KARSINOMA PARU
A. Pengertian
Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada umumnya
berupa lapisan sel yang terletak pada saluran udara. Dua tipe utama kanker
ini adalah kanker paru-paru sel kecil (SCLC) dan kanker paru-paru non-sel
kecil (NSCLC). Tipe-tipe ini didiagnosa berdasarkan bentuk sel yang
terlihat di bawah mikroskop. Lebih dari 80% kanker paru-paru merupakan
tipe kanker paru-paru non-sel kecil. Tiga sub-tipe utama dari kanker paru-
paru non-sel kecil adalah adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa dan
karsinoma sel besar.
Keganasan di rongga torak mencakup kanker paru, tumor
mediastinum, metastasis tumor di paru dan mesotelioma ganas (kegasanan
di pleura). Kasus keganasan rongga toraks terbanyak adalah kanker paru.
Di dunia, kanker paru merupakan penyebab kematian yang paling utama
di antara kematian akibat penyakit keganasan. Laki-laki adalah kelompok
kasus terbanyak meskipun angka kejadian pada perempuan cendrung
meningkat, hal itu berkaitan dengan gaya hidup (merokok).
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan
metastasis tumor di paru. Metastasis tumor di paru adalah tumor yang
tumbuh sebagai akibat penyebaran (metastasis) dari tumor primer organ
lain. Definisi khusus untuk kanker paru primer yakni tumor ganas yang
berasal dari epitel bronkus. Meskipun jarang dapat ditemukan kanker paru
primer yang bukan berasal dari epitel bronkus misalnya bronchial gland
tumor. Tumor paru jinak yang sering adalah hamartoma.
Kanker paru-paru merupakan kanker paling umum kedua yang diidap
pria dan kanker paling umum ketiga yang diidap wanita di Singapura. Pria
memiliki resiko kanker paru-paru 3 kali lebih tinggi dari wanita. Dari 3
kelompok etnis utama, etnis Cina memiliki resiko tertinggi, yang diikuti
oleh etnis Melayu dan India.
Kanker paru-paru terbagi atas 2 tipe utama:
Kanker Paru-paru Non-Sel Kecil (NSCLC). NSCLC merupakan tipe
paling umum dari kanker paru-paru, dan tidak seagresif dibandingkan
dengan SCLC. NSCLC cenderung tumbuh dan menyebar lebih lambat.
Bila didiagnosa secara dini, pembedahan dan/atau radioterapi, kemoterapi,
dapat memberikan harapan akan kesembuhan.
Kanker Paru-paru sel kecil (SCLC). SCLC merupakan kanker yang
memiliki tingkat pertumbuhan pesat dan menyebar cepat ke pembuluh
darah menuju anggota tubuh lainnya. Seringkali, kanker ini dikategorikan
sebagai penyakit kompleks saat terdiagnosa. Kanker ini biasanya diobati
melalui kemoterapi dan bukan melalui prosedur pembedahan.
B. Etiologi
Para dokter tidak selalu dapat menjelaskan mengapa seseorang dapat
terkena kanker paru-paru sedangkan orang lain tidak. Akan tetapi, kita
mengetahui bahwa seseorang yang memiliki faktor resiko tertentu bisa
saja dan kemungkinan besar akan terkena kanker paru-paru.
Rokok tembakau adalah hal yang paling penting dan merupakan
faktor resiko utama dari kanker paru-paru. Tembakau bertanggung jawab
atas lebih dari 80% penyebab kanker paru-paru di seluruh dunia. Bahan-
bahan berbahaya dalam rokok merusak sel paru-paru. Lama kelamaan, sel
yang rusak tersebut bisa menjadi kanker. Inilah sebabnya merokok, rokok
pipa, atau cerutu dapat menyebabkan kanker paru-paru. Menjadi perokok
pasif pun bisa menyebabkan kanker paru-paru bagi orang yang tidak
merokok. Semakin banyak seseorang terpapar asap rokok, semakin besar
resiko terkena kanker paru-paru.
Faktor resiko lain penyebab kanker paru-paru termasuk radon (gas
radioaktif), asbestos, arsenik, kromium, nikel, dan polusi udara. Mereka
dengan anggota keluarga yang pernah mengidap kanker paru-paru
kemungkinan memiliki peningkatan resiko terkena kanker. Mereka yang
terkena kanker paru-paru juga memiliki peningkatan resiko untuk terkena
tumor paru yang kedua. Kebanyakan orang berusia lebih dari 65 tahun saat
terdiagnosa kanker paru-paru.
C. Faktor Risiko
Laki-laki,
Usia lebih dari 40 tahun
Perokok
Tinggal/bekerja di lingkungan yang mengandung zat karsinogen atau
polusi
Paparan industri / lingkungan kerja tertentu
Perempuan perokok pasif
Riwayat pernah mendapat kanker organ lain atau anggota keluarga
dekat yang menderita kanker paru (masih dalam penelitian).
uberkulosis paru (scar cancer), angka kejadiannya sangat kecil.
Orang-orang yang termasuk dalam kelompok atau terpapar pada faktor
risiko di atas dan mempunyai tanda dan gejala respirasi yaitu batuk,
sesak napas, nyeri dada disebut golongan risiko tinggi (GRT) maka
sebaiknya segera dirujuk ke dokter spesialis paru.
Keluhan utama:
Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)
lebih dari 3 minggu
Batuk darah
Sesak napas
Suara serak
Nyeri dada yang persisten
Sulit/sakit menelan
Benjolan di pangkal leher
Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan
dengan rasa nyeri yang hebat.
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat
metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi
hebat di otak, pembesaran hepar atau patah tulang. Ada pula gejala dan
keluhan tidak khas seperti :
Berat badan berkurang
Nafsu makan hilang
Demam hilang timbul
Sindrom paraneoplastik, seperti hypertrophic pulmonary
osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan neuropatia.
E. Pendeteksian
Pengenalan awal penyakit ini sulit dilakukan bila hanya berdasarkan
keluhan saja. Biasanya keluhan ringan terjadi pada mereka yang masih
dalam stage dini yaitu stage I dan II. Data di Indonesia maupun laporan
negara maju kebanyakan kasus kanker paru terdiagnosis ketika penyakit
telah berada pada stage lanjut (stage III dan IV).
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk pengenalan awal ini, selain
pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan foto toraks dan/atau pemeriksaan
sitologi sputum. Pada foto toraks dapat ditemukan gambaran tumor dengan
tepi yang tidak rata dan penarikan pleura dan bahkan destruksi tulang
dinding dada. Tidak jarang ditemukan gambaran efusi pleura masif
sehingga tumor tidak terlihat. Sitologi sputum akan memberikan hasil
positif jika tumor ada dibagian sentral atau intrabronkus.
Kemajuan di bidang teknologi endoskopi autoflouresensi telah
terbukti dapat mendeteksi lesi prakanker maupun lesi kanker yang
berlokasi sentral. Perubahan yang ditemukan pada mukosa bronkus pada
lesi keganasan stadium dini sulit dilihat dengan bronkoskop konvensional.
Hal itu dapat diatasi dengan bronkoskop autoflouresensi karena dapat
mendeteksi lesi karsinoma in situ yang mungkin terlihat normal dengan
bronkoskop biasa.
STAGE
Stadium TNM
Occult Tx N0 M0
carcinoma Tis N0 M0
0 T1 N0 M0
IA T2 N0 M0
IB T1 N1 M0
IIA T2 N1 M0, T3 N0 M0
IIB T1 N2 M0, T2 N2 M0, T3 N1 M0, T3
IIIA N2 M0
IIIB Sebarang T N3 M0, T4 sebarang N M0
IV Sebarang T sebarang N M1
Kategori TNM untuk Kanker Paru :
T : Tumor Primer
To : Tidak ada bukti ada tumor primer
Tx : Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari
penemuan sel tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak
tampak secara radiologis atau bronkoskopis.
Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm,
dikelilingi oleh jaringan paru atau pleura viseral dan secara
bronkoskopik invasi tidak lebih proksimal dari bronkus lobus (belum
sampai ke bronkus utama). Tumor sembarang ukuran dengan
komponen invasif terbatas pada dinding bronkus yang meluas ke
proksimal bronkus utama.
T2 : Setiap tumor dengan ukuran atau perluasan sebagai berikut :
- Garis tengah terbesar lebih dari 3 cm
- Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina,
dapat mengenai pleura viseral
- Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif yang
meluas ke daerah hilus, tetapi belum mengenai seluruh paru.
T3 : Tumor sembarang ukuran, dengan perluasan langsung pada
dinding dada (termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura
mediastinum atau tumor dalam bronkus utama yang jaraknya kurang
dari 2 cm sebelah distal karina atau tumor yang berhubungan dengan
atelektasis atau pneumonitis obstruktif seluruh paru.
T4 : Tumor sembarang ukuran yang mengenai mediastinum atau
jantung, pembuluh besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, karina,
tumor yang disertai dengan efusi pleura ganas atau tumor satelit nodul
ipsilateral pada lobus yang sama dengan tumor primer.
N : Kelenjar getah bening regional (KGB)
Nx : Kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai
No : Tak terbukti keterlibatan kelenjar getah bening
N1 : Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkial dan/atau
hilus ipsilateral, termasuk perluasan tumor secara langsung
N2 : Metastasis pada kelenjar getah bening mediatinum ipsilateral
dan/atau KGB subkarina
N3 : Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB
skalenus/supraklavikula ipsilateral/kontralateral
M : Metastasis (anak sebar) jauh
Mx : Metastasis tak dapat dinilai
Mo : Tak ditemukan metastasis jauh
M1 : Ditemukan metastasis jauh. Nodul ipsilateral di luar lobus tumor
primer dianggap sebagai M1
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker paru dilakukan berdasarkan jenis histologis
kanker, stage penyakit, tampilan umum (performance status) dan
keuangan. Secara umum pilihan terapi untuk KPKBSK adalah combined
modality therapy (multi-modality therapy), berupa bedah, radioterapi dan
kemoterapi dan terapi lain. (lihat bagan Penatalaksaan Kanker Paru pada
lampiran).
Pengobatan Bedah
Hanya diindikasikan untuk KPKBSK stage I atau II atau untuk
pengobatan paliatif yaitu pada kondisi mengancam nyawa misal batuk
darah masif, distres pernapasan karena sindrom vena kava superior, nyeri
hebat pada Pancoast tumor, nyeri hebat pada sindrom pleksus brakialis.
Jika pada saat bedah didapat pembesaran KGB maka semua harus
diangkat dan pada kasus pasca bedah dengan metastasis KGB mediastinal
(N2) dipertimbangkan pemberian radioterapi dan/atau kemoterapi.
Bedah paliatif lain dilakukan oleh dokter bedah syaraf yaitu
membuang tumor metastasis yang berupa soliter nodule di otak dan
menimbulkan gangguan kualitas hidup penderita. Pilihan lain untuk tumor
meta dikepala adalah menggunakan cyber knife yang sudah dapat
dilakukan beberapa senter di Indonesia.
Bedah adalah terapi lokal dan dapat terjadi stage pre-bedah (cTNM)
berbeda dengan diagnosis pasca-bedah. Jika terjadi perbedaan maka stage
yang digunakan adalah stage pasca-bedah (pTNM) dan pilihan terapi
tergantung pada hasil akhir.
Di RS Persahabatan untuk KPKBSK stage IIIA jika memungkinkan
diberikan neoadjuvan therapy yaitu memberikan kemoterapi 2-3 siklus
dilakukan pemeriksaan ulang untuk re-staging jika terjadi down staging
atau tetap maka bedah dilakukan.
Radioterapi
Radioterapi atau iradiasi diberikan pada kasus stage III dan IV
KPKBSK, dapat diberikan tunggal untuk mengatasi masalah di paru
(terapi lokal) atau gabungan dengan kemoterapi. Radioterapi dapat
diberikan jika sistem homeostatik (darah) baik yaitu
HB > 10 gr%
Leukosit > 4.000/dl
Trombosit > 100.000/dl
Skala Pengertian
90 –
0 dapat beraktifiti normal, tanpa keluhan yang menetap
100
dapat beraktifiti normal tetapi ada keluhan berhubungan
70 - 80 1
dengan sakitnya
membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktifiti
50 – 70 2
yang spesifik
sangat bergantung pada bantuan orang lain untuk aktifiti
30 – 50 3
rutin
10 - 30 4 Tidak dapat bangkit dari tempat tidur
Toksisiti kemoterapi
Evaluasi toksisiti non-hematologik segera setelah pemberian
kemoterapi dimulai, toksisiti itu dinilai tingat keparahannya berdasarkan
skala toksisiti WHO sedangkan toksisiti hematologik sebaiknya dilakukan
setiap 1 minggu. Berat ringannya toksisiti akan mempengaruhi jadwal
pemberian kemoterapi berikutnya. Toksisiti non-hematologik yang paling
sering timbul
Sisplatin + etoposid
Sisplatin + irinotekan (CPT-11)
Pada keadaan tertentu sisplatin dapat digantikan dengan
karboplatin dan irinotekan digantikan dengan dosetaksel.
Kemoterapi untuk KPKBSK dapat 6 siklus (pada kasus tertentu
diberikan sampai lebih dari 6 siklus) dengan ”platinum based”
rejimen yang diberikan sebagai terapi lini pertama (first line)
adalah :
Karboplatin/sisplatin + etoposid
Karboplatin/sisplatin + gemsitabin
Karboplatin/sisplatin + paklitaksel
Karboplatin/sisplatin + dosetaksel
Respons kemoterapi
Respons kemoterapi dapat dinilai dari 2 sisi, dari pasien
disebut dengan respons subyektif dan dari penyakitnya atau
tumornya disebut dengan respons obyektif.
Respons subyektif yaitu menilai respons pada subyektif
Penilaian respons subyektif dilakukan setiap akan
memberikan siklus kemoterapi berikutnya. Respons yang dinilai
adalah apakah terjadi pertambahan berat badan dan/atau penurunan
keluhan akibat tumornya.
Respons obyektif yaitu menilai respons pada tumor primernya
Respons obyektif kemoterapi dilakukan minimal setelah
pemberian 2 siklus ( H -1 siklus ke 3) dengan foto toraks. CT-scan
dilakukan untuk menilai respons objektif setelah 3 siklus ( H -1
siklus ke 4).
Respons obyektif menggunakan kriteria
Respons komplit (CR = complete response) jika tumor hilang
100% dan menetap dalam 3 minggu
Respons sebagian (PR = partial response) jika tumor mengecil <
90% tetapi > 50% dan menetap dalam 3 minggu
Menetap (SD = stable diseases) jika tumor mengecil < 50% atau
membesar < 25% dan menetap dalam 3 minggu
Progresif (PD = progressive diseases) jika tumor membesar > 25%
atau tumbul tumor atau metastasis baru.
Sikap Untuk Evaluasi Kemoterapi
Penilaian dari evalausi respons kemoterapi harus mewakili
respons subyektif dan obyektif. Pada KPKSK jika pada evaluasi
pertama (setelah pemberian 3 siklus menjelang pemberian siklus
ke-4) terdapat CR/PR kemoterapi dilanjutkan sampai 6 siklus, jika
terdapat SD/PD evaluasi ulang hasil pemeriksan patologi anatomi,
apakah benar KPKSK ??
Pada KPKBSK jika pada evaluasi pertama (setelah
pemberian 3 siklus menjelang pemberian siklus ke-4) terdapat
CR/PR atau SD tetapi respons subyektif baik maka kemoterapi
dapat dilanjutkan sampai 6 siklus. Jika respons kemoterapi PR
meskipun respons subyektif baik maka kemoterapi tetap dapat
diberikan dengan memberikan rejimen yang berbeda atau lini
kedua (second line).
Targeted Therapy.
Targeted therapy adalah obat kanker yang menggunakan
reseptor untuk membunuh sel kanker, yang telah digunakan luas
saat ini adalah obat yang bekerja sebagai TKI (tirosin kinase
inhibitor). Seperti erlotinib dan gefitinib, obat golongan ini lebih
sederhana cara pemberiannya dan ringan efek sampingnya, tetapi
pemanfaatannya sebagai terapi lini pertama (first line) masih perlu
pembuktian lebih lanjut.
Penggunaan obat obat lain misal imunoterapi, herbal
medicine, chinese traditional medicine, dll masih dalam penelitian
dan belum menjadi standar pengobatan kanker paru.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pemeriksaan Fisik :
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan kanker paru akan didapatkan
se Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan.
Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat
membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien.
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran
tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu
dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning
(ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis),
dan lain-lain.
Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera
peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif
digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang :
temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama
palpasi :
· Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
· Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
· Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
· Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang),
dan lain-lain.
Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian
permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian
tubuh lainnya (kiri kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk
dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya
sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di
daerah paru-paru pada pneumonia.
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi
daerah jantung, perkusi daerah hepar.
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih
berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma
kronik.
Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada
nafas adalah :
Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-
saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales
halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat
inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan
hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai
pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis
akut, asma.
Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti
suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan
peradangan pleura.
Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,
dispnea karena aktivitas.
Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut)
Sirkulasi.
Gejala : JVD (obstruksi vana kava). Bunyi jantung : gesekan pericardial
(menunjukkan efusi), Takikardi/ disritmia, Jari tabuh.
Integritas ego.
Gejala : Perasaan takut. Takut hasil pembedahan,Menolak kondisi yang
berat/ potensi keganasan.
Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
Eliminasi.
Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil).
Peningkatan frekuensi/ jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor
epidermoid)
Makanan/ cairan.
Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan, Kesulitan menelan, Haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut)
Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/
periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
Nyeri/ kenyamanan.
GEJALA : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan
posisi. Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Nyeri abdomen hilang timbul.
Pernafasan.
Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu
industri, Serak, paralysis pita suara. Riwayat merokok
Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus taktil
(menunjukkan konsolidasi). Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi
(gangguan aliran udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea
( area yang mengalami lesi). Hemoptisis.
Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma)
Kemerahan, kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
Seksualitas.
Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel
besar) Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel
kecil)
Penyuluhan.
Gejala : Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis,
Kegagalan untuk membaik.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi sputum yang berlebih
2) Nyeri akut b.d agen cedera
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
4) Intoleran aktivitas b.d ketidaksimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
3. Intevensi Keperawatan
normal suction
7. Auskultasi suara
nafas. Catat adanya
suara tambahan
8. Berikan
bronkodilator
9. Monitor status
dinamik
10. Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCl lembab
11. Atur intake untuk
ciran
mengoptimalkan
keseimbangan
12. Monitor respirasu
dan status O2
13. Pertahankan hidrasi
yang adekuat untuk
mengencerkan
sekret
14. Jelaskan pada pasien
dan keluarga tentang
penggunaan
peralata: suction, o2,
inhalasi
Hidayat, A. Aziz alimul. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan jilid 2. Jakarta: Salemba Medika