itu memang benar ditandatangani oleh
para pihak dan proses itu disaksikan oleh seorang Pejabat Umum dalam hal ini
adalah Notaris pada tanggal yang sama dengan waktu penandatanganan itu.142
Hal yang sedikit berbeda terjadi Putusan Mahkamah Agung Nomor 555
K/Pdt.Sus-HKI/2015 dimana dalam perkara ini, majelis hakim justru sama sekali
142
Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia, Jakarta, 2018. hlm. 1226
190
diajukan oleh pihak Toyama Do Brasil Maquinas LTDA, dimana majelis hakim
keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah meneliti secara
facti, dalam hal ini Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak
1. Bahwa tidak terbukti dalil Penggugat bahwa Toyama adalah merek terkenal
pelanggaran merek;
Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam perkara ini
LTDA tersebut harus ditolak.” sedangkan dalam perkara ini diketahui bahwa pihak
Toyama Do Brasil Maquinas LTDA, mengajukan alat bukti berupa hasil print out
Namun dalam salah satu contoh perkara yang diketemukan oleh peneliti,
terdapat perkara dimana majelis hakim mengakui kekuatan pembuktian akta atau
191
dokumen elektronik, dimana hal ini dapat diketemukan dalam perkara Putusan
mengakui pembuktian para pihak yang menggunakan akta dalam bentuk dokumen
elektronik dan atau hasil print out dari sebuah akta otentik yang berbentuk dan atau
berasal dari dokumen elektronik, dimana dalam perkara tersebut dapat dilihat
23 Agustus 1965 yang dibuat pada Notaris Nivedita Sen, di Kolkata India, yang
merupakan alat bukti berupa dokumen elektronik, baik yang berupa surat maupun
akta dan hasil cetaknya dapat diakui sebagai alat bukti yang sah, meskipun
dokumen tersebut belum belum dilegalisir oleh Notaris Publik dan disahkan oleh
Konsul Jenderal Rl, dimana pertimbangan majelis hakim dalam perkara Putusan
nama badan hukum milik Pemohon Kasasi/penggugat sejak tahun 1965 (P-1a, P-
1b dan P-2a, P-2b sehingga pendaftaran merek yang menggunakan nama badan
Mengutip teori dari Lon Fuller yang menyatakan bahwa salah satu syarat dari
adanya kepastian hukum adalah harus ada kesesuaian antara peraturan dengan
Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tersebut
dapat diubah agar dalam pelaksanaannya, konsep Cyber Notary, memliki kepastian
secara hukum, dimana pengaturan yang diperlukan menurut hemat peneliti untuk
menjamin kepastian dan menjaga kekuatan hukum pembuktian dari akta dalam
bentuk dokumen elektronik yang dibuat dengan konsep Cyber Notary, diantaranya
adalah:
terkait siapa saja para pihak yang terlibat dalam pembuatan suatu
akta tersebut.
tidak dijalankan oleh para pihak terkait, tidak terkecuali bagi notaris itu
sendiri.
memeriksa keabsahan dari akta atau perjanjian yang dibuat dalam bentuk
194
atas penggunaan akta dalam bentuk dokumen elektronik pengganti akta autentik
bertentangan dengan regulasi hukum yang ada yaitu ketentuan Pasal 5 ayat 4 huruf
2016, dan Pasal 16 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 yang kini telah
cyber notary sebagai bukti di pengadilan, dihubungkan dengan teori dari Lon
Fuller, yang menyatakan bahwa, unsur dari kepastian hukum adalah adanya
hukum, maka untuk dapat mendukung konsep cyber notary, maupun penggunaan
195
akta dalam bentuk dokumen elektronik sebagai pengganti akta autentik, diperlukan
pembuatan perjanjian atau akta, via video conference, serta pemanfaatan teknologi
dokumentasi pembuatan perjanjian atau akta, via video conference terkecuali bukti
perjanjian atau dokumen dalam bentuk dokumen elektronik memiliki nilai kekuatan
hukum pembuktian yang sempurna selama dibuat sesuai dengan syarat-syarat yang
diatur dalam Undang-Undang Jabatan Notaris, Kode Etik Notaris, maupun aturan
mengenai proses pembuktian dan pemeriksaan otentifikasi atas akta atau perjanjian
atau dokumen dalam bentuk dokumen elektronik, pengaturan sanksi baik yang
keabsahan dari akta atau perjanjian yang dibuat dalam bentuk dokumen elektronik
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
cukup jauh berbeda dari konsep Cyber Notary yang ada di Eropa,
Amerika, dan Jepang, yang terdapat dalam konsep EDI dan TEDIS,
B. Saran
mengatasi kendala yang ada saat ini ditengah wabah covid 19 dimana
DAFTAR BACAAN
A. BUKU-BUKU
Adriaan W. Bedner dan Jacqueline Vel, Kajian Sosiolegal : Edisi Terjemahan
Theresia Dyah Wirastri, Denpasar: Pustaka Larasan, 2012
Agus Surono, Fiksi Hukum Dalam Pembuatan Peraturan Perundang-Undangan,
Jakarta : Universitas Al-Azhar Indonesia, 2013.
Ahmad Ramli, Naskah Akademik Rancangan Aturan Pemerintah Tentang
Transaksi Elektronik, Jakarta : BPHN, 2015.
Alfred E. Piombino, Cyber Notary Public Handbook : Practice, Case, and
Principles, Coolidge Press, New York, 2018.
Ali Imron, dan Muhammad Iqbal, Hukum Pembuktian, UNPAM Press, Banten,
2019.
Ali Imron, Hukum Pembuktian dan Praktik Peradilan, Unpam Press, Pamulang,
2019.
Amelia H. Boss, Electronic Data Interchange Agreements: Private Contracting
Toward a Global Environment, Temple Unv. Press, Los Angeles, USA,
2012
American Bar Association, Digital Signature Guidelines, United States of America:
American Bar Association, 1996.
Ari Krisnawati, Pembuktian Perkara Perdata, Udayana Press, Denpasar, 2015.
Bambang Winarto, Jurnal, Kesadaran Notaris terhadap Kewajiban Jabatannya,
Jakarta : UIN Press, 2014.
County Technical Assistan Service Team, Notary Public Handbook : Cyber Notary
Concept, CTAS Tennessee Edu. Co., Tennessee, USA, 2016.
County Technical Assistant Team From Institute For Publics, Notary Public
Handbook, Tennesee, USA, Institute For Publics Press, 2018.
Dandy Hernady, Alat Bukti Dalam Hukum Acara Perdata, Deeppublisher,
Yogyakarta, 2019.
Deasy Soekrimo, Proses Pembuktian Dan Penggunaan Alat Bukti Pada Perkara
Perdata, UNSRAT Press, Manado, 2014.
Diandra Preludio, Benny Prasetyo, dan Muhtar Said, Dialekta Hukum Progresif,
Kaum Tjipian, Semarang, 2014.
Didik Haryadi Santoso, Covid 19 : Dalam Ragam Tinjauan Perspektif, MBridge
Press, Depok, 2020.
201
Emma Nurita, Cyber Notary, Pemahaman Awal dalam Konsep Pemikiran, Refika
Aditama, Bandung, 2012
Febrika Nola, Peluang Penerapan Cyber Notary Dalam Peraturan Perundang-
Undangan DI Indonesia, BPHN, Jakarta, 2011.
Fernando Kobis, Pembuktian Surat Dalam Hukum Acara Perdata, Kencana,
Jakarta, 2018.
Fitria Pratiwi dan Lis Sutinah, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Perdata, Visimedia, Jakarta, 2015
Ghansam Anand, Karakteristik Jabatan Notaris Di Indonesia,Zifatama, Jakarta,
2014
Habib Adjie, Kebatalan dan Pembatalan Akta Notaris, Bandung : Refika Aditama,
2013.
Habib Adjie, Penafsiran Tematik Hukum Notaris Indonesia, Jakarta : Narotama
Press, 2014.
Habib Adjie, Penafsiran Tematik Hukum Notaris Indonesia, Refika Aditama,
Jakarta, 2015
H.. Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata,Bandung :
Alumni, 2014.
I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perdata Mengenai Orang dan Kebendaan, Jakarta :
FH Utama, 2011.
Januarse H. Djami Riwu, Materi Pokok Hukum Perdata, Nusa Tenggara Timur :
Nusa Cendana Press, 2014.
Jimmly Asshidiqie dan Ali Safaat, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Sekretariat
Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006
Jimmly Asshidiqqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Sekretariat Jenderal
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2016
Jimmly Asshidiqqie, Perihal Undang-Undang, Mahkamah Konstitusi, Jakarta,
2013
Josua Sitompul, Cyberspace, Cybercrimes, Cyberlaw : Tinjauan Aspek Hukum
Pidana, Tatanusa, Jakarta, 2012
Laila M. Rasyid, dan Herinawati, Modul Pengantar Hukum Acara Perdata,
Lhokseumawe : Unimal Press, 2015.
Leslie Smith, The Role Of The Notary In Secure Electronic Commerce, London,
Inggris : Queensland University of Technology, 2006.
Merry Magdalena, Undang-Undang ITE : Don’t Be The Next Victim, Jakarta :
Gramedia, 2014.
202
B. UNDANG-UNDANG
Joan Venzka Tahapary, Keabsahan Tanda Tangan Elektronik Sebagai Alat Bukti
Yang Sah Ditinjau Dalam Hukum Acara Perdata, Universitas Indonesia :
Depok, 2016
Putri Visky Saruji, Jurnal Tesis, Kekuatan Hukum Pembuktian Tandatangan Pada
Dokumen Eelektronik Sebagai Alat Bukti Dalam Hukum Acara Perdata,
Universitas Udayana : Denpasar, 2017
JAWABAN
JAWABAN
1. Konsep cyber notary pada dasarnya sudah diketahui oleh para notaris di
Indonesia, yaitu konsep pemanfaatan media telekomunikasi dibidang cyber,
dengan memanfaatkan sarana komunikasi dan informasi elektronik, seperti
media teleconference, tanda tangan digital, dan dokumen elektronik.
2. Di Indonesia saat ini secara kondisi dan situasi sebenarnya cukup
mendukung untuk dikembangkannya konsep cyber notary, namun pada
dasarnya payung hukum yang ada belum mendukung adanya konsep cyber
notary di Indonesia, serta perangkat notaris maupun pemerintah yang ada
saat ini juga belum mampu mendukung konsep cyber notary.
3. Konsep cyber notary serta hubungannya dengan dokumen elektronik secara
konseptual, dapat di maknai, dimana Konsep cyber notary merupakan
konsep yang mengatur mengenai tata cara bagi notaris dalam menjalankan
tugas dan fungsinya sebagai pejabat pembuat akta notariil atau akta otentik,
dengan memanfaatkan saran teknologi komunikasi dan media penyaringan
dan pendistribusian informasi melalui media elektronik, dimana akta dalam
bentuk dokumen elektronik merupakan hasil akhir dari proses konsep cyber
notary.
4. Pada dasarnya, generasi muda notaris, yang tidak awam dengan
pemanfaatan sarana teknologi komunikasi, media sosial, dan media
elektronik, seharusnya sudah bisa memanfaatkan teknologi, sistem
komunikasi, dan informasi yang ada untuk dapat mendukung konsep cyber
notary, namun para generasi notaris yang lebih tua, khususnya yang masih
sangat awam dengan teknologi komunikasi, media sosial, dan media
elektronik, tentunya akan sangat sulit dalam menerapkan konsep cyber
notary
5. Pada dasarnya terdapat beberapa pihak notaris yang mendukung
penggunaan dan pemanfaatan teknologi, sistem komunikasi, dan informasi
yang ada untuk dapat membuat akta dalam bentuk dokumen elektronik,
serta ingin mengakui keabsahan hasil print out dari dokumen elektronik
tersebut, namun dengan ketentuan hukum yang ada saat ini, yang masih
melarang adanya pembuatan akta dalam bentuk dokumen elektronik,
tentunya hal tersebut bertentangan dengan harapan dan keinginan beberapa
notaris yang ada.
6. Yang akan menjadi faktor pendukung konsep cyber notary diterapkan di
Indonesia diantaranya adalah :
a. Adanya anggapan bahwa konsep cyber notary akan memudahkan
Notaris dalam menjalankan tugas dan fungsinya, tanpa terhalang jarak
dan waktu.
212
Desa
lambangsari,
Bekasi, 22
Februari 2021