Anda di halaman 1dari 3

Tibalah Sukarno (bung karno) yang perankan oleh Baim Wong dan istrinya Inggit Garnasih yang

diperankan oleh Paramitha Rusandy serta keluarga lainnya di pelabuhan Ende. Sebuah pulau
kecil dan tepencil di Flores, Nusa Tenggara Timur. Beliau layaknya para tahanan politik lain,
mengalami pengasingan karena di anggap berbahaya bagi rezim yang tengah berkuasa. Saat itu
rezim kolonial belanda lah yang menganggap bung Karno adalah tokoh sekaligus motor
penggerak perlawanan terhadap belanda. Mereka mengalami fase-fase yang cukup sulit di awal
keberaaan mereka di Ende. Lebih-lebih sebelum kedatangannya, pihak kolonial sudah
melakukan propaganda bahwa bung Karno adalah seorang yang sangat berbahaya. Meskipun
itu, di asingkan bahkan dipenjara seperti ini bukanlah hal pertama kali di alami oleh bapak
pendiri bangsa ini.
Di bandung yang merupakan tempat terakhir sebelum ke Ende, beliau juga telah pernah di
penjara. Ruang gerak dibatasi dan selalu mendapat pengawalan dari pihak kolonial. Beliau
harus wajib melaporkan dirinya setiap hari pada pihak kolonial. Untuk berjalan keliling kampung
pun harus di awasi. Hal itu adalah bagian dari ketakutan kolonial atas sosok bung Karno.
Pasalnya, sebelum di asing ke Ende, beliau selalu terlibat dalam penggalangan massa dan
gerakan-gerakan pemberontakan. Karnanya sangat di antisipasi, jangan sampai hal itu terjadi di
pulau yang kecil dan asing ini.
Awal kehidupan di ende Awal-awal kehidupan di Ende, beliau cukup frustasi. Biasanya sebelum
di asingkan beliau selalu kedatangan tamu-tamu penting yang terlibat dalam gerakan-gerakan
kemerdekaan, kini sangat jarang bahkan rumahnya pun selalu di pantau. Kebiasaannya
membaca mendapat sedikit hambatan karena tidak semua buku-bukunya ikut serta di bawa.
Buku-buku diseleksi oleh kolonial. Jika ada buku yang bernuansa politik apalagi yang dapat
membangkitkan spirit perlawanan harus di tanggalkan. Istri dan mertua yang menemaninya,
cukup iba terhadapnya. Mertua dan istrinya serta anaknya adalah bagian dari harta berharga
yang selalu memberikan semangat dan membantu perjuangan hingga pada akhirnya sang
mertua meninggal di Ende.
Beliau menyadari, pengasingan ke pulau membuatnya akan sulit menggalang kekuatan untuk
mengancam keberadaan kolonial. Untuk mempermudah aktivitas kesehariannya terutama
dalam bekeliling melihat aktivitas keseharian masyarakat di Ende, beliau menggaji seorang
bocah pribumi. Suatu ketika beliau berkeliling pasar tradisional. Di pasar beliau bertemu
dengan salah seorang pejuang yang berhasil selamat dari pertempuran, yang kapalnya
dihancurkan oleh bom-bom kolonial. Pihak kolonial menggapanya sudah meninggal bersama
hancurnya kapal itu tapi ternyata dia berhasil selamat. Dia merupakan salah satu pembaca
marxisme. Dia bercerita tentang sebab pemicu pemberontakan mereka pecah. Kolonial waktu
itu menurunkan upah buruh di salah satu pabrik di Surabaya tempat dirinya bekerja. Dia dan
kawan-kawanya memprotes hingga terjadilah respon ‘fisik’ dari pihak Belanda yang membuat
banyak kematian terjadi.
Meskipun massa yang bisa di ajak berjuang di Ende, cukup sedikit tapi dia tetap membantu
bung Karno dalam proses-proses perjuangan. Misalnya membantu lalu lintas surat menyurat
antara bung Karno dengan beberapa tokoh kemerdekaan di jawa dan keperluan lainnya.
Membuat pengajian hingga teater Bung Karno tidak habis akal untuk berjuang. Salah satu cara
untuk mengumpulkan masyarakat pribumi adalah dengan mengadakan pengajian. Bung karno
mengundang masayarakat untuk mengadkan pengajian tiap malam selasa dan jumat. Banyak
hal yang didapatkan dari pengajian ini, selain menjadi ajang siltaurahmi dan menjalankan
perintah agama (islam). Juga sebagai cara untuk mengonsolidasi masayarakat pribumi.
Meskipun di curigai oleh pihak kolonial tapi acara ini tetap berlangsung. Dari sinilah bung karno
membuat drama (teater) sebagai sarana untuk berjuang.

Sama halnya dengan para wali songo ketika menyebarkan islam di nusantara. Bung Karno
menggunakan drama untuk membangkitkan semangat perlawanan masyakat pribumi. Para
anggota teater ini datang dari masyakat pribumi yang berlatarbelakang berbeda baik suku
maupun agama, bahkan ada di antara mereka berketuruan Tionghoa. Kepiawaian bung Karno,
sang maestro drama, mampu menuliskan naskah drama secara halus memuat semangat-
semangat perlawanan untuk tidak secara frontal menunjukan perlawanan. Ini bukan karena
kelemahan, tapi ini persolan strategi dan taktik. Dalam menjalankan aktivitas-aktivitasnya, bung
karno sangat berterimakasih pada keterlibatan pastor belanda yang di tugaskan di ende. Sang
pastor mengaku, dia sebenarnya tidak sepakat dengan eksploitasi terhadap sesama manusia
dan bangsa tertentu. Sang pastorlah yang mempersilahkan bung Karno untuk datang membaca
buku-buku di perpustakaan gereja, juga tak lupa selalu menemani diskusinya.
Suatu ketika bung Karno meminta izin kepada salah satu pastor yang paling akrab dengannya
untuk mengadakan latihan hingga pementasan di lingkugan gereja. Mulanya menimbulkan
kontroversi di kalangan gereja karena ketakutan terhadap otoritas kolinial saat itu. Tapi sang
pastor tetap mendukung bung Karno bahkan ketika bung karno akan ditangkap karna
membangkang terhadap colonial atas tidak diberilkannya izin manggung, sang pastorlah yang
menyelamatkannya dan menjamin dirinya.
Kirim mengirim surat Pulau yang asing ternyata tidak membuat perjuangan surut begitu saja.
beliau mencari cara agar bisa berkomunikasi dengan para pejuang lain di tanah jawa. Maka
beliau memanfaatkan pedagang pribumi yang melalu lintas dengan kapal mereka, dengan rute
jawa-ende. Beberapa pedagang itu adalah kawan-kawan bung Karno yang menjadi anggota
teater sehingga mereka juga dengan senang hati membantu. Beberapa di antaranya adalah
etnis Tionghoa. Beliau mengirim surat ke tanah jawa menceritakan tentang keadaannya di Ende
dan keperluan lainnya. Setiap kali ada balasan surat, harus di sampaikan secara rahasia pada
bung Karno. Karna setiap barang yang masuk di pelabuhan ende, mendapatkan pemeriksaan
dari petugas kolonial. Sehingga kadang tanpa di sadari ada kiriman yang tak di ketahui dari
mana asalnya untuk bung Karno. Begitu juga dengan surat-surat dari pejuang-pejuang di tanah
Jawa, kadang harus dimasukan dalam buah labu agar tidak ketahuan oleh pihak kolonial.
Kemudian ada seorang penjual labu keliling yang sengaja menjajakan buah labunya di depan
rumah pengasingan bung Karno. Buah labu itu kemudian di beli. Setelah buah labu itu di buka,
disitulah didapatkan surat.
Menjelang meninggalkan ende Bung Karno tak henti-hentinya membuat naska drama untuk di
panggungkan. Suatu ketika bung Karno menulis naskah dengan “Indonesia tahun 1945”. Beliau
berkeyakinan pada tahun ini, Indonesia akan meraih kemerdekaan. Perjuangannya beserta
rakyat Indonesia lain akan menemukan hasilnya. Saat itu akan terjadi perang besar di pasifik
yang melibatkan banyak negara. Saat itulah Indonesia adalah salah satu negara yang akan
meraih kemenangan dan kemerdekaan. Demikian yang dijelaskan kepada seorang kawan dari
Filipina yang menemaninya diskusi di pengasingan, tatkala bertanya tetang naskah yang
ditulisnya dengan judul tersebut.
Kawan dari Filipina, yang kurang dijelaskan asal usulnya tapi kemungkinan dia adalah korban
pembuangan oleh kolonial ke pulau Ende ini. Sama halnya dengan pejuang-pejuang atau rakyat
nusantara lain yang dibuang ke berbagai negara di luar wilayah nusantara, semisal Afrika hingga
Amerika. Para loyalis bung Karno di Ende begitu menghargainya. Di sebuah radio yang
merupakan media saat itu yang dapat di akses oleh masyarkat pribumi, terdengar kabar
menganai bung Karno. Ada desakan para pelajar Indonesia di luar negeri agar bung karno di
pindahkan dari pulau ende. Para pejuang itu mengharuskan pihak kolonial untuk segera
membebaskan bung karno dari pengasingan. Kabar itu segera terdengar di radio oleh kawan-
kawan pribumi di Ende dan segera di sampaikan kepada bung Karno. Kabar ini membuat bung
karno legah. Tapi ada perasaan yang sedikit mengganggunya, demikian juga Inggit, istrinya yang
setia menemaninya berjuang.
Selama empat tahun di Ende pasti meninggalkan kesan yang mendalam di pulai ini. Ada
Perasaan sedih yang menghinggapi mereka. Terutama dengan persaudaraan yang telah lama
dibangun dengan masayarakat pribumi yang sebentar lagi akan mereka tinggalkan. Tapi inilah
perjuangan, mau tidak mau mereka harus mau. Senja sudah hadir. Mentari sudah di ufuk barat.
Langit sudah menampakan kuning kemerah-merahan yang begitu indah. Itulah pemandangan
pelabuhan Ende ketika bung Karno akan menaiki kapal meninggalkan pulau ini. Ketika bung
karno di tanya perihal kesan yang didapatkan di Ende. Dengan tegas beliau menjawab: “Di ende
saya semakin kukuh menemukan landasan untuk falsafah bangsa ini” ~Makassar, 7 Desember
2013

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Kimia Dasar Pengenalan Gas Dan K
    Laporan Kimia Dasar Pengenalan Gas Dan K
    Dokumen15 halaman
    Laporan Kimia Dasar Pengenalan Gas Dan K
    NEKERIO ATAGHAZI MAYBACH
    Belum ada peringkat
  • Landasan Teori
    Landasan Teori
    Dokumen2 halaman
    Landasan Teori
    NEKERIO ATAGHAZI MAYBACH
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen5 halaman
    1 PB
    Ariatna Noviaty
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen5 halaman
    1 PB
    Ariatna Noviaty
    Belum ada peringkat
  • Landasan Teori
    Landasan Teori
    Dokumen2 halaman
    Landasan Teori
    NEKERIO ATAGHAZI MAYBACH
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen5 halaman
    1 PB
    Ariatna Noviaty
    Belum ada peringkat
  • 1 PB
    1 PB
    Dokumen5 halaman
    1 PB
    Ariatna Noviaty
    Belum ada peringkat
  • Re Sensi
    Re Sensi
    Dokumen3 halaman
    Re Sensi
    NEKERIO ATAGHAZI MAYBACH
    Belum ada peringkat
  • Contoh CV FIX
    Contoh CV FIX
    Dokumen2 halaman
    Contoh CV FIX
    DENI ESTU PRAYOGA
    Belum ada peringkat
  • Analisa
    Analisa
    Dokumen1 halaman
    Analisa
    NEKERIO ATAGHAZI MAYBACH
    Belum ada peringkat