K IM I A F IS I K I
PENYUSUN
NURHADINI, M.Si
NAMA :
NIM :
JURUSAN :
KELOMPOK :
LABORATORIUM DASAR/MIPA
2020
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tim penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
izin-Nya Penuntun Praktikum Kimia Fisik I ini dapat diselesaikan.
Penuntun praktikum ini berisi materi-materi praktikum yang akan dipraktikkan oleh
mahasiswa pada semester ganjil. Dengan ditulisnya Penuntun Praktikum Kimia Fisik ini
diharapkan mampu menunjang kompetensi mahasiswa dalam menerapkan konsep ilmu kimia
yang telah diperoleh di kelas.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Penuntun Praktikum ini. Kritik dan saran kami harapkan demi perbaikan dalam penyajian
materi praktikum Kimia Fisik kedepan.
Penyusun
Page | ii
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar............................................................................................................ ii
Percobaan 2. Distribusi Zat Diantara Dua Pelarut yang Tak Saling Campur.............. 3
Page | iii
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
1. Simpanlah tas, jaket, dan barang-barang lainnya yang tidak diperlukan di tempat yang telah disediakan
2. Lima menit sebelum kegiatan di laboratorium dimulai, peserta harus sudah berada di laboratorium.
3. Pakailah jas lab. Bila sedang melakukan kegiatan.
4. Dilarang menggunakan sandal dan sepatu yang licin, sepatu terbuka, atau sepatu bertumit tinggi
5. Jangan melakukan kegiatan praktikum atau eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahan
kimia, alat-alat dan pemakaiannya
6. Kenali semua jenis peralatan keselamatan kerja yang diperlukan sebelum melakukan eksperimen
7. Lakukanlah kegiatan sesuai petunjuk yang telah diberikan.
8. Tidak diperkenankan makan dan minum di dalam ruang lab.
9. Periksalah dengan teliti semua alat-alat sebelum digunakan.
10. Mintalah petunjuk kepada pembimbing apabila ada kesulitan atau keraguan dalam melakukan kegiatan
11. Ikuti aturan penggunaan alat-alat ukur. Jangan melebihi batas maksimum dan jangan kurang dari batas
minimum dari kemampuan alat ukur yang digunakan.
12. Jika menggunakan alat yang dilengkapi dengan alat bantu, gunakan sesuai dengan pasangannya (jangan
dipertukarkan).
13. Bila menggunakan bahan kimia yang berbahaya, mintalah petunjuk lebih dahulu kepada pembimbing.
14. Bila bekerja dengan senyawa beracun atau reaksi yang menghasilkan gas yang berbahaya hendaknya
dilakukan di lemari asam dan pakailah alat pelindung seperti masker, sarung tangan dan kaca mata.
15. Perhatikan cara membawa alat jika alat itu perlu dipindahkan.
16. Bersihkan dan keringkan alat-alat yang telah selesai dipergunakan.
17. Tidak diperbolehkan mencium bahan kimia secara langsung
18. Dilarang menghisap bahan kimia engan menggunakan mulut, namun gunakan bola karet pipet
19. Kran air, gas, dan api harus ditutup setelah selesai dipergunakan
20. Jangan membuang sampah atau limbah padat ke dalam bak pencuci. Buanglah secara terpisah
sampah/limbah padat seperti kaca, sobekan kain, kertas, logam, dan lain sebagainya dalam tempat yang
khusus.
21. Limbah cair dapat dibuang di bak pencuci setelah dinetralkan terlebih dahulu dengan air yang cukup
banyak.
22. Kecelakaan apapun yang terjadi, hendaknya segera dilaporkan kepada pembimbing.
SANGSI – SANGSI:
1. Terlambat datang tanpa alasan, tidak bisa mengikuti praktikum
2. Terlambat pengumpulan laporan resmi, mengurangi nilai laporan
3. Merusak/memecahkan/menghilangkan segala peralatan laboratorium wajib untuk mengganti
4. Jika terdapat pelanggaran lain yang belum diatur dalam tata tertib, asisten/dosen berhak memberikan
sangsi sesuai kebijaksanaanya
5. Segala bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh praktikan akan mempengaruhi penilaian oleh asisten/dosen
Page | iv
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
FORMAT JURNAL
I. Judul Percobaan
II. Tujuan Percobaan
III. Metode Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.2 Sifat Fisika dan Kimia Bahan
3.3 Cara Kerja (diagram alir / flowchart)
3.4 Perhitungan (jika ada)
IV. Hasil Pengamatan
V. Daftar Pustaka
FORMAT LAPORAN
I. Judul Percobaan
II. Tujuan Percobaan
III. Tinjauan Pustaka
IV. Metode Percobaan
4.1 Alat dan Bahan
4.2 Sifat Fisika dan Kimia Bahan
4.3 Cara Kerja (paragraf)
V. Hasil Pengamatan
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan dan Saran
VIII. Daftar Pustaka
Page | v
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
Page | vi
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
B. Aturan Keselamatan
1. Aturan Umum
Sebelum bekerja di laboratorium, baca petunjuk dan peraturan praktikum sehingga mahasiswa
benar-benar menguasai materi praktikum yang akan dilaksanakan
Tidak diperkenankan bekerja sendiri di Laboratorium Kimia, untuk Praktikum Kimia Dasar
kegiatan harus didampingi oleh asisten
Tidak diperkenankan makan/ minum dan merokok didalam laboratorium.
Pakaian yang digunakan: bersepatu dan kos kaki, menggunakan jas laboratorium lengan panjang,
mengikat rambut, memakai sepatu tertutup (Dilarang menggunakan sandal dan sepatu yang licin,
sepatu terbuka, atau sepatu bertumit tinggi)
Praktikan wajib menjaga kebersihan meja, bak cuci dan lingkungan laboratorium
Prosedur pembuangan zat cair pekat adalah diguyur dengan air yang banyak sambil dituang.
H2SO4 pekat tidak boleh dibuang ke bak cuci
Zat padat dan logam harus dibuang ditempat yang tersedia
Larutan yang mengandung logam berat (Pb, Cd, Cu, Cr, Hg, Ag, As, Zn, Ni) harus dibuang ke
botol tersendiri, jangan dibuang ke bak cuci.
Pekerjaan yang melibatkan zat-zat yang berasap, gas, zat pekat, lakukan pekerjaan didalam lemari
asam (fume hood), dan jangan meningggalkan pekerjaan sampai benar-benar selesai.
Tidak diperkenenkan mengobrol hal yang tidak berkaitan dengan praktikum, dan bercanda serta
melakukan hal-hal tidak penting yang tidak relevan dengan percobaan.
Catatlah kejadian-kejadian dan pengamatan percobaan dengan teliti dan cermat, jangan ragu
bertanya pada asisten, tentang hal- hal yang dirasa belum jelas.
2. Menanggulangi kecelakaan/ kebakaran
Kecelakaan merupakan hal yang tidak diharapkan dan tidak direncanakan. Nemun demikian,
laboratorium merupakan tempat yang berisiko terjadi kecelakaan baik itu berupa keracunan,
maupun kebakaran. Apabila hal yang tidak diinginkan terjadi, maka kita harus siap dan Jangan
Panik!
Apabila terkena larutan pada tangan, hal yang harus dilakukan adalah, menyiram bagian yang
terkena dengan air mengalir terus menerus pada bak cuci dan gunakan sabun. Apabila ynag
terkena larutan adalah bagian mata/ muka maka lakukan hal yang sama siram terus dan jangan
diusap mengunakan tangan. Kemudian mintalah pertolongan asisten untuk penanggulangan
darurat.
Page | vii
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
Apabila yang terkena larutan adalah bagian tubuh lain, dan cukup banyak, gunakan shower atau
air keran yang besar, lepaskan pakaian lab dan pakaian lain pada bagian yang terkena, dan segera
lapor ke petugas untuk mendapat pertolongan.
Apabila terjadi kebakaran di meja praktikum, prosedur yang harus dilakukan adalah, melapor ke
petugas/asisten. Jangan mencoba memadamkan api tanpa bantuan, kecuali tidak ada orang lain,
maka menjauh dari meja dan segera cari lap/ kain basah dan tutupkan pada larutan yang terbakar
atau padamkan api dengan pemadam kebakaran yang tersedia hingga api benar-benar padam.
Apabila tangan terbakar, truh air es diarea yang terbakar, kemudian beri obat analgesik/salep atau
larutan rivanol.
Page | viii
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
Laboratorium kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi potensi bahaya apa pun sebenarnya dapat
dikendalikan sehingga tidak menimbulkan kerugian. Suatu contoh, bahan baker bensin dan gas cair mempunyai
potensi bahaya kebakaran yang amat besar. Tetapi dengan penanganan dan pengendalian yang baik, transportasi
jutaan ton tiap hari adalah hal yang biasa. Secara garis besar, sumber-sumber bahaya dalam laboratorium kimia
meliputi: 1) bahan-bahan kimia berbahaya yang perlu kita kenal jenis, sifat, cara penanganan, dan penyimpanannya,
2) teknik percobaan, yang seperti pencampuran bahan, distilasi, ekstraksi, reaksi kimia, dan 3) sarana laboratorium,
yakni gas, air, listrik, lemari asam, dan sebagainya. Ketiga sumber tersebut di atas saling berkaitan, tetapi praktis
potensi bahaya terletak pada keunikan sifat bahan kimia yang digunakan.
Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Walaupun petunjuk keselamatan
kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan berulang-ulang agar setiap
individu lebih meningkatkan kewaspadaan
Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam cara penanganannya, yakni cara
pencampuran, mereaksikan, pemindahan atau transportasi, dan penyimpanan. Dalam makalah ini uraian difokuskan
pada bagaimana perawatan bahan praktikum kimia, bagaimana cara penyimpanannya sehingga kerusakan bahan-
bahan kimia dapat dihindari, serta bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat penyimpanan dapat dicegah.
Berbagai peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai latar belakang pentingnya bekerja dengan
aman di laboratorium. Sumber bahaya terbesar berasal dari bahan-bahan kimia, oleh sebab itu diperlukan
pemahaman mengenai jenis bahan kimia agar yang bekerja dengan bahan-bahan tersebut dapatlebih berhati-hati dan
yang lebih penting lagi tahu cara menanggulanginya. Limbah bahan kimia sisa percobaan harus dibuang dengan cara
yang tepat agar tidak menyebabkan polusi pada lingkungan. Cara menggunakan peralatan umum dan berbagai
petunjuk praktis juga dibahas secara singkat untuk mengurangi kecelakaan yang mungkin terjadi ketika bekerja di
Laboratorium. Dengan pengetahuan singkat tersebut diharapkan setiap individu khususnya para asisten dapat
bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan kerja mahasiswa di laboratorium dengan sebaik-baiknya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk paya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas
kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi Praktikan, tetapi juga
dapat mengganggu proses Praktikum secara menyeluruh.
Page | ix
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
Page | x
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
tingkat bahaya bahan kimia khususnya untuk bahan yang tergolong pada hazardous chemicals atau bahan berbahaya
dan beracun (B3).
1. Padat
2. Cair
3. gas
Bahan berdasarkan kualitas
1. teknis
2. special grade : pro analyses (pa)
3. special grade : material referrences
Pengenalan Simbol bahaya (Hazard symbol)
Harmful (Berbahaya).
Bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit, berlendir, mengganggu sistem
pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai sifat seperti ini (harmful) khususnya bila kontak
dengan kulit, dihirup atau ditelan.
Toxic (beracun)
Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila bahan kimia tersebut masuk
ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui
kulit.
Corrosive (korosif)
Produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan
dapat menyebabkan kulit mengelupas. Awas! Jangan sampai terpercik pada Mata.
Page | xi
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau membasahi
udara (berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar (seperti misalnya hidrogen) dari
hidrida metal. Sumber nyala dapat dari api bunsen, permukaan metal panas, loncatan bunga api
listrik, dan lain-lain.
Produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan.
Beberapa senyawa membentuk garam yang eksplosif pada kontak (singgungan dengan
logam/metal)
Oxidator (Pengoksidasi)
Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas pada kontak
dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor)
Page | xii
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
PERCOBAAN 1
ADSORPSI ISOTERM
I. TUJUAN
Menentukan adsorpsi isotherm menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam klorida pada
arang
=K
dengan :
x = jumlah zat yang teradsorpsi dalam gram
m = jumlah adsorben dalam gram
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan adsorpsi
K dan n = tetapan
Persamaan diatas dapat diubah kembali :
Persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu adsorpsi menurut isotherm Freundlich maka
aluran log (x/m) terhadap C merupakan garis lurus.
Page | 1
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
V. PENGOLAHAN DATA
1. Buatlah tabel pengamatan seperti di bawah ini:
Temperatur = ..............0C
No. Massa Konsentrasi Asam x x/m Log Log C
(gram) (gram) x/m
Awal Sisa ΔC
Page | 2
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
PERCOBAAN 2
DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA PELARUT YANG
TIDAK SALING CAMPUR
I. TUJUAN
Mempelajari kelarutan suatu zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling campur dan
menentukan konstanta distribusinya
Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur
dimasukkan zat terlarut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi
pembagian kelarutan. Zat terlarut akan terdistribusi sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut
setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Hukum ini dalam bentuk yang sederhana, tidak
berlaku bila spesi yang didistribusikan itu mengalami disosiasi atau asosiasi dalam salah satu
fasa tersebut. Perbandingan konsentrasi zat terlarut di dalam kedua pelarut pada temperatur
tetap disebut tetapan distribusi atau konstanta distribusi. Konstanta distribusi dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut.
Kd =
Keterangan:
C1 : konsentrasi zat terlarut dalam pelarut 1 (pelarut air)
C2 : konsentrasi zat dalam pelarut 2 (pelarut organik)
Penerapan hukum distribusi dalam analisis dan industri misalnya pemisahan iod dalam
larutan, studi hidrolisis, pengambilan zat terlarut dalam pelarut lain contohnya ekstrak
tanaman berkhasiat atau menghilangkan zat terlarut yang tidak diinginkan dalam proses
pemurnian bahan bakar. Harga konstanta distribusi atau partisi dapat digunakan untuk
menentukan derajat disosiasi. Derajat disosiasi merupakan beberapa bagian yang terurai
dalam suatu larutan.
Page | 3
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
V. PENGOLAHAN DATA
a. Penentuan Konsentrasi Larutan
M1 x V1 = M2 x V2
b. Penentuan Konstanta distribusi
Kd = konsentrasi zat terlarut dalam pelarut 1/ konsentrasi zat dalam pelarut 2
1. Buatlah tabel pengamatan sebagai berikut
Percobaan Pelarut organik Volume NaOH (titrasi) Perubahan warna larutan
Page | 4
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
PERCOBAAN 3
TERMOKIMIA
I. TUJUAN
Mempelajari perubahan energi yang menyertai reaksi kimia
Kalor reaksi dapat diukur menggunakan kalorimeter. Reaksi dalam kalorimeter berlangsung
pada volum konstan (∆V = 0), maka perubahan kalor yang terjadi dalam sistem akan sama
dengan perubahan energi dalamnya. Pengukuran kalor reaksi selain kalor reaksi pembakaran,
dapat dilakukan manggunakan kalorimeter pada tekanan konstan. Misalnya pada kalorimeter
stirofoam yang dibuat dari gelas stirofoam. Kalorimeter jenis ini umunya dilakukan untuk
mengukur kalor reaksi di mana reaksinya berlangsung dalam bentuk larutan, misalnya untuk
mengukur perubahan kalor yang terjadi pada reaksi netralisasi asam-basa. Reaksi kimia
termasuk proses isothermal, bila dilakukan di udara terbuka, maka kalor reaksi berlangsung
pada tekanan konstan (∆P = 0), maka perubahan kalor yang terjadi dalam sistem akan sama
dengan perubahan entalpinya. Besarnya kalor yang menyebabkan perubahan suhu (kenaikan
atau penurunan suhu) air yang terdapat di dalam kalorimeter dirumuskan sebagai:
q = m x c x ΔT
Keterangan:
m = massa air dalam kalorimeter (kg)
c = kalor jenis air dalam kalorimeter (J/g.K)
ΔT = perubahan suhu (K)
Page | 5
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
4. Spatula 4. Etanol
5. Termometer
e. Lakukan interpolasi grafik sampai pada waktu 0 detik. Pada waktu mendekati 0 detik
menunjukan campuran.
Page | 7
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
PERCOBAAN 4
KENAIKAN TITIK DIDIH
I. TUJUAN
Menentukan kenaikan titik didih larutan elektrolit dan nonelektrolit
II. DASAR TEORI
Apabila zat padat yang tidak mudah menguap dilarutkan dalam pelarut, maka tekanan uap
akhirnya akan turun sehingga titik didih larutan akan naik dan titik bekunya akan turun
dibandingkan dengan pelarut murni. Untuk larutan ideal, menurut Raoult kenaikan titik didih
sebanding dengan jumlah zat terlarut dan dapat ditunjukkan dengan hubungan:
ΔT = Kb.m atau Kb = MA WA ΔT/(1000 WB)
dimana
ΔT : Kenaikan titik didih
Kb : Tetapan kenaikan titik didih molal
m : Molalitas zat terlarut
WA : Massa pelarut (gram)
WB : Massa zat terlarut (gram)
MB : Berat molekul zat terlarut
Harga Kb dapat diketahui jika massa m zat terlarut diketahui. Jadi dari penentuan titik didih
pelarut murni, dan kenaikan titik didih larutan yang diketahui konsentrasinya, dapat
ditentukan berat molekul zat terlarut
V. Analisis Data
Page | 9
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
PERCOBAAN 5
TETAPAN KESETIMBANGAN
I. TUJUAN
Menentukan tetapan kesetimbangan dalam fase larutan
Dalam pengukuran tetapan kesetimbangan, pada praktiknya akan ditemui beberapa kesulitan.
Dalam menentukan nilai Kc suatu reaksi, pertama kali reaksi harus ditunggu sampai ia
mencapai kesetimbangan. Kemudian konsentrasi reaktan dan produk diukur, baru nilai Kc
dapat ditentukan. Akan tetapi dalam pengukuran konsentrasi reaktan atau produk seringkali
sejumlah larutan diambil untuk dianalisis. Pengambilan larutan ini akan mempengaruhi
kesetimbangan. Idealnya harus digunakan suatu metode yang tidak melibatkan pengambilan
larutan untuk dianalisis seperti metode di atas. Salah satu metode yang tidak melibatkan
pengambilan larutan dalam menentukan konsentrasi reaktan atau produk adalah metode
kalorimeter.
CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
Reaksi ini berlangsung sangat lambat, tetapi dapat dikatalisis oleh ion H +. Walaupun telah
dikatalisis, untuk mencapai kesetimbangan masih diperlukan waktu beberapa hari, karena
reaksinya sangat lambat. Konsentrasi reaktan atau produk dapat ditentukan dengan titrasi
yang dilakukan dengan cepat agar tidak mengganggu kesetimbangan secara nyata. Tetapan
kesetimbangan selanjutnya dapat dihitung menggunakan
persamaan:
Kc =
2. Setelah 1 minggu
a. Titrasi setiap larutan secara cepat dengan 0,1M NaOH. Gunakan indikator PP dan catat
hasilnya.
b. Titrasi 5 ml HCl 2M dengan 0,1M NaOH. Gunakan indikator PP dan catat hasilnya.
c. Catat temperatur ruang.
d. Pipet 5 ml HCl 2M, C2H5OH, dan CH3COOH, lalu timbang dengan menggunakan
neraca analitik
V. PENGOLAHAN DATA
a. Perhitungan Konsentrasi larutan
M1 x V1 = M2 x V2
b. Perhitungan mol H2O, C2H5OH dan CH3COOH pada saat awal pencampuran
mol = massa/Mr
Page | 11
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
PERCOBAAN 6
VOLUME MOLAR PARSIAL
I. TUJUAN
Menentukan volume molar parsial larutan natrium klorida sebagai fungsi rapat massa
dimana:
V : Volume n : Jumlah mol
T : Temperatur Sistem P : Tekanan Sistem
Volum larutan adalah fungsi dari suhu, tekanan, dan jumlah mol dan dapat dinyatakan
sebagai:
V = f (T, P,n1,n2,...)
atau
Apabila suatu volume yang besar dari air murni ditambahkan 1 mol H 2O, maka volumenya
bertambah 18 cm3 dan kita dapat mengatakan bahwa 18 cm3 mol-1 adalah volume molar air
murni. Walaupun mengatakan demikian, jika kita menambahkan 1 mol H 2O ke dalam etanol
murni yang volumenya besar, maka pertambahan volume hanya 14 cm3. alasan dari
perbedaan kenaikan volume ini adalah volume yang ditempati oleh sejumlah tertentu molekul
air bergantung pada molekul-molekul yang mengelilinginya. Begitu banyak etanol yang ada
sehingga setiap molekul H2O dikelilingi oleh etanol murni, kumpulan molekul-molekul itu
menyebabkan etanol hanya menempati ruang sebesar 14 cm3. kuantitas 14 cm3 mol-1 adalah
volume molar parsial air dalam etanol murni, yaitu volume campuran yang dapat dianggap
berasal dari suatu komponen.
8. Statif
V. PENGOLAHAN DATA
Page | 13
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
Page | 14