Anda di halaman 1dari 30

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

K DENGAN GANGGUAN ARTRITIS


RHEUMATOID”

OLEH :

NAMA-NAMA KELOMPOK V :

1. WINANDO A. NEKEN
2. SYANE NJURUHAPA
3. MARIA KLARITA MOUW
4. EMILIA ANA AWANG
5. YORDAN SANAM
6. KURNIA B.OROWALLA
7. YUREX Y. BURAEN

KELAS/SEMESTER : B/V

PRODI : S1- KEPERAWATAN

MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepda Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama hikma kesempatan dan  kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah keperawatan medical II yang berjudul ”ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Ny.K DENGAN GANGGUAN ARTRITIS RHEUMATOID”

Askep ini salah satu tugas dari mata kuliah keperawatan medical bedah II di program
studi S1 keperawatan. Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam
penuliasan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran secara
konstrukif dari para pembaca demi kesempurnaan askep ini.

Kupang, 20 september 2021

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.....................................................................................1
B. TUJUAN..........................................................................................................2
C. MANFAAT......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

A. PENGERTIAN...............................................................................................3
B. ETIOLOGI.....................................................................................................3
C. PATOFISIOLOGI..........................................................................................4
D. KLASIFIKASI...............................................................................................5
E. PATHWAY....................................................................................................6
F. MANIFESTASI KLINIS................................................................................7
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG...................................................................8
H. PENATALAKSANAAN...............................................................................8
I. MASALAH PENYAKIT...............................................................................9
J. ASKEP TEORI ............................................................................................10

BAB III PENUTUP ...............................................................................................11

A.KESIMPULAN ............................................................................................11
B. SARAN.........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar belakang
Lanjut usia adalah kelompok manusia yang berusia 60 tahun ke atas. Pada lanjut usia
akan terajdi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi menurut
Constantinides dalam Suryono (2016).
Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-
gejala kemunduran fisik,pendengaran dan penglihatan berkurang. Perubahan-perubahan
akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan
tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan
tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua system musculoskeletal dan jaringan
lain yang yang dapat mengalami gangguan salah satunya Rematik ( Fitriani, 2009).
Penyakit reumatik merupakan salah satu penyakit yang sering ditemui dalam masyarakat,
salah satunya pada kelompok lanjut usia ( lansia ) yang ditandai dengan nyeri yang terjadi
secara berulang-ulang pada persendian. Penatalaksanaan rasa nyeri yang direkomendasikan
oleh world Health Organization menganjurkan pengobatan nyeri pada lansia dilakukan
secara konservatif dan bertahap untuk mengurangi terjadinya efek samping. Prinsip utama
pada penatalaksanaan rasa nyeri adalah menghilangkan serangan rasa nyeri. Manajemen
nyeri yang efektif bagi lansia dapat dilakukan dengan pendekatan secara farmakologis dan
non farmakologis (Kasran & Rina, 2006).
Salah satu intervensi non farmakologi yang dapat dilakukan secara mandiri dalam
menurunkan skala nyerireumatik yaitu dengan kompres jahe. Jahe (Zinger Officinale Rose)
mempunyai manfaat yang beragam, antara lain sebagai rempah, minyak atrisi, pemberi
aroma, ataupun sebagai obat. Secara tradisional kegunaannya antara lain untuk mengobati
reumatik, asma, stroke, sakit otot.
Beberapa komponen kimia jahe seperti gingerol, shogaol dan zingerone member efek
farmakologis dan fisiologis seperti antioksidan,anti inflamasi, analgesic, antikarsinogenik.
Kandungan air dan minyak tidak menguap pada jahe berfungsi sebagai enhancer yang dapat
meningkatkan permeabilititas oleoresin menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau
kerusakan hingga ke sirkulasi perifer (Winarti, 2010).

1
Di Negara berkembang penderita reumatik sudah mencapai 20% dari penduduk dunia
(Word Health Organization, 2016), dimana 5 – 10% adalah mereka yang berusia 55 tahun,
sedangan hasil riset kesehatan dasar (Rikesda) Indonesia tahun 2013 prevalensi penyakit
reumatik adalah 24,7%. Prevalensi yang didiagnosa nakes lebih tinggi perempuan 13,4%
dibandingkan dengan laki – laki 10,3%. Angka ini menunjukan bahwa nyeri akibat reumatik
sudah sangat mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia (Yuliana S, 2016).
II. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit “ Gangguan Artrititis
Rheumatoid”.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui perjalanan penyakit Gangguan Artrititis Rheumatoid, tanda dan
gejala serta factor penyebabnya.
III. Manfaat
a. Manfaat Teori
 Bagi mahasiswa untuk membantu dalam mengerjakan tugas yang diberikan dosen.
 Bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan tentang penyakit Gangguan
Artrititis Rheumatoid.
b. Manfaat Praktik
 Untuk menambah wawasan kepada perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan dalam melakukan tindakan yang akan dilakukan pada klien

2
BAB II
TINJAU PUSTAKA
2.1 Konsep
2.1.1 Pengertian Artritis Reumatoid
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamsi progresif, sistematik, dan kronis
(Pusdinakes, 1995). Artritis reumatoid merupakan peradangan yang kronis dan sitematik
pada sendi sinovial.

Inflamsi awal mengenai sendi-sendi sinovial disertai edema, kongestif vaskular,


eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan kronis sinovial menjadi menebal,
terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada sendi terjadi granulasi membentuk
panus. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan nutrisi kartilago
artikulasi, sehingga terajdi nekrotik.

Reumatik adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif
simetrik terutama mengenai jaringan persendian, seringkali melibatkan organ tubuh
lainnya. Reumatik lebih banyak terjadi pada wanita (3 : 1 dengan kasus pria) pada usia 25
– 35 tahun. Faktor resiko reumatik terjadi pada orang-orang yang berusia diatas 60 tahun.
Gejala reumatik antara lain nyeri dan bengkak pada sendi yang berlangsung terus menerus,
kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit, persendian mengalami
bengkak dan hangat jika diraba (Lutfi Chabib, 2016).

2.1.3 Etiology Artritis Reumatoid

Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti, namum faktor predisposisinya
adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi) dan faktor metabolik dan infeksi virus.
Manifestasi klinis artritis reumatoid:

1. Setempat
a. Sakit pada persendian disertai kaku dan gerakan terbatas.
b. Lambat-laut membengkak, panas, merah dan lemah.
c. Perubahan bentuk tangan, jari tangan seperti leher angsa, deviasi ulna.
d. Semua sendi dapat terserang (panggul, lutut, pergelangan tangan, siku,
bahu, rahang).
2. Sistemik
3
a. Mudah capek, lemah, dan lesu
b. Demam
c. Takikardia
d. Berat badan turun
e. Anemia
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium, yaitu stadium
sinovitis, stadium destruksi, dan stadium deformitas.
2.1.4 Patofisiologi

Proses autoimun dalam pathogenesis reumatik masih belum tuntas diketahui, dan
teorinya masih berkembang terus. Dikatakan terjadinya berbagai peran yang saling terkait,
antara lain peran genetic, infeksi, autoantibody serta peran imunintas selular, humoral, peran
sitokin, dan berbagai mediator keradangan. Semua peran satu sama yang lainnya terkait dan
menyebabkan keradangan pada sinovium dan kerusakan sendi atau oragan lainnya. Berbagai
sitokin berperan dalam proses keradangan yaitu TNF , IL- 1, yang terutama dihasilkan oleh
monosit atau makrofag menyebabkan stimulasi dari sel mesenzim seperti sel fibroblast
sinovium, osteoklas, kondrosit serta merangsang pengeluaran enzim penghancuran jaringan
( Putra dkk, 2013).

Proses keradangan karena proses autorium pada reumatik ditunjuan dari pemerisaan
laboratorium dengan adanya RF ( Reumatoid Faktor ) dan anti – CPP dalam darah. RF adalah
antibody terhadap komponen Fc dari IgC. Sel B, sel T dan sitoin pro inflamasi berperan
penting dalam patofisiologi reumatik. Hal ini terjadi karena hasil diferensiasi dari sel T

merangsang pembentukan IL-17, yaitu sitokin yang merangsang terjadinya sinovitis.


Sinovitis adalah peradangan pada membrane sinoial, jaringan yang melapisi dan melindungi
sendi. Kerusakan sendi diawali dengan reaksi inflamasi dan pembentukan pembuluh darah
baru pada membrane inoval. Kejadian tersebut menyebabkan terbentuknya pannus, yaitu
jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibrolus yang berproliferansi, mirovaskular dan
berbagai jenis sel radang. Pannus tersebut dapat mendestrusi tulang, melalui enzim yang
dibentuk oleh sinoviosit dan kondrosit yang menyerang kartilago.

Pada keadaan awal terjadinya kerusakan mikroaskular, edema pada jaringan dibawah
sinovium, poliferansi ringan dan synovial, infiltrasi PMN, dan penyumbatan pembuluh darah
oleh sel-sel radang dan thrombus. Pada reumatik yang secara klinis sudah jelas, secara

4
makros akan terlihat sinovium sangat edema dan menonjol ke ruang sendi dengan
pembentukan vili. Secara micros terlihat hyperplasia dan hipertropi sel sinovia dan terlihat
kumpulan residual bodies. Terlihat perubahan pembuluh darah fokal atau segmental berupa
distensi vena, penyumbatan kapiler, daerah thrombosis dan pendarahan periaskuler. Pada
reumatik kronis terjadi kerusakan menyeluruh dari tulang rawan, ligament, tendon dan tulang.
Kerusakan ini akibat dua efek yaitu kehancuran oleh cairan sendi yang mengandung zat
penghancur dan akibat jaringan granulasi serta dipercepat karena adanya pannus ( Putra dkk,
2013).

2.1.5 Klasifikasi

Klasifikasi Rheumatoid Arthritis Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid


arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:

1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.

2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.

3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6
minggu.

4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

5
2.1.6 Patway

Inflamasi non-bakterial disebabkan oleh


infeksi, endokrin, autoinum, metabolic dan
faktor genetic, serta faktor lingkungan

reumatik

Sinovili Tenosinoitis Kelainan pada tulang

Hiperemia & pembengkakan Inavi kolagen Erosi tl & kerusakan pada tulang rawan

Nekrosis & kerusakan Gambaran khas


dalam sendi nodul subkutan Instabilitas dan
deformitas sendi

Mk : Nyeri Ruptur tendon secara


Gangguan mekanis &
persial atau lokal
fungsional pada sendi

Mk : Gangguan Mk : Hambatan
rasa nyaman mobilisasi fisik Perubahan bentuk tubuh
pada tulang dan sendi

Mk : gangguan
aktivitas
Mk : gangguan
konsep diri, citra diri

6
2.1.7Manifestasi Klinis

RA dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendo, tetapi paling sering di tangan.
RA juga dapat menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Sinovial sendi, sarung
tendo, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti oleh erosi tulang dan destruksi tulang
disekitar sendi (Syamsuhidajat, 2010).

Gambar 5. Destruksi sendi akibat pannus (Suarjana, 2009)


Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium pada RA yaitu (Nasution,
2011):
1. Stadium sinovitis.
Artritis yang terjadi pada RA disebabkan oleh sinovitis, yaitu inflamasi
pada membran sinovial yang membungkus sendi. Sendi yang terlibat
umumnya simetris, meski pada awal bisa jadi tidak simetris. Sinovitis ini
menyebabkan erosi permukaan sendi sehingga terjadi deformitas dan
kehilangan fungsi (Nasution,2011). Sendi pergelangan tangan hampir
selalu terlibat, termasuk sendi interfalang proksimal dan metakarpofalange
al (Suarjana, 2009).
2. Stadium destruksi
Ditandai adanya kontraksi tendon saat terjadi kerusakan pada jaringan
sinovial (Nasution, 2011).
3. Stadium deformitas

7
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi yang terjadi secara menetap (Nasution,
2011).
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein
(CRP) meningkat
b. Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun RF
negatif tidak menyingkirkan diagnosis
c. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan dalam
diagnosis dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan
sensitivitas 70% namun hubungan antara anti CCP terhadap beratnya
penyakit tidak konsisten
2. Radiologis Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak,
penyempitan ruang sendi, demineralisasi “juxta articular”, osteoporosis,
erosi tulang, atau subluksasi sendi.
2.1.8Penatalaksanaan
1. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk rematik, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, nyeri, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak
mampuan.
2. Perlindungan sendi
Rematik mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang
baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian
tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu
diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
3. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien Rematik yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan Rematik. Penurunan berat badan seringkali dapat
mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4. Dukungan psikososial

8
Dukungan psikososial diperlukan pasien Rematik oleh karena sifatnya yang menahun
dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya.Fisioterai dengan pemakaian panas dingin, serta program
latihan yang tepat.
5. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri. Kompres
air hangat rebusan jahe merah menurut penelitian Ferawati (2017) menyatakan
bahwa kompres jahe merah bisa menurunkan skala nyeri pada reumatik.

2.1.9 Masalah Penyakit Artritis Reumatik Sebagai Penyebab KetidakMampuan


Ada 2 jenis ketidakmampuan timbul dari penyakit rematik:
1. Ketidak mampuan fisik yang mengakibatkan gangguan pada fungsi
muskoloskeletal dasar seperti : membungkuk, susah berjalan.
2. Ketidak mampuan sosial menunjuk pada aktivitas sosial yang lebih tinggi
seperti :makan, interaksi dengan orang lain.
Besarnya masalah penyakit reumatik di seluruh dunia dapat dilihat dari data di bawah
ini :
a. Di seluruh dunia penyakit sendi merupakan separuh dari semua penyakit
menahun pada orang-orang di atas 60 tahun.
b. Rematik dengan nyeri yang nyata dijumpai pada 25 % masyarakat dengan
usia di atas 60 tahun di Amerika Serikat.
c. Nyeri pinggang merupakan penyebab hambatan aktivitas yang paling sering
pada usia muda dan tua, menjadi salah satu penyebab yang paling sering
untuk pergi ke dokter dari masyarakat yang kerja(Editorial : 2000).

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Asuhan Keperawatan


III.1.1 Pengkajian

a. Identitas klien
Pada identitas klien, akan didapatkan data-data terkait dengan identitas klien maupun
keluarga yang menjadi penanggung jawab klien tersebut. Pada identitas didapatkan
nantinya nama klien, alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur, suku/ras,
agama, nomor telepon dan lain-lain. Sedangkan untuk penanggung jawab, juga akan
didapatkan data-data yang sama, baik berupa nama, alamat, umur, nomor telepon dan
diagnosa klien.
b. Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama
Klien mengeluhkan rasa nyeri pada tiap-tiap sendi seperti tangan dan kaki.
2. Riwayat penyakit sekarang
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan atau kaki, perasaan tidak
nyaman dalam beberapa waktu sebelum mengetahui dan merasakan adanya
perubahan pada sendi.
3. Riwayat penyakit dahulu
Adanya memiliki kecelakaan atau terbenturnya salah satu organ tubuh waktu
dulu, adanya mengalami penyakit yang sama waktu dahulu.
4. Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus dan
penyakit yang lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik
Kepala dan wajah :
Inspeksi :
Kepala simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran pada kepala. Ukuran kepala
normal sesuai dengan umur. Wajah biasanya tidak simetris kiri dan kanan, wajah
terlihat pucat.
Palpasi : tidak terjadi nyeri pada kepala
Mata :
mata tampak simetris kiri dan kanan, terdapat adanya kekeruhan pada kornea, lapang
pandang terdapat penurunan lapang pandang.
Inspeksi : Pupil sama, bulat, reaktif terhadap cahaya dan akomodasi, Konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik.
Palpasi : tidak ada pembengkakan pada mata
Telinga : telinga tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada tampak pembengkakan.
Inspeksi : Simetris telinga kiri dan kanan, terlihat bersih tanpa serumen.
Palpasi : Tidak ada nyeri pada daun telinga, pembengkakan
pada daun telinga tidak ada.

10
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. Ny. K berusia 60 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dan bengkak pada
pergelangan tangan kiri dan sendi- sendi kaki. Klien memiliki riwayat keluarga dengan
penyakit artritis rheumatoid, klien mengatakan sudah satu minggu ini persendian terasa
kaku dan nyeri terutama di pagi hari. Pemeriksaan factor rheumatoid menunjukkan hasil
positif. Klien mulai menggunakan bidai pada pergelangan tangan karena deformitas mulai
terlihat. Klien mendapat terapi inhibitor siklooksigenaase-2 ( COX-2). Klien terlihat
sangat menghwatirkan keadaannya karena tinggal sendirian di apartemen

sepeninggalan suaminya .

II. Identitas Diri Klien


Nama : Ny. K
TTL : Kupang,24 Februari 1961
Umur                      : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Oepura
Status Perkawinan : menikah
Agama/Suku : Islam/Flores
Warga Negara : Indonesia
Pendidikan : S1
III. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan utama : saat dikaji klien mengeluhnyeri dan bengkak pada
pergelangan tangan kiri dan sendi-sendi kaki.
2. Riwayat keluhan : P : Nyeri karena adanya artritis rheumatoid
Q :Nyeri menjalar
R : Nyeri pada pergelangan tangan kiri dan sendi-
sendi kaki
S : Skala 5

11
T : Nyeri sering muncul pada pagi hari, pasien
terlihat gelisah, pasien memegangi daerah nyeri.
3. Keluhan saat dikaji : Saat dikaji klien masih mengeluh nyeri dan bengkak
pada pergelangan tangan kiri dan sendi-sendi kaki.

IV. Riwayat kesehatan masa lalu


1. Penyakit yang pernah dialami : artritis rheumatoid
2. Riwayat alergi :-
3. Pengobatan : klien mengatakan pernah mengkonsumsi obat
Glibenklamid 5 mg/hari selama 2 tahun terakhir
V. Riwayat penyakit keluarga
VI. Klien mengatakan bahwa ayahnya juga menderita penyakit artritis rheomotoid
Pengkajian pola-pola fungsi kesehatan
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
2. Pola nutrisi dan metabolic
a. Sebelum sakit :
1) Berat Badan : 65 Kg, TB : 160 Cm
2) Makan :
a) Frekuensi : 3 x/hari
b) Jenis makanan : Nasi, sayur, daging, dan buah.
c) Yang disukai : Nasi dan daging
d) Yang tidak disukai : Buah-buahan
e) Pantangan : -
f) Alergi : -
g) Nafsu makan : baik
3) Minum :
a) Frekuensi : 2 L/hari
b) Jenis minuman : Air putih, the.
c) Yang disukai : Teh.
d) Pantangan : -
e) Alergi : -
a) Perubahan setelah sakit :BB saat sakit : 60 Kg, perubahan BB : 5 Kg.
b) Jenis diet : -
c) Nafsu makan : Menurun
12
d) Keluhan mual/muntah : Ada
e) Porsi makan : 1 porsi tidak dihabiskan (nasi + lauk)
f) Intake cairan : -

3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit :
1) Buang air besar :
a) Frekuensi : 2x/hari, penggunaan laktasif : -
b) Konsistensi : -
c) Karakter feses : Kuning terguling, BAB terakhir : baik
d) Riwayat perdarahan : - Hemoroid : -
e) Konstipasi : - Diare : pernah mengalami tapi tidak sering.
2) Buang air kecil :
a) Frekuensi : 3-4 x/hari
b) Produksi : 1400cc / hari
c) Warna : kuning muda jernih, Bau : khas
d) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : -
e) Lain-lain : -
b. Perubahan setelah sakit :
1) BAB :
a) Frekuensi : 1x/hari, penggunaan laktasif : -
b) Konsistensi : -
c) Karakter feses : Kuning terguling, BAB terakhir : baik
d) Riwayat perdarahan : - Hemoroid : -
e) Konstipasi : - Diare : sering
2) BAK :
a) Frekuensi : 4-5 x/hari
b) Produksi : 1700cc / hari
c) Warna : kuning muda jernih, Bau : khas
d) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : -
e) Lain-lain : -

13
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Sebelum sakit

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulansi/ROM 
0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4
tergantung total.

b. Perubahan setelah sakit

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulansi/ROM 
0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4
tergantung total.

5. Pola tidur dan istirahat


a. Sebelum sakit :
1) Waktu tidur : Malam hari
2) Lama tidur : 8 jam/hari
3) Kebiasaan sebelum tidur : mendengarkan musik
4) Kesulitan dalam tidur : -
b. Perubahan setelah sakit :
1) Waktu tidur : Malam hari
2) Lama tidur : 5 jam/hari
3) Kebiasaan sebelum tidur : menonton
4) Kesulitan dalam tidur : sering
6. Pola persepsual
a. Sebelum sakit :
14
1) Penglihatan :
a) Fungsi penglihatan : tidak normal, VOD : sedang (11/23,9%), VOS :
sedang (13/28,3%).
b) Lapang pandang : katarak
c) Gangguan fungsi : presbiopi
2) Pendengaran :
a) Fungsi pendengaran : tidak normal, telinga kiri : presbikusis, telinga
kanan : presbikusis.
b) Kelainan fungsi : -
3) Penciuman :
a) Fungsi penciuman : baik
b) Kelainan fungsi : -
4) Pengecapan :
a) Fungsi pengecapan : baik
b) Kelainan fungsi : -
5) Perabaan :
a) Fungsi perabaan : baik
b) Kelainan fungsi : -
b. Perubahan setelah sakit :
1) Penglihatan :
a) Fungsi penglihatan : tidak normal, VOD : sedang (11/23,9%), VOS :
sedang (13/28,3%).
b) Lapang pandang : katarak
c) Gangguan fungsi : presbiopi
2) Pendengaran :
a) Fungsi pendengaran : tidak normal, telinga kiri : presbikusis, telinga
kanan : presbikusis.
b) Kelainan fungsi : -

3) Penciuman :
a) Fungsi penciuman : baik
b) Kelainan fungsi : -
4) Pengecapan :
a) Fungsi pengecapan : baik
15
b) Kelainan fungsi : -
5) Perabaan :
a) Fungsi perabaan : baik
b) Kelainan fungsi : -
7. Pola persepsi diri
a. Sebelum sakit :
1) Pandangan klien tentang penyakitnya : klien dan keluarganya yakin bahwa
dirinya akan cepat sembuh dari penyakitnya dan dapat berkumpul dengan
keluarganya kembali
2) Konsep diri :
a) Gambaran diri : klien mengatakan mempunyai anggota badan yang
lengkap dan bersyukur karena merupakan anugerah dari Tuhan Yang
Maha Esa.
b) Identitas diri : klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang laki-laki
yang sebagai kepala keluarga.
c) Peran : sebagai kepala keluarga
d) Harga diri : Pasien tidak malu dengan kondisi dirinya.
e) Ideal diri : -
3) Keadaan emosional pasien : -
4) Lain-lain : -
b. Perubahan setelah sakit :
1) Pandangan klien tentang penyakitnya : klien dan keluarganya yakin bahwa
dirinya akan cepat sembuh dari penyakitnya dan dapat berkumpul dengan
keluarganya kembali

2) Konsep diri :

16
a) Gambaran diri : klien mengatakan mempunyai anggota badan yang
lengkap dan bersyukur karena merupakan anugerah dari Tuhan Yang
Maha Esa.
b) Identitas diri : klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang laki-laki
yang sebagai kepala keluarga.
c) Peran : sebagai kepala keluarga
d) Harga diri : Pasien tidak malu dengan kondisi dirinya.
e) Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat sembuh supaya bias cepat
pulang ke rumah.
3) Keadaan emosional pasien : pasien mengatakan dapat menerima kondisi yang
sedang dialami.
4) Lain-lain : -
8. Pola seksualitas dan reproduksi
a. Sebelum sakit :
1) Hubungan seksual : klien mengatakan satu kali menikah, memiliki 2 orang
anak.
2) Gangguan hubungan seksual
( ) Fertilitas : normal
( ) Libido : normal
( ) Ereksi : normal
( ) Lain-lain : -
3) Menstruasi : -
4) Penggunaan kontrasepsi : -
5) Pemahaman tentang seksual : -
b. Perubahan setelah sakit :
1) Hubungan seksual : klien mengatakan satu kali menikah, memiliki 2 orang
anak.
2) Gangguan hubungan seksual
( ) Fertilitas : normal
( ) Libido : normal
( ) Ereksi : normal
( ) Lain-lain : -

3) Menstruasi : -
17
4) Penggunaan kontrasepsi : -
5) Pemahaman tentang seksual : -
9. Pola peran dan hubungan
a. Sebelum sakit
1) Komunikasi : Baik
2) Hubungan dengan orang lain : Baik
3) Dukungan keluarga : Baik
4) Dukungan teman / kelompok / masyarakat : Baik
5) Konflik terhadap peran / nilai : -
6) Lain-lain : -
b. Perubahan setelah sakit :
1) Komunikasi : Baik
2) Hubungan dengan orang lain : Baik
3) Dukungan keluarga : Baik
4) Dukungan teman / kelompok / masyarakat : Baik
5) Konflik terhadap peran / nilai : -
6) Lain-lain :
10. Pola manajemen koping-stress
a. Sebelum sakit
1) Pengambilan keputusan : klien mengatakan apabila ada masalah pasti
didiskusikan dengan baik.
2) Yang disukai tentang diri sendiri : Klien menyelesaikan masalahnya dengan
musyawarah yang baik.
3) Yang ingin dirubah dari kehidupan : -
4) Yang dilakukan jika stress : -
5) Lain-lain : -
b. Perubahan setelah sakit :
6) Pengambilan keputusan : klien mengatakan apabila ada masalah pasti
didiskusikan dengan baik.
7) Yang disukai tentang diri sendiri : Klien menyelesaikan masalahnya dengan
musyawarah yang baik.
8) Yang ingin dirubah dari kehidupan : klien terlihat cemas dan stress akan
penyakitnya.

18
9) Yang dilakukan jika stress : berusaha melakukan aktivitas yang dapat
menghilangkan stress
Lain-lain : -
11. Sistem nilai dan keyakinan
a. Sebelum sakit :
1) Keyakinan akan penguasaan kehidupan : -
2) Sumber kekuatan saat sakit : Keluarga
3) Ritual keagamaan yang sering dilakukan : Sholat 5 waktu
b. Perubahan setelah sakit :
1) Keyakinan akan penguasaan kehidupan : -
2) Sumber kekuatan saat sakit : Keluarga
3) Ritual keagamaan yang sering dilakukan : Sholat 5 waktu
12. Penyuluhan yang diinginkan :Pentingnya menjalani diet khusus bagi penderita
Diabetes.
VII.Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Sedang
Kesadaran :
GCS : E 3, V 3, M 3, Nilai GCS : 9.
2. Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
Nadi :72x/menit
Suhu : 36,7ºC.
Pernapasan : 20x/menit
3. Kepala :
Inspeksi : beruban(putih) dan bersih
Palpasi : tidak adanya benjolan
4. Mata :
Inspeksi : kedua mata terlihat simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5. Telinga :
Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri, bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

19
6. Hidung :
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada secret.
Palpasi :tidak ada nyeri
7. Mulut dan tenggorokan :
Inspeksi : bentuk simetris atas bawah, tidak ada lesi atau luka.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
8. Dada :
Inspeksi : bentuk simetris, pengembangan dada sewaktu ekspirasi dan inspirasi
simetris , tidak ada retraksi dada
Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri saat di tekan
Perkusi : sonor seluruh lapang paruh
Auskultasi :vesikuler,bunyi tambahan:ronki-/-,wheezing-/-
9. Abdomen :
Inspeksi : perut datar dan simetris.
Auskultasi :bising usus 8x/menit.
Palpasi :tidak terdapat distensi abdominal maupun pembesaran hepar.
Perkusi :timpani
10. Genetalia :

Inspeksi :tidak adanya lesi,memar,pembengkakan,atau eritema pada pe

4.1 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan


VIII. Analisa Data

20
No
Data Penyebab Masalah
.
1. DS: Mengeluh Nyeri Nyeri Akut Agen pencedera
DO: P : Nyeri karena adanya fisiologis (mis.
artritis rheumatoid Inflamasi )
Q :Nyeri menjalar
R:Nyeripada pergelangan
tangan kiri dan sendi-sendi
kaki
S : Skala 5
T : Nyeri sering muncul pada
pagi hari, pasien terlihat
gelisah, pasien memegangi
daerah nyeri.

IX. Diagnosis Medis


1. Neyri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi )
d.d. mengeluh nyeri dan tampak gelisah

X. Rencana Keperawatan

21
No SDKI SLKI SIKI
.
1. 1. Neyri Akut berhubungan Tingkat nyeri : Manejemen Nyeri
dengan Agen pencedera Setelah dilakukan intervensi Observasi
fisiologis (mis. Inflamasi ) keperawatan selama 1×24 - Identifikasi lokasi,
d.d. mengeluh nyeri dan jam tingkat nyeri menurun karakteristik,
tampak gelisah Dengan Kriteria Hasil : durasi, frekuensi,
- Keluhan nyeri kualitas intensitas
menurun (5) nyeri
- Gelisah menurun (5) - Identifikasi skala
nyeri

Terapeutik
- Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri (Mis. Music)
- Fasilitasi istrahat
dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
- Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu

XI. Implementasi

22
NO Hari/tanggal Diagnosis Jam Implementasi

1. Senin, 20 Neyri Akut 08.00 - mengidentifikasi


september 2021 berhubungan dengan lokasi,
Agen pencedera karakteristik,
fisiologis (mis. durasi, frekuensi,
Inflamasi ) d.d. kualitas intensitas
mengeluh nyeri dan nyeri
tampak gelisah 08.05 - mengidentifikasi
skala nyeri
08.10 - memberikan
teknik non
farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (Mis.
Music)
08.15
- memfasilitasi
istrahat dan tidur
08.20
- menjelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
08.25
- menjelaskan
strategi
meredahkan nyeri
08.30
- mengannjurkan
memonitor nyeri
08.35 secara mandiri
- mengkolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

XII. Evaluasi
23
Diagnosis Catatan
No. Hari tanggal Paraf
Keperawatan perkembangan
1. Selasa, 20 Neyri Akut berhubungan S: Klien mengatakan
september dengan Agen pencedera masih merasakan
2021 fisiologis (mis. Inflamasi nyeri
) d.d. mengeluh nyeri O: klien mengatakan
dan tampak gelisah nyeri yang di
rasakan masih
menjalar, skala
nyeri 5
A: masalah belum
teratasi
P :intervensi di
lanjutkan

2 Rabu , 21 Neyri Akut berhubungan S :Klien mengatakan


september dengan Agen pencedera nyeri yang
2021 fisiologis (mis. Inflamasi dirasakan sudah
) d.d. mengeluh nyeri berkurang
dan tampak gelisah O: klien mengatakan
nyeri yang di
rasakan masih
menjalar, skala
nyeri 4
A: masalah belum
teratasi
P: intervensi di
lanjutkan
- menjelaskan
strategi
meredahkan
nyeri
- mengannjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri

24
3. Kamis , 22 Neyri Akut berhubungan S : Klien mengatakan
september dengan Agen pencedera sudh tidak
2021 fisiologis (mis. Inflamasi merasakan nyeri
) d.d. mengeluh nyeri lagi
dan tampak gelisah O: klien mengatakan
sudah bisa
memonitor nyeri
secara mandiri,
skala nyeri 1
A : masalah sudah
teratasi
P : intervensi di
hentikan

25
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamsi progresif, sistematik, dan
kronis (Pusdinakes, 1995). Artritis reumatoid merupakan peradangan yang kronis dan
sitematik pada sendi sinovial.
Inflamsi awal mengenai sendi-sendi sinovial disertai edema, kongestif
vaskular, eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan kronis sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada sendi terjadi
granulasi membentuk panus.

B. SARAN

Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai
gejala-gejala kemunduran fisik,pendengaran dan penglihatan berkurang. Perubahan-
perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia.
Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ
dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua system
musculoskeletal dan jaringan lain yang yang dapat mengalami gangguan salah
satunya Rematik

26
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi II.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Juli Andri, Padila, Andri Sartika, putri nanang ega selviyana, J Harsismanto.2020.
Tingkat pengetahuan Terhadap Penanganan Penyakit Rheumatoid Arthritis Pada
lansia. Jurnal Kesmas Asclepius.

Alena Susarti, Romadhon Muhammad. 2019. Factor –faktor yang berhubungan


dengan kejadian Rheumatoid Arthritis Pada Lansia. Jurnal Aisyiyah Medika.Program
studi Ilmu keperawatan. Universitas Kader Bangsa Palembang.

27

Anda mungkin juga menyukai