Anda di halaman 1dari 26

P E N U N T U N P R A K T IK UM

K IM I A F IS I K I

PENYUSUN

NURHADINI, M.Si

NAMA :

NIM :

JURUSAN :

KELOMPOK :

LABORATORIUM DASAR/MIPA

FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

2020
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tim penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
izin-Nya Penuntun Praktikum Kimia Fisik I ini dapat diselesaikan.

Penuntun praktikum ini berisi materi-materi praktikum yang akan dipraktikkan oleh
mahasiswa pada semester ganjil. Dengan ditulisnya Penuntun Praktikum Kimia Fisik ini
diharapkan mampu menunjang kompetensi mahasiswa dalam menerapkan konsep ilmu kimia
yang telah diperoleh di kelas.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Penuntun Praktikum ini. Kritik dan saran kami harapkan demi perbaikan dalam penyajian
materi praktikum Kimia Fisik kedepan.

Bangka, September 2020

Penyusun

Page | ii
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul ............................................................................................................. i

Kata Pengantar............................................................................................................ ii

Daftar isi ..................................................................................................................... iii

Tata Tertib Praktikum Laboratorium MIPA FPPB .................................................... iv

Asistensi Praktikum ..................................................................................................... v

Aturan Pelaksanaan Praktikum Kimia Fisik 1.............................................................. vi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium ................................................... ix

Percobaan 1. Adsorpsi Isoterm .................................................................................... 1

Percobaan 2. Distribusi Zat Diantara Dua Pelarut yang Tak Saling Campur.............. 3

Percobaan 3. Termokimia ............................................................................................ 5

Percobaan 4. Kenaikan Titik Didih .............................................................................. 8

Percobaan 5.Tetapan Kesetimbangan........................................................................... 9

Percobaan 6.Volume Molar Parsial....................................................................... 11

Page | iii
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

TATA TERTIB PRAKTIKUM LABORATORIUM DASAR/MIPA FPPB

1. Simpanlah tas, jaket, dan barang-barang lainnya yang tidak diperlukan di tempat yang telah disediakan
2. Lima menit sebelum kegiatan di laboratorium dimulai, peserta harus sudah berada di laboratorium.
3. Pakailah jas lab. Bila sedang melakukan kegiatan.
4. Dilarang menggunakan sandal dan sepatu yang licin, sepatu terbuka, atau sepatu bertumit tinggi
5. Jangan melakukan kegiatan praktikum atau eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahan
kimia, alat-alat dan pemakaiannya
6. Kenali semua jenis peralatan keselamatan kerja yang diperlukan sebelum melakukan eksperimen
7. Lakukanlah kegiatan sesuai petunjuk yang telah diberikan.
8. Tidak diperkenankan makan dan minum di dalam ruang lab.
9. Periksalah dengan teliti semua alat-alat sebelum digunakan.
10. Mintalah petunjuk kepada pembimbing apabila ada kesulitan atau keraguan dalam melakukan kegiatan
11. Ikuti aturan penggunaan alat-alat ukur. Jangan melebihi batas maksimum dan jangan kurang dari batas
minimum dari kemampuan alat ukur yang digunakan.
12. Jika menggunakan alat yang dilengkapi dengan alat bantu, gunakan sesuai dengan pasangannya (jangan
dipertukarkan).
13. Bila menggunakan bahan kimia yang berbahaya, mintalah petunjuk lebih dahulu kepada pembimbing.
14. Bila bekerja dengan senyawa beracun atau reaksi yang menghasilkan gas yang berbahaya hendaknya
dilakukan di lemari asam dan pakailah alat pelindung seperti masker, sarung tangan dan kaca mata.
15. Perhatikan cara membawa alat jika alat itu perlu dipindahkan.
16. Bersihkan dan keringkan alat-alat yang telah selesai dipergunakan.
17. Tidak diperbolehkan mencium bahan kimia secara langsung
18. Dilarang menghisap bahan kimia engan menggunakan mulut, namun gunakan bola karet pipet
19. Kran air, gas, dan api harus ditutup setelah selesai dipergunakan
20. Jangan membuang sampah atau limbah padat ke dalam bak pencuci. Buanglah secara terpisah
sampah/limbah padat seperti kaca, sobekan kain, kertas, logam, dan lain sebagainya dalam tempat yang
khusus.
21. Limbah cair dapat dibuang di bak pencuci setelah dinetralkan terlebih dahulu dengan air yang cukup
banyak.
22. Kecelakaan apapun yang terjadi, hendaknya segera dilaporkan kepada pembimbing.

SANGSI – SANGSI:
1. Terlambat datang tanpa alasan, tidak bisa mengikuti praktikum
2. Terlambat pengumpulan laporan resmi, mengurangi nilai laporan
3. Merusak/memecahkan/menghilangkan segala peralatan laboratorium wajib untuk mengganti
4. Jika terdapat pelanggaran lain yang belum diatur dalam tata tertib, asisten/dosen berhak memberikan
sangsi sesuai kebijaksanaanya
5. Segala bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh praktikan akan mempengaruhi penilaian oleh asisten/dosen

Page | iv
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

ASISTENSI PRAKTIKUM KIMIA

Point penilaian praktikum : % nilai Range rata-rata


1. Kehadiran : 15 % 0 – 100
2. Pretest/Post tes : 25 % 0 – 100
5. Laporan : 30 % 0 – 100
6. Ujian Praktikum : 30 % 0 – 100

FORMAT JURNAL

I. Judul Percobaan
II. Tujuan Percobaan
III. Metode Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.2 Sifat Fisika dan Kimia Bahan
3.3 Cara Kerja (diagram alir / flowchart)
3.4 Perhitungan (jika ada)
IV. Hasil Pengamatan
V. Daftar Pustaka

FORMAT LAPORAN

I. Judul Percobaan
II. Tujuan Percobaan
III. Tinjauan Pustaka
IV. Metode Percobaan
4.1 Alat dan Bahan
4.2 Sifat Fisika dan Kimia Bahan
4.3 Cara Kerja (paragraf)
V. Hasil Pengamatan
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan dan Saran
VIII. Daftar Pustaka

Page | v
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

ATURAN PELAKSANNAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I


A. Aturan Dasar Pelaksanaan Praktikum Kimia Fisik I
Kronologi kegiatan:
 Peserta praktikum diwajibkan hadir minimal 5 menit sebelum kegiatan Praktikum dilaksanakan
 Melakukan absen pelaksanaan praktikum, mengumpulkan jurnal praktikum, apabila peserta
praktikum tidak mengumpulkan jurnal, maka tidak diperkenankan mengikuti praktikum pada hari
tersebut.
 Jangan melakukan kegiatan praktikum atau eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai
bahan kimia, alat-alat dan pemakaiannya
 Kenali semua jenis peralatan keselamatan kerja yang diperlukan sebelum melakukan eksperimen
 Lakukanlah kegiatan sesuai petunjuk yang telah diberikan.
 Tidak diperkenankan makan dan minum di dalam ruang laboratorium.
 Berkumpul dengan kelompok praktikan yang telah ditentukan dan mendengarkan pengarahan dari
asisten/ dosen pengampu.
 Melaksanakan pretest (jika ada) dengan tertib
 Kembali ke meja praktikum, kemudian perikasa kelenagkapan alat bahan beserta jumlah alat dan
bahan yang telah tersedia di meja kelompok, lakukan inventaris terhadap jumlah alat
 Perhatikan aspek penilaian dalam praktikum, berusahalah untuk mendapatkan nilai maksimum di
semua aspek penilaian.
 Setelah selesai melaksanakan praktikum, cucilah semua alat gelas dan non gelas yang
dipergunkan, serta susunlah kembali peralatan tersebut sesuai dengan tempatnya.

Buku Catatan Praktikum/ Jurnal

 Setiap peserta praktikum wajib memiliki buku penuntun praktikum sendiri.


 Setiap peserta praktikum wajib membuat buku catatan praktikum (jurnal) dan membawa alat tulis.
Mahasiswa duanjurkan untuk menyimpan buku dan alat tulis lain dengan rapi diatas meja kerja/
tempat yang aman, dan tidak mengganggu jalannya praktikum.
 Setiap percobaan akan dilengkapai dengan lembar data yang harus diisi dengan hasil pengamatan
dan ditandatangani asisten/ dosen.

Page | vi
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

B. Aturan Keselamatan
1. Aturan Umum
 Sebelum bekerja di laboratorium, baca petunjuk dan peraturan praktikum sehingga mahasiswa
benar-benar menguasai materi praktikum yang akan dilaksanakan
 Tidak diperkenankan bekerja sendiri di Laboratorium Kimia, untuk Praktikum Kimia Dasar
kegiatan harus didampingi oleh asisten
 Tidak diperkenankan makan/ minum dan merokok didalam laboratorium.
 Pakaian yang digunakan: bersepatu dan kos kaki, menggunakan jas laboratorium lengan panjang,
mengikat rambut, memakai sepatu tertutup (Dilarang menggunakan sandal dan sepatu yang licin,
sepatu terbuka, atau sepatu bertumit tinggi)
 Praktikan wajib menjaga kebersihan meja, bak cuci dan lingkungan laboratorium
 Prosedur pembuangan zat cair pekat adalah diguyur dengan air yang banyak sambil dituang.
H2SO4 pekat tidak boleh dibuang ke bak cuci
 Zat padat dan logam harus dibuang ditempat yang tersedia
 Larutan yang mengandung logam berat (Pb, Cd, Cu, Cr, Hg, Ag, As, Zn, Ni) harus dibuang ke
botol tersendiri, jangan dibuang ke bak cuci.
 Pekerjaan yang melibatkan zat-zat yang berasap, gas, zat pekat, lakukan pekerjaan didalam lemari
asam (fume hood), dan jangan meningggalkan pekerjaan sampai benar-benar selesai.
 Tidak diperkenenkan mengobrol hal yang tidak berkaitan dengan praktikum, dan bercanda serta
melakukan hal-hal tidak penting yang tidak relevan dengan percobaan.
 Catatlah kejadian-kejadian dan pengamatan percobaan dengan teliti dan cermat, jangan ragu
bertanya pada asisten, tentang hal- hal yang dirasa belum jelas.
2. Menanggulangi kecelakaan/ kebakaran
 Kecelakaan merupakan hal yang tidak diharapkan dan tidak direncanakan. Nemun demikian,
laboratorium merupakan tempat yang berisiko terjadi kecelakaan baik itu berupa keracunan,
maupun kebakaran. Apabila hal yang tidak diinginkan terjadi, maka kita harus siap dan Jangan
Panik!
 Apabila terkena larutan pada tangan, hal yang harus dilakukan adalah, menyiram bagian yang
terkena dengan air mengalir terus menerus pada bak cuci dan gunakan sabun. Apabila ynag
terkena larutan adalah bagian mata/ muka maka lakukan hal yang sama siram terus dan jangan
diusap mengunakan tangan. Kemudian mintalah pertolongan asisten untuk penanggulangan
darurat.

Page | vii
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

 Apabila yang terkena larutan adalah bagian tubuh lain, dan cukup banyak, gunakan shower atau
air keran yang besar, lepaskan pakaian lab dan pakaian lain pada bagian yang terkena, dan segera
lapor ke petugas untuk mendapat pertolongan.
 Apabila terjadi kebakaran di meja praktikum, prosedur yang harus dilakukan adalah, melapor ke
petugas/asisten. Jangan mencoba memadamkan api tanpa bantuan, kecuali tidak ada orang lain,
maka menjauh dari meja dan segera cari lap/ kain basah dan tutupkan pada larutan yang terbakar
atau padamkan api dengan pemadam kebakaran yang tersedia hingga api benar-benar padam.
 Apabila tangan terbakar, truh air es diarea yang terbakar, kemudian beri obat analgesik/salep atau
larutan rivanol.

C. Zat Kimia dan Pereaksi


 Pada praktikum kimia dasar, zat kimia dan pereaksi yang dibutuhkan selama praktikum telah
disiapkan oleh asisten.
 Apabila praktikan dipersilahkan untuk menyiapkan sendiri larutan, maka zat/ larutan yang
diperlukan sudah disiapkan di meja praktikum.
 Setiap praktikan wajib menjaga agar larutan atau zat kimia yang berada dalam wadah besar tidak
terkontaminasi akibat kecerobohan cara pengambilan, misalnya kedalahan dalam penggunaan
pipet (tertukar/ tercampur dengan larutan lain), apabila tidak terdapat pipet pada botol, berarti car
penganbilannnya dalah dituangkan menggunakan gelas ukur.
 Apabila ingin melakukan tes reaksi, bawa rak berisi tabung reaksi ke meja peraksi, pencampuran
dilakukan di meja zat dengan tertib.
 Pada setiap botol zat peraksi terdapat label yang menunjukkan identitas zat, nama, rumus,
konsentrasi dan lainnya yang penting untuk diketahui. Baca petunjuk dan label dengan cermat,
dilarnag untuk menukar tutup botol dan pipet.
 Larutan- larutan pekat seperti HCl, H2SO4, NaOH, harus disimpan dilemari asam. Apabila
menggunakan zat tersebut dalam konsentrasi tinggi harap berhati-hati dan menggunkan sarung
tangan.

Page | viii
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI LABORATORIUM

Laboratorium kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi potensi bahaya apa pun sebenarnya dapat
dikendalikan sehingga tidak menimbulkan kerugian. Suatu contoh, bahan baker bensin dan gas cair mempunyai
potensi bahaya kebakaran yang amat besar. Tetapi dengan penanganan dan pengendalian yang baik, transportasi
jutaan ton tiap hari adalah hal yang biasa. Secara garis besar, sumber-sumber bahaya dalam laboratorium kimia
meliputi: 1) bahan-bahan kimia berbahaya yang perlu kita kenal jenis, sifat, cara penanganan, dan penyimpanannya,
2) teknik percobaan, yang seperti pencampuran bahan, distilasi, ekstraksi, reaksi kimia, dan 3) sarana laboratorium,
yakni gas, air, listrik, lemari asam, dan sebagainya. Ketiga sumber tersebut di atas saling berkaitan, tetapi praktis
potensi bahaya terletak pada keunikan sifat bahan kimia yang digunakan.

Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Walaupun petunjuk keselamatan
kerja sudah tertulis dalam setiap penuntun praktikum, namun hal ini perlu dijelaskan berulang-ulang agar setiap
individu lebih meningkatkan kewaspadaan

ketika bekerja di laboratorium.

Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam cara penanganannya, yakni cara
pencampuran, mereaksikan, pemindahan atau transportasi, dan penyimpanan. Dalam makalah ini uraian difokuskan
pada bagaimana perawatan bahan praktikum kimia, bagaimana cara penyimpanannya sehingga kerusakan bahan-
bahan kimia dapat dihindari, serta bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat penyimpanan dapat dicegah.

Berbagai peristiwa yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai latar belakang pentingnya bekerja dengan
aman di laboratorium. Sumber bahaya terbesar berasal dari bahan-bahan kimia, oleh sebab itu diperlukan
pemahaman mengenai jenis bahan kimia agar yang bekerja dengan bahan-bahan tersebut dapatlebih berhati-hati dan
yang lebih penting lagi tahu cara menanggulanginya. Limbah bahan kimia sisa percobaan harus dibuang dengan cara
yang tepat agar tidak menyebabkan polusi pada lingkungan. Cara menggunakan peralatan umum dan berbagai
petunjuk praktis juga dibahas secara singkat untuk mengurangi kecelakaan yang mungkin terjadi ketika bekerja di
Laboratorium. Dengan pengetahuan singkat tersebut diharapkan setiap individu khususnya para asisten dapat
bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan kerja mahasiswa di laboratorium dengan sebaik-baiknya.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk paya untuk menciptakan
tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas
kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi Praktikan, tetapi juga
dapat mengganggu proses Praktikum secara menyeluruh.

Page | ix
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

1. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko
kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh
pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia.Adapun bentuk dari alat tersebut adalah :
 Safety Helmet
Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung.
 Tali Keselamatan (safety belt)
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa
(mobil,pesawat, alat berat, dan lain-lain)
 Sepatu Karet (sepatu boot)
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi
dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
 Sepatu pelindung (safety shoes)
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk
mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia,
dsb.
 Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera
tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
 Tali Pengaman (Safety Harness)
Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari
1,8 meter.
 Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
 Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).
 Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu,
beracun, dsb).
 Pelindung wajah (Face Shield)
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda)
2. Pengenalan Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun
Pengetahuan sifat bahan menjadi suatu keharusan sebelum bekerja di laboratorium. Sifat-sifat bahan secara
rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material Safety Data Sheet (MSDS) di dalam buku, CD, atau melalui internet.
Pada tabel berikut disajikan sifat bahaya bahan berdasarkan kode gambar yang ada pada kemasan bahan kimia.
Peraturan pada pengepakan dan pelabelan bahan kimia diwajibkan mencantumkan informasi bahaya berdasarkan

Page | x
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

tingkat bahaya bahan kimia khususnya untuk bahan yang tergolong pada hazardous chemicals atau bahan berbahaya
dan beracun (B3).

Bahan berdasarkan fasa :

1. Padat
2. Cair
3. gas
Bahan berdasarkan kualitas

1. teknis
2. special grade : pro analyses (pa)
3. special grade : material referrences
Pengenalan Simbol bahaya (Hazard symbol)

Harmful (Berbahaya).

Bahan kimia iritan menyebabkan luka bakar pada kulit, berlendir, mengganggu sistem
pernafasan. Semua bahan kimia mempunyai sifat seperti ini (harmful) khususnya bila kontak
dengan kulit, dihirup atau ditelan.

Toxic (beracun)

Produk ini dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius bila bahan kimia tersebut masuk
ke dalam tubuh melalui pernafasan, menghirup uap, bau atau debu, atau penyerapan melalui
kulit.

Corrosive (korosif)

Produk ini dapat merusak jaringan hidup, menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan
dapat menyebabkan kulit mengelupas. Awas! Jangan sampai terpercik pada Mata.

Page | xi
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

Flammable (Mudah terbakar)

Senyawa ini memiliki titik nyala rendah dan bahan yang bereaksi dengan air atau membasahi
udara (berkabut) untuk menghasilkan gas yang mudah terbakar (seperti misalnya hidrogen) dari
hidrida metal. Sumber nyala dapat dari api bunsen, permukaan metal panas, loncatan bunga api
listrik, dan lain-lain.

Explosive (mudah meledak)

Produk ini dapat meledak dengan adanya panas, percikan bunga api, guncangan atau gesekan.
Beberapa senyawa membentuk garam yang eksplosif pada kontak (singgungan dengan
logam/metal)

Oxidator (Pengoksidasi)

Senyawa ini dapat menyebabkan kebakaran. Senyawa ini menghasilkan panas pada kontak
dengan bahan organik dan agen pereduksi (reduktor)

Page | xii
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

PERCOBAAN 1
ADSORPSI ISOTERM

I. TUJUAN
Menentukan adsorpsi isotherm menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam klorida pada
arang

II. DASAR TEORI


Adsorpsi merupakan peristiwa terakumulasinya partikel pada suatu permukaan. Partikel yang
terakumulasi dan diserap oleh permukaan disebut adsorbat dan material tempat terjadinya adsorpsi
disebut adsorben. Peristiwa adsorpsi ini disebabkan oleh gaya tarik atom atau molekul pada
permukaan adsorben. Adsorpsi dapat dibedakan menjadi dua yaitu adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia
Adsorpsi fisika disebabkan oleh gaya van der Waals pada permukan adsorben dan lapisan
yang terjadi pada permukaan adsorben lebih dari satu lapisan molekul. Adsorpsi fisika lebih
mudah dapat balik (reversible) dengan menurunkan tekanan gas atau konsentrasi zat terlarut
dan banyaknya adsorpsi fisik akan makin kecil dengan meningkatnya suhu. Adsorpsi kimia
terjadi pembentukan ikatan kimia. Lapisan molekul pada permukaan adsorben hanya satu
lapis dan energi adsorpsi tinggi. Oleh karena itu sifatnya lebih spesifik dari adsorpsi fisika dan
membentuk ikatan lebih kuat.
Pada proses adsorpsi dalam larutan, jumlah zat teradsorpsi tergantung pada beberapa
faktor, seperti : jenis adsorben, jenis adsorbat, luas permukaan adsorben, konsentrasi zat
terlarut, dan temperatur. Bagi suatu sistem adsorbsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat
yang teradsorpsi persatuan luas atau persatuan jumlah adsorben dengan konsentrasi yang
teradsorpsi pada temperatur tertentu disebut dengan isoterm adsorbsi ini dinyatakan sebagai :

=K

dengan :
x = jumlah zat yang teradsorpsi dalam gram
m = jumlah adsorben dalam gram
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan, setelah tercapai kesetimbangan adsorpsi
K dan n = tetapan
Persamaan diatas dapat diubah kembali :

log = log k + log c

Persamaan ini mengungkapkan bahwa bila suatu adsorpsi menurut isotherm Freundlich maka
aluran log (x/m) terhadap C merupakan garis lurus.

Page | 1
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

III. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
1. Erlenmeyer 250 mL 1. Larutan HCl 0,5 M; 0,25 M; 0,125 M; 0,0625 M;
2. Pipet Volume 10 mL dan 25 mL 2. Larutan NaOH 0,1 M
3. Buret 50 mL 3. Karbon aktif
4. Klem buret 4. Indikator fenolftalein
5. Batang pengaduk 5. Kertas saring
6. Botol semprot
7. Spatula
8. Pipet tetes
9. Termometer

IV. CARA KERJA


1. Aktifkan arang dengan memanaskannya dalam cawan porselen. Masukkan ke dalam
Erlemneyer masing- masing 1 gram.
2. Masukkan larutan HCl 0,5 M; 0,25 M; 0,125 M; dan 0,0625 M dan 0,313 M masing-
masing ke dalam Erlermeyer sebanyak 100 mL yang telah berisi karbon aktif.
3. Tutup Erlenmeyer tersebut dan dikocok selama 1 menit serta dibiarkan selama 10 menit.
Lakukan hal tersebut sebanyak 3 kali.
4. Catat temperatur selama percobaan
5. Saring larutan dengan menggunakan kertas saring.
6. Larutan filtrat dipipet 5 mL, 5 mL, 10 mL dan 25 mL masing masing konsentrasi dan
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M menggunakan indikator fenolftalein.

V. PENGOLAHAN DATA
1. Buatlah tabel pengamatan seperti di bawah ini:
Temperatur = ..............0C
No. Massa Konsentrasi Asam x x/m Log Log C
(gram) (gram) x/m
Awal Sisa ΔC

2. Alurkan (x/m) sebagai ordinat terhadap C sebagai absis


3. Alurkan log (x/m) sebagai ordinat dan log C sebagai absis
4. Tentukan tetapan k dan m

Page | 2
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

PERCOBAAN 2
DISTRIBUSI ZAT TERLARUT ANTARA DUA PELARUT YANG
TIDAK SALING CAMPUR

I. TUJUAN
Mempelajari kelarutan suatu zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak saling campur dan
menentukan konstanta distribusinya

II. DASAR TEORI

Menurut hukum distribusi Nerst, bila ke dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur
dimasukkan zat terlarut yang dapat larut dalam kedua pelarut tersebut maka akan terjadi
pembagian kelarutan. Zat terlarut akan terdistribusi sendirinya ke dalam dua pelarut tersebut
setelah dikocok dan dibiarkan terpisah. Hukum ini dalam bentuk yang sederhana, tidak
berlaku bila spesi yang didistribusikan itu mengalami disosiasi atau asosiasi dalam salah satu
fasa tersebut. Perbandingan konsentrasi zat terlarut di dalam kedua pelarut pada temperatur
tetap disebut tetapan distribusi atau konstanta distribusi. Konstanta distribusi dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut.

Kd =

Keterangan:
C1 : konsentrasi zat terlarut dalam pelarut 1 (pelarut air)
C2 : konsentrasi zat dalam pelarut 2 (pelarut organik)
Penerapan hukum distribusi dalam analisis dan industri misalnya pemisahan iod dalam
larutan, studi hidrolisis, pengambilan zat terlarut dalam pelarut lain contohnya ekstrak
tanaman berkhasiat atau menghilangkan zat terlarut yang tidak diinginkan dalam proses
pemurnian bahan bakar. Harga konstanta distribusi atau partisi dapat digunakan untuk
menentukan derajat disosiasi. Derajat disosiasi merupakan beberapa bagian yang terurai
dalam suatu larutan.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
1. Corong pisah 250 mL 1. Larutan HCl 0,1 M
2. Erlemeyer 250 mL 2. Larutan NaOH 0,1 M
3. Buret 50 mL 3. Indikator fenolftalein
4. Pipet volume 10 mL 4. n-heksana
5. Gelas kimia 100 mL 5. kloroform

Page | 3
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

IV. CARA KERJA


1. Masukkan 15 mL HCl ke dalam corong pisah dan tambahkan 15 mL n- heksana.
Selanjutnya campuran tersebut dikocok selama 15 menit dan didiamkan hingga terjadi
pemisahan antara pelarut air dan pelarut organik
2. Ambil 5 mL dari lapisan air hasil pemisahan prosedur 1 dan titrasi dengan larutan NaOH
menggunakan indikator fenolftalein (pp). Lakukan secara duplo.
3. Cara 1 dan 2 dilakukan untuk kloroform.

V. PENGOLAHAN DATA
a. Penentuan Konsentrasi Larutan
M1 x V1 = M2 x V2
b. Penentuan Konstanta distribusi
Kd = konsentrasi zat terlarut dalam pelarut 1/ konsentrasi zat dalam pelarut 2
1. Buatlah tabel pengamatan sebagai berikut
Percobaan Pelarut organik Volume NaOH (titrasi) Perubahan warna larutan

Page | 4
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

PERCOBAAN 3
TERMOKIMIA

I. TUJUAN
Mempelajari perubahan energi yang menyertai reaksi kimia

II. DASAR TEORI


Penerapan hukum pertama termodinamika terhadap peristiwa kimia disebut termokimia, yang
membahas tentang kalor yang menyertai reaksi kimia. Perubahan yang terjadi dapat berupa
pelepasan kalor (reaksi eksoterm) atau penyerapan kalor (endoterm). Kalor reaksi dapat
digolongkan dalam kategori yang lebih khusus yaitu kalor pembentukan, kalor pembakaran,
kalor pelarutan dan kalor netralisasi.

Kalor reaksi dapat diukur menggunakan kalorimeter. Reaksi dalam kalorimeter berlangsung
pada volum konstan (∆V = 0), maka perubahan kalor yang terjadi dalam sistem akan sama
dengan perubahan energi dalamnya. Pengukuran kalor reaksi selain kalor reaksi pembakaran,
dapat dilakukan manggunakan kalorimeter pada tekanan konstan. Misalnya pada kalorimeter
stirofoam yang dibuat dari gelas stirofoam. Kalorimeter jenis ini umunya dilakukan untuk
mengukur kalor reaksi di mana reaksinya berlangsung dalam bentuk larutan, misalnya untuk
mengukur perubahan kalor yang terjadi pada reaksi netralisasi asam-basa. Reaksi kimia
termasuk proses isothermal, bila dilakukan di udara terbuka, maka kalor reaksi berlangsung
pada tekanan konstan (∆P = 0), maka perubahan kalor yang terjadi dalam sistem akan sama
dengan perubahan entalpinya. Besarnya kalor yang menyebabkan perubahan suhu (kenaikan
atau penurunan suhu) air yang terdapat di dalam kalorimeter dirumuskan sebagai:
q = m x c x ΔT
Keterangan:
m = massa air dalam kalorimeter (kg)
c = kalor jenis air dalam kalorimeter (J/g.K)
ΔT = perubahan suhu (K)

III. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
1. Kalorimeter 1. Akuades
2. Gelas kimia 50 mL 2. Padatan Mg
3. Pipet Volume 25 mL 3. Larutan CuSO4 1 M

Page | 5
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

4. Spatula 4. Etanol
5. Termometer

IV. CARA KERJA


4.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter
a. Masukan 25 ml air kedalam calorimeter dengan menggunakan pipet volumetic, catat
suhunya selama 3 menit sampai konstan (T 1).
b. Panaskan 25 ml air dalam gelas kimia sampai suhunya lebih tinggi diatas suhu kamar
(+ 50° C) catat suhunya (T2).
c. Masukan air panas ini kedalam calorimeter yang telah berisi air dingin, kemudian
kocok sambil suhu campuran diukur setiap 30 detik.
d. Buat grafik, dengan mengalurkan harga suhu sebagi sumbu Y dan waktu pada sumbu
X.
e. Lakukan interpolasi grafik sampai pada waktu 0 detik. Pada waktu mendekati 0 detik
menunjukan campuran
f. Hitung tetapan calorimeter

4.2 Penentuan Kalor Penetralan NaOH + HCl


a. Masukan 20 ml HCl 1 M kedalam calorimeter, catat suhunya (t4).
b. Siapkan 20 mL NaOH 1 M dan catat temperaturnya
c. Masukan larutan NaOH ke dalam kalorimeter yang berisi larutan HCl 1 M kemudian
kocok dan catat temperaturnya
d. Buat grafik, dengan mengalurkan harga suhu sebagi sumbu Y dan waktu pada sumbu
X.
e. Lakukan interpolasi grafik sampai pada waktu 0 detik. Pada waktu mendekati 0 detik
menunjukan campuran.
f. Hitung kalor reaksi yang terukur dan perubahan entalpi

4.3 Penentuan Kalor Pelarutan Etanol dalam Air


a. Masukkan 18 mL air ke dalam kalorimeter dan catat temperaturnya
b. Siapkan 29 mL etanol dan catat temperaturnya
c. Masukkan etanol ke dalam kalorimeter yang berisi air kemudian kocok dan catat
temperaturnya setiap 30 detik.
d. Buat grafik, dengan mengalurkan harga suhu sebagi sumbu Y dan waktu pada sumbu
X.
Page | 6
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

e. Lakukan interpolasi grafik sampai pada waktu 0 detik. Pada waktu mendekati 0 detik
menunjukan campuran.

f. Hitung kalor reaksi yang terukur dan perubahan entalpi


V. PENGOLAHAN DATA
Penentuan Tetapan Kalorimeter
1) Kalor yang diserap air dingin, q1 (q1 = massa air dingin x kalor jenis air x perubahan
suhu (T3-T1).
2) Kalor yang dilepaskan air panas, q2 (q2 = massa air panas x kalor jenis air x
perubahan suhu (T2-T1).
3) Kalor yang diserap calorimeter q3 (q3 = q2 – q1)
4) Tetapan calorimeter, K (k = q3/(Tx - T3) Joule K-1, dimana Tx, adalah suhu campuran
teoritis.
Catatan :
 Massa jenis air dianggap = 1,0 g/ml
 Kalor jenis air dianggap = 4,18 J g-1 K-1

Page | 7
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

PERCOBAAN 4
KENAIKAN TITIK DIDIH

I. TUJUAN
Menentukan kenaikan titik didih larutan elektrolit dan nonelektrolit
II. DASAR TEORI
Apabila zat padat yang tidak mudah menguap dilarutkan dalam pelarut, maka tekanan uap
akhirnya akan turun sehingga titik didih larutan akan naik dan titik bekunya akan turun
dibandingkan dengan pelarut murni. Untuk larutan ideal, menurut Raoult kenaikan titik didih
sebanding dengan jumlah zat terlarut dan dapat ditunjukkan dengan hubungan:
ΔT = Kb.m atau Kb = MA WA ΔT/(1000 WB)
dimana
ΔT : Kenaikan titik didih
Kb : Tetapan kenaikan titik didih molal
m : Molalitas zat terlarut
WA : Massa pelarut (gram)
WB : Massa zat terlarut (gram)
MB : Berat molekul zat terlarut
Harga Kb dapat diketahui jika massa m zat terlarut diketahui. Jadi dari penentuan titik didih
pelarut murni, dan kenaikan titik didih larutan yang diketahui konsentrasinya, dapat
ditentukan berat molekul zat terlarut

III. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
1. Gelas kimia 500 mL 1. NaCl
2. Termometer 2. Sukrosa
3. Tabung Reaksi 3. Akuades
4. Bunsen
5. Batang pengaduk

IV. CARA KERJA


1. Masukkan akuades ke dalam gelas kimia 200 mL dan panaskan hingga mendidih
2. Masukkan 10 mL akuades ke kedalam tabung reaksi
3. Tabung reaksi yang telah berisi air tersebut dimasukkan ke dalam gelas kimia yang airnya
mendidih.
4. Amati dan catat perubahan suhu akuades dalam tabung reaksi setiap 5 detik sampai
diperoleh suhu tetap (Tbo)
5. Selanjutnya siapkan tiga tabung reaksi. Tabung reaksi tersebut dimasukkan 0,2 g; 0,4 g;
dan 0,6 gram NaCl dan dipanaskan hingga mendidih dan diperoleh suhu tetap.
Page | 8
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

6. Ulangi langkah kerja 5 untuk sukrosa


7. Hitung selisih titik didih akuades dan larutan kemudian hitung berat molekul zat.

V. Analisis Data

ΔTb = Tblarutan- Tbpelarut murni


ΔTb = Kb. m

Page | 9
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

PERCOBAAN 5
TETAPAN KESETIMBANGAN

I. TUJUAN
Menentukan tetapan kesetimbangan dalam fase larutan

II. DASAR TEORI


Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan dimana tidak ada perubahan yang teramati selama
bertambahnya waktu reaksi. Jika reaksi kimia yang setimbang menerima perubahan keadaan,
reaksi tersebut akan menuju pada kesetimbangan baru dengan suatu pergeseran tertentu untuk
mengatasi perubahan yang diterima. Hal ini disebut prinsip Le Chatelier.

Dalam pengukuran tetapan kesetimbangan, pada praktiknya akan ditemui beberapa kesulitan.
Dalam menentukan nilai Kc suatu reaksi, pertama kali reaksi harus ditunggu sampai ia
mencapai kesetimbangan. Kemudian konsentrasi reaktan dan produk diukur, baru nilai Kc
dapat ditentukan. Akan tetapi dalam pengukuran konsentrasi reaktan atau produk seringkali
sejumlah larutan diambil untuk dianalisis. Pengambilan larutan ini akan mempengaruhi
kesetimbangan. Idealnya harus digunakan suatu metode yang tidak melibatkan pengambilan
larutan untuk dianalisis seperti metode di atas. Salah satu metode yang tidak melibatkan
pengambilan larutan dalam menentukan konsentrasi reaktan atau produk adalah metode
kalorimeter.
CH3COOH + C2H5OH ↔ CH3COOC2H5 + H2O
Reaksi ini berlangsung sangat lambat, tetapi dapat dikatalisis oleh ion H +. Walaupun telah
dikatalisis, untuk mencapai kesetimbangan masih diperlukan waktu beberapa hari, karena
reaksinya sangat lambat. Konsentrasi reaktan atau produk dapat ditentukan dengan titrasi
yang dilakukan dengan cepat agar tidak mengganggu kesetimbangan secara nyata. Tetapan
kesetimbangan selanjutnya dapat dihitung menggunakan
persamaan:

Kc =

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat Bahan
1. Buret 1. Etanol
2. Erlenmeyer tertutup 2. CH3COOH 1 M
3. Neraca 3. HCl 2 M
Page | 10
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

4. Pipet volume 4. Indikator pp


5. NaOH 0,1 M
IV. CARA KERJA
1. Buatlah komposisi larutan sebagai berikut dan ditempatkan dalam erlenmeyer kemudian
ditutup dengan alumunium foil:
Nomor HCl C2H5OH CH3COOH
(mL) (mL) (mL)
A 5 1 4
B 5 2 3
C 5 3 2
D 5 4 1

2. Setelah 1 minggu
a. Titrasi setiap larutan secara cepat dengan 0,1M NaOH. Gunakan indikator PP dan catat
hasilnya.
b. Titrasi 5 ml HCl 2M dengan 0,1M NaOH. Gunakan indikator PP dan catat hasilnya.
c. Catat temperatur ruang.
d. Pipet 5 ml HCl 2M, C2H5OH, dan CH3COOH, lalu timbang dengan menggunakan
neraca analitik

V. PENGOLAHAN DATA
a. Perhitungan Konsentrasi larutan
M1 x V1 = M2 x V2
b. Perhitungan mol H2O, C2H5OH dan CH3COOH pada saat awal pencampuran
mol = massa/Mr

Page | 11
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

PERCOBAAN 6
VOLUME MOLAR PARSIAL

I. TUJUAN
Menentukan volume molar parsial larutan natrium klorida sebagai fungsi rapat massa

II. DASAR TEORI


Volum molar parsial komponen I dari sistem larutan didefinisikan sebagai:

dimana:
V : Volume n : Jumlah mol
T : Temperatur Sistem P : Tekanan Sistem
Volum larutan adalah fungsi dari suhu, tekanan, dan jumlah mol dan dapat dinyatakan
sebagai:
V = f (T, P,n1,n2,...)
atau

Apabila suatu volume yang besar dari air murni ditambahkan 1 mol H 2O, maka volumenya
bertambah 18 cm3 dan kita dapat mengatakan bahwa 18 cm3 mol-1 adalah volume molar air
murni. Walaupun mengatakan demikian, jika kita menambahkan 1 mol H 2O ke dalam etanol
murni yang volumenya besar, maka pertambahan volume hanya 14 cm3. alasan dari
perbedaan kenaikan volume ini adalah volume yang ditempati oleh sejumlah tertentu molekul
air bergantung pada molekul-molekul yang mengelilinginya. Begitu banyak etanol yang ada
sehingga setiap molekul H2O dikelilingi oleh etanol murni, kumpulan molekul-molekul itu
menyebabkan etanol hanya menempati ruang sebesar 14 cm3. kuantitas 14 cm3 mol-1 adalah
volume molar parsial air dalam etanol murni, yaitu volume campuran yang dapat dianggap
berasal dari suatu komponen.

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat 3.2 Bahan
1. Piknometer 50 mL 1. Akuades
2. Labu ukur 50 mL 2. NaCl 3M; 1,5 M; 0,75 M; 0,375 M
3. Gelas kimia 100 mL
4. Batang pengaduk
5. Pipet tetes
6. Hotplate
7. Termometer
Page | 12
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

8. Statif

IV. CARA KERJA


1. Timbanglah piknometer kosong.
2. Isi piknometer sampai penuh dengan larutan yang akan diukur rapat massanya, jangan ada
udara dalam piknometer.
3. Amati permukaan larutan di dalam piknometer harus masih dalam keadaan penuh. Jika
berkurang tambahkan larutan
4. Keringkan dengan kertas saring, kemudian timbang piknometer tersebut menggunakan
neraca analitis.
5. Lakukan pengerjaan 1 hingga 5 untuk penentuan rapat massa air dan larutan NaCl.

V. PENGOLAHAN DATA

a. Volume Molar Nyata

b. Grafik Hubungan antara NaCl terhadap sehingga volume molar parsial:

Page | 13
PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

Page | 14

Anda mungkin juga menyukai