Disusun oleh :
Ginda Risgia
2106277029
2. ETIOLOGI
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau campuran,
disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjdi pada
duktus koledukus, duktus hepatika, dan duktus pankreas. Kristal dapat juga terbentuk
pada submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita
pada usia di atas 40 tahun, banyak terjadi pada wanita. (Doenges, Marilynn, E)
3. MANIFESTASI KLINIK
Penderita batu saluran empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan
akut.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tes laboratorium :
a. Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (N : 5000 - 10.000 iu).
b. Bilirubin : meningkat ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
c. Amilase serum meningkat.( N: 17 - 115 unit/100ml).
d. Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi
sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6
mnt).
e. USG : menunjukkan adanya bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu
empedu dan distensi saluran empedu ( frekuensi sesuai dengan prosedur
diagnostik)
f. Endoscopic Retrograde choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk
melihat kandung empedu, tiga cabang saluran empedu melalui ductus
duodenum.
g. PTC (perkutaneus transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk
menentukan adanya batu dan cairan pankreas.
h. Cholecystogram (untuk Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di
sistim billiar.
i. CT Scan : menunjukkan gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu,
obstruksi/obstruksi joundice.
j. Foto Abdomen :Gambaran radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran
pada saluran atau pembesaran pada gallblader.
6. PENATALAKSANAAN
a. Diet
- Rendah lemak dalam usaha mencegah nyeri lebih lanjut.
- Bila batu menyebabkan pembuntuan dari aliran empedu dilakuakn
penggantian vitamin yang larut lemak (ADEK) dan pemberian garam
empedu untuk membantu pencernaan dan absorbst vitamin.
- Infus cairan dan makanan bila ada masalah mual-mual dan muntah .
b. Terapi Obat
- Analgesik/narkotik (meperidine hydrochloric/Demerol)
- Antispasme dan anti Colinergik (prophantheline bromide / probanthine)
untuk relaksasi otot polos dan menurunkan tonus dan spasme saluran
empedu.
- Antimuntah lentik mengontrol mual dan muntah.
- Terapi asam empedu untuk melarutkan batu empedu yang kecil (chenodiol)
- Cholesteramine untuk menurunkan gatal yang sangat karena penumpukan
berlebihan empedu pada kulit.
c. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotherapy)
d. Colecystectomy: Bedah pengambilan batu empedu
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktifitas/ istirahat , gejala: kelemahan . Tanda : gelisah
b. Sirkulasi, tanda : takikardia, berkeringat
c. Eliminasi, gejala: perubahan warna urine dan feses. Tanda: distensi abdomen,
teraba masa pada kuadran kanan atas, urine gelap, pekat.Feses berwarna tanah
liat, steatorea.
d. Makanan/ cairan, gejala: anoreksia, mual/ muntah. Tidak toleran terhadap lemak
dan makanan “pembentukan gas” regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak
dapat makan, dispepsia. Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan.
e. Nyeri/ kenyamanan, gejala: nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar
kepunggung atau bahu kanan. Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan
makan. Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30
menit. Tanda: nyeri lepas, otot tegang atau kaku biala kuadran kanan atas
ditekan; tanda murphy positif.
f. Pernapasan , tanda: peningkatan frekuensi pernapasan. Pernapasan tertekan
di tandai oleh napas pendek, dangkal.
g. Keamanan, tanda: demam, menggigil, ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal
(pruiritus). Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin k).
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (obstruksi, proses pembedahan)
b. Potensial Kekurangan cairan sehubungan dengan :
· Kehilangan cairan dari nasogastrik.
· Muntah.
· Pembatasan intake
· Gangguan koagulasi, contoh : protrombon menurun, waktu beku lama.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk ingesti dan absorbsi makanan
d. Kurangnya pengetahuan tentang prognosa dan kebutuhan pengobatan, sehubugan
dengan :
· Menanyakan kembali tentang imformasi.
· Mis Interpretasi imformasi.
· Belum/tidak kenal dengan sumber imformasi.
Ditandai :
· Pernyataan yang salah.
· Permintaan terhadap informasi.
· Tidak mengikuti instruksi.
Post Operasi
a. Polanafas tidak efektif sehubungan dengan nyeri, kerusakan otot, kelemahan/
kelelahan, ditandai dengan :
· Takipneu
· Perubahan pernafasan
· Penurunan vital kapasitas.
· Pernafasan tambahan
· Batuk terus menerus
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kerusakan jaringan (luka operasi)
c. Penurunan integritas kulit/jaringan sehubungan dengan
· Pemasanagan drainase T Tube.
· Perubahan metabolisme.
· Pengaruh bahan kimia (empedu)
Ditandai dengan : adanya gangguan kulit.
4. Intervensi
Diagnosa
No keperawatan Tujuan Intervensi
Post operasi
1 Ketidakefektipan Setelah dilakukan 1. Observasi
pola nafas tindakan frekuensi/kedalaman
berhubungan keperawatan pernapasan
dengan nyeri selama 2. Auskultasi bunyi
dan kerusaka Criteria hasil: nafas
otot Ventilasi/oksigen 3. Tinggikan kepala
asi adekuat untuk tempat tidur,pertahankan
kebutuhan posisi fowler rendah,
individu ambulasi.
4. Kolaborasi dengan
tim medis
pemberian analgesik
sebelum pengobatan
pernapasan/ aktifitas
terapi
2 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Awasi tanda-tanda
volume cairan tindakan vital. Kaji membran
berhubungan keperawatan mukosa, turgor kulit ,
dengan selama nadi perifeer, dan
kehilangan dari Criteria hasil: pengisian kapiler
aspirasi menunjukan 2. Gunakan jarum kecil
ngt,muntah keseimbangan untuk injeksi, dan
cairan adekuat lakukan penekanan lebih
dibuktikan lama dari biasnya pada
dengan tanda- bekas suntikan
tanda vital 3. Anjurkan pasien
stabil,membran memiliki pembersihan
mukosa lembab, dari katun/spon dan
turgor pembersih mulut untuk
kulit/pengisian sikat gigi
kapiler baik, dan 4. Kolaborasi dengan
haluaran urine tim medis pemberian
individu adekuat cairan iv.produk darah,
sesuai
indikasi;elektrolit, vitami
nk
3 Integritas Setelah dilakukan 1. Observasi warna
kulit/jaringan, tindakan dan karakter drainase.
kerusakan keperawatan Gunakan kantong ostomi
berhubungan selama 1x 24 jam sekali pakai untuk
dengan Criteria hasil: menampung luka drein
substansi kimia pasien luka
(empedu) menunjukan 2. Benamkan selang
perilaku untuk drainase,biarkan selang
meningkatan bebas bergerak, dan
penyebuhan/men hindari lipatan dan
cegah kerusakan terpelintir
kulit 3. Ganti balutan
sesering mungkin bila
perlu. Bersihkan kulit
dengan sabun dan air.
Gunakan kassa
berminyak steril
sengoksida atau bedak
karaya sekitar insisi
4. Kolaborasi dengan
tim medis pemberian
antibiotik sesuai indikasi.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta.
Sylvia Anderson Price, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa
AdiDharma, Edisi II.
Marllyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.
Mackenna & R. Kallander, 1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone,
Melborne.