Anda di halaman 1dari 7

Tata cara take video :

a. Yang paling pertama bicara sekalian membuka video (Assalamualaikum, kami dari kelompok B1
akan menjelaskan mengenai blabalbalala)
b. Kalau ada soal tetep dibaca soalnya tapi jangan jadi kayak pertanyaan, contoh
a. Buat no 1 langsung baca jawabannya aja “Menurut UU….”
b. Buat no 2 bacanya “Selanjutnya, Kesehatan menjadi bagian penting dalam
pembangunan berkelanjutan. Dalam Sustainable…..”
c. Pertanyaan No 3 bacanya “Permasalahan kesehatan apa sajakah yang perlu segera
ditangani salah satunya adalah Komplikasi pada Kehamilan dan Persalinan…”
d. Tapi kalo mau dibaca jadi soal biasa juga terserahh, yang penting kalo ada pergantian
soal atau poin jelas loncat2nya.
c. Di video gausah ngenalin diri nama/nim biar di edit di video aja.
d. Yang bicara paling akhir ngomong pentutupan “Sekian dari kelompok kami, Terima kasih
balbalabala”

Cara Edit Video:

a. Covernya semua nama anggota, sama nama kelompok


b. Kalau bisa si pertanyaanya ditulis divideonya (semacam subtitle/kayak tulisan di tiktok)
c. Tulisin nama tiap2 anggota di masing2 videnya, beberapa detik pertama pas dia ngomong atau
kalo di satu video namanya terus2an juga gapapa

1. Apa itu pemerintahan daerah? (Milzasina)


Jawab :

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 ayat (2) tentang


Pemerintah Daerah, Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pada Pasal 1 ayat (3)
juga menyebutkan Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

2. Mengapa kesehatan menjadi bagian penting dalam pembangunan berkelanjutan?


Jawab :

Dalam Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan


Berkelanjutan (TPB) terdapat 17 tujuan salah satunya tujuan nomor 3 mengenai
Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan, tujuan ini diadakan untuk menjamin kehidupan
yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia. Kesehatan
menjadi salah satu aspek penting dari pembangunan berkelanjutan karena kesehatan
masyarakat memiliki peran penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia (SDM). Indeks Pembangunan Manusia meletakkan kesehatan adalah salah satu
komponen utama pengukuran selain pendidikan dan pendapatan.

Kesehatan masyarakat ini akan berhubungan dengan kualitas SDM yang


kemudian dapat meningkatkan perekonomian negara dan menanggulangi kemiskinan,
karena jika kualitas kesehatan masyarakat rendah maka setiap orang akan sulit dalam
melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Dengan hidup sehat, setiap orang dapat
berperan produktif secara sosial dan ekonomi untuk mencapai tujuan hidup yang
diinginkan.

(Ghina) Target Pembangunan Berkelanjutan ini terdiri dari penurunan kematian


ibu dan bayi, mengurangi kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak
menular, pencegahan penyalahgunaan zat, menjamin akses layanan kesehatan seksual
dan reproduksi, meningkatkan cakupan kesehatan universal, penguatan pelaksanaan
pengendalian tembakau, pengembangan dan penelitian vaksin dan obat, serta
peningkatan pembiayaan kesehatan. Lalu, yang menjadi fokus dari seluruh target-target
ini diantara lain gizi masyarakat, sistem kesehatan nasional, akses kesehatan dan
reproduksi, Keluarga Berencana (KB), serta sanitasi dan air bersih.

Strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dilakukan dengan cara


Meningkatkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), Meningkatkan
penganekaragaman dan keamanan pangan (termasuk olahan), Meningkatkan pelayanan
Medis, rehab medis, rehab sosial dan dukungan dari masyarakat bagi penderita
gangguan jiwa, dan Meningkatkan aksebilitas dan pelayanan kesehatan yang
berkualitas.

Dengan itu, perbaikan sistem penganggaran layanan kesehatan, perbaikan tata


kelola layanan kesehatan, disamping penguatan organisasi masyarakat sipil dalam
menjangkau komunitas populasi kunci dan mendorong efektifitas perubahan perilaku
masyarakat menjadi kunci penting upaya perbaikan kualitas kesehatan masyarakat
Indonesia jangka panjang.

3. Permasalahan kesehatan apa sajakah yang perlu segera ditangani (minimal 2 case),
mengapa?
Jawab :
 Komplikasi pada Kehamilan dan Persalinan
Berkurangnya angka kematian ibu merupakan salah satu target SDGs, kematian
ibu diharapkan turun di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2030. Dari data
Riskesdas tahun 2018, dilaporkan penurunan jumlah absolut kematian ibu dari 4.999 Ibu
(tahun 2015) menjadi 4.295 Ibu (tahun 2017). Namun angka ini masih di atas target
SDGs. Kematian ibu dan kesakitan ibu hamil dan bersalin sudah lama mnjadi masalah
kesehatan, khususnya di negara-negara berkembang. Sekitar 25-50% kematian
perempuan usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan. Hal ini mayoritas disebabkan oleh komplikasi kehamilan dan melahirkan.
Secara langsung, komplikasi kehamilan dan melahirkan dipengaruhi oleh 4
terlalu, yaitu Hamil terlalu muda (primi muda) usia ibu < 20 tahun, hamil/ bersalin
terlalu tua (grande multi) usia ibu > 35 tahun, terlalu dekat jarak kehamilan atau
persalinannya < dari 2 tahun, dan terlalu banyak anak (anak lebih dari 4). Status
ekonomi, tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu.
(Afifah) Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (covert behavior). Dari pengetahuan dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki ibu
tentang pelayanan Antenatal care (ANC) dan pentingnya pemeriksaan kehamilan
berdampak pada ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya pada petugas
kesehatan (Depkes RI, 2012).
Apabila seorang ibu hamil memiliki pengetahuan yang lebih tentang resiko tinggi
kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk menentukan sikap,
berperilaku untuk mencegah, menghindari atau mengatasi masalah resiko kehamilan
tersebut dan ibu memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal untuk
memeriksakan kehamilannya, sehingga apabila terjadi resiko pada masa kehamilan
tersebut dapat ditangani. Pendidikan berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat
pemahaman antenatal care bagi ibu hamil. Semakin baik tingkat pemahaman ibu hamil
tentang antenatal care tentunya semakin baik pula tingkat kepatuhannya dalam
antenatal care.

e. Meningkatnya Permasalahan Gizi Buruk

Gizi buruk adalah status gizi yang berdasarkan pada indeks berat badan menurut
umur yang merupakan padanan dari istilah underweight (gizi kurang) dan severely
underweight (gizi kurang). Seorang balita disebut menderita gizi buruk yakni apabila
indeks berat badan menurut umurnya tidak sesuai dengan berat badan anak
seumurannya.
Seorang balita yang mengidap gizi buruk yakni kondisi ketika anak tidak menerima
nutrien, mineral, dan kalori yang cukup untuk perkembangan organ vital yang
seharusnya tumbuh. Penyebab utama dari gizi buruk adalah kurangnya balita atau anak-
anak dalam memperoleh makanan dengan kandungan yang dibutuhkan oleh tubuhnya.
Hal ini dikaitkan dengan ekonomi masyarakat yang kurang untuk memenuhi dan
memberikan makanan dengan kandungan yang cukup untuk perkembangan balita dan
anaknya. Gizi buruk tidak terjadi secara langsung, kondisi ini berlangsung secara
bertahap. Sebenarnya gizi buruk dapat diatasi jika ada pemahaman soal hal tersebut.
Berdasarkan laporan gizi global atau Global Nutrition Report pada 2018, Indonesia
termasuk kedalam 17 negara yang memiliki 3 permasalahan gizi sekaligus. Ketiganya
yaitu stunting(pendek), wasting(kurus), dan overweight(obesitas).
Banyak penyakit yang dapat timbul akibat dari kurangnya asupan gizi yang
diperlukan oleh tubuh yakni, beri-beri yakni karena tubuh kekurangan asupan vitamin
B1, Kwashiorkor yakni kondisi dimana tubuh kekurangan asupan protein, skorbut adalah
penyakit dimana tubuh kekurangan vitamin C, dan masih banyak penyakit lain yang
dapat disebabkan oleh kekurangan gizi.
(Binti) Penurunan angka kekurangan gizi pada balita dan masyarakat merupakan
salah satu target SDGs dibidang kesehatan yakni pada tahun 2030, mengurangi hingga
sepertiga angka kematian dini akibat penyakit tidak menular, melalui pencegahan dan
pengobatan, serta meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan. Dan juga
mencapai cakupan kesehatan universal, termasuk perlindungan risiko keuangan, akses
terhadap pelayanan kesehatan dasar yang baik, dan akses terhadap obat-obatan dan
vaksin dasar yang aman, efektif, berkualitas dan terjangkau bagi semua orang.
Apabila masyarakat tahu dan juga sedikit paham tentang gizi buruk ini maka
kekurangan gizi pada masyarakat dapat dicegah. Untuk pencegahan gizi buruk pada
anak tersebut dapat dimulai dengan memaksimalkan pemberian ASI eksklusif, orang tua
terampil menyesuaikan menu MPASI bagi anak yang sudah tidak bergantung pada ASI,
rutin periksa kesehatan di posyandu atau puskesmas, dan jika memungkin sediakan pula
makanan tambahan dan suplemen gizi agar tumbuh kembang anak semakin optimal.

4. Bagaimana kewenangan dan/atau upaya pemda dalam mengatasi permasalahan


tersebut?
Jawab :
 Komplikasi pada Kehamilan dan Persalinan
General :
Kematian ibu dan bayi dapat dicegah dengan beberapa strategi yaitu dengan
pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, kerjasama lintas sektor mitra lain
termasuk pemerintah daerah dan lembaga legislatif dan peningkatan cakupan dan
kualitas pelayanan KIA (Prasetyawati, 2012).
Dari strategi tersebut dapat diketahui secara jelas bahwa kematian ibu dan bayi
tidak hanya merupakan tugas dari para tenaga kesehatan namun juga tugas bagi seluruh
masyarakat. Salah satu cara untuk melaksanakan strategi tersebut adalah melalui
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).
P4K Merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh Bidan di desa dalam rangka
peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan
persalinan yang aman dan persiapan menghadapi persalinan dengan menggunakan
stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu
pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir. Komplikasi Kehamilan adalah
kegawatdaruratan obstetrik yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi.
(Aura) Beberapa penelitian memgenai P4K ini bertujuan untuk mengetahui
Hubungan Tingkat Pengetahuan ibu Hamil tentang Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Upaya Pencegahan Komplikasi Kehamilan. Tingkat
pengetahuan ibu tentang P4K berhungan dengan pelaksanaan upaya P4K, semakin baik
tingkat pengetahuan ibu tentang P4K maka semakin baik pelaksanaan upaya P4K.
Rata-rata Hasil penelitian uji Chi square diperoleh nilai signifikan p=0.000<0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penerapan program
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi oleh ibu hamil (P4K) dengan
komplikasi kehamilan. Saran : penerapan P4K sebaiknya diterapkan oleh ibu hamil agar
dapat mengurangi tingkat terjadinya komplikasi kehamilan pada ibu hamil.
Pembahasan :
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan
salah satu upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir melalui
peningkatan akses dan mutu pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pencegahan
komplikasi dan keluarga berencana oleh bidan. Pelayanan bidan sangat berperan dalam
keberhasilan suatu program pemerintah dalam rangka meningkatkan pembangunan
kesehatan. (Lusi, 2009).
Depkes RI 2008 menyatakan bahwa bidan itu sangat berperan dalam P4K
(Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) karena bidan merupakan
pelaksana kegiatan dan tolak ukur keberhasialan sebuah program. Melihat angka
kematian ibu yang cukup tinggi bidan diharapkan lebih optimal dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat khususnya pada ibu hamil, bersalin dan nifas, serta
mengikutsertakan keluarganya sehingga semua ibu hamil dan keluarga lebih tanggap
dalam mencegah dan mengatasi komplikasi yang ada untuk meminimalkan angka
kematian ibu dan bayi.
(Irfan) Harapannya untuk pelaksanaan yang belum optimal dengan melakukan
semua kegiatan secara optimal sesuai dengan pedoman dan indikator kegiatan, karena
dengan pelayanan dari bidan yang optimal terkait pelaksanaan P4K (Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) yang diberikan kepada ibu hamil
bisa meningkatkan kesehatan dan kesejahtraan masyarakat, terutama ibu hamil dan
bayi baru lahir.
Kerjasama dengan pihak BPM (Bidan Praktik Mandiri) sangat penting karena ibu
hamil tidak hanya memeriksakan kehamilan dan bersalin dipuskesmas saja tapi juga di
BPM (Bidan Praktik Mandiri), dengan kerjasama yang baik dan berkelanjutan.
Harapannya bidan desa yang bertanggung jawab terhadap ibu hamil diwilayahnya bisa
terpapar dan mendapatkan pelayanan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi). Dalam hal ini dengan pelayanan P4K (Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) yang dilakukan oleh bidan kepada ibu hamil,
dapat meminimalkan resiko komplikasi dan kematian ibu maupun bayi.
Dalam pelaksanaan kegiatan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi) walaupun sudah cukup baik, namun pelaksanaannya masih ada
beberapa yang perlu diperbaiki, baik dari pelaksanaan dari petugas kesehatan maupun
dukungan dari pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan P4K (Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi). Pelaksanaan kegiatan program
diantaranya mendata semua ibu hamil, penempelan stiker P4K, mengajak ibu hamil
untuk menentukan HPL (hari perkiraan lahir), penolong persalinan, tempat persalinan,
pendampaing persalinan, transportasi, calon donor darah dan dana, rencana KB pasca
persalinan, kunjungan rumah. Kegiatan ini sudah dilakukan oleh bidan kepada ibu hamil
saat pertama kali berkunjung ke puskesmas.
Menurut Depkes RI (2009), manfaat P4K adalah meningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir melalui
peningkatan peran aktif tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan program secara
optimal. Keluarga dan masyarakat dalam pelaksanaan program juga membantu ibu
hamil merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi atau
tanda bahaya.
(Dimas) Sejauh ini secara umum pelaksanaan P4K (Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) di puskesmas sudah berjalan dengan baik.
Pelaksanaan yang sudah dilakukan dengan baik, perlu ditingkatkan dan dilakukan sesuai
dengan panduan atau pedoman program P4K (Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi), sehingga memungkinkan untuk dapat menekan atau
mengurangi kesakitan dan kematian pada ibu hamil, bersalin maupun nifas. Juga untuk
memberikan kontribusi dalam membantu ibu hamil lebih mempersiapkan persalinannya
dan mencegah kemungkinan adanya komplikasi dalam persalinannya. Untuk
menurunkan angka kematian ibu, perlu ditinjau lagi dari beberapa aspek yang berkaitan
dengan usaha atau program pemerintah yang sudah dan pelaksanaan dari tenaga
kesehatan, karena pelaksanaan dari program perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi (P4K) sendiri masih menemukan beberapa hambatan, sehingga kontribusi
yang diharapkan sesuai tujuan masih belum terlaksana dengan optimal.

 Upaya Pencegahan Permasalahan Gizi Buruk

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan gizi buruk dapat dilakukan dengan
memperhatikan 3 aspek utama, yakni legal substance, legal structure dan legal culture.
Untuk aspek legal substance dapat dilakukan melalui proses pembentukan hukum yang
berkelanjutan dan mengedepankan nilai nilai kemanfaatan (Kesehatan). Di dalam
substansi hukum ini harus diatur mengenai imunisasi, standar standar Kesehatan yang
harus diterima masyarakat, pelayanan publik seperti rumah sakit, sanitasi dan lain
sebagainya. Pada legal culture ialah berkaitan dengan kelembagaan pemerintah daerah
yang berkecimpung di ruang lingkup Kesehatan. Pembentukan kelembagaan, evaluasi
kerja, optimalisasi kerja dan penyesuaian tupoksi dari Lembaga tersebut menjadi hal
yang perlu difokuskan dalam aspek ini. Untuk aspek legal culture dalam mengatasi
permasalahan gizi buruk harus dibagi menjadi dua, yakni kepada Lembaga dan juga bagi
masyarakat. Perbaikan budaya pada Lembaga ialah perbaikan kebiasaann lembaga yang
lebih profesional dan bermartabat guna ditujukan untuk mendorong pembuatan
substansi hukum yang berkeadilan dan berkemanfaatan, proses pelaksanaan di
lapangan yang efisien dan bertanggungjawab. Untuk masyarakat perbaikan budaya yang
harus didorong adalah jiwa proaktif dari masyarakat dalam mendukung kegiatan
pemerintah, dan paham terhadap setiap kebijakan dari pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai