BERBASIS HOTS
Lampiran
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Untuk melaksanakan amanat pendidikan tersebut, dikembangkan
Standar Proses Pembelajaran yang mengacu pada Standar Kompetensi
Lulusan dan Standar Isi. Standar Proses Pembelajaran merupakan kriteria
minimal mengenai perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
penilaian pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran pada satuan
Pendidikan Menengah Kejuruan untuk mencapai kompetensi lulusan.
Perencanaan pembelajaran sebagai bagian dari proses pembelajaran
disusun dalam bentuk silabus, RPP, dan/atau perangkat pembelajaran
lain yang mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan.
Proses pembelajaran diselenggarakan berbasis aktivitas secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta
didik. Selain itu proses pembelajaran juga memberikan ruang untuk
berkembangnya keterampilan abad XXI yaitu kreatif, inovatif, berfikir kritis,
pemecahan masalah, kolaboratif dan komunikatif untuk menyongsong era
revolusi industri 4.0 maupun perubahan situasi dan kondisi industri yang
akan datang. Era revolusi industri 4.0 juga dikenal dengan fenomena
disruptive innovation yang menekankan antara lain pada pola ekonomi
digital, kecerdasan buatan, big data, dan robotik. Untuk menyiapkan
tamatan yang siap bekerja di situasi tersebut, diperlukan proses
pembelajaran yang berbentuk HOTS. Untuk mendukung tercapainya HOTS
tersebut, pendidik perlu mempersiapkan beberapa kegiatan sebelum
membuat perencanaan pembelajaran antara lain adalah:
memahami taksonomi ranah kompetensi,
memahami pendekatan pembelajaran saintifik,
mengklasifikasikan kompetensi yang mengarahkan siswa untuk
memiliki keterampilan tingkat tinggi (HOTS) atau kompetensi yang
tidak memerlukan tercapainya HOTS,
menganalisis model pembelajaran yang tepat sesuai karakteristik KD
yang ada, dan
memadukan antara langkah-langkah dalam pendekatan
pembelajaran saintifik dengan sintak model pembelajaran.
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup perencanaan pembelajaran berbasis HOTS mencakup:
Taksonomi Kompetensi
Pendekatan pembelajaran saintifik
Model-model pembelajaran
C. Tujuan
Tujuan perencanaan pembelajaran berbasis HOTS ini adalah
1. Meningkatkan mutu pelaksanaan Perencanaan Pembelajaran di SMK;
2. Mengembangkan silabus yang mengandung HOTS (Higher-order Thinking
Skills);
3. Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
mengandung HOTS (Higher-order Thinking Skills);
Bab II. Persiapan Perencanaan Pembelajaran
C-4 Menganalisis
C-6 Mengkreasi
Dimensi KI-4
(Keterampilan)
Artikulasi
K-4 Menalar Alami
K-6 Mencipta
Dave Simpson
B. Pendekatan pembelajaran saintifik dalam proses Pembelajaran
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang meliputi
lima pengalaman belajar sebagai berikut.
1. Observing (mengamati). Yang dimaksud dengan observing adalah
mengamati dengan pancaindra, kegiatannya dapat berupa mendengar,
menyimak, mencium, mengecap, merasakan, membaca, melihat, dan
menonton baik dengan alat maupun tanpa alat. Kegiatan mengamati
ini diakhiri dengan pembuatan kesimpulan sementara dari proses
observing baik secara individu maupun secara kelompok.
2. Questioning (menanya). Yang dimaksud dengan questioning adalah
proses perenungan tentang informasi yang belum dipahami atau
informasi tambahan lain yang ingin diketahui lebih lanjut dalam batas
ruang lingkup materi, atau dapat juga digunakan sebagai
penegasan/klarifikasi materi yang tidak diyakini seluruhnya sudah
dikuasai. Hasil kegiatan questioning dibuat dalam bentuk kalimat
pertanyaan yang dapat dilakukan secara individu maupun dalam
kelompok kecil. Langkah kegiatan ini merupakan langkah yang sangat
‘krusial’ dalam proses pendidikan di Indonesia, karena siswa sangat
jarang dibiasakan untuk mengembangkan pertanyaan tentang “apa
yang tidak/belum mereka kuasai”. Pertanyaan selalu datang dari guru,
siswa disuruh untuk mencari jawabannya.
3. Experimenting (Mengumpulkan informasi/mencoba). Yang dimaksud
dengan Experimenting adalah segala usaha yang diperlukan untuk
mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang di kembangkan.
Kegiatannya dapat berupa mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi,
mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen,
membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara
sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/
menambahi/mengembangkan jumlah dan kualitas sumber yang
dikaji/digunakan,
4. Associating (Mengasosiasi). Yang dimaksud dengan Associating adalah
mengolah data yang sudah dikumpulkan dari kegiatan sebelumnya
untuk mensintesakan (membuat kesimpulan) dalam bentuk klasifikasi
data berdasarkan kategori, hubungan antara fenomena/informasi yang
terkait, pola keterkaitan antarberbagai jenis fakta/konsep/teori/
pendapat dll. Kemampuan mensintesakan beberapa data yang sudah
ditemukan dapat mengantarkan siswa untuk memiliki HOTS.
5. Communicating (Mengomunikasikan). Yang dimaksud dengan
Communicating adalah menyajikan laporan dalam bentuk tertulis
dan /atau lisan. Dalam bentuk tertulis dapat berupa bagan, diagram,
grafik, atau laporan tertulis melalui media elektronik, multi media dan
lain-lain; atau menyajikan laporan secara lisan meliputi proses, hasil,
dan kesimpulan dari mengamati sampai menalar.
Dalam pendekatan saintifik, walaupun KD yang di bahas di level LOTS namun
pada langkah mengasosiasi sudah melatih dan mengantarkan siswa untuk
memiliki HOTS.
C. Model-model Pembelajaran
Terdapat beberapa model Pembelajaran beserta sintaknya yang
dikembangkan oleh para ahli, secara umum model-model Pembelajaran ini
sudah mengarahkan pembekalan HOTS. Model Pembelajaran yang dibahas
dalam dokumen ini adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran Teaching Factory
Model pembelajaran Teaching Factory (Tefa} adalah model
pembelajaran yang bernuansa industri melalui sinergi SMK/MAK
dengan dunia usaha/industri untuk menghasilkan lulusan yang
kompeten sesuai dengan kebutuhan pasar. Model pembelajaran ini
dirancang dan dilaksanakan dengan mengaitkan Kompetensi Dasar
dalam dokumen kurikulum dengan jenis produksi yang dihasilkan baik
berupa barang dan ataupun jasa yang dibutuhkan oleh DUDI dan
masyarakat pada umumnya. Pembelajaran melibatkan siswa secara
langsung dan menyeluruh dalam proses produksi yang dilaksanakan di
ruang praktik/bengkel/lahan atau tempat lain yang telah dikondisikan
mendekati situasi dan suasana tempat kerja yang sesungguhnya,
menyangkut: waktu, prosedur, dan cara/aturan sesuai standar DUDI.
Perencanaan, pembuatan, dan pengembangan jenis produksi
diselenggarakan berdasarkan kemitraan antara SMK dan DUDI terutama
yang berada di sekitarnya atau wilayahnya, mulai dari menetapkan dan
atau inovasi produk (barang/jasa), menyiapkan perangkat pembelajaran,
mengondisikan ruang praktik/bengkel/lahan dan lingkungan, proses
dan evaluasi pembelajaran serta pemanfaatan produk dan lulusan.
a. Tujuan Tefa
1) Menciptakan sinergi dan integrasi perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran muatan Nasional, Kewilayahan, dan Kejuruan
untuk menunjang penguasaan kompetensi lulusan;
2) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengantaran soft skills dan
hard skills kepada peserta didik;
3) Meningkatkan kolaborasi dengan DUDI melalui penyelarasan
kurikulum, penyediaan instruktur, alih pengetahuan/teknologi,
internalisasi standar dan budaya kerja DUDI;
4) Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
melalui interaksi dengan DUDI;
5) Mendorong lahirnya perubahan paradigma pembelajaran dan
budaya kerja di SMK.
b. Sintak model pembelajaran Tefa
1) Merancang produk;
2) Membuat contoh produk (proto type);
3) Memvalidasi proto type;
4) Mengorganisasikan pekerjaan/pembelajaran;
5) Menjadwalkan pekerjaan/pembelajaran (Misal: sistem blok);
6) Melaksanakan produksi/pembelajaran;
7) Mengevaluasi hasil produksi;
8) Memasarkan hasil produksi.
D. Perangkat Pembelajaran
Perangkat Pembelajaran terdiri atas silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Yang dimaksudkan dengan silabus dan RPP adalah:
1. Silabus
a. Pengertian Silabus
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang juga memuat kerangka
konseptual program keahlian dan kompetensi keahlian. Silabus
merupakan penjabaran Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ke
dalam indikator pencapaian kompetensi, materi pokok, kegiatan
pembelajaran, dan penilaian
b. Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus
1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan.
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesulitan dan urutan penyajian
materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam pencapaian kompetensi peserta didik, baik hard
skills maupun soft skills.
4) Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara
kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, lingkup
materi pembelajaran, alokasi waktu, kegiatan pembelajaran,
penilaian, serta media dan sumber belajar.
5) Memadai
Cakupan indikator pencapaian kompetensi, lingkup materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu,
serta media dan sumber belajar cukup (sufficient) untuk
menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6) Aktual dan kontekstual
Cakupan indikator pencapaian kompetensi, lingkup materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian serta media dan
sumber belajar memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi,
dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, peristiwa yang terjadi
serta tuntutan kualitas sumber daya manusia yang kompeten
dan sekaligus berkarakter positif, khususnya terkait dengan
dunia kerja yang relevan.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi
peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di
sekolah dan tuntutan masyarakat, khususnya tuntutan dunia
kerja terhadap kualitas sumber daya manusia baik dari sisi hard
skills maupun soft skills.
8) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi
(kognitif, afektif, dan psikomotor).
9) Mengintegrasikan Nilai-nilai Karakter
Mengintegrasikan nilai-nilai karakter yang harus menjadi
kepribadian (personality) lulusan SMK, baik sebagai makhluk
Tuhan YME, sebagai warga negara Indonesia, sebagai anggota
masyarakat dunia, bahkan sebagai bagian dari komunitas
pekerja di dunia kerja tertentu.
c. Komponen Silabus
Silabus mata pelajaran pada SMK mengandung komponen-
komponen sebagai berikut.
1) Identitas silabus
Setiap silabus mata pelajaran harus memuat identitas tersendiri,
minimal meliputi: nama satuan pendidikan (sekolah), nama
bidang keahlian, nama program keahlian, nama kompetensi
keahlian, dan nama mata pelajaran.
2) Kompetensi Inti
Kompetensi Inti (KI) merupakan tingkat kemampuan untuk
mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus
dikuasai oleh peserta didik pada setiap mata pelajaran dan
menjadi dasar pengembangan Kompetensi Dasar (KD). KI
mencakup: sikap spiritual (KI-1), sikap sosial (KI-2), pengetahuan
(KI-3), dan keterampilan (KI-4) yang berfungsi mengintegrasikan
muatan pembelajaran mata pelajaran dalam mencapai SKL.
Pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti (PA-BP)
dan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
(PPKn) ditulis lengkap KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4, tapi pada mata
pelajaran yang lainnya cukup dituliskan KI-3 dan KI-4.
3) Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar adalah kemampuan yang menjadi syarat
untuk menguasai KI, diperoleh melalui proses pembelajaran. KD
merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan
pembelajaran serta perkembangan belajar yang mengacu pada KI
dan dikembangkan berdasarkan taksonomi hasil belajar.
a. KD dari KI-3 merupakan dasar untuk mengembangkan materi
pembelajaran pengetahuan.
b. KD dari KI-4 merupakan dasar untuk mengembangkan
keterampilan dan pengalaman belajar yang perlu dilakukan
peserta didik.
c. Khusus untuk Mapel PA-BP dan PPKn ditambah KD dari KI-1
(Sikap Spiritual) dan KD dari KI-2 (Sikap Sosial).
4) Indikator Pencapaian Kompetensi
Menurut William E. Blank (1982) indikator pencapaian kompetensi
atau kriteria unjuk kerja (Performance Criteria), merupakan indikasi
seseorang telah menguasai Kompetensi Dasar. Artinya Indikator
Pencapaian Kompetensi (IPK) merupakan penanda pencapaian
kompetensi dasar yang diwujudkan dalam bentuk perubahan
perilaku peserta didik yang dapat diukur dan diamati, mencakup:
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. IPK dapat juga diartikan
sebagai tingkat kinerja yang harus didemonstrasikan oleh peserta
didik untuk dapat dinyatakan telah menguasai suatu KD.
IPK dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah, dan tuntutan
lapangan kerja level lulusan SMK (level 2 atau level 3). Perumusan
IPK harus jelas dalam bentuk kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi, digunakan sebagai dasar untuk
menyusun teknik dan instrumen penilaian.
5) Materi Pokok
Materi Pokok pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tuntutan
KD dari KI-3 (Pengetahuan) dan KD dari KI-4 (Keterampilan).
Pengembangan materi pembelajaran mempertimbangkan hal-hal
berikut.
a. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan
spiritual peserta didik;
b. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan
pekerjaan;
c. Skema sertifikasi dan prasyarat (underpinning knowledge) uji
kompetensi
d. Kebermanfaatan bagi peserta didik, baik untuk mendukung
pengembangan hard skills maupun soft skills;
e. Struktur keilmuan;
f. Penguatan nilai-nilai utama pendidikan karakter yaitu
religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan
integritas;
g. Keterampilan Abad 21 khususnya 4C (Creative, Critical Thinking,
Communicative, dan Collaborative), literasi digital, life skills; dan
6) Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara
peserta didik dan pendidik, dan antara peserta dan sumber belajar
lainnya pada suatu lingkungan belajar yang berlangsung secara
edukatif, agar peserta didik dapat membangun sikap, pengetahuan,
dan keterampilan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam rangka menghasilkan SDM yang kompeten dan berkarakter.
Proses pembelajaran mengikuti pendekatan saintifik yang sudah
terintegrasi dengan sintak model Pembelajaran.
7) Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna
dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa
yang dapat dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran, dengan memperhatikan keutuhan aspek sikap,
pengetahuan serta keterampilan, bukan untuk menentukan
posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator
menjadi tagihan (termasuk rekaman perkembangan nilai-nilai
karakter), kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan
kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang belum, serta
untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut.
Tindak lanjut untuk proses pembelajaran berikutnya;
pembelajaran remedi bagi peserta didik yang pencapaian
kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan pembelajaran
pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria
ketuntasan;
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan
pembelajaran yang ditempuh dalam proses pembelajaran.
Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas
observasi lapangan, maka evaluasi harus diberikan baik pada
proses (keterampilan proses) misalnya teknik wawancara,
maupun produk/hasil melakukan observasi lapangan berupa
informasi yang dikumpulkan.
Lingkup dan sasaran penilaian hasil belajar mencakup ranah
sikap (sikap spiritual, sikap sosial, dan perkembangan nilai-nilai
karakter), pengetahuan, dan keterampilan.
f. Sasaran penilaian hasil belajar pada ranah sikap spiritual dan
sikap sosial meliputi tingkatan sikap: menerima, menanggapi,
menghargai, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai spiritual
(taat menjalankan ajaran agama, cinta lingkungan, toleran,
bersih) dan nilai-nilai sosial (gotong royong, tanggung-jawab,
peduli, santun dan lain-lain).
8) Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap pasang KD didasarkan atas
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu
sesuai yang tersedia di Struktur Kurikulum dengan
mempertimbangkan jumlah KD serta keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan masing-masing KD. Alokasi
waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai pasang KD yang dibutuhkan peserta
didik yang memiliki kemampuan beragam.
SILABUS MATA PELAJARAN
(Khusus Mapel PABP dan PPKn)
Nama Sekolah : ……………………………………………………………………
Bidang Keahlian : ……………………………………………………………………
Kompetensi Keahlian : …………………………………………………………….
Mata Pelajaran : ……………………………………………………………………
Durasi (Waktu) : ……………………………………………………………………
KI-1 (Sikap Spiritual) : .........................................................................
KI-2 (Sikap Sosial)
: ..........................................................................................
......................
KI-3 (Pengetahuan)
: ..........................................................................................
......................
KI-4 (Keterampilan) :
……………………………………………………………………………………………..
Indikator
Alokasi
Kompetensi Pencapaian Materi Kegiatan Sumber
Waktu Penilaian
Dasar Kompetens Pokok Pembelajaran Belajar
(JP)
i
1 2 3 4 5 6 7
1.1
2.1
3.1
4.1
1.2
2.2
3.2
4.2
Mengetahuai __________,
___________
Kepala………………………….. Guru Mata
Pelajaran…………
_____________________ ________________________
NIP……………………… NIP ………………………
Bab IV. Penutup
Bahan ajar ini diharapkan dapat membantu para guru dalam membuat
perencanaan pembelajaran berbasis HOTS, baik secara konsep,
pengembangan dan penerapannya sesuai mata pelajarannya.
Semoga, para guru diberi kemudahan dalam memahami dokumen ini dan
menerapkannya untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan penilaian.
Pada akhirnya, peserta didik dapat memahami materi pelajaran secara
bermakna, luas dan mendalam serta dapat menerapkannya pada berbagai
konteks kehidupan sesuai dengan semangat kurikulum. Dengan demikian,
upaya peningkatan mutu pendidikan yang berkeadilan dapat tercapai.