Anda di halaman 1dari 9

TUGAS UNDANG-UNDANG DAN ETIKA FARMASI

RANGKUMAN PERSYARATAN & PROSES AKREDITASI RUMAH SAKIT


TERKAIT INSTALASI RUMAH SAKIT

Dosen : Drs. Fauzi Kasim, M.kes., Apt

Disusun Oleh :

Nama : Ni Luh Eka Pratihari Arini

Npm : 21344076

Kelas :E

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2021
PERSYARATAN DAN PROSES AKREDITASI RUMAH SAKIT TERKAIT
INSTALASI FARMASI

ASPEK SUMBER ISI


Definisi PMK 12/2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit, selanjutnya disebut Akrediatasi,
akreditasi rumah sakit adalah pengakuan terhadap Rumah Sakit yang diberikan
(pasal 1) oleh lembaga independen penyelengara Akreditasi yang
ditetapkan oleh menteri, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit
yang berlaku untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah
Sakit secara berkesinambungan
Tujuan PMK 12/2012 Tentang Akreditasi bertujuan untuk :
akreditasi rumah sakit a. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
( pasal 2) b. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit
c. Meningkatkan perlindungan bagi pasien masyarakat,
sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit
sebagai institusi
d. Mendukung program pemerintah di bidang kesehatan
Persyratan Uu No 44 Tahun 2009  Rumah Sakit harus memenuhi persyartan kefarmasian
kefarmasian Tentang Rumah Sakit harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat
(Pasal 15) kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman, dan
terjangkau
 Pelayanan sediaan farmasi di Rumah Sakit harus
mengikuti standar pelayanan kefarmasiaan
 Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan
habis pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh instansi
farmasi sistem satu pintu
 Besaran harga perbeklan farmasi pada instalasi Rumah
Sakit harus wajar dan berpatokan kepada harga patokan
yang ditetapkan pemerintah.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai setandar pelayanan
kefarmasian sebagaimana diamksud pada ayat (2) diatur
dengan peraturan Mentri.
Periode Dan UU No 44 Tahun 2009  Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit
Pelaku Tentang Rumah Skait wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal
Akrediatasi Pasal (40) 3(tiga) tahun sekali
 Akreditasi Rumah Sakit dilakukan oleh suatu lembaga
independen baik dari dalam maupun dari luar negeri
berdasarkan standar Akreditasi yang berlaku
 Lembaga independen sebagaimana dimaksud pada
ditetapkan oleh Menteri.
Peserta KARS Dalam akreditasi rumah sakit, terdapat beberapa kegiatan
Akrediatasi seperti telaah dokumen, pemeriksaan keliling fasilitas
Rumah Sakit (facility tour), kegiatan telusuri pasien individual, telusuri
sistem manajmen dan penggunaan obat, telusuri sistem
pencegahan pengendalian infeksi, telusuri sistem
peningkatan mutu dan keselamatan pasien, dan telaah
rekamedik tertutup. Dalam beberapa kegiatan tersebut
farmasi menjadi peserta akreditasi dalam kegiatan telusuri
pasien individual, telusuri sistem manajeman dan
penggunaan obat dan telusuri sistem penggunaan dan
pengendalian infeksi sebagiamana berikut ini:
 Kegiatan telusuri pasien individual
Selama telusur, surveyor akan melakukan pembicaraan
dengan berbagai staf yang telibat dalam asuhan,
perlakuan dan layanan. Peserta ini dapat memasukkan
perawat, dokter, manajer kasus, pelaksanaan, tenaga
farmasi, tenaga laboratorium dan pelaksanaan lainnya.
Surverior: surverior medis
 Telusur sistem manajeman dan pengunaan obat
 Komite/panitia farmasi dan terapi
 Kepala instalnsi/ unit farmasi atau perorangan
yang dipilih oleh rumah sakit hadir didiskusi
kelompok, yang sanggup menjelaskan secara
rinci spectrum manajeman dan penggunaan obat,
dari mulai pengadaan sampai pada monitoring
efek samping obat staf klinik farmasi dan staf
dari departeman penunjang lainnya yang
menjadi bagian dari sistem manjeman dan
penggunaan obat akan berpartisipasi dalam
kegiatan telusur sistem ini.
Surverior: surverior manajeman
 Telusur sistem pencegah dan pengendalian infeksi
 Staf klinik, termasuk dokter, perawat, tenaga
farmasi, dan laboratorium
 Staf klinik yang mempunyai pengetahuan
tentang seleksi obat yang digunakan dan
tentang farmakokineti obat
 Staf klinik dari laboratorium yang mempunyai
pengetahuan bidang mikrobiologi
 Staf klnik, temasuk perorangan yang telibat
dalam pencegahan dan pengendalian infeksi
dan beberapa orang yang telibat dalam asuhan
langsung, tindakan dan layanan pasien
 Staf yang bertangung jawab tehadap sarana dan
prasarana rumah sakit
 Pemimpin rumah sakit
Suverior : suverior keprwatan

Sumber Daya PMK No. 58 Tahun A. Sumber daya manusia


Kefaramasian 2014 Tentang Setandar Instalasi farmasi harus memiliki apoteker dan tenaga
Pelayanan Kefarmasian teknik kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan
Di Rumah Sakit petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan
instalasi farmasi rumah sakit. Ketersediaan jumlah
tenaga apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di rumah
sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan
perizinan rumah sakit yang ditetapkan oleh Menteri.
1. Kualifikasi sumber daya (SDM)
a. Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kulifikasi
SDM instalasi farmasi diklasifikasi sebagi berikut
untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari :
 Apoteker
 Tenaga teknis kefarmasian
b. Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari:
 Operator computer/teknisi yang
memahami kefarmasian
 Tenaga administrasi
 Pekarya/ pembantu pelaksana
2. Persyratan SDM
Pelayanan kefarmasian harus dilakukan oleh
apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Tenaga
teknis kefarmasian yang melakukan pelayanan
kefarmasian harus di bawah supervise apoteker.
Instalasi farmasi rumah sakit harus dikepalai oleh
seorang apoteker yang merupakan apoteker
penanggung jawab seluruh pelayanan kefarmasian
di rumah sakit. Kepala instalasi farmasi rumah sakit
diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja dan
intalasi farmasi rumah sakit minimal 3 (tiga) tahun
3. Beban kerja dan kebutuhan
Distribusi terdiri dari:
a. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan,
dimana ada ruang khusus/terpisah untuk
penerimaan resep dan racikan
b. Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap,
dapat secara sentralisasi maupun desentralisasi
di masing-masing ruang rawat jalan.
4. Ruang konsultasi/ konseling obat
Ruang konsultasi/konseling obat harus ada, pada
jarak yang jauh dari hiruk pikuk kebisingan
lingkungan rumah sakit dan nyaman. Ruang
konsultasi/konseling dapat berada di instlasi farmasi
rawat jalan maupun rawat inap
5. Ruang pelayanan informasi obat
Pelayanan informasi obat dilakukan di ruang
tersendiri dengan dilengkapi sumber informasi dan
teknologi komunikasi, berupa bahan pustaka dan
telepon
6. Ruang produksi
Persyaratan bangunan untuk ruangan produksi harus
memenuhi kriteria:
a. Lokasi
Lokasi jauh dari pencemaran ligkungan (udara,
tanah, dan air tanah)
b. Konstruksi
Terdapat sarana perlindungan terhadap:
1. Cuaca
2. Banjir
3. Rembesan air
4. Binatang/ serangga
c. Rencang bangunan dan penaatan gedung di
ruang produksi harus memenuhi keriteria:
1. Disesuaikan dengan alur barang, alur
kerja/proses, alur orang/pekerjaan
2. Pengendalian lingkungan terhadap :
a. Udara
b. Permukaan langit-langit, dinding,
lantai, dan peralatan/sarana lain
c. Barang masuk
d. Petugas yang di dalam
3. Luas ruangan 2 kali daerah kerja + peralatan,
dengan jarak setiap peralatan minimal 2,5 m
4. Di luar ruang produksi ada fasilitas untuk
setiap lalu lintas petugas dan barang
d. Pembagian ruangan
1. Ruang terpisah antara obat jadi dan bahan
bakar
2. Ruang terpisah untuk setiap proses produksi
3. Ruang terpisah untuk produksi obat luar dan
obat dalam
4. Gedung terpisah untuk produksi antibiotik
(bila ada)
5. Tersedia saringan udara, efisiensi minimal
98%
6. Permukan lantai, dinding, langit-langit dan
pintu harus:
a. Kedap air
b. Tidak terdapat sambungan
c. Tidak merupakan media
pertumbuhan untuk mikroba
d. Mudah dibersihkan dan tahan
terhadap bahan
pembersih/disenfektan
e. Daerah pengolahan dan pengemasan
1) Hindari bahan dari kayu,
kecuali diapisi cat
epoxy/enamel
2) Persyaratan keuangan steril
dan non steril harus
memenuhi kriteria cara
pembuatan obat yang baik
(CPOB) untuk :
 Fentilasi ruangan
 Suhu
 Kelembaban
 Intensitas cahaya
3) Pemasangan instalasi harus
seuai kriteria CPOB untuk :
 Pipa saluran udara
 Lampu
 Kabel dan peralatan dibantu oleh
paling sedikit 8 orang TTK
 1 (satu) orang apoteker instalasi
gawat darurat yang dibantu oleh
minimal 2 (dua) orang tenaga TTK
 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU
yang dibantu oleh paling sedikit 2
(dua) orang TTK
 1 (satu) orang apoteker sebagai
koordinator penerimaan dan
distribusi yang dapat merangkap
mlakukan pelayanan farmasi klinik
di rawat inap atau rawat jalan dan di
bantu oleh TTK yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian RS; dan
 1 (satu) orang apoteker sebagai
koordinator produksi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan
farmasi klinik di rawat inap atau
rawat jalan dan dibantu oleh TTK
yang jumlahnya disesuaikan dengan
beban kerja pelayanan kefarmasian
RS

3. Kelas C
Pasal 43 ayat (1)
Tenaga Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b paling sedikit terdiri atas :
a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi
farmasi RS
b. 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat inap yang
dibantu oleh paling sedikit 4(empat) orang TTK
c. 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang
dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan) orang TTK
d. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator
penerimaan, distribusi dan produksi yang dapat
merangkap melakukan pekayanan farmasi klinik di
rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh TTK
yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian RS
4. Kelas D
Pasal 54 ayat (3)
Tenaga Kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b paling sedikit terdiri atas :
a. 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi
farmasi rumah sakit.
b. 1 (satu) apoteker yang bertugas di rawat inap dan
rawat jalan yang di bantu oleh paling sedikit 2(dua)
orang TTK
c. 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator
penerimaan, distribusi dan produksi yang dapat
merangkap melakukan pekayanan farmasi klinik di
rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh TTK
yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian RS

Anda mungkin juga menyukai