Anda di halaman 1dari 7

STROKE

DEA OKTAVIANI
dea.oktaviani-2020@vokasi.unair.ac.id

Program Studi D3 Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

Abstract : Stroke is a condition that occurs when blood supply to the brain is reduced due to a
blockage (ischemic stroke) or rupture of a blood vessel (hemorrhagic stroke). Without blood, the
brain will not get oxygen and nutrients, so the affected brain will die immediately. The cause of
stroke is the occurrence of blockage, narrowing, or rupture of blood vessels leading to the brain.
As a result, blood and oxygen intake to the brain decreases and causes brain nerve cells to die.
Stroke management usually begins with acute treatment in an emergency setting and long-term
patient rehabilitation.

Keywords: risk factors, early symptoms, brain


Abstrak : Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pemasukan darah ke otak berkurang akibat
penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa darah,
otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada area otak yang
terdampak akan segera mati. Faktor penyebab penyakit stroke adalah terjadinya penyumbatan,
penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah yang menuju ke otak. Akibatnya, asupan darah dan
oksigen ke otak menurun dan menyebabkan sel-sel saraf otak menjadi mati. Penatalaksanaan
stroke biasanya dimulai dengan penanganan akut dalam kondisi emergensi dan dilanjutkan
dengan rehabilitasi pasien jangka panjang.
Kata kunci : Faktor resiko, Gejala awal ,otak

PENDAHULUAN seluruh dunia. Kecacatan akibat stroke tidak


hanya berdampak bagi penyandangnya,
Stroke adalah suatu serangan pada namun juga bagi keluarganya (Pinzon, 2009)
otak akibat gangguan pembuluh darah dalam
mensuplai darah yang membawa oksigen Stroke menurut World Health
dan glukosa untuk metabolisme sel-sel otak Organization (WHO, 2005) adalah tanda
agar dapat tetap melaksanakan fungsinya. klinis yang berkembang cepat akibat
Serangan ini bersifat mendadak dan gangguan fungsi otak fokal (atau global),
menimbulkan gejala sesuai dengan bagian dengan gejala yang berlangsung selama 24
otak yang tidak mendapat suplai darah. jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian,
tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler.
Stroke adalah suatu penyakit Stroke merupakan suatu sindrom yang
gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis
secara tiba-tiba dan cepat yang disebabkan yang berkembang dengan cepat yang berupa
karena adanya pendarahan di otak. Pada gangguan fungsional otak fokal maupun
umumnya angka kejadian pada laki- laki global yang berlangsung lebih dari 24 jam
lebih banyak daripada perempuan. Stroke (kecuali ada intervensi bedah atau membawa
terjadi tanpa adanya gejala- gejala prodroma kematian), yang tidak disebabkan oleh sebab
atau gejala dini, dan muncul begitu lain selain penyebab vaskuler.
mendadak. Stroke adalah penyebab
kematian dan kecacatan yang utama di
Insiden stroke meningkat secara thrombosis dan hypertensi pembuluh darah.
eksponensial dengan bertambahnya usia dan Perdarahan intraserebral yang sangat luas
1,25 kali lebih besar pada pria dibanding akan menyebabkan kematian dibandingkan
wanita. Kecenderungan pola penyakit dari keseluruhan penyakit 9 cerebrovaskuler.
neurologi terutama gangguan susunan saraf Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat
pusat tampaknya mengalami peningkatan berkembang cerebral. Perubahan disebabkan
penyakit akibat gangguan pembuluh darah oleh anoksia serebral dapat revensibel untuk
otak, akibat kecelakaan serta karena proses jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
degeneratif system saraf tampaknya sedang irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit.
merambah naik di Indonesia (Lefrina, 2004). Anoksia serebtal dapat terjadi oleh karena
Departemen Kesehatan mendata kasus gangguan yang bervariasi, salah satunya
stroke di wilayah perkotaan di 33 provinsi cardiac arrest.
dan 440 kabupaten mengumpulkan sebanyak Stroke iskemik diakibatkan oleh
258.366 sampel rumah tangga perkotaan dan penurunan aliran darah otak. Pada situasi
987.205 sampel anggota rumah tangga untuk tersebut akan terjadi metabolisme anaerob
pengukuran berbagai variabel kesehatan sehingga menyebabkan peningkatan
masyarakat, hasilnya adalah penyakit stroke konsentrasi laktat dan ion hidrogen,
merupakan pembunuh utama di kalangan
penurunan pH intrasel, penurunan
penduduk perkotaan. Untuk pencegahannya
perlu diantisipasi dengan cara fosfokreatin jaringan, dan peningkatan
menyebarluaskan pengetahuan tentang kadar fosfat organik. Metabolisme
bahaya stroke misalnya melalui media massa, anaerob akan menyebabkan penurunan
internet, seminar dan lain-lain (Depkes, 2008) adenosine triphosphate (ATP) intrasel
sehingga terjadi hambatan aktivitas Na/K
Berdasarkan latar belakang tersebut ATPase dan diikuti kerusakan progresif
maka penulis ingin menyampaikan
sistem pompa dan transpor yang
pendapatnya mengenai stroke ditinjau dari
patofisiologi,etiologi,epidemiologi,diagnosis membutuhkan energi (Na/K ATPase, Ca
dan tata laksana pengobatan pada penderita ATPase). Hal ini mengakibatkan
penyakit stroke. penumpukan ion kalsium intrasel, diikuti
kerusakan mitokondria, membran sel,
A. Patofisiologi aktivasi beberapa sistem enzim, dan
Suplai darah ke otak dapat berubah pada nekrosis. Kegagalan ionik dan overload
gangguan fokal (thrombus, emboli, kalsium intrasel akan menyebabkan
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh depolarisasi anoksik. Proses selanjutnya
karena gangguan umum (Hypoksia karena akan terjadi penurunan pembentukan
gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis
potensial sinaps oleh neuron korteks
sering/cenderung sebagai faktor penting
trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari
serebri dan timbul defisit neurologis
flak arterosklerotik atau darah dapat beku (Dirnagl dkk., 1999; Caplan, 2009; Grotta
pada area yang stenosis, dimana aliran darah dkk., 2015). Empat faktor penting pada
akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi proses patobiologi stroke adalah
pada pembuluh darah serebral oleh embolus excitotoxicity, depolarisasi peri-infark,
menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti inflamasi, dan apoptosis.

a. Trauma, b. Metastase,
B. Etiologi c. sinusistis radang
rongga paranasal, d.
sinusitis frontalis dan
sinusitis maksilaris, e.
infeksi mata f. infeksi
wajah, dan lain-lain. infeksi paru. Abses pada penderita
jantung bawaan sianotik, umumnya
Berbagai mikroorganisme oleh Strepcoccus anaerob.
yang dapat ditemukan pada abses
otak adalah bakteri, jamur, dan Sementara, jamur penyebab
parasit. Bakteri yang paling sering abses otak antara lain Nocardia
menyerang adalah Streptococcus asteroides, Clasdosporium
aureus, Streptococcus anaerob, trichoides, dan spesies candida serta
Streptococcus beta hemolyticus, Aspergilus. Walaupun jarang,
Strepcoccus alpha hemolyticus, E. Entamuba histolitica, suatu parasit
coli, dan Baerotoides. Abses asalah amoeba usus, juga dapat
Staphylococcus menyebabkan abses otak secara
biasanya berkembang hematogen. Walapun begitu, sekitar
dari perkembangan dari perjalanan 62% penyakit ini disebabkan oleh
otitis media atau fraktur kanii. Bila flora campuran dan kurang kebih
infeksi berasal dari sinus 25% karena kriptogenik (tidak
paranasalis, penyebabnya adalah diketahui sebabnya).
Strepcoccus anaerob dan Anaerob
dan Hemophilus influenzae. Abses C. Anatomi
oleh Strepcococcus Susunan saraf pusat terdiri atas
dan Pneumocococcus, otak dan korda spinalis. Otak terdiri dari
sering merupakan komplikasi
miliaran neuron yang tersusun oleh tentorium dan memenuhi hampir seluruh
membentuk anyaman kompleks untuk fossa posterior. Serebelum memiliki fungsi
menjalankan fungsinya. Otak dapat utama koordinasi gerakan volunteer terlatih
diklasifikasi dalam berbagai cara dengan mempengaruhi aktivitas otot,
bergantung pada perbedaan anatomi dan mengontrol keseimbangan, dan tonus otot
fungsi. melalui hubungan dengan sistem vestibular
dan medulla spinalis.
Diensefalon mencakup thalamus dan
hipotalamus. Thalamus menerima semua
informasi sensorik yang datang (kecuali bau)
dan memancarkan informasi ke korteks
serebri. Thalamus juga merupakan bagian
dari sistem pengaktifan reticular (RAS/
Reticular Activating System). Hipotalamus
membentuk dasar diensefalon, hipotalamus
Gambar 1. Anatomi otak berintegrasi dan mengarahkan informasi
Batang otak terdiri atas medulla mengenai suhu, rasa lapar, aktifitas susunan
oblongata, pons, dan mesensefalon. Batang
otak merupakan struktur penting sebagai
relay station untuk banyak serabut
longitudinal (asenden dan desenden). Pada
bagian dorsal batang otak terdapat formasio
retikularis yang mengatur fungsi kesadaran,
sirkulasi darah, pernafasan, dan fungsi vital
lainnya.
Serebelum atau otak kecil terletak di
bagian dorsal dari pons dan medulla
oblongata. Serebelum
dipisahkan dengan lobus oksipital serebri
saraf otonom, dan status emosi. Ketika organisme pathogen masuk
Hipotalamus juga menentukan kadar kedalam ruangan subaraknoid maka reaksi
beberapa hormon termasuk hormon peradangan terjadi dan mengakibatkan :
hipofisis.
Serebrum atau otak besar terdiri atas 1. Bendungan cairan serebrospinalis
lobus frontalis, lobus parietal, lobus 2. Penumpukan eksudat
temporal, lobus oksipital. Lobus frontalis 3. Perubahan arteri pada
memiliki fungsi dalam mengatur motorik, subaraknoid
pusat bicara (broca), pusat emosi, pusat 4. Perubahan jaringan disekitarnya
berfikir, pusat perilaku, pusat inisiatif. (edema).
Lobus parietal berfungsi sebagai pusat
proses sensori somato-sensorik yang
meliputi nyeri, suhu, taktil, dan penilaian Manifestasi klinis : 1) Demam
objek dalam orientasi ruang. Lobus merupakan gejala awal 2) Nyeri kepala 3)
temporal berperan sebagai pusat Mual dan muntah 4) Kejang umum 5)
pendengaran, pengertian bahasa (wernicle), Fotofobia 6) Pada keadaan lebih lanjut dapat
pemahaman suara, dan irama musik, serta mengakibatkan penurunan kesadaran sampai
pengaturan memori. Lobus oksipital dengan koma. 7) Adanya tanda-tanda iritasi
berperan sebagai pusat penerima dan meningeal seperti : a. Kaku kuduk, pasien
penganalisa penglihatan serta warna. (Nita mengalami kekakuan pada leher sehingga
Tri Sulistiyati; Titian Rakhma, 2012) terdapat kesulitan dalam memfleksikan leher
karena adanya spasme otot-otot leher. b.
D. Manifestasi Klinis Tanda Kernig positif, ketika paha pasien
dalam keadaan fleksi lebih dari 135 derajat

karena nyeri. c. Tanda Brudzinski positif, trauma tembus otak, paska


bila leher paien di fleksikan maka dihasilkan kraniotomi, infeksi telinga dan
fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan mastoid, infeksi hidung dan
fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada sinus parasinus, infeksi gigi
salah satu sisi maka gerakan yang sama dan pneumonia. Faktor
terlihat pada sisi ekstremitas yang presdipoisi juga dapat
berlaawanan. (DHELLA NERA, 2019) ditentukan jika pasien
memiliki kelainan jantung
E. Diagnosis bawaan, kencing manis,
Penegakan diagnosis abses otak dapat pemakaian
ditentukan melalui hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik kemoterapi,
dan pemeriksaan penunjang pemakaian
a. Anamnesis
Seperti yang telah dijelaskan kortikosteroid, pemakaian
sebelumnya, gejala klinis abses implant dan pemakaian
otak tidak spesifik. Hasil antibiotik.
anamnesis dapat ditemukan b. Pemeriksaan fisik
gejala umum berupa demam, Pemeriksaan fisik meliputi
nafsu makan menurun, dan berat pemeriksaan tanda vital
badan turun. Gejala neurologis (tekanan darah, frekuensi
dapat berupa penurunan napas, suhu, dan nadi), status
kesadaran, nyeri kepala, mual, generalis (head to toe) untuk
muntah dan kejang. Sumber mencari sumber infeksi dan
infeksi dapat diperkirakan jika pemeriksaan neurologis
pasien pernah memiliki Riwayat berupa kesadaran, tanda
rangsangan meningeal, nervus non-inflamasi dan tumor otak.
kranialis, motorik, sensorik, refleks
fisiologis dan patologis serta fungsi Diagnosis banding
otonom.
c. Pemeriksaan penunjang Diagnosis abses otak yakni
Pemeriksaan penujang (Hudak tumor otak (astrositoma), infark
dan Gallo, 2012) 1. Fungsi lumbal serebri, tuberkuloma, dan kista
dan kultur CSS: jumlah leukosit rachnoid.
(CBC) meningkat, kadar glukosa F. Prognosis
darah mrenurun, protein Sebelum ditemukan CT scan
meningkat, glukosa serum angka kematian mencapai 40%-60%.
meningkat 2. Kultur darah, untuk Saat ini, angka kematian yakni 0-
menetapkan organisme penyebab 10% karena adanya peningkatan cara
3. Kultur urim, untuk menetapkan diagnosis dan penilaian evaluasi
organisme penyebab 4. Elektrolit abses otak dengan CT scan atau
serum, meningkat jika anak MRI. Angka kematian telah
dehidrasi: Na+ naik dan K + turun berkurang namun kondisi defisit
5. MRI, CT-scan/ angiorafi LED. C- neurologis yang permanen tetap
reactive protein (CRP) meningkat terjadi pada 45% kasus abses otak.
seiring dengan tingginya proses Kejang umum terjadi pada 27%
sintesis di hepar akibat kondisi kasus dan hemiparises pada 29%
inflamasi di tubuh termasuk infeksi kasus.
pada abses otak dan abses gigi tapi
CRP bisa juga tinggi pada kondisi
Prognosis abses otak disesuaikan Sefalosporin.
dengan fungsi neurologis yang c. Jika pasien terindikasi
buruk, adanya ruptur intraventrikel meningitis tuberkolusis
oleh abses otak dan hampir 100% diberikan obat-obatan TBC.
kematian terjadi pada abses otak
yang diakibatkan oleh jamur pada KESIMPULAN
pasien transplantasi dengan kondisi Abses otak adalah infeksi
immunokompromais. lokal intracranial yang dapat
disebabkan oleh bakteri, jamur dan
G. Penatalaksanaan parasit. Mikroorganisme dapat berasal
Tarwoto ( 2013), mengatakan dari infeksi di tempat lain yang
penatalakasanaan dibagi 2 yaitu: menyebar secara
1) Penatalaksanaan umum perkontinuitatum, hematogen
a. Pasien diisolasi ataupun secara langsung akibat
b. Pasien diistirahatkan atau trauma pada kepala. sehingga dalam
bedrest menegakkan diagnosis memerlukan
c. Kontrol hipertermi dengan pemeriksaan penunjang seperti CT-
kompres scan dan MRI Penatalaksanaan abses
d. Kontrol kejang otak dapat dilakukan dengan
e. Pemenuhan kebutuhan
cairan, nutrisi
2) Pemberian antibiotik
a. Diberikan 10-14 hari atau
setidaknya 7 hari bebas panas
b. Antibiotik yang umum
diberikan: Ampisilin,
Gentamisin, Kloromfenikol,
memberikan terapi medikamentosa
dan prosedur operasi. Saat ini angka 5. Nasution IK, Aldy S. Rambe, Sjahrir H.
mortalitas abses otak ialah 0%-10% Gangguan memori pada penderita nyeri
namun defisit neurologis yang kepala primer kronik. Majalah kedokteran
permanen tetap terjadi pada 45% nusantara. 2007;40:254-7.
kasus abses otak.
6. NANDA. (2012). Panduan Diagnosa
DAFTAR PUSTAKA keperawatan NANDA 2012-2014, definisi
1. Dhella Nera. (2019). Asuhan dan klasifikasi. Philadhelpia
Keperawatan Pada Sdr. Z
Dengan Susp.Meningitis. 29-30. 7. Sastrodiningrat. (2006). Memahami
Fakta-Fakta pada Perdarahan Subdural
2. Nita Tri Sulistiyati; Titian Rakhma. Akut. Majalah Kedokteran Nusantara
(2012). Laki-Laki 26 Tahun Volume 39. No.3 Halaman 297- 306.
Dengan Hiv/Aids Dan Suspek Medan: FK USU Sjamsuhidajat. (2004).
Abses Serebri. 358-359.
8. Subdural Hematoma. Buku Ajar Ilmu
3. Sholeh S. Naga. (2013). Buku Bedah, edisi kedua. Jakarta: EGC Tim
Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Neurotrauma. (2007).
Dalam. Jogjakarta: DIVA Press.
9. Pedoman Tatalaksana Cedera Otak.
4. Hakim AA. Abses otak. Majalah
Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas
Kedokteran Nusantara. 2005;38(4); p.
Airlangga Tom, dkk. (2011). Subdural
324- 7.
Hematoma in Emergency Medicine. 15. Adril Arsyad Hakim, Abses otak;
Medscape Reference Departemen Bedah Fakultas Kedokteran
USU Desember 20025; 324-326:24(4)
10. Tarwoto.(2013). Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : CV Sagung Seto 16. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel
ke sistem; alih bahasa, Brahm U. Pendit;
11. Muttaqin,Arif 2008. Buku Ajar Asuhan editor bahasa
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Indonesia, Herman OO, Albert AM, Dian R.
Sistem Persyarafan.Jakarta : Salemba Edisi 8. Jakarta:EGC,2014.p.145-93
Medika
17. Tim Neurotrauma. (2007). Pedoman
12. Jannis & Hendrik. 2006. Meningitis Tatalaksana Cedera Otak. Surabaya:
Mortallty In Neurologi Ward Of Dr. Cipto Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Mangukusumo Hospital. Jakarta: Med J
Indones. tersedia pada 18. Nurarif Huda Amin., Hardhi Kusuma,
http://www.google.com/www.jurnal.ipi.ac.id S.Kep., Ns. 2016. Asuhan Keperawatan
di akses pada tanggal 6 Maret 2020 Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa
Nanda, NIC,NOC Dalam Berbagai Kasus.
13. Octaviani D, Komari N, Estiasari R. Jogjakarta: Mediaction Publishing
Pola mikroba, sensitivitas antibiotik, dan
keluaran
jangka pendek abses serebri di RSUPN
Cipto Mangkunkusumo. J Neurona.
2012;29(4).
14. Bensalem MK, Berger JR. HIV and the
central nervous system. Compr Ther. Spring
2002;28(1):
19. Bulechek, G.M., Butcher, H.K.,
Doctheman, J .M., & Wagner, C.M. 2013.
Nursing Outcome Classification (NOC)
Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Mocomedia
20. Masfiyah., Aris Catur Bintoro., &
Purnomo Hadi. 2013. Gambaran Definitif
Meningitis Tuberkulosa di RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Semarang: FK
Unissula Semarang. tersedia pada
http://www.google.com/www.jurnal.ipi
.ac.id eduhealth di akses pada tanggal
6 Maret 2021
21. Nursalam. 2013. Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai