Jalan Tulodong Bawah No.83, Kec.Kebayoran baru, Kota Jakarata Selatan, DKI JAKARTA, 12160.
Telp : (021) 428888666 Fax : (021) 428888979,
email :
NOTA KEBERATAN
(EKSEPSI)
Yang Terhormat,
Majelis Hakim Yang Mengadili
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini
Didakwa
Pertama : Pasal 2 ayat (1) Jo. Pasal 18 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1)
ke-1 Jo. Pasal 65 Kitab UndangUndang Hukum Pidana---------
-
Atau
Kedua : Pasal 3 Jo. Pasal 18 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Jo. Pasal 65 Kitab Undang
Undang Hukum Pidana
DAN
Kedua : pasal 3 ayat (1) huruf b, c, dan d Undang Undang No. 25
Tahun 2003 atas perubahan dari Undang-Undang No. 15 Tahun
2002 Jo. Pasal 65 ayat (1) KUHP--------------------------------------
R&A ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jalan Tulodong Bawah No.83, Kec.Kebayoran baru, Kota Jakarata Selatan, DKI JAKARTA, 12160.
Telp : (021) 428888666 Fax : (021) 428888979,
email :
I. PENDAHULUAN
Inggris terdapat beberapa kasus terkenal diantaranya: kasus Stefan Kiszko, Kasus
Sally Clark. Di Irlandia kasus Sallins Mail Train Robbery adalah salah satu
contoh miscarriage of justice. dan masih banyak contoh kasus lain yang terjadi
di banyak negara lain.
Kegagalan dalam penegakan keadilan (miscarrige of justice) dalam sistem
peradilan pidana, menurut clive walker,terjadi:
“apabila tersangka atau terdakwa atau terpidana diperlakukan oleh
negara melanggar hak-haknya, baik karena, pertama, proses yang kurang
baik atau, kedua, undang-undang yang berlaku bagi mereka atau, ketiga,
karena tidak ada pembenaran faktual atas perlakuan yang diterapkan
terhadap mereka. hukuman, keempat, setiap kali tersangka atau terdakwa
atau terpidana diperlakukan secara tidak adil oleh negara secara tidak
proporsional dibandingkan dengan kebutuhan untuk melindungi hak-hak
orang lain, atau kelima, ketika hak-hak orang lain tidak dilindungi atau
dibenarkan secara efektif atau proporsional oleh tindakan negara.
terhadap orang yang zalim atau keenam, menurut hukum negara itu
sendiri..”
Lebih lanjut Walker menjelaskan bahwa keenam kategori yang menyebabkan
terjadi kegagalan penegakan keadilan (miscarriage of justice) ini dapat
menimbulkan suatu kegagalan yang tidak bersifat langsung (indirect miscarriage)
yang mepengaruhi komunitas masyarakat secara keseluruhan. Suatu
penghukuman yang lahir dari ketidakjujuran atau penipuan atau tidak berdasarkan
hukum dan keadilan bersifat korosif atas klaim legiimasi Negara yang berbasis
pada nilai-nilai sistem peradilan pidana yang menghormati hak-hak individu.
Dalam konteks ini, kegagalan dalam penegakan keadilan (misccariage of justice)
akan menimbulkan bahaya lagi „integritas moral proses pidana” (moral intergrity
of the criminal process). Lebih jauh hal ini dapat merusak keyakinan masyarakat
akan penegakan hukum.
Kegagalan penegakan keadilan yang bersifat tidak langsung ini (indirect
misccarige of justice) dapat eksis baik secara independen maupun sebagai satu
R&A ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jalan Tulodong Bawah No.83, Kec.Kebayoran baru, Kota Jakarata Selatan, DKI JAKARTA, 12160.
Telp : (021) 428888666 Fax : (021) 428888979,
email :
kesatuan dalam dua hal. Pertama, bahwa suatu pelanggaran terhadapa prinsip
legitimasi yudisial (the principle of judicial legitimacy) harus di pertimbangkan
sekalipun terdapat suatu determinasi yang adil dan akurat akan yang salah (guilt)
atau tidak bersalah (innocence). Kedua, pelanggaran tersebut akan menimbulkan
kerusakan moral (moral harm) sekalipun sejauh hak-hak individu di
pertimbangkan, terdapat kesalahan yang tidak menimbulkan kerugian moral yang
nyata. Oleh karena itu negara sendiri harus menghindari tindakan-tindakan atau
proses-proses yang dapat merusak integritas sistem.
Dari uraian tersebut di atas, terdapat 4 (empat) hal penting yang
terkandung dalam makna kegagalan dalam penegakan keadilan (miscarriage of
justice) yaitu:
a. Kegagalan penegakan keadilan tidak hanya terbatas pada produk
pengadilan atau dalam sistem hukum pidana, tetapi juga dapat terjadi di
luar pengadilan, dapat berbentuk seluruh kekuasaan dari penegak hukum
yang bersifat memaksa (coercive powers);
b. Kegagalan penegakan keadilan dapat dilembagakan dalam hukum,
misalnya dalam bentuk legalisasi biaya-biaya tidak resmi;
c. Kegagalan penegakan keadilan harus pula mencakup kelemahan negara
ketika menjalankan tanggungjawabnya;
d. Kegagalan penegakan keadilan harus di tegaskan pada hal-hal yang
berkaitan dengan hak asasi manusia.
Istilah miscarriage of justice terus berkembang dan di pergunakan untuk
menggambarkan bahwa dalam sitem hukum negara-negara di dunia terdapat
kemungkinan terjadinya kesalahan dalam putusan pengadilan yang menyebabkan
seseorang harus menjalani hukuman atas kejahatan yang tidak di lakukannya.
Berdasarkan uraian di atas, dalam memeriksa perkara atas nama Terdakwa
SILWA MARTIANNA Alias ANNA ini, patutlah kita berpegang pada asas-asas
yang terkandung dalam penegakan keadilan dan harus menghndari tindakan-
tindakan atau proses-proses yang dapat merusak integritas sistem sebagai upaya
untuk menghindari terjadinya miscarriage of justice (kegagalan dalam penegakan
R&A ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jalan Tulodong Bawah No.83, Kec.Kebayoran baru, Kota Jakarata Selatan, DKI JAKARTA, 12160.
Telp : (021) 428888666 Fax : (021) 428888979,
email :
keadilan.
Seperti yang telah kita dengar , Jaksa Penuntut Umum di depan persidangan
pada tanggal 15 Agustus 2011 telah membacakan surat Dakwaannya yang pada
dasarnya mendakwa Terdakwa SILWA MARTIANNA Melanggar pasal 2 ayat
(1) Jo. Pasal 18 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal
55 ayat (1) ke-1 Jo. Pasal 65 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ATAU pasal
3 Jo. Pasal 18 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal
55 ayat (1) ke-1 Jo. Pasal 65 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana DAN pasal 3
ayat (1) huruf b, c, dan d Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Jo. Pasal 65 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana.
Benar kita memiliki surat Dakwaan. Namun kita tidak mempunyai keterangan
rinci yang membuat tuduhan tersebut menjadi lebih spesifik daripada sekedar
persangkaan umum. Kita tidak tahu berdasarkan hukum apa dakwaan itu
dimajukan ke pangeadilan ini.
Rasa hormat kami sampaikan kepada Saudara Penuntut Umum yang telah menyusun
Surat Dakwaan dengan sebaik-baiknya. Setelah kami membaca uraian perbuatan
Terdakwa dalam Surat Dakwaan yang telah dibuat Penuntut Umum, kami menemukan
adanya kekeliruan yang mendasar sehingga menimbulkan ketidakadilan bagi Terdakwa
dalam perkara a quo. Oleh karena itu, sejatinya Keberatan yang kami ajukan adalah
sebagai suatu tanggung jawab bagi kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa untuk
memberi hak-hak yang diamanatkan oleh hukum terhadap Terdakwa, sebagai bentuk
mekanisme penegakan hukum yang telah diciptakan untuk memperbaiki konstruksi
R&A ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jalan Tulodong Bawah No.83, Kec.Kebayoran baru, Kota Jakarata Selatan, DKI JAKARTA, 12160.
Telp : (021) 428888666 Fax : (021) 428888979,
email :
kebenaran serta demi menjunjung tinggi nilai keadilan dalam Proses peradilan.
Berkaitan dengan hak setiap orang untuk mendapatkan perlakuan yang sama
dihadapan hukum, tidak hanya menjadi prinsip yang wajib dianut olehperaturan
perundang-undangan Negara Indonesia, melainkan menjadi prinsip umum yang
diakui dan dianut oleh negara di seluruh dunia yang bertumpu pada Pasal 7
Universal Declaration of Human Rights yang pada pokoknya menekankan
untuk tidak adanya diskriminasi atas perlindungan hukum bagi setiap orang. Hal
tersebut semata-mata untuk mewujudkan tercapainya jaminan hukum sebagai
tugas penegak hukum dan pemerintah agar setiap orang mendapatkan perlakuan
yang sama di hadapan pengadilan dan badan peradilan yang berwenang, bebas,
dan tidak berpihak.
Terakhir kami akan mengutip ayat Al qur‟an Surat Annisa Ayat 58 yang
berbunyi:
Artinya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”
Maka kami selaku penasihat hukum hanya bisa mengingatkan kepada Majelis
Hakim sebagai orang-orang yang dipercaya untuk memuegang amanah hukum
agar menjalankan perintah tuhan tersebut, karena sungguh Tuhan mengetahui
apa yang kita semua perbuat di dunia ini, maka KEADILAN ADALAH
HARGA MATI.
R&A ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jalan Tulodong Bawah No.83, Kec.Kebayoran baru, Kota Jakarata Selatan, DKI JAKARTA, 12160.
Telp : (021) 428888666 Fax : (021) 428888979,
email :
Surat Dakwaan (telastelegging) yang dibuat oleh Penuntut Umum yang berisi
perumusan tindak pidana yang didakwakan kepada Terdakwa, berdasarkan
kesimpulan dari hasil penyidikan. Surat Dakwaan dapat dipahami juga sebagai
upaya penataan kembali atas fakta-fakta perbuatan Terdakwa yang terungkap
sebagai hasil dari suatu penyidikan, dengan cara merangkai perpaduan antara
fakta-fakta perbuatan Terdakwa dengan unsur-unsur tindak pidana sesuai
ketentuan undang-undang.
Akan tetapi dari hasil yang kami cermati atas Surat Dakwaan, Saudara Penuntut
Umum tidak mengindahkan kedua syarat tersebut. Sehingga kami sangat
menyayangkan fakta bahwa rekan sejawat kami tidak menyadari kesalahan yang
terdapat dalam Surat Dakwaan yang dibuatnya. Oleh karena itu, kami selaku
Penasihat Hukum Terdakwa akan mengajukan keberatan atas kekeliruan rekan
sejawat kami Saudara Penuntut Umum dalam membuat Surat Dakwaan.
penjaminPT.DwiNolaAdhiyaksasenilaiRp.
8.600.000.000.000.00,- (Delapan Triliun Enam Ratus Milyar
Rupiah) yang sebenarnya hanya senilai Rp.
2.900.000.000.000.00,- (Dua Triliun Sembilan Ratus Milyar
Rupiah) yang akan diserahkan kepada BPPN” dan di
halaman 19 dalam surat dakwaan Penuntut Umum
mendalilkan “sehingga Terdakwa menginstruksikan Nouval
Abednego untuk meminta kepada Frans Nasution dan Agata
Nanda agar menerbitkan Surat Keterangan Lunas
(Selanjutnya disebut SKL) tanpa harus melalui proses
Financial Due Diligence (selanjutnya disebut FDD) dan
Legal Due Diligence (selanjutnya disebut LDD) dengan
memberi imbalan senilai Rp.10.000.000.000.00,- (Sepuluh
Miliyar Rupiah) masing-masing kepada Frans Nasution dan
Agata Nanda”.
9) Bahwa dalam uraian dakwaan penuntut umum di atas terdapat
kalimat menginstruksikan, tetapi penutut umum tidak
menguraikan secara jelas bagaimana cara Terdakwa
meginstruksikan Nouval Abednego apakah melalui lisan atau
melalui surat.
Sehigga jelas bahwa dengan cara menginstruksikan tidak dapat
dijadikan dasar dugaan untuk terjadinya suatu tindak pidana dan
tidak bisa dijadikan dalil dalam surat dakwaan karena tanpa adanya
penguraian dari perbuatan tersebut,-
10) Bahwa dalam uraian surat dakwaan penuntut umum juga
terdapat bahwasanya terdakwa menginstruksikan Nouval
Abednego untuk memanipulasi data piutang Petani Plasma
dengan penjamin PT. Dwi Nola Adhiyaksa, sehingga jelas
dalam melakukan memanipulasi data tersebut merupakan
tanggung jawab dari Nouval Abednego, seandai saja apabila
R&A ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jalan Tulodong Bawah No.83, Kec.Kebayoran baru, Kota Jakarata Selatan, DKI JAKARTA, 12160.
Telp : (021) 428888666 Fax : (021) 428888979,
email :
menyalahgunakankewenangan,kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan,-
g. Bahwa di dalam dakwaan, tidak dijelaskan adanya
penyalahgunaan wewenang, kesempatan atau sarana yang
ada karena jabatan atau kedudukan yang dilakukan
Terdakwa dalam perkara a quo. Terdakwa secara fakta
hukum bukanlah seseorang yang memiliki jabatan atau
kedudukan tertentu di operasional perusahaan sehingga
dapat melakukan suatu penyalahgunaan wewenang apalagi
sampai melakukan tindak pidana korupsi,karena yang
bertanggung jawab atas operasional disuatu perusahaan
adalah Direktur Utama. ,-
h. Dari berbagai rumusan tindak pidana, Moeljatno
menyimpulkan dan membagi unsur melawan hukum
menjadi 2 (dua) macam, yakni melawan hukum yang
objektif dan melawan hukum yang subjektif. Secara
ringkas, melawan hukum yang objektif menurut Moeljatno
adalah melawan hukum yang berkaitan dengan
perbuatannya sehingga menjadikan perbuatan tersebut
terlarang, apakah melawan hukum dijadikan unsur
tersendiri atau tidak. Sedangkan melawan hukum yang
subjektif merupakan melawan hukum yang berkaitan
dengan segala sesuatu yang ada dalam diri pelaku,
maksudnya adalah suatu perbuatan baru akan menjadi
terlarang apabila adanya niat yang buruk dari pelaku
perbuatan tersebut. Sifat melawan hukumnya tidak
dinyatakan dari hal-hal lahir, tetapi digantungkan kepada
sikap bathin pelaku.
R&A ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jalan Tulodong Bawah No.83, Kec.Kebayoran baru, Kota Jakarata Selatan, DKI JAKARTA, 12160.
Telp : (021) 428888666 Fax : (021) 428888979,
email :
II. PENUTUP
Pada akhir Keberatan ini, kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa atas nama
SILWA MARTIANNA Alias ANNA memohon kepada Majelis Hakim yang
dapat memberikan kearifan dan kebijaksanaan dalam mengadili perkara a quo
untuk memutus:
1. Menerima dan mengabulkan Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa
SILWA MARTIANNA Alias ANNA;
2. Menyatakan bahwa Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang mengadili perkara a quo;
3. Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum dengan Nomor Register
Perkara: DAK-06/24/08/2011 batal demi hukum atau setidak-tidaknya
tidak dapat diterima;
4. Menyatakan bahwa pemeriksaan perkara a quo haruslah dihentikan;
Atau
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain maka kami mohon putusan yangseadil-
adilnya.