Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

CHOLELITHIASIS ( BATU EMPEDU )


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase “Keperawatan Medikal Bedah”
Dosen pembimbing : H. Rudi Kurniawan, Ners., M.Kep

Disusun oleh :

Ginda Risgia
2106277029

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS
Jl. KH. Ahmad Dahlan Nomor.20 Telp./Fax. (0265) 773052 Ciamis 4621
2021/2022
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya
berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan
distensi kandung empedu. (Doenges, Marilynn, E)
Cholelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk dalam
kandung empedu. Komposisi dari kolelitiasis adalah campuran dari kolesterol, pigmen
empedu, kalsium dan matriks inorganik. Lebih dari 70% batu saluran empedu adalah tipe
batu pigmen, 1520% tipe batu kolesterol dan sisanya dengan komposisi yang tidak
diketahui. Di negara Barat, komponen utama dari batu empedu adalah kolesterol,
sehingga sebagian batu empedu mengandung kolesterol lebih dari 80% (Majalah
Kedokteran Indonesia, volum 57, 2007).

2. ETIOLOGI
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau campuran,
disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjdi pada
duktus koledukus, duktus hepatika, dan duktus pankreas. Kristal dapat juga terbentuk
pada submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita
pada usia di atas 40 tahun, banyak terjadi pada wanita. (Doenges, Marilynn, E)

3. MANIFESTASI KLINIK
Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan
akut.

GEJALA AKUT GEJALA KRONIS


TANDA : TANDA:
1. Epigastrium kanan terasa 1. Biasanya tak tampak gambaran pada
nyeri dan spasme abdomen
2. Usaha inspirasi dalam 2. Kadang terdapat nyeri di kwadran
waktu diraba pada kanan atas
kwadran kanan atas
3. Kandung empedu
membesar  dan nyeri
4. Ikterus ringan
GEJALA: GEJALA:
1. Rasa nyeri (kolik empedu) 1. Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat:
yang Menetap abdomen bagian atas (mid
2. Mual dan epigastrium), Sifat : terpusat di
muntah                    epigastrium menyebar ke arah
3. Febris (38,5°°C) skapula kanan
2. Nausea dan muntah
3. Intoleransi dengan makanan
berlemak
4. Flatulensi
5. Eruktasi (bersendawa)

4. PATOFISIOLOGI & PHATWAY


Batu empedu hampir selalu dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada
saluran empedu lainnya.
Faktor predisposisi yang penting adalah :
- Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu
- Statis empedu
- Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu mungkin merupakan faktor yang paling penting 
pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap dalam
kandung empedu .
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi 
progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Gangguan
kontraksi kandung empedu dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal khususnya
selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan kandung
empedu dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam  saluran empedu dapat memegang peranan sebagian 
pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan
mukus. Mukus meningkatkan viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi.
Infeksi lebih sering sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi
yang menyebabkan pembentukan batu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan material mirip batu yang
terbentuk di dalam kandung empedu. Pada keadaan normal, asam empedu, lesitin
dan fosfolipid membantu dalam menjaga solubilitas empedu. Bila empedu menjadi
bersaturasi tinggi (supersaturated) oleh substansi berpengaruh (kolesterol, kalsium,
bilirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus untuk pembentukan batu.
Kristal yang yang terbentuk dalam kandung empedu, kemudian lama-kelamaan
kristal tersebut bertambah ukuran, melebur dan membentuk batu. Faktor predisposisi
merupakan pembentukan batu empedu :
1. Batu kolesterol
Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama :
a.       Supersaturasi atau penumpukan kolesterol didalam kantung empedu
b.      Berkurangnya kemampuan kandung empedu
c.       Nukleasi atau pembentukan nidus cepat.
Khusus mengenai nukleasi cepat, sekarang telah terbukti bahwa empedu pasien
dengan kolelitiasis mempunyai zat yang mempercepat waktu nukleasi kolesterol
(promotor) sedangkan empedu orang normal mengandung zat yang
menghalangi terjadinya nukleasi.
Proses degenerasi dan adanya penyakit hati

Penurunan fungsi hati

Penyakit gastrointestinal Gangguan metabolisme

Mal absorpsi garam empedu ¬ Penurunan sintesis (pembentukan) asam empedu

Peningkatan sintesis kolesterol

Berperan sebagai penunjang
iritan pada kandung empedu ¬ Supersaturasi (kejenuhan) getah empedu oleh
kolesterol

Peradangan dalam Peningkatan sekresi kolesterol
kandung empedu

Kemudian kolesterol keluar dari getah empedu
Penyakit kandung

empedu (kolesistitis)
Pengendapan kolesterol

Batu empedu

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes laboratorium :
a. Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).
b. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
c. Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
d. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi 
sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin  K.(cara Kapilar : 2 - 6
mnt).
e. USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu
empedu dan distensi saluran empedu  ( frekuensi sesuai dengan prosedur
diagnostik)
f. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk
melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus
duodenum.
g. PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk
menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
h. Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di
sistim billiar.
i. CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu,
obstruksi/obstruksi joundice.
j. Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran
pada saluran atau pembesaran pada gallblader.

6. PENATALAKSANAAN
a. Diet
- Rendah lemak dalam usaha mencegah nyeri lebih lanjut.
- Bila batu menyebabkan pembuntuan dari aliran empedu dilakuakn
penggantian vitamin yang larut lemak (ADEK) dan pemberian garam
empedu untuk membantu pencernaan dan absorbst vitamin.
- Infus cairan dan makanan bila ada masalah mual-mual dan muntah .
b. Terapi Obat
- Analgesik/narkotik (meperidine hydrochloric/Demerol)
- Antispasme dan anti Colinergik (prophantheline bromide / probanthine)
untuk relaksasi otot polos dan menurunkan tonus dan spasme saluran
empedu.
- Antimuntah lentik mengontrol mual dan muntah.
- Terapi asam empedu untuk melarutkan batu empedu yang kecil (chenodiol)
- Cholesteramine untuk menurunkan gatal yang sangat karena penumpukan
berlebihan empedu pada kulit.
c. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotherapy)
d. Colecystectomy: Bedah pengambilan batu empedu

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktifitas/ istirahat , gejala:  kelemahan . Tanda : gelisah
b. Sirkulasi, tanda : takikardia, berkeringat
c. Eliminasi, gejala: perubahan warna urine dan feses. Tanda: distensi abdomen,
teraba masa pada kuadran kanan atas, urine gelap, pekat.Feses berwarna tanah
liat, steatorea.
d. Makanan/ cairan, gejala: anoreksia, mual/ muntah. Tidak toleran terhadap lemak
dan makanan “pembentukan gas” regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak
dapat makan, dispepsia. Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan.
e. Nyeri/ kenyamanan,  gejala: nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar
kepunggung atau bahu kanan. Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan
makan. Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30
menit. Tanda: nyeri lepas, otot  tegang atau kaku biala kuadran kanan atas
ditekan; tanda murphy positif.
f. Pernapasan , tanda: peningkatan frekuensi pernapasan. Pernapasan tertekan
di tandai oleh napas pendek, dangkal.
g. Keamanan, tanda: demam, menggigil, ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal
(pruiritus). Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin k).
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (obstruksi, proses pembedahan)
b. Potensial Kekurangan cairan sehubungan dengan :
· Kehilangan cairan dari nasogastrik.
· Muntah.
· Pembatasan intake
· Gangguan koagulasi, contoh : protrombon menurun, waktu beku lama.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk ingesti dan absorbsi makanan
d. Kurangnya pengetahuan tentang prognosa dan kebutuhan pengobatan, sehubugan
dengan :
· Menanyakan kembali tentang imformasi.
· Mis Interpretasi imformasi.
· Belum/tidak kenal dengan sumber imformasi.
Ditandai : 
· Pernyataan yang salah.
· Permintaan terhadap informasi.
· Tidak mengikuti instruksi.
Post Operasi
a. Polanafas tidak efektif sehubungan dengan nyeri, kerusakan otot, kelemahan/
kelelahan, ditandai dengan :
· Takipneu
· Perubahan pernafasan
· Penurunan vital kapasitas.
· Pernafasan tambahan
· Batuk terus menerus
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kerusakan jaringan (luka operasi)
c. Penurunan integritas kulit/jaringan sehubungan dengan
· Pemasanagan drainase T Tube.
· Perubahan metabolisme.
· Pengaruh bahan kimia (empedu)
Ditandai dengan : adanya gangguan kulit.
4. Intervensi

Diagnosa
No keperawatan Tujuan Intervensi
Post operasi
1 Ketidakefektipan Setelah dilakukan 1.  Observasi
pola nafas tindakan frekuensi/kedalaman
berhubungan keperawatan pernapasan
dengan nyeri selama 2.  Auskultasi bunyi
dan kerusaka Criteria hasil: nafas
otot Ventilasi/oksigen 3.  Tinggikan kepala
asi adekuat untuk tempat tidur,pertahankan
kebutuhan posisi fowler rendah,
individu ambulasi.
4.  Kolaborasi dengan
tim medis
pemberian analgesik
sebelum pengobatan
pernapasan/ aktifitas
terapi
2 Kekurangan Setelah dilakukan 1.    Awasi tanda-tanda
volume cairan tindakan vital. Kaji membran
berhubungan keperawatan mukosa, turgor kulit ,
dengan selama nadi perifeer, dan
kehilangan dari Criteria hasil: pengisian kapiler
aspirasi menunjukan 2.    Gunakan jarum kecil
ngt,muntah keseimbangan untuk injeksi, dan
cairan adekuat lakukan penekanan lebih
dibuktikan lama dari biasnya pada
dengan tanda- bekas suntikan
tanda vital 3.    Anjurkan pasien
stabil,membran memiliki pembersihan
mukosa lembab, dari katun/spon dan
turgor pembersih mulut untuk
kulit/pengisian sikat gigi
kapiler baik, dan 4.    Kolaborasi dengan
haluaran urine tim medis pemberian
individu adekuat cairan iv.produk darah,
sesuai
indikasi;elektrolit, vitami
nk
3 Integritas Setelah dilakukan 1.      Observasi warna
kulit/jaringan, tindakan dan karakter drainase.
kerusakan keperawatan Gunakan kantong ostomi
berhubungan selama 1x 24 jam sekali pakai untuk
dengan Criteria hasil: menampung luka drein
substansi kimia pasien luka
(empedu) menunjukan 2.      Benamkan selang
perilaku untuk drainase,biarkan selang
meningkatan bebas bergerak, dan
penyebuhan/men hindari lipatan dan
cegah kerusakan terpelintir
kulit 3.      Ganti balutan
sesering mungkin bila
perlu. Bersihkan kulit
dengan sabun dan air.
Gunakan kassa
berminyak steril
sengoksida atau bedak
karaya sekitar insisi
4.      Kolaborasi dengan
tim medis pemberian
antibiotik sesuai indikasi.

5 Kurangnya Setelah dilakukan 1.    Kaji ulang proses


pengetahuan tindakan penyakit ,prosedur bedah
(kebutuhan keperawatan prognosis
belajartentang selama 2.    Tunjukan perawatan
kondissi, Criteria hasil: insisis/balutan dan drein
prognosis,dan pasien 3.    Kaji ulang
kebutuhan menyatakan pembatasan aktitas
pengobatans. pemahanan tergantung pada situasi
proses penyakit/ individu
prognosis dan
pengobatan
DAFTAR PUSTAKA

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa
AdiDharma, Edisi II.

Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.

D.D.Ignatavicius dan M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach,


W. B. Saunders Company, Philadelpia, 1991.

Sutrisna Himawan, 1994, Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakart..

Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone,
Melborne.

Anda mungkin juga menyukai