Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGANTAR ILMU ADMINISTRASI


“Buruknya Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin di
Indonesia”
disusun untuk memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Pengantar Ilmu Administrasi
yang di ampu oleh Dosen Nita Nurliawati.

Disusun oleh :
Nama : Rizal Septian
NPM : 19110270
Prodi : Administrasi Pembangunan Negara

Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi - Lembaga Administrasi Negara


Bandung
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
kuasa-Nya saya dapat senantiasa menuntut ilmu mengemban pendidikan, mengikuti kegiatan
belajar mengajar mata kuliah Pengantar Ilmu Administrasi sehingga dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah ini yang berjudul “Buruknya Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin
di Indonesia” ini dengan tepat waktu.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah membantu berbagi
informasi mengenai penulisan makalah ini, dan berkontribusi memberikan tanggapan melalui
angket terhadap kasus yang saya angkat. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Dosen
Pembimbing yang telah membantu dalam memberikan bimbingan sehingga tugas ini dapat disusun
dengan baik.
Penulis harap tugas ini bermanfaat khususnya bagi penulis secara pribadi dan bagi pembaca
umumnya. Namun, terlepas dari itu tugas ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
terwujudnya tugas yang lebih baik lagi kedepannya.

Bandung, September 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28, Undang-Undang Nomor 23 tahun
1992 tentang kesehatan, dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapat pelayanan kesehatan. Maka setiap
individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap
kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya termasuk masyarakat miskin dan tidak mampu.
Kenyataannya pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia menjadi sorotan
masyarakat. Bukan dilihat dari segi baiknya, namun banyak dilihat pelayanan kesehatan
yang diberikan pihak rumah sakit banyak kekurangan atau segi pelayanan yang tidak baik.
Masyarakat miskin lah yang menjadi korban dari buruknya pelayanan kesehatan yang
diberikan, padahal seharusnya pelayanan kesehatan diberikan secara merata kepada seluruh
masyarakat Indonesia tanpa pandang bulu.
Sudah ada beberapa program pemerintah untuk membantu masyarakat miskin
dalam bidang kesehatan, seperti BPJS Kesehatan dan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Tetapi
tetap saja pelayanan kesehatan yang diberikan pihak rumah sakit terhadap masyarakat
miskin masih jauh dari ekspektasi seperti yang di cita-citakan dalam UU. Masih terjadi
diskriminasi pelayanan kesehatan yang dirasakan masyarakat miskin salah satunya dalam
hal administrasi yang dipersulit sehingga buta mata dengan keadaan pasien yang harus
segera ditolong bahkan menyangkut keselamatannya.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang ada, penulis mengidentifikasi beberapa masalah, yaitu :
1. Apa yang menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin ?
2. Mengapa pelayanan kesehatan sangat diutamakan untuk semua lapisan masyarakat ?
3. Bagaimana cara mengatasi permasalahan dalam pelayanan kesehatan ?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada, maka tujuan penulisan
makalah ini yaitu :
1. Untuk menganalisa terhadap sistem pelayanan kesehatan di Indonesia
2. Sebagai salah satu telaah literatur terhadap kasus pelayanan kesehatan yang menimpa
masyarakat miskin di Indonesia
3. Untuk melakukan perbandingan/ komparasi sistem administrasi pelayanan kesehatan
di Indonesia dengan luar negeri
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Relevan


Teori klasik H. L. Bloom menyatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan secara berturut-turut, yaitu: 1) gaya hidup (life style); 2) lingkungan (sosial,
ekonomi, politik, budaya); 3) pelayanan kesehatan; dan 4) faktor genetik (keturunan).
Keempat determinan tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi status kesehatan
seseorang.
Regulasi menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 dan Undang-Undang
Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapat
pelayanan kesehatan. Maka setiap individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh
perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi
hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk masyarakat miskin dan tidak mampu.

Sedangkan dilihat dari perspektif pelayanan, menurut Sianipar (1998:5), adalah


melayani, membantu, menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan
seseorang atau keperluan orang. Artinya obyek yang dilayani adalah individu, pribadi
(seseorang) dan organisasi (sekelompok anggota organisasi), pelayanan masyarakat
(publik) adalah segala bentuk pelayanan sektor publik yang dilaksanakan aparat
pemerintah, termasuk aparat yang dibidang perekonomian dalam bentuk barang dan jasa
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ketetuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

2.1.1. Teori Old Public Administration

Teori administrasi yang sesuai dengan kondisi pelayanan kesehatan di Indonesia


saat ini adalah OPA. Administrasi publik adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
pengelolaan suatu organisasi publik. Kajian ini termasuk mengenai birokrasi, penyusunan,
pengimplementasian, dan pengevaluasian kebijakan publik; administrasi pembangunan;
kepemerintahan daerah; dan good governance. Pada kasus ini sistem administrasi yang
terjadi masih terpusat, artinya segala peraturan dan kebijakan telah ditetapkan oleh
pemerintah / lembaga yang bersangkutan. Sehingga instansi dan petugas hanya
menjalankan tugas sesuai prosedur dan tidak adanya inovasi atau terobosan yang dilakukan
dalam menghadapi persoalan diluar prosedur.

The Old Public Administration pertama kali dikemukan oleh seorang Presiden AS
dan juga merupakan Guru Besar Ilmu politik, Woodrow Wilson. Beliau menyatakan
bidang administrasi itu sama dengan bidang bisnis. Maka dari itu munculah konsep ini,
konsep Old Public Administration ini memiliki tujuan melaksanakan kebijaka dan
memberikan pelayanan, dimana dalam pelaksanaannya ini dilakukan dengan netral,
profesional, dan lurus mengarah kepada tujuan yang telah ditetapkan. Ada dua kunci dalam
memahami OPA ini, pertama, adanya perbedaan yang jelas antara politik (policy) dengan
administrasi. Kedua, perhatian untuk membuat struktur dan startegi pengelolaannya hak
organisasi publik diberikan kepada manajernya (pemimpin), agar tugas-tugas dapat
dilakukan secara efektif dan efisien.

Mainstream dalam OPA ini muncul dari ide-ide inti yang ada, diantaranya :

1. Pemerintah memberikan perhatian langsung dalam pelayanan yang dilakukan oleh instansi
pemerintah yang berwenang.
2. Kebijakan publik dan administrasi saling berkaitan dengan merancang serta melaksanakan
kebijakan untuk tujuan politik.
3. Administrasi publik hanya berperan kecil dalam pembuatan kebijakan dibandingkan dalam
pengimplementasian kebijakan publik.
4. Para administrator berupaya memberikan pelayanan yang bertanggung jawab.
5. Para administrator bertanggung jawab kepada pemimpin politik yang dipilih secara
demokratis.
6. Program kegiatan di administrasikan dengan baik dan dikontrol oleh para pejabat publik
yang memiliki hierarki dalam organisasi.
7. Nilai utama dari administrasi publik adalah efiiensi dan rasionalitas.
8. Administrasi publik dilakukan secara efisien dan tertutup.
9. Peran administrasi publik dirumuskan secara luas seperti POSDCRB.

Apa saja ciri-ciri model administrasi publik kuno (the old public administration) ?

Kondisi yang memperlihatkan masih buruknya pelayanan publik di berbagai sektor


dan bidang. Pelayanan publik sering tidak efektif, tidak efisien, berbelit, kurang
profesional, prosedurnya tidak jelas, tidak ada kepastian waktu dan biaya, belum optimal
memanfaatkan teknologi informasi, sektoral, pangkalan datanya lemah, rentan KKN
(korupsi, kolusi dan nepotisme), partisipasi masyarakat kurang, sikap aparat yang tidak
menyenangkan, tidak adanya reward and punishment, diwarnai budaya paternalisme, dan
diskresi dalam pemberian pelayanan lemah (Susiloadi,2006) merupakan
fenomena mainstream dari irde inti the old public administration.

Menurut Denhardt dalam Thoha (2008), ciri-ciri model administrasi publik kuno (the old
public administration) adalah sebagai berikut :

 Titik perhatian pemerintah adalah pada jasa pelayanan yang diberikan langsung oleh
dan melalui instansi-instansi pemerintah yang berwenang.
 Public policy dan administration berkaitan dengan merancang dan melaksanakan
kebijakan-kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan politik.
 Administrasi publik hanya memainkan peran yang lebih kecil dari proses pembuatan
kebijakan-kebijakan pemerintah ketimbang upaya untuk melaksanakan kebijakan
publik.
 Upaya memberikan pelayanan harus dilakukan oleh para administrator yang
bertanggung jawab kepada pejabat politik dan yang diberikan diskresi terbatas untuk
melaksanakan tugasnya.
 Para administrator bertanggung jawab kepada pemimpin politik yang dipilih secara
demokratis.
 Administrasi publik dijalankan sangat efisien dan sangat tertutup, karena
itu warga negara keterlibatannya amat terbatas.
 Program-program kegiatan di administrasikan secara baik melalui garis hierarki
organisasi dan dikontrol oleh para pejabat dari hierarki atas organisasi.
 Nilai-nilai utama dari administrasi publik adalah efisiensi dan rasionalitas.
 Peran dari administrasi publik dirumuskan secara luas seperti planning, organizing,
staffing, directing, coordinating, reporting, budgeting.
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Kasus

Banyak hal terjadi tentang dunia kesehatan di Indonesia, yaitu salah satu yang
dibahas adalah masalah pelayanan kesehatan yang diterapkan di hampir seluruh instansi
kesehatan rumah sakit. Mulai dari pelayanan yang bersifat kaku, terbatas, tidak
berkembang dan terpaku pada kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam hal
pelaksanaan birokrasi yang membuat petugas kesehatan pada instansi hanya melaksanakan
aturan sesuai kebijakan yang dibuat.

Sehingga yang menjadi korban adalah masyarakat miskin yang hanya


mengandalkan bantuan pemerintah dalam hal pembiayaan kesehatan rumah sakit untuk
pelayanan kesehatan tingkat tinggi. Hingga muncul berbagai kasus yang tidak sepatutnya
terjadi pada masyarakat yang membutuhkan penyamarataan hak nya untuk hidup sehat dan
selamat, seperti contoh ditahannya bayi di Jember yang baru dilahirkan di rumah sakit
selama 17 hari karena tidak mampu membayar biaya persalinan sebesar 3,7 juta rupiah,
serta meninggalnya Bpk. Bambang Sutrisno (50) warga Gresik yang menderita penyakit
jantung komplikasi akibat ditolak sebuah rumah sakit dengan alasan pasien tidak masuk
dalam daftar askeskin maupun jamkesmas. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan
judul "Ditolak Rumah Sakit, Pasien Miskin Akhirnya Meninggal”

3.2 Komparasi dengan Sistem Pelayanan Kesehatan di Malaysia


Melihat masih buruknya pelayanan dan kualitas penanganan kesehatan di
Indonesia, kita bandingkan dengan negara lain yang tidak jauh kultur budaya dan kesamaan
penduduknya dengan Indonesia, yaitu Malaysia. Tidak dapat dipungkiri tak sedikit orang
Indonesia yang berobat atau memilih untuk melakukan perawatan kesehatan baik operasi
dan sebagainya di Malaysia karena alasan sebagai berikut;

No Pelayanan Kesehatan di Indonesia Pelayanan Kesehatan di Malaysia


1. Jumlah pasien sakit untuk rasio per Jumlah pasien sakit sedikit dan masih
harinya sangat banyak. dapat ditangani dengan komunikasi yang
baik.
2. 90% alat kesehatan masih impor dengan Obat dan alat kesehatan masih impor
biaya cukai 30% + pajak penjualan 10% dengan tidak dikenakan pajak untuk
menekan biaya kesehatan di Malaysia.
3. Anggaran kesehatan untuk penduduk Anggaran kesehatan untuk penduduk per
per orang masih sangat kecil (184 ribu orang sekitar 2,7 juta rupiah di tahun 2014.
rupiah di tahun 2014).
4. Pengeluaran di bidang kesehatan selalu Pengeluaran di bidang kesehatan pernah
konsisten rendah dibawah 2% PDB. diperkirakan mencapai sebesar 5%
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dalam
setahun.
5. Gaji untuk tenaga medis (dokter) Gaji untuk tenaga medis (dokter) cukup
terbilang rendah. tinggi, bahkan untuk fresh graduated.
6. Dokter yang mengikuti pendidikan Dokter yang mengikuti residensi di rumah
profesi/residensi diharuskan bayar ke sakit akan dibayar.
universitas penyelenggara.

Perbandingan tersebut diambil dari salah satu sumber kompasiana.com yang memuat
artikel hasil wawancara mahasiswa fakultas kedokteran yang cukup terkemuka di
Indonesia yang mewawancarai 2 orang dokter asal Indonesia dan Malaysia yang
merupakan alumni dari universitas tersebut. Keduanya memberikan tanggapan sesuai fakta
dan keadaan mengenai sistem pelayanan dan kualitas kesehatan di negaranya masing-
masing.

3.3 Analisis Kasus

Fakta/realita yang terjadi di negara kita mengenai kesehatan salah satunya adalah
dalam hal pelayanan. Dimana pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit contohnya
masih membeda-bedakan antara masyarakat miskin dan masyarakat berada. Memang
pembedaan pelayanan dan fasilitas antara pihak yang mampu “membeli” dengan yang
tidak mampu membeli pastinya terdapat perbedaan, dikarenakan peralatan medis hingga
obat-obatan tentu memiliki harga yang sepadan dengan kualitasnya. Namun hal tersebut
bukan berarti menjadi penghalang bagi masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang sama baiknya.

 Selain itu angka kematian bayi dan kematian balita dari keluarga miskin 3 kali sampai
dan 5 kali lebih tinggi dibanding kematian keluarga yang mampu.

 Padahal upaya perbaikan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mestinya


dilakukan untuk masyarakat miskin, dapat mencegah dan mengurangi angka kematian
8 juta kematian tiap tahunnya.

Padahal menurut teori dan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia diamanatkan


bahwa kesehatan merupakan salah satu dari hak asasi manusia yang tercantum dalam pasal
28 H ayat 1"setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan tempat tinggal yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.”
Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum sebagai yang
dimaksud dalam pembukaan undang-undang dasar 1945.

a. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Adapun buruknya pelayanan kesehatan di negara kita ini juga disebabkan oleh
sistem pelayanan kesehatan yang ada belum memadai, pelayanan kesehatan yang masih
lamban, tenaga kesehatan yang kurang professional dan biaya yang terlalu mahal. Juga
ketersediaan peralatan medis yang kurang memadai di beberapa rumah sakit yang
mengharuskan pasien dirujuk ke rumah sakit yang lebih memadai peralatan medisnya,
tentu saja itu membutuhkan proses administrasi yang rumit. Bagi warga miskin untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan adalah hal yang sangat sulit. Mereka
harus memenuhi syarat dari pihak rumah sakit. Upaya pemerintah untuk memberikan
pelayanan kesehatan terhadap warga miskin melalui jamkesmas masih belum terisolasi
dengan baik, masih banyak pasien yang menggunakan jamkesmas dipersulit dengan urusan
administrasi.

b. Bagaimana upaya yang dapat diakukan?

Oleh karena itu, Untuk menjadi terlaksananya pelayanan kesehatan yang baik,
khususnya untuk masyarakat miskin, diperlukan regulasi untuk mengatur ini. Birokrasi
yang dipandang sudah tepat hanya saja kacau dalam pelaksanaannya, dikarenakan oknum
petugas dan instansi yang jika dikaitkan dengan teori administrasi Level of Thinking masih
awareness yang memiliki fixed mindset tanpa berani melakukan pemikiran lain terhadap
masalah administrasi dalam pelayanan kesehatan kecuali mentaati peraturan dan kebijakan
yang telah ditetapkan.

Sudah selayaknya ini diperbaiki, untuk menjaga integrasi bangsa dengan


meningkatkan upaya pembangunan di daerah miskin. Selain itu, sebagai menggalang
kebersamaan dalam memenuhi komitmen global guna menurunkan angka kemiskinan
melalui upaya perbaikan pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin. Pelayanan rumah sakit
yang hangat dan tulus sangat dibutuhkan warga kecil untuk menikmati kesehatan. Untuk
itu, pemerintah harus lebih tegas dalam mengawasi rumah sakit yang bisa menampung
pasien miskin melalui peraturan pemerintah.

Pelayanan kesehatan harus dinomorsatukan. Baru setelah itu, persoalan


administrasi bisa diselesaikan seadil dan sebijak mungkin. Bagaimanapun,
diselenggarakannya layanan BPJS tak lain adalah untuk membantu masyarakat kecil
mendapatkan hak kesehatan yang layak.
BAB 4
SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berkaca pada pelayanan dan kualitas kesehatan di Malaysia, ada beberapa faktor yang
menjadi penyebab buruknya pelayanan kesehatan di Indonesia, yaitu:
1. Faktor jumlah penduduk
Akibat dari jumlah penduduk Indonesia yang banyak berdampak pada jumlah pasien
sakit setiap harinya yang harus ditangani oleh petugas kesehatan dari tingkat puskesmas
hingga rumah sakit. Hal tersebut berdampak terhadap pelayanan komunikasi yang
diberikan petugas dan kesan tanggapan yang diterima oleh pasien pun berbeda-beda. Ini
yang perlu ditindak lanjuti oleh pemerintah dalam mengatur sistem yang perlu
diterapkan kepada instansi kesehatan umum dalam menangani masyarakat.
2. Kebijakan pemerintah
Perlunya pengaturan ulang mengenai sistem pajak yang dikenakan untuk impor
peralatan medis dan pajak penjualan yang dikenakan untuk rumah sakit swasta ataupun
negeri sehingga tidak berimbas kepada biaya pengobatan yang mahal sehingga
membebankan bagi masyarakat kurang mampu.
Anggaran kesehatan pun perlu diperhatikan lagi dengan peningkatan dari sebelumnya
untuk kesejahteraan masyarakat dalam mendapatkan layanan dan kualitas kesehatan
yang baik. Tidak semata-mata anggaran dan kebijakan pemerintah hanya untuk
kepentingan pribadi dan kelompok para penguasa, tetapi digunakan sebenar-benarnya
untuk kepentingan dan kemakmuran rakyat utamanya dalam hal kesehatan.

4.2 Saran

Adapun saran dari pembaca sangat diharapkan mengenai kekurangan makalah ini agar dapat
dijadikan pelajaran dan menjadi perbaikan dalam penulisan-penulisan dalam bentuk apapun
kedepannya. Semoga makalah studi kasus tentang “Buruknya Pelayanan Kesehatan Bagi
Masyarakat Miskin di Indonesia” dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya, dan penulis
khususnya.
DAFTAR PUSTAKA

Thoha, Miftah. 2010.“Ilmu Adminstrasi Publik Kontemporer”. Jakarta:Kencana.

Ulfa, Saziya. 2016. Jurnal Opini: Buruknya Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin. Riau.
Fakultas Ekonomi dan Sosial Jurusan Ilmu Administrasi Negara.

Literatur untuk Tinjauan Pustaka & Pembahasan:


(http://www.tanjungpinangpos.co.id/kurangnya-pelayanan-kesehatan-terhadap-warga-
miskin/) diakses pada tanggal 27 Agustus 2019, pukul 15.16 WIB. (lih. sub Bab 2.1 Teori
Relevan, sub Bab 3.3 Analisis kasus dengan pengkajian ulang)

Kutipan Sumber Data:


(http://www.depkes.go.id/article/view/18012900004/together-overcoming-health-
problem-.html.) diakses pada tanggal 24 September 2019, pukul 12.03 WIB.

Kutipan Sumber Kasus:


(https://nasional.kompas.com/read/2009/06/11/16483247/ditolak.rumah.sakit.pasien.miskin.
akhirnya.meninggal.) diakses pada tanggal 27 Agustus 2019, pukul 15.02 WIB. (lih. sub Bab
3.1 Deskripsi kasus)

Literatur Pembahasan:
(https://finansial.bisnis.com/read/20160318/215/529465/bpjs-kesehatan-ketika-si-miskin-
sulit-memperoleh-layanan.) diakses pada tanggal 27 Agustus 2019, pukul 15.18 WIB. (lih.
sub Bab 3.3 Analisis kasus dengan pengkajian ulang)

Komparasi Sistem Pelayanan Kesehatan dengan Negara Lain:


(https://www.kompasiana.com/ertapriadi/54f67869a33311d87c8b4ed6/pelayanan-
kesehatan-indonesia-vs-malaysia) diakses pada tanggal 25 September 2019, pukul 14.08
WIB. (lih. Bab 3, sub Bab 3.2)

Teori Old Public Administration:


(https://www.dictio.id/t/apa-saja-ciri-ciri-model-administrasi-publik-kuno-the-old-public-
administration/61535/2 ) diakses pada tanggal 24 September 2019, pukul 12.25 WIB. (lih.
Bab 2, sub Bab 2.1.1)

Anda mungkin juga menyukai