Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari tahun ke tahun, derajat kesehatan rakyat telah mengalami perbaikan. Indikator
penting untuk mengukur derajat kesehatan antara lain adalah angka kematian bayi. Angka
kematian bayi (AKB) di Propinsi Kalimantan Selatan pada tahun 1999 adalah 85 per 1000
kelahiran hidup, tahun 2000 yaitu 50 per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih cukup
tinggi jika dibandingkan AKB nasional sebesar 41,44 per 1000 kelahiran hidup.
Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan bahwa 70% sebab kematian bayi yang utama adalah
diare, radang akut saluran nafas dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(Fitriadi. 2005).

Salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah adalah TBC. Penyakit TBC pada bayi
dan anak dapat dicegah dengan beberapa cara seperti imunisasi BCG (Bacillus Calmette-
Guerin), pengobatan untuk pencegahan (kemoprofilaksis), menghindari kontak dengan
penderita TBC, mendiagnosis dan mengobati kasus TBC dewasa secara tepat, serta dengan
menerapkan strategi DOTS (Alatas H. 2002).

Dalam 'Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis' yang dikeluarkan


Departemen kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2003, diperkirakan terdapat 8
juta kasus baru terjadi di seluruh dunia setiap tahun dan hampir 3 juta orang meninggal
sebagai akibat langsung dari penyakit ini. Kasus tuberculosis pada anak terjadi sekira 1,3
juta setiap tahun dan 450.000 di antaranya meninggal dunia. Laporan World Health
Organization (WHO), tahun 1997, menyebutkan Indonesia menempati urutan ketiga dunia
dalam hal jumlah kasus TBC setelah India dan Cina. Pada tahun 1999 WHO
memperkirakan, dari setiap 100.000 penduduk Indonesia akan ditemukan 130 penderita baru
TBC paru dengan bakteri tahan asam (BTA) positif (Depkes RI. 2000).

Menurut Prof dr Djauhar Ismail MPH, PhD, SpAK, guru besar Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) daya kekebalan vaksin BCG
untuk mencegah infeksi tuberkulosis paru pada anak sangat rendah. Namun vaksin ini masih
dapat mencegah penyakit tuberkulosis bentuk yang berat seperti tuberkulosa selaput otak,

1
bentuk miliair, dan tuberkulosa tulang. Di dunia daya kekebalan vaksin BCG untuk
mencegah infeksi tuberkulosis range-nya antara 0 persen sampai 80 persen, sedangkan di
Indonesia hanya sekitar 20 persen. Namun untuk pencegahan TBC bentuk berat bisa 60-70
persen (Alatas H. 2002).

Upaya imunisasi BCG yang telah dilaksanakan oleh Departemen kesehatan R.I. secara
nasional sudah mencakup 96,3% (2001), tetapi di daerah-daerah terpencil cakupan tersebut
secara keseluruhan belum tercapai Mengingat kondisi tersebut, maka perlu adanya upaya
untuk meningkatkan cakupan imunisasi BCG untuk mencegah terjadinya penyakit TBC
yang sangat mematikan ini (Depkes RI. 2000).

Kecamatan Sukomoro terdiri dari 6 desa, 3 desa diantaranya berpenduduk padat


dengan kondisi sosial ekonomi rendah, dalam 1 tahun di 3 desa tersebut cakupan imunisasi
BCG hanya menakup 40% dari keseluruhan jumlah bayi yang ada.

Berdasarkan beberapa penelitian ternyata diketahui beberpa faktor yang


mempengaruhi keberhasilan imunisasi BCG yaitu : kunjungan petugas vaksinasi, jumlah
kader desa, jumlah posyandu, pendanaan vaksinasi, social ekonomi, pendidikan, dan budaya.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah penyebab rendahnya cakupan imunisasi BCG dan bagaimana meningkatkan
cakupan tersebut pada 3 desa di kecamatan Sukomoro?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui penyebab rendahnya cakupan imunissi BCG dan merencanakan program
peningkatan cakupan imunisasi BCG untuk mencapai 80% di 3 desa wilayah keamatan
Sukomoro.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi berbegai factor rendahnya cakupan imunisasi BCG
2. Alternative untuk memecahkan masalah agar cakupan imunisasi BCG tercapai hingga
80 %.

2
BAB II

ANALISIS KASUS

SKENARIO

PROGRAM IMUNISASI BCG

Dr.Puskesmas Sukomoro mengevaluasi program vaksinasi BCG di wilayahnya.


Kecamatan Sukomoro terdiri dari 6 desa, 3 desa penduduknya padat dengan kondisi
sosial ekonomi rendah, pendidikan rata rata hanya lulus Sekolah Dasar sebagian kecil
SMP dan SMA. Di 3 desa tersebut dalam 1 tahun hanya dapat meng cover 40 % bayi .

Masalah yang ditemukan adalah :

a) Kurangnya kunjungan petugas vaksinasi yang bertugas didesa tersebut.


b) Belum adanya cukup kader desa yang membantu melayani kesehatan masyarakat.
c) Kurangnya posyandu
d) Pendanaan untuk vaksinasi cukup
e) Masalah sosial ekonomi yang rendah
f) Pendidikan yang rendah
g) Masalah budaya dll

Tujuan Pembelajaran

1) Mahasiswa mampu membuat perencaan program vaksinasi hingga mencapai cakupan


minimal 80%.
2) Mahasiswa mampu membuat prioritas supaya program imunisasi dapat mencapai
target. (gambarkan dengan Fish bone)
3) Mahasiswa dapat menjabarkan masing masing yang menunjang pelaksanaan program
(menerangkan masing masing item dalam fish bone bila program dalam item tersebut
dilaksanakan)

3
2.1 Masalah Yang Ditemukan

Pada sekenario diatas ditemukan berbagai masalah yang terjadi di 3 desa kecamatan
Sukomoro, diantaranya:

a. Kurangnya kunjungan petugas vaksinasi yang bertugas didesa tersebut


b. Belum adanya cukup kader desa yang membantu melayani kesehatan
masyarakat
c. Kurangnya posyandu
d. Social ekonomi yang rendah
e. Pendidikan yang rendah
f. Masalah budaya

 Pendanaan untuk vaksinasi yang cukup bukan merupakan masalah, sebaliknya


pendanaan vaksinasi yang cukup merupakan faktor penunjang yang baik untuk
program immunisasi BCG.

2.2 Analisa Fish Bone

Diagramfishbone (diagram tulang ikan) sering juga disebut Cause and Effect Diagram
atau Ishikawa Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian
kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools).
Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab
masalah. Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika
masalah dan akar  penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone diagram ini dapat
menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah (Kusnadi, Eris. 2011).

4
Masukan
Proses

metode tenag
a
fasilitas Kurangnya
kader
Kurangnya
kunjungan vaksinasi Kurangnya
posyandu Cakupan
Imunisasi
BCG 80%
Pendidikan Masalah
yang rendah Budaya

Peran
masyaraka

Sosial ekonomi
rendah

Lingkungan

Gambar. 1. “Fishbone” Cakupan imunisasi BCG

5
2.3 Penyelesaian masalah

Untuk meningkatkan cakupan imunisasi BCG pada kecamatan Sukomoro perlu


dilakukan beberapa penyelesaian masalah. Berdasarkan masalah yang telah dianalisis
berikut beberapa penyelesaian yang dapat dilakukan.

1. Masukan
a. Kurangnya Kader dimasyarakat
Pada sekenario diatas Dilaporkan pada pada kecamatan Sukomoro telah
kekurangan kader desa.
Penyelesaian
Masalah kurangnya jumlah kader desa dapat dipecahkan denga perekrutan
kader desa, yang sebelumnya masyarakat diberi penyuluhan tentang tugas yang
dimiliki kader desa yang berhubungan dengan pelaksanaan vaksinasi. Setelah
terkumpulnya kader desa yang baru maka dapat dilakukan pelatihan untuk
kader desa tersebut.

b. Kurangnya Posyandu
Pada kecamatan Sukomoro, terdapat ketidakseimbangan antara jumlah bayi
lahir dan jumlah balita dengan jumlah posyandu yang ada di kecamatan
Sukomoro.
Penyelesaian
Untuk memecahkan masalah ini diperlukan kerjasama masyarakat untuk
bergotong royong dalam pembuatan posyandu

2. Lingkungan
a. Social ekonomi rendah
Kondisi ekonomi masyarakat di kecamatan sukomoro dikelompokkan menjadi
kondisi ekonomi menengah kebawah.
penyelesaian
Salah satu upaya dalam penanggulangan kemiskinan adalah dengan
pemberdayaan, misalnya pemberdayaan lingkungan dan pembedayaan

6
kewirausahaan. Program yang dapat dilakukan pada masalah ini adalah
program kebijakan, contohnya : PKPS BBM yang terdiri dari program bagi-
bagi uang atau BLT, P2KP yang kemudian diganti menjadi PNPM dengan
aneka ragam jenis PNPM, program BOS, RASKIN, Askeskin, Kredit Usaha
Rakyat (KUR)

b. Pendidikana yang rendah dan masalah budaya


Pada masalah budaya masih banyak masyarakat yang beranggapan jika
dilakukan imunisasi bayinya jadi demam dan sekarang masih adanya
perdebatan tentang anggapan vaksinasi yang menyebabkan autis. Masyarakat
yang memiliki sosial ekonomi rendah mungkin saja beranggapan bahwa
imunisasi dan vaksinasi memerlukan biaya. Hal ini menyebabkan kurangnya
parsitipasi masyarakat untuk melakukan vaksinasi. Pendidikan yang rendah
berpengaruh pada kurangnya kesadaran masyarakat akan vaksinasi BCG pada
bayi.

Penyelesaian
Masyarakat kecamatan Sukomoro pelu diberikan edukasi agar tidak ada
anggapan bahwa imunisasi untuk bayi bersifat merugikan. Hal ini bisa
dilakukan dengan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat.

3. Proses
a. Peningkatan frekuensi kegiatan petugas vaksinasi menjadi dua kali lipat.
Dilaporkan bahwa pada kecamatan Sukomoro frekuensi kunjungan petugas
vaksinasi BCG rendah. Penyebab kurangnya kunjungan petugas vaksinasi
antara lain sebagai berikut :
 Kurangnya motivasi petugas vaksinasi
 Ketidak adanya transportasi
penyelesaian
Penyelesaian untuk masalah ini adalah dengan meningkatkan jumlah petugas
atau dengan meningkatkan frekuensi kunjungan 2 kali lipat berhubung target

7
pencapaian cover rage 40% harus ditingkatkan menjadi minimal 80%. Namun,
perencanaan program dengan peningkatan jumlah petugas akan memakai biaya
yang sangat besar. Jadi solusi yang digunakan adalah dengan meningkatkan
frekuensi kunjungan petugas. Metode yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah adalah dengan meningkatkan actuating, yaitu sebagai
berikut :
 Meningkatkan motivasi petugas vaksinasi
- Brain Storming
Diadakan pelatihan untuk petugas vaksinasi. Hal ini akan membuat
petugas vaksinasi sadar akan SOP (Standard Operating Procedure) dan
bertindak sesuai SOP tersebut.
- Sistem reward (gaji)
Pemberian reward akan meningkatkan motivasi petugas vaksinasi.
Misalnya kenaikan gaji atau pemberiangaji sesuai dengan jumlah bayi
yang divaksinasi.
 Penyediaan transportasi atau biaya untuk transportasi
Penyediaan transport khusus untuk vaksinasi akan mempermudah
pelaksanaan vaksinasi atau disediakannya anggaran khusus untuk biaya
transportasi petugas vaksinasi saat menjalankan tugas.

2.4 Skala Prioritas Masalah Yang Ditemukan

Untuk mempermudah penyelesaian masalah pada sekenario diatas dapat menggunakan


system scoring. Hal ini dilakukan agar mahasiswa mampu menyusun urutan dari yang
tertinggi sampai yang terendah.

Tabel. System Scoring Permasalahan

No. Masalah Efektifitas Efisiensi Hasil


M I V C MxIxV
P=
C

8
1. Peningkatan frekuensi kerja 5 4 5 4 25
petugas vaksinasi
2. Merekrut kader desa yang 4 3 3 2 18
membantu kesehatan
masyarakat.
3. Penyuluhan vaksinasi 3 3 2 2 9
4. Bantuan langsung tunai/ 4 2 2 1 2
KUR
5 Pembangunan posyandu 3 2 1 3 2
Keterangan :
P : Prioritas jalan keluar
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini dilaksanakan
(turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, Biaya yang diperlukan

2.5 Tinjauan Pustaka


2.5.1 Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya terhadap seseorang. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya
akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. (Umar, 2006).

2.5.2 Imunisasi BCG


BCG (Bacillus Calmette-Guerin) adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC.
Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan, ditemukan oleh Calmette dan Guerin
(Muslihatun, 2010).
Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%.
Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang.

9
Penyimpanan pada suhu < 5°C terhindar dari sinar matahari (indoor day-light)
(Depkes RI, 2009).

2.5.3 Manfaat imunisasi BCG


a. Untuk anak:
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat
atau kematian.
b. Untuk keluarga:
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya
menjalani masa kanakkanak yang nyaman.
c. Untuk Negara:
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan Negara (Ranuh,2008).

2.5.4 Tujuan imunisasi BCG


Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tuberculosis pada
seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) (Ranuh,2008).
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar
dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit
tuberculosis. Secara umum tujuan imunisasi BCG antara lain:
a) Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit tuberculosis.
b) Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit tuberculosis.
c) Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka
kematian) pada balita.

2.6 Jumlah Populasi Anak di Indonesia

10
Penduduk di Indonesia berdasarkan sensus pada tahun 2010 berjumlah 237.556.363
jiwa. Jumlah penduduk ini terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan populasi terbanyak
berada di pulau Jawa. Jumlah penduduk berdasarkan umur, untuk bayi usia 0-1 tahun
berjumlah 24 156 723 jiwa. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan jumlah bayi
usia 0-1 tahun sekitar 10% dari total populasi penduduk Indonesia (BPS. 2011).

Untuk mengtahui target cakupan imunisasi pada 3 desa wilayah kecamatan Sukomoro
dapat menggunakan rumus dibawah. Dengan jumlah target cakupan bayi sebanyak (Px
10%)80%.

B= (P x 10%) x T

Keterangan

B: jumlah bayi
P: populasi
T: target cakupan.

2.7 Manejemen Penyelesaian Masalah

Menurut Harrington Emerson dalam Phiffner John F. dan Presthus Robert V. (1960)
manajemen mempunyai lima unsur (5M), yaitu:

1. Man
2. Money
3. Materials
4. Machines
5. Methods

Pelaksanaan program untuk menyelesaikan masalah cakupan imunisasi di kecamatan


sukomoro mengacu pada 5M diatas:

1. Man
Merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh organisasi. Dalam manajemen,
faktor manusia adalah yang paling menentukan. Hal yang dapat kita lakukan adalah

11
memberi pelatihan kepada tenaga pelaksana di Posyandu dalam hal pemberian
imunisasi dan bagaimana cara untuk mensosialisasikan manfaat dari imunisasi.
2. Money
Uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala
sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa
uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
3. Materials
Material dalam hal ini adalah vaksin yang digunakan untuk melaksanakan imunisasi
tersebut. Pemberian vaksin disesuaikan dengan usia dan jumlah penerima imunisasi
sehingga material yang ada dapat digunakan secara efisien.
4. Machines
Machine dalam hal ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyimpanan,
distribusi dan pemakaian vaksin yang akan digunakan dalam program imunisasi. Oleh
karena itu, kita harus memberi informasi tentang prosedur pengelolaan vaksin tersebut
kepada petugas pelaksana di lapangan.
5. Methods
Metode yang dilaksanakan agar kegiatan imunisasi tersebut berjalan sesuai dengan
program adalah mengadakan penyuluhan kepada setiap desa, mengubah pola pikir
masyarakat mengenai adanya adat istiadat terhadap imunisasi, mensosialisasikan
kepada masyarakat tentang manfaat imunisasi dan menyelenggarakan kegiatan
imunisasi ditempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat.

d)

12
BAB III
RENCANA PROGRAM
3.1 Rencana Program

Berdasarakan skala prioritas pada BAB peneyelesaian masalah didapatkan hasil


Peningkatan frekuensi kerja petugas vaksinasi sebagai skor yang tertinggi. Tentunya rencana
program mengacu pada Peningkatan frekuensi. Rencana program yang dapat dilakukan
untuk melaksanakan penyelesaian terebut terlampir pada tabel dibawah.

13
Tabel 2. Rencana Kegiatan Peningkatan Frekuensi Kerja

No. Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian Kegiatan Lokasi Tenaga Jadwal Kebutuhan
Kegiata Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan.
n
1. Pembekalan Petugas Untuk 1x  Pemberian Balai Desa Narasumber Dilakukan 1x  Tempat
petugas vaksin meningkatkan Materi pelaksanaan
Vaksin pengetahuan Vaksinasi  Materi
petugas  Evaluasi  Narasumber
vaksinasi Pemberian  Alat tulis kantor
Materi  Konsumsi

2. Reward Gaji Petugas Untuk 1x - - Bendahara Setiap selesai Uang


vaksin meningkatkan puskesmas kegiatan vaksinasi
motivasi kerja
3. Pembuatan Tim Vaksin Sebagai 1x Pembuatan SOP Kantor Puskesmas Tim vaksin Sebelum kegiatan Inventaris
SOP Puskesmas pedoman yang disetujui PKM(laptop, printer,
pelaksanaan kepala Puskesmas kertas, tinta, dll)
vaksin
4. Pengadaan Masyarakat Untuk 1x Pengajuan ke - - - Proposal pengajuan
transportasi mempermudah Dinas Kesehatan transportasi.
mobilisasi
petugas vaksin

14
15
BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan

BCG (Bacillus Calmette-Guerin) adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC.


Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan, ditemukan oleh Calmette dan Guerin
(Muslihatun, 2010).

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit
tuberculosis (Ranuh,2008).

Dari data skenario yang kami analisis dapat disimpulkan kecamatan sukomoro hanya
dapat mengcover 40% bayi dikarenakan masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya kunjungan petugas vaksinasi yang bertugas didesa tersebut.

2. Belum adanya cukup kader desa yang membantu melayani kesehatan masyarakat.
3. Kurangnya posyandu
4. Masalah sosial ekonomi yang rendah
5. Pendidikan yang rendah
6. Masalah budaya dll

Untuk mengcover 80% bayi dikecamatan sukomoro diperlukan penyelesaian masalah


berupa Peningkatan frekuensi kerja petugas vaksinasi. Hal ini bisa dilakukan dengan
menyusun rencana program diantaranya:

 Pembekalan Petugas Vaksin


 Reward Gaji
 Pembuatan SOP
 Pengadaan Transportasi

16

Anda mungkin juga menyukai