Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Konsep Kehilangan, Kematian, dan Berduka

Disusun oleh:
1. Kamilatul Jannah (20010064)
2. Kamilatus Zahro (20010065)
3. Karina Aulia Nabila (20010066)
4. Kenny Raul Supaat (20010067)
5. Khafifah Indar Purwaningsih (20010068)
6. Laela Musrifah (20010069)
7. Laura Berliana Firdaus (20010070)
8. Lilis Tri Oktavia (20010071)
9. Lira Tri Indah Novitasari (20010072)
10. Lubis Nuril Ubaidillah (20010073)

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas dr.Soebandi Jember
2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah Konsep kehilangan, Kematian dan Berduka.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun
merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Jawa Timur, 7 Oktober 2020


Daftar Isi

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kehilangan
2.2 Jenis Kehilangan
2.3 Dampak Kehilangan
2.4 Berduka
2.5 Jenis Beduka
2.6 Respon Berduka
2.7 Sekarat dan Kematian
2.8 Perubahan Tubuh setelah Kematian
2.9 Asuhan Keperawatan Pada Masalah Menjelang Kematian
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian yang sifatnya
unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Dalam siklus kehidupan,
setiap individu pasti pernah mengalami perasaan kehilangan dan berduka. Kehilangan
adalah kondisi dimana seseorang mengalami kekurangan atau ketidaklengkapan sesuatu
yang sebelumnya adaKehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan
umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat
disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau
disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi
sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari
bentuan kepada orang lain.Perasaan kehilangan bisa mempengaruhi sikap dan perilaku
individu yang mengalaminya. Kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk
berkembang, kadang-kadang akan timbul regresi, serta merasa takut saat ditinggalkan atau
dibiarkan kesepian, kehilangan dapat juga menimbulkan disintegrasi dalam keluarga, dan
menjadi pukulan yg sangat berat serta menghilangkan semangat hidup individu yg
ditinggalkan. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang
pepandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga
intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004). Kehilangan dan kematian adalah
realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat
berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting
bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga,
parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir
karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan
pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan
keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah arti dari kehilangan dan berduka?
2. Apa saja jenis-jenis berduka dan kehilangan?
3. Apa saja dampak dan respon dari berduka dan kehilangan?
4. Apa yang dimaksud konsep kehilangan?
5. Apa yang dimaksud konsep berduka?
6. Bagaimana dampak dari kehilangan?
7. Bagaiamana tahap kehilangan dan berduka?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahi konsep berduka
2. Mengetahui konsep kehilangan
3. Mengetahui dampak kehilangan
4. Mengetahui dampak dari kehilangan dan berduka
5. Mengetahui factor yang mempengaruhi rasa kehilangan dan berduka
Bab 2 Pembahasan

A.Kehilangan
Nilai-nilai yang dipelajari dalam satu keluarga, komunitas keagamaan, masyarakat
dan budaya akan membentuk apa yang dianggap seseorang sebagai kehilangan
dan bagaimana merasakan duka. (Hooyman dan Karmer, 2006). Rasa kehilangan
yang diperlukan pada akhirnya dapat digantikan oleh beberapa atau yang lebih baik,
namun beberapa rasa kehilangan menyebabkan kita mengalami perubahan
permanen dalam hidup kita an mengancam perasaan kita tentang kepemilikan dan
keamanan. Kematian seseorang yang dicintai, peceraian, atau kehilangan
kebebasan akan mengubah hidup seseorang selamanya. Ada beberapa jenis
kehilangan yaitu:
I. Kehilangan maturasional (maturational losses) adalah suatu bentuk dari
kehilangan yang penting dan melibatkan semua harapan hidup yang secara
normal berubah di sepanjang kehidupan. Contohnya: Seorang ibu merasa
kehilangan ketika anak perempuannya meninggalkan rumah pada hari
pertamanya sekolahnya. Seorang anak sekolah dasar tidak ingin kehilangan
guru dan kelas favoritnya. Rasa kehilangan maturasional berhubungan dngan
transisi kehidupan yang normal akan membantu individu mengembangkan
keterampilan beradaptasi untuk dignakan ketika mengalami rasa kehilangan
yang tidak direncanakan, tidak diinginkan, atau tidak diharapkan.

II. Kehilangan situasional adalah kehilangan secara tiba-tiba, kejadian


eksternal yang tidak diperkirakan yang menyebabkan rasa kehilangan.
Contoh: suatu kecelakaan mobil mungkin menyebabkan trauma akibat
perubahan fisik yang membuat seseorang tidak mungkin kembali kerja atau
sekolah; menyebabkan kehilangan fungsi, penghasilan, tujuan hidup, atau
kepercayaan diri.

III. Kehilangan aktual (actual loss) adalah kehilangan dapat bersifat actual atau
dirasa. Kehilangan ini terjadi ketika seseorang tidak dapat lagi merasakan,
mendengar, mengenali seseorang atau objek. Contoh: kehilangan bagian
tubuh, kematian anggota keluarga, atau kehilangan perkerjaan. Kehilangan
objek yang berharga antara lain semua yang dipakai atau salah tempat,
dicuri, atau dirusak oleh bencana. Seorang anak bisa merasa kehilangan
ketika seluruh anggota keluarganya mati akibat dibantai.

IV. Kehilangan yang dirasa (perceived losses) seseorang yang mengalami


rasa kehilangan dan bersifat tidak begitu jelas bagi individu lain. Sebagai
contoh, beberapa individu merasakan penolakan dari teman, atau rasa
kehilangan kepercayaan. Bagaimana individu menginterpetasikan arti dari
rasa kehilangan yang dirasa akan mempengaruhi intensitas respon terhadap
berduka. Rasa kehilangan yang dirasa mudah untuk dilupakan karena
pengalaman tersebut bersifat internal dan individual, meskipun dialami
dengan cara yang sama dengan rasa kehilangan actual.

Dampak Kehilangan
1. pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan
untuk berkembang, kadang-kadang akan timbul regresi serta rasa
takut untuk ditingggalkan atau dibiarkan kesepian.
2. pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat
menyebabkan disintegrasi dalam keluarga.
3. pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan
hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan
semangat hidup orang yang ditinggalkan.

B.Berduka
Merupakan respon emosional terhadap asa kehilangan, yang
dimanifestasikan oleh individu dalam cara khusus, berdasarkan pengalaman
personal, harapan budaya, dan kepercayaan spiritual (Hooyman dan Kramer,
2006). Koping pada proses berduka melibatkan suatu periode berkabung,
penampilan, eksprsi social terhadaap berduka, dan perilaku yang
berhubungan dengan rasa kehilangan. Upacara perkabungan dipengaruhi
secara budaya dan seperti perilaku yang dipelajari. Istilah kehilangan
menggabungkan antara rasa berduka dan berkabung, serta mengikutsertakan
respon emosional dan perilaku diluar dari seseorang yang mengalami rasa
khilangan (end of life nursing education consortium[ELNEC], 2003).

Jenis berduka

1. Berduka normal, terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang


normal terhadap kehilangan. Misalnya, kesedihan, kemarahan,
menangis, kesepian dan menarik diri dari aktifitas utuk sementara.
2. Berduka antisipatif, yaitu proses ‘melepaskan diri’ yang muncul
sebelum kehilangan ataau kematian yang sesungguhnya terjadi.
Misalnya, ketika menerima diagnosis terminal, seseorang akann
memulai proses perpisahan dan meyelesaikan berbagai urusan
didunia sebelum ajalnya tiba.
3. Berduka yang rumit, dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke
tahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. Masa berkabung
seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam hubungan
orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4. Berduka tertutup, yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat
diakuti secara terbuka. Contohnya, kehilangan pasangan karena AIDS,
,mengalami kematian orang tua tiri, atau ibu yang kehilangan anak
kandungnya atau ketika bersalin.
Respon Berduka
Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap
berikut (kubler- Ross, dalam potter dan perry, 1997)

1. Tahap Pengingkaran. Reaksi pertama individu yang mengalami


kehilangan adalah syok, tidak percaya,mengerti,atau mengingkari
kenyataan bahwa kehilangan benar benar terjadi. Sebagai contoh
orang atau keluarga dari orang yang menerima diagnosis terminal
akan terus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada
tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan seringkali
individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini berlangsung dalam
beberapa menit hingga beberapa tahun.
2. Tahap Marah. Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarah
yang timbul seringkali di proyeksi kepada orang lain atau dirinya
sendiri. Orang yang mengalami kehilangan juga tidak jarang
menunjukan prilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain,
menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak
kompeten. Respons fisik yang sering terjadi, antara lain muka merah,
denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan
seterusnya.
3. Tahap Tawar-menawar. Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran
kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk memiliki
kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah-olah
kehilangan tersebut dapat di cegah. Individu mungkin berupaya untuk
melakukan tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
4. Tahap Depresi. Pada tahap ini pasien sering menunjukan sikap
menarik diri,kadang- kadang bersikap sangat penurut, tidak mau
berbicara, menyatakan keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bisa
muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang di tunjukkan, antara lain
menolak makan, susah tidur, letih, turunya dorongan libido, dan lain-
lain.
5. Tahap Penerimaan. Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan
kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat pada objek yang hilang akan
mulai berkurang atau hilang. Individu telah menerima kenyataan
kehilangan yang di alaminya dan mulai memandang ke depan.

Secara khusus,tahan/ rentang respons individual terhadap kedukaan


yaitu:

a.Tahap Pengingkaran
1.Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasannya dengan cara :
• Mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan berdukanya.
• Meningkatkan kesabaran pasien secara bertahap tentang kenyataan
dan kehilangan, apabila sudah siap secara emosional
2.Menunjukan sikap menerima dengan iklas dan mendorong pasien
untuk berbagi rasa dengan cara :
• Mendengarkan dengan penuh perhatian dan minat mengenai hal
yang dikatakan oleh pasien tanpa menghukum atau menghakimi.
• Menjelaskan kepada pasien bahwa sikap tersebut bisa terjadi pada
orang yang mengalami kehilangan.

3.Memberi jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang


sakit, pengobatan, dan kematian dengan cara :
• Menjawab pertanyaan pasien dengan bahas yang mudah di
mengerti, jelas, dan tidak berbelit-belit.

b.Tahap Marah
Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marah
secara verbal tanpa melawan kemarahan tersebut dengan cara :
• Menjelaskan kepada keluarga bahwa kemarahan pasien sebenarnya
tidak di tujukan kepada mereka.
• Membiarkan pasien menangis.
• Mendorong pasien untuk membicarakan kemarahanya

c.Tahap Tawar-menawar
Membantu pasien mengungkapkan rasa bersalah dan takut dengan
cara:
• Mendengarkan ungkapan dengan penuh perhatian.
• Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau rasa
bersalahnya.
• Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah atau
rasa takutnya.

d.Tahap Depresi
1)Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut dengan
cara :
• Mengamati prilaku pasien dan bersama denganya
membahas perasaanya.
• Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai derajat
risikonya.
2)Membantu pasien mengurangi rasa bersalah dengan cara :
• Menghargai perasaan pasien.
• Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan
mengaitkan terhadap kenyataan.
• Memberi kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan
perasaanya.
• Bersama pasien membahas pikiran negatif yang selalu timbul.
e.Tahap Penerimaan
Membantu pasien menerima kehilangan yang tidak bisa dielakan
dengan cara :
• Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur
• Membantu keluarga berbagi rasa, karena setiap anggota keluarga
tidak berada pada tahap yang sama pada saat yang bersamaan.

C.Kematian
Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang menghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal, kematian (death)
merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, serta
hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan terhentinya aktivitas
listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya fungsi jantung dan paru secara
menetap atau terhentinya kerja otak secara menetap.
Tahap-tahap kematian
Tahap-tahap kematian ada 5 menurut teori perikalu klasik Kubler- Ross
1.Tahap penyangkalan (denial)
Pada tahap penyangkalan ini, individu bertindak seperti tidak terjadi sesuatu dan
menolak menerima kenyataan adanya rasa kehilangan. Individu menunjukan seolah-
olah tidak memahami apa yang telah terjadi.
2.Tahap marah (anger)
Pada tahap ini individu mngungkapkan ketahanan dan terkadang merasakan
kemarahan yang hebat terhadap Tuhan, individu lain, atau situasi.
3.Tahap tawar-menawar (bargaining)
Melindungi dan menunda kesadaran akan rasa kehilangan dengan mencoba untuk
mencegahnya untuk terjadi. Pada tahap ini individu yang berduka atau sekarat
membuat janji dengan dirinya sendiri, Tuhan, atau orang yang dicintai bahwa
mereka akan hidup atau mempercayai secara berbeda jika mereka dapat
dihindarkan dari kehilangan yang menakutkan itu.
4.Tahap depresi ( depression)
Pada tahap ini beberapa individu merasa sedih, putus asa, dan kesendirian yang
berlebihan. Karena mengalami hal yang buruk, mereka terkadang menarik diri dari
hubungan dan kehidupan.
5.Tahap penerimaan (acceptance)
Pada tahap ini individu merasakan rasa kehilangan kedalam kehidupan dan
menemukan cara untuk bergerak majudan berusaha menerima akan rasa sakit yang
dideritanya.
Perubahan Tubuh Setelah Kematian
Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya: rigor mortis
(kaku), dapat terjadi sekitar 2-4 jam setelah kematian, algor mortis (dingin), suhu
tubuh perlahan – lahan turun, dan post mortemdecomposition, yaitu terjadi livor
mortis pada daerah yang tertekan serta melunaknya jaringan yang dapat
menimbulkan banyak bakteri.
Asuhan Keperawatan pada Masalah Menjelang Kematian dan Kematian
A.Pengkajian Keperawatan
Pengkajian masalah ini antara lain adanya tanda klinis saat menghadapi kematian
(sekarat), seperti perlu kajian adanya hilangnya tonus otot, relaksai otot wajah,
kesulitan untuk berbicara, kesulitan menelan, penurunan aktivitas gastrointestinal,
melemahnya tanda sirkulasi, melemahnya sensasi, terjadi sianosis pada
ekstremitas, kulit teraba dingin, terdapat perubahan tanda vital seperti nadi
melambat dan melemah, penuruna tekanan darah, pernapasan tidak teratur melalui
mulut, adanya kegagalan sensori seperti pandangan kaburdan menurunnya tingkat
kesadaran. Pasien yang mendekati kematian ditandai dengan dilatasi pupil, tidak
mampu bergerak, reflek hilang, nadi naik kemudian turun, respirasi cheyne stroke
(napas terdengar kasar), dan tekanan darah menurun. Kematian ditandai dengan
terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah, hilangnya terpos terhadap
stimulus eksternal, hilangnya pergerakan otot, dan terhentinya aktivitas otak.
B.Diagnosa Keperawatan
1.Ketakutan berhubungan dengan ancaman kematian (proses sekarat)
2.Keputusasaan berhubungan dengan penyakit terminal
C.Perencanaan dan Tindakan Keperawatan
Hal yang dapat dilakukan dalam perencanaan tujuan keperawatan adalah
membantu mengurangi deperesi dan ketakutan pasien, mempertahankan harapan,
membantu pasien menerima kenyataan, serta memberikan rasa nyaman. Rencana
yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,antara lain :
1.Memberi dukungan dan mengembalikan kontrol diri pasien dengan cara mengatur
tempat perawatan, mengatur kunjungan, jadwal aktivitas, dan penggunaan sumber
pelayanan kesehatan.
2.Membantu pasien mengatasi kesepian, depresi, dan rasa takut.
3.Membantu pasien mempertahankan rasa aman, percaya diri, dan harga diri
4.Membantu pasien mempertahankan harapan yang dimiliki
5.Membantu pasien menerima kenyataan
6.Memenuhi kebutuhan fisiologis
7.Memberi dukungan spiritual dengan memfasilitasi kegiatan spiritual pasien.
D.Tindakan dalam Menghadapi Kematian
1.Perawatan Jenazah
a.Tempatkan dan atur jenazah pada posisi anatomis
b.Singkirkan pakaian atau alat tenun
c.Lepaskan semua alat kesehatan
d.Bersihkan tubuh dari kotoran dan noda
e.Tempatkan kedua tangan jenazah di atas abdomen dan ikat pergelangannya
(tergantung kepercayaan atau agama)
f.Tempatkan satu bantal dibah kepala
g.Tutup kelopak mata,jika tidak ada tutup bisa menggunakan kapas basah.
h.Katupkan rahang atau mulut, kemudian ikat dan letakkan gulangan handuk di
bawah dagu
i.Letakkan alas dibawah glutea.
j.Tutup sampai sebatas bahu,kepala ditutup dengan kain tipis.
k.Catat semua milk pasien dan berikan kepada keluarga.
l.Beri kartu atau tanda pengenal.
m.Bungkus jenazah dengan kain panjang.

E.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah sekarat dan kematian secara umum dapat di nilai dari
kemampuan untuk menghadapi atau menerima makna kematian,reaksi terhadap
kematian,dan perubahan perilaku, yaitu menerima arti kematian.

Bab 3 Penutup
Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu
kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah
dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan
pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang
dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Saran
Dari makalah ini kami memberikan saran antara lain:
1.Seseorang harus dapat menerima suatu kehilangan terhadap seseorang atau
suatu benda dan selalu berduka jika mendapat rejeki.
2.Suatu kehilangan atau berduka harus di syukuri oleh seseorang, khususnya
perawat apabila pasien mendapat musibah atau meninggal dunia.

DAFTAR PUSTAKA
Kuliat,Budi Anna (1994).Proses Keperawatan.Jakarta:EGC
Doengoes,Mary,Marlyn(1995).Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan.Edisi 2.Jakarta:EGC
Husain,M.(1993).Pendidikan Keperawatan dan Hubunganya dengan
Pengembangan IPTEK.Bandung:Akper DEPKES RI

Anda mungkin juga menyukai