Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
NIM : PO713221201026
2021/2022
1. TANAH ENTISOL
Tanah Entisol merupakan tanah yang baru berkembang. Walaupun
demikian tanah ini tidak hanya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja
tetapi sudah terjadi proses pembentukan tanah yang menghasilkan epipedon
okhrik. Banyak tanah Entisol yang digunakan untuk usaha pertanian misalnya
di daerah endapan sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Padi sawah banyak
ditanam di daerah-daerah Aluvial ini (Seta, 1994).
Hardjowigeno (1985) mengemukakan bahwa faktor yang
mempengaruhi proses pembentukan entisol adalah sebagai berikut:
Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia
berjalan sangat lambat
Erosi yang kuat dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan
lebih banyak dari yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah.
Banyak terdapat dilereng-lereng curam
Pengendapan terus menerus menyebabkan pembentukan horizon lebih
lambat dari pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir
disekitar sungai, delta, lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi,
bukit pasir pantai
Immobilisasi plasma tanah menjadi bahan-bahan inert, misalnya
flokulasi bahan-bahan oleh karbonat, silika dan lain-lain
Ciri umum Entisol adalah tidak adanya perkembangan profil yang
nyata. Jenis jenis tanah pada Entisol memiliki kejenuhan basa bervariasi dari
asam, netral sampai alkalin, kapasitas tukar kation < 20, tekstur kasar
berkadar bahan organik dan N lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang
bertekstur halus, hal ini disebabkan oleh karena kadar air yang rendah dan
kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar juga
penambahan alamiah dari sisa bahan organik dari pada tanah yang lebih halus.
Meskipun tanah ini kaya akan unsur hara kecuali N akan tetapi unsur ini
belum mengalami pelapukan. Untuk mempercepat pelapukan diperlukan
pemupukan bahan organik, pupuk kandang dan pupuk hijau.
Sifat dan karakteristik Tanah entisol yaitu cenderung memiliki tekstur
yang kasar dengan kadar organik dan nitrogen rendah, tanah ini mudah
teroksidasi dengan udara, kelembapan dan pH nya tanah entisol selalu
berubah, hal ini dikarenakan tanah entisol selalu basah dan rendah, ini
disebabkan tanah entisol selalu basah dan terendam dalam cekungan. Dan
karena tanah entisol memiliki kadar asam yang sangat tinggi atau sangat
rendah. Jadi kadar asamnya kurang baik untuk ditanami. Akan tetapi kalau
dilakaukan pemupukan dengan baik dan suplai air dikendalikan, beberapa
Entisol pun dapat dipakai untuk pertanian pembatasnya adalah solum yang
tipis, tekstur liat, atau neraca lengas-tanah yang defisit mengenai jenis jenis
air.
2. TANAH GRUMOSOL
Tanah grumusol merupakan tanah yang terbentuk dari batuan induk
kapur dan tuffa vulkanik yang umumnya bersifat basa sehingga tidak ada
aktivitas organik didalamnya. Hal inilah yang menjadikan tanah ini sangat
miskin hara dan unsur organik lainnya. Sifat kapur itu sendiri yaitu dapat
menyerap semua unsur hara di tanah sehingga kadar kapur yang btinggi dapat
menjadi racun bagi tumbuhan.
Sama seperti jenis tanah lainnya, tanah grumusol memiliki sifat dan
karakteristik yang sangat khas dan mudah dikenali serta dibedakan seperti
keras dan liat sehingga tak jarang petani menggunakan alat khusus untuk
membalikan tanah jenis ini. Itu sebagian kecil dari sifat tanah grumusol dan
berikut karakteristik, yaitu:
1. Bertekstur lempung, Tanah grumusol memiliki sifat lempung yaitu sedikit
keras, mudah dibentuk dan mudah pecah atau hancur.
2. Struktur lapisan atas dan bawah sangat berbeda
3. Tidak memiliki horizon eluviasi dan iluviasi, Karena memiliki sifat yang
liat, maka pada tanah grumusol tidak terdapat lapisan yang berguna untuk
tempat pencucian unsur-unsur tanah.
4. Koefisien pemuaian tinggi, Hal ini dapat terjadi terutama jika kadar air
pada tanah grumusol diubah atau dengan kata lain ketika dalam kondisi
kering, sangat mudah memuai jika semua air didalamnya dihilangkan.
5. Memiliki warna kelabu hingga hitam
6. Kandungan organik rendah, kandungan organik akan semakin menurun
pada lapisan dalam, hal ini disebabkan oleh semakin tinggi kadar kapur
karena pada lapisan tanah dalam lebih dekat dengan batuan induk.
7. Memiliki PH netral hingga alkali, faktor yang menentukan tingkat
keasaman yaitu sifat bawaan dan penyebab yang berasal dari luar seperti abu
vulkanik tadi.
8. Kapasitas tukar kation tergolong tinggi, Penyebab kenapa KTK pada jenis
tanah ini begitu tinggi disebabkan oleh unsur smektit yang sangat dominan.
3. TANAH HUMUS
Tanah humus merupakan tanah yang paling subur untuk tumbuh-
tumbuhan karena memiliki komposisi yang mirip dengan pupuk kompos. Hal
ini karena tanah humus merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan daun
dan juga batang pohon, serta ada percampuran dari kotoran hewan. Humus
juga dikenal sebagai sisa- sisa dari tumbuhan dan juga hewan- hewan yang
mengalami perombakan oleh organisme yang ada di dalam lapisan tanah.
Selain terjadi karena proses alamiah, proses humifikasi ini dapat juga
dilakukan oleh manusia. Misalnya apabila kita mencampurkan bagian- bagian
tanaman yang busuk dengan tanah, kemudian dicampur dengan kotoran
hewan. Dari proses ini kita akan mendapatkan satu tanah olahan yang subur
dan sangat baik bagi tanaman.
Menurut proses terbentuknya, tanah humus dibedakan menjadi
beberapa jenis, yaitu:
1. Tanah kaya humus karena aktifitas endapan debu atau pasir
2. Tanah kaya humus yang terbentuk dari batu-batuan yang permukaannya
banyak ditumbuhi lumut atau tanaman perintis
3. Tanah kaya humus yang terbentuk dari pelapukan bebatuan atau tanaman
yang membusuk karena faktor kimia, angin, matahari, air dan lainnya
Tanah humus mempunyai berbagai ciri- ciri khusus yang bisa
dibedakan dengan ciri-ciri tanah humus yang lainnya. Ciri- ciri atau
karakteristik dari tanah humus adalah sebagai berikut:
1. Berwarna gelap, yakni coklat maupun kehitam- hitaman. Tanah humus ini
memiliki warna yang gelap antara coklat hingga kehitam- hitaman. Selain
mempunyai warna gelap, di tanah humus ini juga terdapat bintik- bintik yang
berwarna putih.
2. Memiliki tekstur yang gembur. Tanah humus memiliki tekstur yang sangat
gembur dan tidak keras seperti tanah liat ataupun tanah yang lainnya.
3. Biasanya terdapat pada lapisan bagian atas tanah, sehingga bersifat tidak
stabil. Sifat tidak stabil ini terutama terlihat ketika ada perubahan suhu,
tingkat kelembaban, ataupun aerasi.
4. Tanah humus bersifat kolodial dan amorfous. Sifat kolodial dan armofous
ini artinya bersifat menyerupai tanah liat, namun sifat daya serapnya lebih
tinggi daripada tanah liat.
5. Bersifat sangat subur. Tanah humus memiliki sifat yang sangat subur
karena terbentuk dari pelapukan daun dan juga bercampur dengan kotoran
hewan dan semacamnya.
6. Mempunyai daya serap yang tinggi. Tanah humus ini mempunyai
kemampuan daya serap yang tinggi dalam hal menyerap air, dan hal ini
merupakan sifat yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
7. Mempunyai kemampuan menambah atau meningkatkan kandungan
berbagai unsur hara (magnesium, kalsium, dan kalium).
8. Banyak dijumpai di daerah tropis. Tanah humus merupakan tanah yang
banyak dijumpai di daerah tropis, seperti di Indonesia. Terutama wilayah yang
paling sering didapati tanah humus adalah wilayah jenis- jenis hujan seperti
hujan tropis dimana banyak ditemukan pepohonan.
4. TANAH INSEPTISOL
Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang dari pada
entisol (inceptum, permulaan). Umumnya mempunyai horson kambik, karena
tanah belum berkembang lanjut kebanyakan tanah ini cukup subur. Tanah ini
dulu termasuk alluvial, regosol, gleihumus, latosol dan lain-lain.Penyebaran
liat ke dalam tanah tidak dapat diukur. Kisaran kadar C-organik dan Kapasitas
Tukar Kation (KTK) dalam inceptisol dapat terbentuk hampir disemua
tempat, kecuali daerah kering, mulai dari kutub hingga tropika
(Hardjowigeno, 2003).
Proses pedogenesis yang mempercepat proses pembentukan tanah
Inceptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat, hidrolisis mineral
primer menjadi formasi lempung, pelepasan sesquioksida, akumulasi bahan
organik dan yang paling utama adalah proses pelapukan, sedangkan proses
pedogenesis yang menghambat pembentukan tanah Inceptisol adalah
pelapukan batuan dasar menjadi bahan induk (Smith et al, 1973).
Karakteristik tanah inceptisol adalah :
1. Memiliki solum tanah agak tebal, yaitu 1-2 meter
2. Warnanya hitam atau kelabu hingga coklat tua
3. Teksturnya debu, lempung berdebu, lempung
4. Struktur tanahnya remah, konsistensinya gembur, pH 5,0 – 0,7
5. Kandungan bahan organik cukup tinggi, 10%-30%
6. Kandungan unsur hara : sedang hingga tinggi
7. Produktivitas tanah: sedang hingga tinggi.
5. TANAH LATERIT
Tanah laterit merupakan salah satu jenis tanah yang ada di bumi dan
memiliki warna yang merah kecokelatan. Tanah laterit ini juga disebut
sebagai tanah merah, dikarenakan tanah laterit terbentuk dari cuaca yang
lembab dan lingkungan yang dingin. Selain itu, genangan dari air juga dapat
menyebabkan tanah laterit ini memiliki warna yang merah. Tanah laterit ini
bisa dibilang merupakan tanah yang tidak subur padahal tadinya tanah ini
subur dan kaya akan unsur hara. Hal tersebut terjadi karena, kesuburan dan
unsur hara dari tanah laterit bisa hilang karena terbawa oleh air hujan yang
mengalir pada tanah laterit.
Karakteristik tanah laterit:
1. Umurnya sudah tua, Tanah laterit ternyata sudah berusia sangat lama sekali,
dikarenakan tanah ini merupakan elemen di bumi yang bisa dihitung
menggunakan umur.
2. Kandungan bahan organiknya sedang. Sehingga tanah laterit ini bisa
dikatakan sebagai tanah yang tidak subur.
3. Memiliki pH Netral, memiliki tingkat keasaman yang netral. Sehingga
tanah laterit ini tidak terlalu asam.
4. Tanah laterit ini tidak tergolong kepada jenis tanah yang subur dan tidak
banyak digunakan sebagai lahan pertanian atau perkebunan.
5. Mudah menyerap air
6. Terbentuk pada lingkungan yang lembab, dingin dan genangan air
7. Tanah jenis laterit ini memiliki bentuk atau tekstur yang padat dan juga
kokoh.
6. TANAH LATOSOL
Tanah latosol yaitu tanah yang terbentuk dari pelapukan material beku
gunung berapi, batuan sendimen dan batuan metamorf. Tanah ini memiliki
ciri khas berwarna kemerahan, kecoklatan hingga kekuning-kuningan. Kita
sering menemukannya di negara Indonesia karena memang hampir sebagian
tanahnya berjenis Latosol.
Karakteristiknya yaitu 1). Kedalaman lapisan tanah yang cukup tebal
bisa mencapai 1,3 sampai 5 Meter; 2). Memiliki warna kemerahan, hingka
coklat hingga kekuning-kuningan; 3). Bertekstur liat; 4). Memiliki pH 4,5 –
6,5 bersifat agak asam hingga asam.
Contoh Pemanfaatannya misalnya untuk budidaya tanaman seperti
tebu, tembakau, coklat, dan pala. Tapi tanah jenis latosol juga sangat bagus
dijadikan lahan atau alas dalam membangun bangunan karena ketahanan yang
dimilikinya dan tidak mudah mengalami erosi.