Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

‘’PERADABAN ISLAM DAULAH UTSMANI’’

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
KELAS XI MIA I

HARTIN
JAUJI QAYYUM TJANDRING
JUBAIDAH NUR HAYATI
LARASATI A.D.N. DEWI
LINTA NIKHLATIN AINI
LISNAWATI RAMADANI
MAS’UD NURFAHRUDIN
MUHAMAD NABIL UMAR

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 BOL-MONG PLUS KETERAMPILAN

T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas
yang diberikan Guru mata pelajaran informatika tentang penggunaan teknologi informasi
dalam bidang ekonomi dan bisnis.

Meski telah disusun secara maksimal oleh kami, akan tetapi kami sebagai manusia biasa sangat
menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata
sempurna. Karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca,sehingga makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat
bermanfaat bagi banyak orang. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang setulus-tulusnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Allah SWT dan
Guru yang mengajar mata pelajaran yang telah memberikan tugas pembuatan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dan
pelajaran dari makalah ini. Terima kasih.

Mopuya Selatan, 14 Oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................

A. Latar belakang.....................................................................................

B. Rumusan Masalah...............................................................................

C. Tujuan Makalah...................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................

A. Berdirinya Kerajaan Turki....................................................................

B. Masa Kepemimipinan Kerajaan Turki Utsmani...................................

C. Masa Pemerintahan Turki Utsmani.....................................................

D. Kemajuan Peradaban Dan Kebudayaan Islam Di Masa Turki Utsmani ........

E. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani.................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................

A. Kesimpulan..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang

Islam sebagai salah satu agama samawi, memiliki perjalanan sejarah dari mulai munculnya
Islam sampai saat ini. Islam yang diwahyukan kepad Nabi Muhammad SAW telah membawa
bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-
bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Ia dengan cepat bergerak mengembangkan dunia,
membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting dalam sejarah manusai hingga
sekarang. H.A.R Gibb di dalam bukunya “Whither Islam” menyatakan, “islam is indeed much
more than a system of theology, it is a complete civilization” (islam sesungguhnya lebih dari
sekedar sebuah agama, ia adala suatu peradaban yang sempurna).

Peradaban islam adalah terjemahan dari kata arab al-Hadharah al-islamyah. Kata Arab ini
sering diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. Banyak penulis
barat yang mengidentikkan “kebudayaan” dan “peradaban” Islam dengan “kebudayaan” dan
“peradaban” Arab. Untuk masa klasik, pendapat itu mungkin dapat dibenarkan, meskipun
sebenarnya antara “arab” dan “islam” tetep bisa dibedakan. Karena pada masa itu, pusat
pemerintahan hanya satu dan untuk beberapa abad sangat kuat. Peranh bangsa Arab
didalamnya sangat dominan. Semua wilayah kekuasaan Islam menggunakan bahasa yang satu,
bahasa Arab, sebagai bahasa adminitrasi.

Kajian tentang “peradaban” Islam sekarang ini memang sudah menganut pendapat bahwa
kebudayaan Islam tidak lagi satu, tetapi sudah terdapat “peradaban” Islam. Akan tetapi,
nampaknya “peradaban-peradaban” Islam yang disorot dalam kajian-kajian Islam sampai waktu
belum lama ini hanya terbatas pada empat “peradaban” Islam yang dominan. Semuanya sangat
terbatas pada empat kawasan, yaitu kawasan pengaruh kebudayaan Arab (Timur Tengah dan
Afrika Utara, termasuk Spanyol Islam), kawasan pengaruh kebudayaan Persia (Iran dan negara-
negara Islam Asia Tengah), kawasan pengaruh kebudayaan Turki, dan kawasan pengaruh
kebudayaan India-Islam.

Perkembangan sejarah peradaban Islam tidak lepas dari pengaruh politik Islam. Sejarah politik
Islam dibagi menjadi 3 periode : Klasik (650-1250 M), Pertengahan (1250-1800), dan Modern
(1800-sekarang). Perjalanan sejarah kebudayaan Islam mengalami kemajuan serta
kemunduran, dimana pada masa pertengahan dikenal 3 kerajaan besar setelah kemunduran
dinasti Abbasiyyah. Yang salah satunya adalah Dinasti Turki Utsmani. Dimana pada mas Dinasti
Turki Utsmani tersebut terjadi peperangan besar dalam sejarah Islam yaitu perang salib, yaitu
perang antara orang muslim dengan orang kafir kristiani.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sejarah peradaban Islam pada masa Dinati Turki Utsmani ?


2. Bagaimanakah sebab-sebab munculnya dinasti turki Utsmani ?
3. Bagaimanakah mengetahui perkembangan sejarah peradaban Islam pada masa Dinasti Turki
Utsmani ?

C. Tujuan Makalah

1. Mengetahui sejarah peradaban Islam pada masa Dinati Turki Utsmani.


2. Mengetahui sebab-sebab munculnya dinasti turki Utsmani.
3. Mengatahui mengetahui perkembangan sejarah peradaban Islam pada masa Dinasti Turki
Utsmani.
BAB II
PEMBAHASAN 

A. Berdirinya Kerajaan Turki Utsmani

Nama kerajaan Utsmaniyah diambil dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang
pertama, Sultan Utsmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu Sulaimansyah Ibnu Kia Alp, kepala
Kabilah Kab di Asia Tengah. Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan
sejarah sebelum tahun 1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang mendiami
daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga abad. Kemudian mereka pindah
ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia
Tengah.

Kerajaan Turki Utsmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang berasal dari wilayah Asia
Tengah, yang termasuk suku Kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang dunia Islam, pemimpin
suku Kayi Sulaiman Syah, mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa
Mongol tersebut dan lari ke arah Barat. Mereka akhirnya terbagi menjadi dua kelompok yang
pertama ingin pulang ke negeri asalnya, yang kedua meneruskan perantauannya ke wilayah
Asia Kecil. Kelompok kedua itu berjumlah sekitar 400 keluarga dipimpin oleh Erthegrol
(Arthoghol) anak Sulaiman. Akhirnya mereka menghambakan dirinya kepada Sultan Alauddin II
dari Turki Saljuq Rum yang pemerintahannya berpusat di Konya, Anatholi, Asia Kecil.

Dan berhasil mendekati Sultan Saljuk yang bernama Sultan Alauddin di Anggara (kini Angara)
yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat
dikalahkan. Sebagai balas jasa, Alauddin memberikan daerah Iski Shahr dan sekitarnya
kepadaErthegrol.Erthegrol meninggal Dunia tahun 1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh
puteranya, Utsman. 

Putera Erthegrol inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani. Utsman memerintah
antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan
Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan Alauddin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan
Alauddin tersebut, Utsman memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas
daerah yang didudukinya. Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering disebut Utsman I.
Setelah Utsman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Utsman (raja besar keluarga
Utsman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas.

Dipilihnya negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Utsman mengirim surat kepada raja-raja
kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan dia menawar agar raja-
raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara, yakni; Islam, membayar Jaziah dan
perang. Setelah menerima surat itu, separuh ada yang masuk Islam ada juga yang mau
membayar Jizyah. Mereka yang tidak mau menerima tawaran Utsman merasa terganggu
sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi Utsman tidak merasa
takut menghadapinya. Utsman menyiapkan tentaranya dalam mengahdapi bangsa Tartar,
sehingga mereka dapat ditaklukkan.

Utsman mempertahankan kekuasaan nenek moyang dengan setia dan gagah perkasa sehingga
kekuasaan tetap tegak dan kokoh sehingga kemudian dilanjutkan dengan putera dan saudara-
saudaranya yang gagah berani meneruskan perjuangan sang ayah dan demi kokohnya
kekuasaan nenek moyangnya.
Gelar bagi penguasa Utsmani adalah Padi Syah atau Sultan, gelar tersebut menandangi
kaitannya dengan tradisi kerajaan Persia, tapi ia juga ahli waris tradisi Islam, mereka mengklaim
bahwa dirinya adalah pelaksana otoritas yang absah dalam term-term Islam. Dinasti
Utsmaniyyah terkadang menggunakan gelar khalifah, akan tetapi gelar tersebut tidak
membawa klaim apapun bagi otoritas universal atau eksklusif seperti pada pendahulu mereka,
adakalanya gelar seorang sultan itu lebih dari sekedar lokal dan dengan menggunakan
kekuasaannya untuk tujuan yang diridhoi agama.
Dinasti Utsmaniyyah mempertahankan perbatasan Islam dan mengadakan ekspansi, mereka
berseteru dengan dinasti Shafawiyyah untuk memperebutkan Anatholia dan Irak. Dinasti
Shafawiyyah memproklamirkan Syiah sebagai agama resmi dinasti, sedangkan dinasti
Utsmaniyyah menganut ajaran Sunni seiring dengan perluasan imperium yang meliputi pula
pusat-pusat budaya tinggi Islam perkotaan.

Sultan bukan hanya sebagai pembela perbatasan-perbatasan Islam, melainkan juga sebagai
pengawal kota-kota suci, Makkah, Madinah, Yerusalem, Zebron. Seorang sultan itu memiliki
gelar sebagai pelayan kota suci, ia juga memegang pemerintahan pada zaman Turki Utsmani,
yaitu Pat Syiah yang mengklaim dirinya sebagai pemimpin otoritas yang sah dalam term-term
yang absah dalam Islam. Sistem pemerintahannya dipegang oleh pemerintah yang bertolak
belakang dengan pendahulunya.
Setelah ada birokrasi Utsmaniyyah terjadi perubahan baik di dalam negeri kebanyakan diantara
mereka telah menjalani suatu reaksi keagamaan dan politis yang garis besarnya sejajar sama-
sama menuju masa depan yang belum pasti, tetapi ini berlaku di Mesir dan Nahas Via Faruq ke
Najib, di Suriah, di Iran. Bahwa kita melihat kemerosotan dan keruntuhan pemerintahan
parlementer dan pertumbuhan diktator. Tetapi toh hal tersebut terjadi dimana-mana. Turki
telah menjadi dewan Eropa dan sesudah itu anggota Pakta Atlantik yang menjadikan semangat
Turki lebih besar dari negara-negara lain.

Adapun kebijakan luar negeri Turki telah berjalan sejajar dengan negara-negara lain, karena
perkembangan di dalam negeri yang serupa. Suatu gerak Westernisasi yang sukses dan
kontinyu, suatu pertumbuhan dan perbaikan pemerintahan berparlemen.
Pada abad ke-16 M, mulai berkembang birokrasi yang rumit (kalemiye), yakni birokrasi yang
terdiri dari dua kelompok besar, yaitu:
Sekretaris yang mempersiapkan secara seksama dokumen-dokumen pemerintah, peraturan
dan tanggapan terhadap petisi.
Para petugas yang menjaga keuangan, penilaian terhadap aset yang terkena pajak serta
catatan mengenai berapa besar jumlah pajak yang terkumpul.

B. Masa Kepemimipinan Kerajaan Turki Utsmani

Dapat di bagi menjadi 5 periode :

1. Periode I (1299-1402) Pertumbuhan dan perkembangan kekuasaan yang disusul dengan


perluasan wilayah hingga menyeberang ke daratan Eropa. Kekuatan Timur Lenk kemudian
dapat membendung langkah maju Turki Utsmani, di mana mereka dapat merebut wilayah
Timur kerajaan pada 1402.
2. Periode ke II (1403-1566) Masa transisi; anak-anak Bayazid berebut kekuasaan, sampai
akhirnya dikuasai penuh oleh Muhammad I. Muhammad II (Al-Fatih) menaklukan
Konstantinopel pada 1453, sementara Salim menaklukan Mesir pada 1517.
3. Periode ke III (1566-1703) Hanya bertahan dan tidak terjadi perluasan wilayah; bahkan ada
wilayahnyayang sudah jatuh (seperti Hongaria) ke pihak musuh.
4. Periode ke IV (1703-1839) masa kemunduran.
5. Periode ke V (1839-1924) terjadi modernisasi sampai kemudian jatuh pada 1924. Berdirilan
Republik Islam Turki

C. Masa Pemerintahan Turki Utsmani


1. Masa Pemerintahan Utsman I (1290 – 1326 M)

Erthegrolmeninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Utsman.


Putera Al-thugril inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani. Sebagaimana ayahnya,
ia banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-
benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol
menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian
terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Utsman pun menyatakan kemerdekaan dan
berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Utsmani dinyatakan
berdiri. Penguasa pertamanya adalah Utsman yang sering disebut juga Utsman I.Setelah
Utsman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Utsman (raja besar keluarga Utsman)
tahun 699 H (1300M) setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia
menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M,
kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.

2. Masa Pemerintahan Orkhan (726 H/1326M – 761 H/1359M)

Pada masa pemerintahan Orkhan, Kerajaan Turki Utsmani ini dapat menaklukkan Azmir
(Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330M), Uskandar (1338M), Ankara (1354M), dan
Gallipoli (1356M). Daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertamakali diduduki kerajaan
Utsmani.Faktor penting yang mendukung keberhasilan ekspansi adalah keberanian,
keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan di
mana saja.Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan
teratur ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang besar
sudah terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik dan strategi tempur militer UtsmanI

berlangsung tanpa halangan berarti. Namun, tidak lama setelah kemenangan tercapai,
kekuatan militer yang besar ini dilanda kekisruhan.

Kesadaran prajuritnya menurun. Mereka merasa dirinya sebagai pemimpin-pemimpin yang


berhak menerima gaji. Akan tetapi keadaan tersebut segera dapat diatasi oleh Orkhan dengan
jalan mengadakan perombakan besar-besaran dalam tubuh militer.Pembaruan dalam tubuh
organisasi militer oleh Orkhan, tidak hanya dalam bentuk mutasi personil-personil pimpinan,
tetapi juga diadakan perombakan dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan
sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam
suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya
kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang
dapat mengubah negara Utsmani menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan
dorongan yang amat besar dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim.Di samping Jenissari,
ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada pemerintah pusat. Pasukan ini
disebut tentara atau kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi, karena ia
mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Utsmani.

3. Masa Pemerintahan Murad I (761 H/1359 M – 789 H/1389 M)

Ketika Murad I, pengganti Orkhan, berkuasa, selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia
melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adrianopel (yang
kemudian dijadikannya sebagai ibu kota kerajaan yang baru), Macedonia, Sopia, Salonia, dan
seluruh wilayah bagian utara Yunani. Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini
ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa
disiapkan untuk memukul mundur Turki Utsmani. Pasukan ini dipimpin oleh Sijisman, raja
Hongaria.

4. Masa Pemerintahan Bayazid I (1389 - 1403 M)


Sultan Bayazid I, pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa
tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah yang amat gemilang bagi umat
Islam.Ekspansi kerajaan Utsmani sempat terhenti beberapa lama. Ketika ekspansi diarahkan ke
Konstantinopel, tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil.
Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. Tentara Turki Utsmani mengalami
kekalahan. Bayazid bersama puteranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403
M.

5. Masa Pemerintahan Muhammad I (1403 -1421 M)

Kekalahan Bayazid di Ankara membawa akibat buruk bagi Turki Utsmani. Penguasa-penguasa
Saljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Utsmani. Wilayah-wilayah Serbia dan
Bulgaria juga memproklamasikan kemerdekaan. Dalam pada itu putera-putera Bayazid saling
berebut kekuasaan.Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I dapat
mengatasinya. Sultan Muhammad berusaha keras menyatukan negaranya dan mengembalikan
kekuatan dan kekuasaan seperti sediakala.Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M,
kesultanan Mongol dipecah dan dibagi-bagi kepada putera-puteranya satu sama lain saling

berselisih. Kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Turki Utsmani untuk melepaskan diri dari
kekuasaan Mongol. Namun, pada saat seperti itu juga terjadi perselisihan antara putera-putera
Bayazid (Muhammad, Isa, dan Sulaiman).

6. Masa Pemerintahan Murad II (1421 – 1451 M)

Setelah sepuluh tahun perebutan kekuasaan tedadi, akhirnya Muhammad berhasil


mengalahkan saudara-saudaranya. Usaha Muhammad yang pertama kali ialah mengadakan
perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negeri.Usahanya ini
diteruskan oleh Murad II, sehingga Turki Utsmani mencapai puncak kemajuannya pada masa
Muhammad II atau biasa disebut Muhammad al-Fatih.

7. Masa Pemerintahan Muhammad al-Fatih (1451 – 1484 M)

Sultan Muhammad al-Fatih dapat mengalahkan Byzantium dan menaklukkan Konstantinopel


tahun 1453 M. Dengan terbukanya Konstantinopel sebagai benteng pertahanan terkuat
Kerajaan Byzantium, lebih mudahlah arus ekspansi Turki Utsmani ke Benua Eropa.

8. Masa Pemerintahan Salim I (1512 – 1520 M)

Ketika Sultan Salim I naik tahta, ia mengalihkan perhatian ke arah timur dengan menaklukkan
Persia, Syria dan dinasti Mamalik di Mesir.

9. Masa Pemerintahan Sulaiman al-Qanuni (1520 – 1566 M)

Usaha Sultan Salim I ini dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qanuni. Ia tidak mengarahkan
ekspansinya ke salah satu arah timur atau barat, tetapi seluruh wilayah yang berada di sekitar
Turki Utsmani merupakan obyek yang menggoda hatinya. Sulaiman berhasil menundukkan
Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Budapest, dan Yaman. Dengan demikian, luas wilayah Turki
Utsmani pada masa Sultan Sulaiman al-Qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz,
dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugoslavia,
Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.

Pada abad ke-16 angkatan laut Turki Utsmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan militer
Turki Utsmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas, baik di
Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran
ini ialah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin,dan patuh terhadap
peraturan.Tabiat ini merupakan tabiat alami yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia
Tengah.

Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang
teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas, sultan-sultan Turki Utsmani senantiasa bertindak
tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr al-
a’zham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah
tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-’alawiyah (bupati).Untuk
mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I disusun sebuah kitab

undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-Abhur, yang menjadi pegangan
hukum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa
Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namanya ditambah gelar al-Qanuni.Pada
masa Sulaiman ini di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak dibangun mesjid, sekolah,
rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum. Disebutkan
bahwa buah dari bangunan itu dibangun di bawah koordinator Sinan,seorang arsitek asal
Anatolia.Sebagai bangsa yang berdarah militer, Turki Utsmani lebih banyak memfokuskan
kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran, sementara dalam bidang ilmu pengetahuan,
mereka kelihatan tidak begitu menonjol. Bangsa Turki juga banyak berkiprah dalam
pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan mesjid yang indah, seperti
Masjid Al-Muhammadi atau Mesjid Jami’ Sultan Muhammad Al-fatih, Mesjid Agung Sulaiman
dan Mesjid Abi Ayyub al-Anshari. Mesjid-mesjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang
indah. Salah satu mesjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah mesjid yang
asalnya gereja Aya Sopia. Hiasan kaligrafi itu, dijadikan penutup gambar-gambar Kristiani yang
ada sebelumnya.

Pada masa Turki Utsmani tarekat mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang ialah
tarekat Bektasyi dan Tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil dan
militer. Di pihak lain, kajian-kajian ilmu keagamaan, Asy’ariyah mendapatkan tempatnya. Selain
itu para ulama banyak menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam
catatan) terhadap karya-¬karya masa klasik.

10. Masa Pemerintahan Salim II (1566 – 1573 M)

Setelah Sultan Sulaiman al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Utsmani mulai memasuki
fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat,
kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman al-Qanuni diganti oleh Salim II. Di
masa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut Kerajaan Utsmani dengan
armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan
laut Sri Paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol.
Pertempuran itu terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini Turki Utsmani
mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa
Sultan berikutnya, Sultan Murad III, pada tahun 1575 M Tunisia dapat direbut kembali.

11. Masa Pemerintahan Murad III (1574 – 1595 M)

kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman al-Qanuni diganti oleh Salim II. Di
masa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut Kerajaan Utsmani dengan
armada laut Kristen yang terdiri dari angkatan laut Spanyol, angkatan laut Bundukia, angkatan
laut Sri Paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari Spanyol.

Pertempuran itu terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran ini Turki Utsmani
mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa
Sultan berikutnya, Sultan Murad III, pada tahun 1575 M Tunisia dapat direbut kembali.
12. Masa Pemerintahan Muhammad III (1595 – 1603 M)

Kekacauan ini makin menjadi-jadi dengan tampilnya Sultan Muhammad III yang membunuh
semua saudara laki-lakinya berjumlah 19 orang dan menenggelamkan janda-janda ayahnya
sejumlah 10 orang demi kepentingan pribadi. Dalam situasi yang kurang baik itu, Austria
berhasil memukul Kerajaan Utsmani.

13. Masa Pemerintahan Ahmad I (1603 – 1617 M)

Sultan Ahmad I sempat bangkit untuk memperbaiki situasi dalam negeri, tetapi kejayaan
Kerajaan Utsmani di mata bangsa-bangsa Eropa sudah mulai memudar.

14. Masa Pemerintahan Mustafa I (1617 – 1623 M) dan Utsman II (1618 – 1622 M)

Sesudah Sultan Ahmad I, situasi semakin memburuk dengan naiknya Mustafa I (masa
pemerintahannya yang pertama (1617-1618 M) dan kedua, (1622-1623 M). Karena gejolak
politik dalam negeri tidak bisa diatasinya, Syaikh al-Islam mengeluarkan fatwa agar ia turun dari
tahta dan diganti oleh Utsman II. Namun yang tersebut terakhir ini juga tidak mampu
memperbaiki keadaan. Dalam situasi demikian bangsa Persia bangkit mengadakan perlawanan
merebut wilayahnya kembali. Kerajaan Utsmani sendiri tidak mampu berbuat banyak dan
terpaksa melepaskan wilayah Persia tersebut.

15. Masa Pemerintahan Murad IV (1623 – 1640 M)

Langkah-langkah perbaikan kerajaan mulai diusahakan oleh Sultan Murad IV. Pertama-tama ia
mencoba menyusun dan menertibkan pemerintahan. Pasukan Jenissari’ yang pernah
menumbangkan Utsman II dapat dikuasainya. Akan tetapi, masa pemerintahannya berakhir
sebelum ia berhasil menjernihkan situasi negara secara keseluruhan.

16. Masa Pemerintahan Ibrahim (1640 – 1648 M)

Situasi politik yang sudah mulai membaik itu kembali merosot pada masa pemerintahan
Ibrahim, karena ia termasuk orang yang lemah. Pada masanya ini orang-orang Venetia
melakukan peperangan laut melawan dan berhasil mengusir orang-orang Turki Utsmani dari
Cyprus dan Creta tahun 1645 M. Kekalahan itu membawa Muhammad Koprulu (berasal dari
Kopru dekat Amasia di Asia Kecil) ke kedudukan sebagai wazir atau shadr al-a’zham (perdana
menteri) yang diberi kekuasaan absolut. Ia berhasil mengembalikan peraturan dan
mengkonsolidasikan stabilitas keuangan negara. Setelah Koprulu meninggal (1661 M),
jabatannya dipegang oleh anaknya, Ibrahim.Ibrahim menyangka bahwa kekuatan militernya
sudah pulih sama sekali. Karena itu, ia menyerbu Hongaria dan mengancam Vienna. Namun,
perhitungan Ibrahim meleset, ia kalah dalam pertempuran itu secara berturut-turut. Pada
masa-masa selanjutnya wilayah Turki Utsmani yang luas itu sedikit demi sedikit terlepas dari
kekuasaannya, direbut oleh negara-negara Eropa yang baru mulai bangun.Pada tahun 1699M
terjadi “Perjanjian Karlowith” yang memaksa Sultan untuk menyerahkan seluruh Hongaria,

sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg; dan Hemenietz, Padolia, Ukraina,
Morea, dan sebagian Dalmatia kepada orang-orang Venetia.

17. Masa Pemerintahan Mustafa III (1757 – 1774 M)

Pada tahun 1770M, tentara Rusia mengalahkan armada kerajaan Utsmani di sepanjang pantai
Asia Kecil. Akan tetapi, tentara Rusia ini dapat dikalahkan kembali oleh Sultan Mustafa III yang
segera dapat mengkonsolidasi kekuatannya.
18. Masa Pemerintahan Abd al-Hamid (1774 – 1789 M)

Sultan Mustafa III diganti oleh saudaranya, Sultan Abd al-Hamid, seorang yang lemah. Tidak
lama setelah naik tahta, di Kutchuk Kinarja ia mengadakan perjanjian yang dinamakan
“Perjanjian Kinarja” dengan Catherine II dari Rusia. Isi perjanjian itu antara lain:

• Kerajaan Utsmani harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di Laut Hitam kepada
Rusia dan memberi izin kepada armada Rusia untuk melintasi selat yang menghubungkan Laut
Hitam dengan Laut Putih.

• Kerajaan Utsmani mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea).

Demikianlah proses kemunduran yang terjadi di Kerajaan Utsmani selama dua abad lebih
setelah ditinggal Sultan Sulaiman al-Qanuni. Satu persatu negeri-negeri di Eropa yang pernah
dikuasai kerajaan ini memerdekakan diri. Bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang memang
sedang mengalami kemajuan yang memberontak terhadap kekuasaan Kerajaan Utsmani, tetapi
juga beberapa daerah di Timur Tengah mencoba bangkit memberontak.Di Mesir, kelemahan-
kelemanan Kerajaan Utsmani membuat Mamalik bangkit kembali. Di bawah kepemimpinan Ali
Bey, pada tahun 1770 M, Mamalik kembali berkuasa di Mesir, sampai datangnya Napoleon
Bonaparte dari Perancis tahun 1798 M.Di Libanon dan Syria, Fakhral-Din, seorang pemimpin
Dntze, berhasil menguasai Palestina, dan pada tahun 1610 M merampas Ba’albak dan
mengancam Damaskus. Fakhr al-Din baru menyerah tahun 1635 M.Di Persia, Kerajaan Safawi
ketika masih jaya beberapa kali mengadakan perlawanan terhadap Kerajaan Utsmani dan
beberapa kali pula ia keluar sebagai pemenang.Sementara itu, di Arabia bangkit kekuatan baru,
yaitu aliansi antara pemimpin agama Muhammad ibn Abd al-Wahhab yang dikenal dengan
gerakan Wahhabiyah dengan penguasa lokal Ibn Sa’ud. Mereka berhasil menguasai beberapa
daerah di jazirah Arab dan sekitarnya di awal paruh kedua abad ke-18 M.Pemberontakan-
pemberontakan banyak terjadi di Kerajaan Utsmani ketika sedang mengalami kemunduran.
Gerakan-gerakan seperti itu terus berlanjut hingga abad ke-19 dan ke-20 M. Kerajaan Utsmani
berakhir dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1924M.

D. Kemajuan Peradaban Dan Kebudayaan Islam Di Masa Turki Utsmani

Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Utsmani yang demikian luas dan berlangsung
dengan cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang
lain. Yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bidang Militer

Untuk pertama kali, kekuatan militer kerajaan ini mulai diorganisasi dengan baik dan teratur
ketike terjadi kontak senjata dengan Eropa. Ketika itu, pasukan tempur yang besar sudah
terorganisasi. Pengorganisasian yang baik, taktik, dan strategi tempur militer Utsmani
berlangsung tanpa halangan berarti. Namun, tidak lama setelah kemenangan tercapai,
kekuatan militer yang besar ini dilanda kekisruhan. Kesadaran prajuritnya menurun. Merasa
merasa dirinya sebagai pemimpin-pemimpin yang berhak menerima gaji. Akan tetapi, keadaan
tersebut segera dapat diatasi oleh Orkhan dengan jalan mengadakan perombakan besar-
besaran dalam tubuh militer.

Di samping Jenissari, ada lagi prajurit dari tentara kaum feodal yang dikirim kepada pemerintah
pusat. Pasukan ini disebut tentara atau kelompok militer Thaujiah. Angkatan laut pun dibenahi,
karena ia mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Utsmani. Pada abad
ke-16, angkatan laut Turki Utsmani mencapai puncak kejayaannya. Kekuatan militer turki
Utsmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas, baik di Asia,
Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran
ini ialah tabiat bangsa Turki itu yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan.
Tabiat ini merupakan tabiat alami yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.

Keberhasilan ekspansi tersebut dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang
teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas sultan-sultan Turki Utsmani senantiasa bertindak
tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadrul
a’dham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah
tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-‘alawiyah.

Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I, disusun sebuah kitab
undang-undang (qanun). Kitab tersebut diberi nama Multaqa al-abhur, yang menjadi pegangan
hukum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasa
Sultan Sulaiman I yang amat berharga ini, di ujung namanya ditambah gelar Al-Qanuni.

2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Kebudayaan Turki Utsmani merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan, diantaranya


adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak
mengambil ajaran-ajarantentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Organisasi
pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan, ajaran-ajaran
tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf mereka
terima dari bangsa Arab. Orang-orang Turki Utsmani memang dikenal sebagai bangsa yang
suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan
luar. Hal ini mungkin karena mereka masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun,
sebelumnya mereka adalah orang nomad yang hidup di dataran Asia Tengah.

3. Bidang Keagamaan

Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan
politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat
dengan syariat sehingga, fatwa Ulama menjadi hukum yang berlaku. Karena itu, ulama
mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti,
sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema
keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa
tidak berjalan.

Pada masa Turki Utsmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling berkembang
ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua tarekat ini banyak dianut oleh kalangan sipil
dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan di kalangan tentara
Jenissari, sehingga mereka sering disebut Tentara Bektasyi, sementara tarekat Maulawi
mendapat dukungan penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.

E. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani

Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566 M), kerajaan Turki Utsmani mulai memasuki
fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat,
kemunduran itu tidak langsung terlihat. Perlahan tapi pasti kejayaan Turki Utsmani mulai
memudar, karena para pemimpin yang menggantikannya tidak mempunyai kemampuan yang
cukup memadai untuk mengatasi permasalahan yang timbul, diantaranya pemberontakan-
pemberontakan di wilayah-wilayah kekuasaan, dan bangsa-bangsa Eropa yang mulai
mengalami masa kemajuan yang pesat. Hingga akhirnya di akhir Perang Dunia II 1942 H
dimotori oleh Kemal Attaturk, Kerajaan Turki Utsmani berubah menjadi Republik Turki. Maka
dengan demikian berakhirlah kerajaan Islam yang berkuasa selama 6 abad.Banyak faktor yang
menyebabkan Kerajaan Turki Utsmani itu mengalami kemunduran, diantaranya adalah : 
a. Wilayah kekusaan yang sangat luas, sedangkan administrasi pemerintahan kerajaan tidak
beres.
b. Heterogenitas penduduk dengan wilayah yang sangat luas, sehingga perbedaan bangsa dan
agama acapkali menyebabkan terjadinya pemberontakan.
c. Pemerintahan yang lemah setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni, menyebabkan banyak terjadi
kekacauan di pemerintahan.
d. Pemberontakan tentara Jenissari, tentara yang menjadi sumber kekuatan militer Turki
Utsmani, pernah terjadi 4 kali.
e. Kemerosotan Ekonomi.
f. Terjadi stagnasi dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sementara bangsa-bangsa
Eropa sedang mengalami masa pesatnya ilmu pengetahuan.
BAB III 
PENUTUP 

A. Kesimpulan 

1. Asal-muasal Kerajaan Turki Utsmani adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami
daerah Mongol dan daerah utara negeri China. Di bawah pimpinan Ertoghrul, mereka
mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang
melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alauddin mendapat kemenangan. Atas
jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan
Bizantium. Sejak itu, mereka terus membina wilayah barunya dan memilih Syukud sebagai ibu
kota.

2. Setelah Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinannya dilanjutkan oleh


putranya, Utsman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani.
Utsman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak
berjasa kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng
Bizantium yang berdekatan dengan kota Broesse. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol
menyerang kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Seljuk Rum ini kemudian
terpecah-pecah dalam beberapa kerjaan kecil. Utsman pun menyatakan kemerdekaan dan
berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Utsmani dinyatakan
berdiri.

3. Kerajaan Turki Utsmani pernah dipimpin sebanyak 40 orang raja, di mana yang pertama
adalah pendirinya yaitu Sultan Utsman bin Ertoghrul, kemudian dilanjutkan raja-raja
setelahnya. Diantara raja yang paling sukses adalah Muhammad Al-Fatih dan Sultan Sulaiman I.

4. Di masa Kerajaan Turki Utsmani perkembangan yang paling pesat adalah di bidang militer
dan infrastuktur, sedangkan bidang lain tidak terlalu mengalaami kemajuan berarti.

5. Kerajaan Turki Utsmani mulai mengalami masa kemunduran setelah wafatnya Sultan
Sulaiman Al-Qanuni, sultan setelahnya tidak mampu meneruskan jalannya pemerintahan
dengan baik, sementara bangsa-bangsa Eropa mengalami masa kemajuan ilmu pengetahuan,
hingga akhirnya tahun1942 Republik Turki diproklamirkan menggantikan kerajaan Turki
Utsmani.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Badri Yatim, M. (2003). Seajarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Dr. Fatah Syukur NC, M. (2015). Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Machfud Syaefuddin, d. (2013). Dinamika Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.
Sunanto, P. D. (2011). Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta:
Kencana Prenada Madia Group.

Anda mungkin juga menyukai