Anda di halaman 1dari 31

Bab 10 Dari Kedokteran Nabi (Islam) menuju

Conventional Medicine dalam lintasan Sejarah


Tambahan

Katakanlah, ‘Berjalanlah di(muka) bumi ini, maka perhatikanla bagaimana Allah


menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya
sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu
(QS. Al-Ankabut [29] :20)

K etika berbicara kedoktreran modern sebagai sebuah sistim, Islam berada

diantara yang paling peduli dan mampu melahirkan institusi medis dan kesehatan baru
jauh sebelum terori-teori kedokteran modern mengungkapkannya. Berkat upaya ilmiah,
beberapa dokter muslim terkenal terutama Ibnu Sina seluruh institusi pengetahuan
kedokteran yang diketahui oleh orang Islam terekam secara sistimatis dalam karya-karya
yang telah diakui secara luas sebagai salah satu ensiklopedia kedokteran terbesar
sepanjang masa.
Sistem kedokteran Islam, setidaknya selama masa keemasannya juga telah
memperlihatkan sintesisnya yang hebat dan sifat fleksibel atau dinamisnya seperti
tercermin dalam kemampuannya untuk mengadaptasi perubahan, dan juga karakter
ilmiahnya melalui kemampuan untuk menyerap doktrin-doktrin, metode-metode dan
teknik-teknik terbaik dari berbagai sistim medis tradisional yang mereka temui.
Pokok kajian ilmu kedokteran, seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Sina dalam maha
karyanya The Canon of Medicine yang dijadikan rujukan ensiklopedia kedokteran dan
bertahan selama delapan abad menyebutkan ilmu kedokteran adalah “cabang ilmu yang
membahas tentang keadaan-keadaan sehat dan sakit tubuh manusia dengan tujuan
mendapatkan cara yang sesuai untuk menjaga atau mempertahankan kesehatan.”
Tujuan ilmu kesehatan (kedokteran) menurut dokter-dokter muslim adalah untuk
menjaga dan melakukan tindakan-tindakan yang sesuai, yang, dengan izin Allah,
membantu memulihkan atau mempertahankan kesehatan tubuh manusia. Keadaan normal
tubuh manusia adalah sehat. Dalam keadaan keadaan ini semua fungsi tubuh berjalan

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


151
secara normal, dan dicirikan oleh keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan semua
unsur dan sistim tubuh. Sakit disebabkan karena adanya gangguan pada keharmonisan dan
keseimbangan ini ketika satu atau lebih dari fungsi atau bentuk organ-organ tubuh
mengalami kerusakan.
Dari semua ilmu dan seni praktis yang dikembangkan oleh orang Islam, tak ada
yang menempati posisi lebih mulia dan dihargai daripada kedokteran. Banyak diantara
tokoh religius dan kedokteran Islam memandang seni dan praktik kedokteran sebagai
perbuatan religius yang utama karena ia membantu laki-laki dan perempuan untuk
membantu orang lain menjaga dan memulihkan kesehatan mereka.” 1
Kesehatan dipandang dalam Islam secara holistik dengan konsekuensi bahwa
kedokteran Islam juga bersifat holistik. Salah satu nama Al-Quran adalah Asy-Syifa’ yang
berarti “sesuatu yang menyehatkan” atau “memulihkan kesehatan.” Kaum muslim
memahami kesehatan itu sebagai merujuk pada kesehatan spiritual, intelektual, psikologi
dan fisik. Semua dimensi yang berbeda-beda dari kesehatan manusia ini terintegrasi dan
tersatukan dalam pandangan dunia religius Islam. Jadi, tujuan kedokteran sangat selaras
dengan pandangan Al-Quran tentang kesejahteraan manusia.
Kedokteran pada umumnya dipandang oleh orang Islam sebagai sebuah sains yang
akar-akarnya jelas berasal dari Al-Quran dan Sunnah Nabi. Kemuliaan dan kedudukan
tinggi kedokeran dalam masyarakat Islam teradisional dipacu keyakinan bahwa seni ini
pada awalnya diwahyukan pada manusia melalui Nabi Idris a.s. 2
Pengakuan religius yang diberikan kepada ilmu kedokteran, membuat dokter-dokter
muslim mendapat kedudukan yang sangat berpengaruh dan dihormati dalam masyarakat,
karena mereka menegakkan dan meninggikan nilai ilmu kesehatan (kedokteran) dan
profesi dokter.

A. RUANG LINGKUP DAN PEMBAGIAN ILMU KEDOKTERAN ISLAM

Dokter-dokter muslim membagi ilmu kedokteran ke dalam dua bagian utama, yaitu
teoritis dan praktis.
1. Kedokteran Teoritis
Kedokteran teoritis meliputi ilmu cabang utama. Yaitu :

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


152
a. Anatomi
Ilmu ini (‘ilm al-tasyrih) terutama berkaitan dengan struktur tubuh manusia
dan bagian-bagiannya. Namun, sebagaimana di pahami dan didefenisikan oleh
dokter-dokter muslim, anatomi adalah sebuah kajian yang jauh lebih luas dari pada
disiplin modern yang di kenal dengan nama yang sama. Shadr al-Din ‘Ali Isfahani,
defenisikan anatomi sebagai “ilmu tentang bagian-bagian tubuh manusia dan
binatang, tujuan penciptaannya, dan tanda-tanda kekuasaan dan kebijakan Ilahi
yang termanifestasikan di dalamnya”
Jadi, anatomi erat kaitannya dengan fisiologi, sebenarnya dokter-dokter muslim
menolak untuk menjadikan anatomi sebagai subyek yang terpisah dari fisiologi atau
bahkan teologi seperti yang dengan jelas di maksudkan dalam defenisi yang diatas.
Anatomi mungkin merupakan cabang kedokteran yang paling populer di kalangan
orang muslim dalam pengertian bahwa ia di ajarkan bukan hanya pada siswa-siswa
kedokteran tapi juga pada siswa-siswa filsafat, teologi, sufisme dan hukum.

b. Fisiologis
Ilmu yang namanya ‘ilm umur thabi’iyyah ini secara harfiah berarti “sains
tentang hal-hal alamiah “ (tubuh manusia) berkaitan dengan fungsi semua struktur,
organ, dan bagian-bagian tubuh manusia sebagai organisme hidup. Fisiologi muslim
di dasarkan pada teori humoral yang berbeda secara fundemental dalam berbagai
hal dari fisiologi kedokteran moderen. Teori humoral ini akan di bahas kemudian.

c. Patologi
Di pahami dalam arti luas, ilmu ini (ilm ahwal badan) berkaitan dengan
keadaan-keadaan tubuh. Patologi adalah kajian tentang keadaan dan manifestasi
penyakit dan tantangan perubahan-perubahan fungsi dan struktur tubuh manusia.
Menurut dokter muslim terdapat tiga keadaan tubuh: 1) keadaan sehat. 2) keadaan
sakit. 3) keadaan tidak sehat dan tidak sakit . Yang dimaksud dengan kategori
terakhir ini adalah keadaan tubuh yang tidak memiliki penyakit maupun kesehatan
yang sempurna sebagaimana dalam kasus orang tua atau orang-orang yang baru
sembuh, yakni orang-orang yang berada dalam masa pemulihan kesehatan setelah
sakit, operasi, atau luka-luka.

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


153
Dalam Canon of medicine (Al-Qanun fit Thibb), Ibnu Sina membuat
klasifikasi penyakit-penyakit dengan rinci.

d. Etiologi
Ilmu ini (ilm al-asbab) secara khusus berkaitan dengan kajian tentang
sebab-sebab penyakit atau keadaan-keadaan abnormal tubuh. Oleh karena itu
sangat erat kaitannya dengan patologi.

e. Simptomatologi
Ilmu ini (ilm bi al-dala’il) berkaitan dengan gejala-gejala penyakit. Dokter-
dokter muslim bersandar sangat kuat pada gejala-gejala eksternal seperti denyut
nadi (nabdz) dan kulit. Kemampuan mereka untuk mendiagnosis suatu penyakit
melalui gejala-gejala ini, khususnya denyut, sangat luar biasa. Ibnu Sina menyebut
10 aspek denyut nadi yang biasanya sangat di perhatikan oleh dokter-dokter
muslim selama diagnosis penyakit. Yakni:
1. Kuantitas
2. Kekuatan
3. Lama gerakan
4. Kondisi dinding pembuluh darah nadi, lembut atau keras
5. Volume darah dalam nadi
6. Lama periode diam
7. Debaran pulsa
8. Kesamaan dan ketidaksamaan
9. Keseimbangan pulsa
10. Irama
Dokter-dokter muslim juga sangat menyadari pentingnya sistem pencernaan
dalam kekacauan internal. Oleh karena itu mereka melakukan pemeriksaan fisik urin
dan tinja dalam diagnosis kasus-kasus seperti penyakit urinogenital, patogenesis
darah, ketidakseimbangan metabolisme dan penyakit liver.

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


154
2. Kedokteran Praktis
Kedokteran praktis meliputi dua cabang, yaitu ilmu kesehatan (hifzh al-
sihhah/public health) dan pengobatan (‘ilm al ilaj/ farmakologi).

1. Ilmu kesehatan (Kesehatan Masyarakat/Public Health)


Istilah hifzh al-sihhah berarti penjagaan kesehatan (lebih khusus preventif) .
Cabang kedokteran Islam yang di kenal dengan nama ini merupakan wilayah study
yang sangat luas karena gagasan Islam tentang penjagaan kesehatan adalah
gagasan yang sangat komprehensif, jauh lebih komprehansif dari pada yang di
maksud oleh kedokteran modern. Ia meliputi ilmu kesehatan pribadi dan kesehatan
masyarakat dan merupakan wilayah perhatian kedokteran sosial dan preventif.
Dari sudut pandang praktis, ilmu kesehatan (public health), di pahami dalam
pengertian yang komprehensif seperti yang di katakan di atas, adalah cabang
kedokteran Islam yang paling penting karena kedokteran inilah yang paling
memperhatikan pencegahan penyakit dari pada pengobatannya. Penekanan besar
yang di berikan kepada pencegahan penyakit dalam sistem kedokteran Islam adalah
konsekwensi langsung dari ajaran syariah Islam. Bagi orang muslim, seperti
dikatakan, kesehatan adalah keadaan alamiah atau normal yang dalam keadaan
itulah Tuhan menciptakan manusia. Sebuah hadis Nabi memberi nasihat bahwa
“Kita harus menjaga dan menghargai kesehatan diri, yang merupakan pemberian
Tuhan, sebelum di timpa penyakit.” Tanggapan demikian melibatkan semua aspek
eksistensi, spiritual, psikologis, dan fisik seseorang.
Demikian pula, psikologi sosial Islam, dengan penekanannya pada keutuhan
dan kolektivitas manusia, membebankan tugas dan tanggung jawab untuk di pikul
oleh masyarakat atas warganya yang sakit. Jadi, dalam Islam, penyakit tidak pernah
di pandang sebagai persoalan kedokteran semata dengan implikasi-implikasi
ekonomi tertentu, sebagaimana di pandang oleh banyak orang dewasa ini. Penyakit
adalah sebuah fenomena multidimensi yang tidak boleh direduksi menjadi aspek
kedokteran semata. Ada banyak hadis yang menekankan nilai positif sakit, dan
mengemukakan signifikasi spiritual dan sosialnya.
Ajaran-ajaran Islam mengenai penyakit dalam segala dimensinya, khususnya
spiritual, psikologis, medis dan sosial telah memungkinkan masyarakat muslim

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


155
untuk menghasilkan ekologi manusia atau lingkungan sosiokultural yang sehat
dimana yang sakit dan menderita di bantu oleh berbagai bentuk bantuan psikologis
dan ekonomis; sesuatu yang sulit dipikul oleh sejawat moderennya, khususnya
masyarakat industrialisasi barat. Spiritualitas Islam dan keimanannya, hubungan
sosial dan institusu-institusinya, terutama keluarga, dan sifat merakyat sistem
kedokteran Islam, semuanya memainkan peran dalam membebaskan yang sakit
dari beban ” psikologis dan ekonomis “ ini. Bahkan ada kemuliaan dalam cara
mereka menanggapi kegagalan dalam menemukan obat-obat medis.

2. Pengobatan
Istilah ‘Ilm al-‘Ilaj berarti ilmu pengobatan atau prosedur penyembuhan.
Ilmu ini terbagi menjadi empat cabang utama :
1. Terapi resimental (‘Ilaj bi al-tadbis)
Teknik pengobatan ini pada sangat sederhana seperti pemotongan vena,
pijak (fisioterapi), latihan, pemakaian obat pencahar, muntah dan bahkan
penggunaan lintah.
2. Dietoterapi (‘Ilaj bi al-ghidza’)
Terapi ini meliputi diet. Basis ilmiah bagi dietoterapi, menurut kedokteran
Islam, adalah teori korespondensi antara keadaan cairan tubuh dan keadaan
makanan, sehingga tujuan pengobatan ini untuk mengobati penyakit-penyakit
tertentu dengan mengatur kebiasaan makan pasien. Karena gagasan dasar
pengobatan dalam Islam adalah mencari suatu obat yang dapat membantu
kekuatan alami tubuh untuk melindungi diri dan untuk melawan penyakit yang
dihadapi. Tugas ahli gizi adalah menentukan diet yang kandung gizi dan
farmakologinya mempu utnuk memperkuat kemampuan alami tubuh (sistim
kekebalan tubuh).
3. Farmakoterapi (‘Ilaj bi al-dawa’)
Inilah bidang pengetahuan yang berlimpah dan membuat kontribusi yang
luar biasa bagi kemajuan kedokteran. Dalam kedokteran Islam, prinsip
farmakologi dan farmakoterapi sangat erat kaitannya dengan teori humoral
kedokteran modern. Penggunaan obat tertentu di atur oleh tiga factor utama :
1) keadan obat, 2) keadaan penyakit dan 3) tempramen pasien.

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


156
4. Pembedahan (‘Ilaj bi al-yad)
Pembedahan biasanya tidak disetujui kecuali jika dipandang sangat perlu.
Pembedahan dalam kedokteran Islam terbatas pada bentuk pembakaran
(cauterization) operasi Caesar, bedah mulut dan densistry.3

Praktek bedah menurut Abul Qissis (Sumber: Ahmadie Thaha, 1982)

B. PERKEMBANGAN iLMU kEDOKTERAN iSLAM


Bagaimana perkembangan kedokteran Islam dari waktu ke waktu, di bawah ini
akan dipaparkan lintas sejarah ilmu kesehatan khususnya kedokteran dalam Islam dan
sedikit menyebutkan diantara ribuan kampiun dokter-dokter muslim yang memberi
pencerahan di dunia Eropa sehingga zaman renaissance muncul dan ilmu pengetahuan
kedokteran dikembangkan hingga sekarang ini. Tulisan di bawah ini hampir seluruhnya
dikutip dari tulisan Ahmadi Thaha dari bukunya Kedokteran dalam Islam (1982).

1. Kedokteran Di Zaman Nabi Muhammad Saw.


Pada zaman nabi Muhammad SAW di Mekkah dan Medinah telah hidup dokter-
dokter kenamaan. Diantara mereka adalah Haris Bin Kildah yang pernah menamatkan
sekolah kedokterannya di Yunde-Sahapur, Persia. Dibawah panji-panji Islam, orang-orang
Arab mengalahkan Yunde-Sahahpur dan Alexandria. Kedokteran yang ada pada mereka

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


157
lebih baku dan berdasar kaidah-kaidah teoritis yang lahir dari seorang ummi Muhammad
SAW.
Nabi Muhammad SAW diutus bukan untuk menjadi dokter. Namun nilai-nilai medis
dari sabda-sabda beliau besar sekali pengaruhnya bagi perkembangan ilmu kedokteran
Islam. Terbukti dalam sejarah kehidupan beliau yang berumur sampai 63 tahun, menurut
Dr. Haikel dalam bukunya Hayatun Muhammad, Rasulullah SAW hanya mendeirta sakit
dua kali. Pertama beliau sakit ketika kembali mengunjungi kuburan sahabatnya di Baqi’,
karena kuatnya tekanan panas (suhu gurun) beliau menderita sun stroke, kedua
menjelang wafatnya, beliau menderita apa yang disebut bissahri wal hima (sulit tidur dan
demam tinggi).4 Dari sini tergambar betapa beliau adalah manusia yang sangat
memperhatikan masalah kesehatan.5
Rasullullah SAW. telah meletakkan, atau tepatnya mendapat wahyu, mengenai
kaidah-kaidah baku , yang darinya dimulai pembahasan-pembahasan ilmiah dalam Ilmu
Kedokteran.
Beliau sangat peduli terhadap prinsip-prinsip kesehatan, sehingga jika ada orang
yang sakit beliau menyuruh kepada orang tersebut untuk segera berobat. Baliau juga
menasehati kita untuk tidak meremehkan suatu penyakit. Orang yang tidak beriman akan
bertanya-tanya heran, bagaimana seorang Muhammad SAW yang ummi, yang tak tahu
membaca dan tidak tahu menulis dapat memberi nasehat-nasihat kedokteran yang amat
tinggi mutunnya.
Didalam kitab Shahih Muslim dan Shahih Bukhari, terdapat dua bab khusus
mengenai kedokteran. Didalam Shahih Bukhari saja, tercatat 80 hadis-hadis yang
membicarakan tentang kedokteran. Sebagian ahli menyatakan bahwa Imam Bukhari
merupakan orang pertama yang menulis Tibb al Nabi ( Kedokteran pada nabi , medicine of
the prophet ).
Tibb al-Nabi, merupakan buku pertama yang dipelajari oleh pelajar-pelajar di
sekolah kedokteran, sebelum mereka lebih jauh mempelajari materi-materi kedokteran
yang bersifat teoritis. Hal itu disebabkan, bahwa setelah penlitian dan percobaan serta
praktek-paraktek medis, pernyataan- pernyataan Rasulullah terbukti kebenarannya.
Menurut Fazlur Rahman, jika mengkaji dari seluruh hadis Nabi tentang ihwal
pengobatan, maka dapat dibagi menjadi 3 kategori.

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


158
Pertama, hadis yang mendorong praktik penyembuhan penyakit dan prinsip
kesehatan secara luas.
Kedua, hadis yang berisi praduga Rasulullah mengenai masalah penyakit dan
kesehatan serta tindakan untuk menyembuhkannya, entah secara medis atau spiritual.
Ketiga, hadis yang terkait dengann ilmu pengobatan Nabi. Pernyataan Rasulullah
yang diterima secara umum dalam literature hadis adalah ; “Allah selalu menyediakan
penyembuhan bagi semua penyakit atau setiap penyakit pasti ada obatnya. Jika obat yang
diberikan sesuai dengan penyakit yang di derita, akan diperoleh kesembuhan dengan izin
Allah. Hadis ini memiliki nilai teologis yang penting- bahwa obata-obatan berdaya guna
atas izin Allah. 6

Berdasarkan 3 kategori hadis mengenai pengobatan Nabi di atas, maka dapat


disimpulkan 3 pokok essensi ilmiah teori kedokteran Nabi (Tibb Al Nabi), yaitu :
Pertama : Di sini ada perintah untuk berobat. terkandung keharusan bagi setiap
muslim berobat apabila ditimpa penyakit.
Kedua : Setiap penyakit ada obatnya, dan obat itu dikenal dengan mempelajarinya.
Terkandung nilai-nilai semangat mencari, meneliti dan mempelajari segala macam
penyakit. Bagi pasien, pernyataan bahwa penyakitnya akan sembuh, sebab pasti ada
obatnya.
Ketiga : Nabi menganggap penyembuhan sebagai pencegahan. Menyembuhkan
orang yang sakit termasuk keharusan dalam agama.

2. Zaman Terjemahan
Muncullnya agama Islam memberikan pengaruh yang amat besar dalam kehidupan
masyarakat Arab. Dari bangsa pengembara, mereka menjadi bangsa penetap dengan hidup
dikota-kota besar. Kurang dari lima puluh tahun Negara Arab telah melebar India dan
Persia di sebelah timur, hingga lautan atlantik dan Spanyol Utara di atas barat. Kota-kota
Kufah, Damaskus, Basrah, Samarkand, Qairawunn, Kairo, Tunisia, Granada, Sisilia, dan
Toledo, semuannya menjadi pusat kebudayaan orang-orang Arab dan kaum muslimin.
Khalid bin Yasid Muawiah, adalah khalifah pertama yang memberi semangat untuk
mengarang dan menerjemahkan. Ia sendiri Zahid dan giat dalam mempelajari ilmu-ilmu
kimia, apotik, kedokteran dan astronomi. Dia adalah orang pertama yang membuat lemari
buku. Dari sekolah Tinggi Alexandria, ia mendatangkan ahli kimia Marianus untuk

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


159
mengajarkan ilmu kimia. Disamping itu ia pun mempunyai beberapa orang pegawai yang
terdiri dari para ilmuwan, khusus untuk menterjemahkan buku-bkuku Yunani Lama.
Zaman ini bagi kedalam tiga periode, yaitu :
Periode Pertama : Dari khilafat Abu Jakfar Al Mansur hingga wafatnya Harun Ar Rasyid
( dari tahun 136 hingga tahun 193 H ).
Al Manshur ( 754-775 M ), tetap menjadikan Yunde-shahpur sebagai pusat
penyalinan buku-buku Yunani serta mempertahankannya sebagai kota Ilmu pengetahuan,
meskipun Baghdad telah menjadi kota besar. Pada Waktu itu, kepala Rumah Sakit Umum,
yang digabungakan dengan sekolah Tinggi Yunde-Shahpur, ditetapkan oleh Khalifah Al
Manshur seorang Kristen bernama George (Jirjis Bukhtyishu) dari keluarga Bukhtyishu. Ia
menjadi dokter pribadi khalifah.
Dengan Jirjis, Al-Manshur berhasil menerjemahkan buku-buku ilmu Kedokteran
Yunani. Kesukseskan ini merupakan titik terang pemindahan pusat kedokteran dari Yunde-
Sahpur ke Baghadad. Jirjis sendiri wafat di Yundwe-Shahpur. Murid-muridnya meneruskan
studi-studinnya kemudian hari di kota Baghdad yang nyaman. Merekalah yang
menghubungakan antara Yunde-Sahpur dengan Baghadad.
Di Yuinde-Shahpur, juga tinggal sebuah keluarga besar yang dikepalai oleh
Masawaih. Setelah matang dalam ilmu kedokteran, ia berangkat menuju Baghdad untuk
mempraktekkan ilmu kedoketrannya. Di Baghdad ia menjadi seorang Optalmologis (dokter
ahli mata) dan kemudian menjadi dokter pribadi menteri Harun al-Rasyid. Ketiga orang
puteranya semua menjadi dokter, diantara mereka adalah Yuhana Ibnu Masawaih ( wafat
857 ), lahir di Marind, Iran. Oleh karena itu ia sering disebut Masawaih al- Marindi.
Disamping menulis, ia menerjemahkan buku-buku kedokteran semenjak zaman Harun al-
Rasyid hingga zaman al-Mutawakkil. Karangan-karangannya dalam lapangan kedokteran
antara lain : An-Nawadir al-Thibbiah, Kitabul Hammiyat, dan kitab al Azminah.
Periode Kedua : Dari masa pemerintahan al-Makmum hinga masa pemerintahan al
Muqtadir ( sejak tahun 198 hingga 300 H ). Penerjemah-penerjemah terkenal pada masa
ini adalah Qusta bin Luqa al Baklabaki, Hunain bin Ishaq, Ishaq bin Hunain, Isa bin
Yahya dan tsabit bin Qurrah al Hurani.
Hunain hidup antara tahun 809-887 M. Ia adalah penerjemah besar dalam lapangan
filsafat dan kedokteran . Kalau Hunain tidak lahir, orang-orang Barat akan buta tentang
Galen dan Hippocrates. Dia telah menerjemahkan 100 buah buku Galen dalam bahasa

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


160
Syiriah dan 39 buku ke dalam bahasa Arab. Buku-buku terjemahannya antara lain :
Aphorism, karangan Hippocrates, synopsis karangan Oribasius; Seven Books karangan Paul
Aegina; Materia Medica karangan Dioscurides. Di samping menerjemahkan buku-buku
kedokteran manusia, ia pun menerjemahkan buku-buku kedokteran hewan.
Waktu inilah, setelah Hunain banyak sekali menerjemahkan buku-buku kedokteran
dalam bahasa Arab, berangsur-angsur pusat ilmu pengetahuan berpindah dari Yunde-
Shahpur ke Baghdad dan Sammara.
Peride ketiga : Dari tahun 300 H dan berakhir tahun-tahun pertengahan abad keempat
hijriah. Penerjemah-penerjemah termasyhur pada periode ini antara lain : Ibnu Yunus dan
Sanan bin Tsabit bin Qurrah. Dan yang terakhir ini lebih banyak menerjemahkan buku-buku
logika.
Perpustakaan-perpustakaan besar di kedua kota tersebut, serta di kota-kota Islam
lainnya, telah menghabiskan biaya yang tidak sedikit jumlahnya.
Sebagai contoh, Cordova sampai abad X memiliki 600.000 jilid buku, perpustakaan
Darul Hikmah di Cairo mempunyai 2.000.000 jilid buku, perpustakaan al-Hakim di
Andalusia (Spanyol) menyimpan buku-bukunya dalam 40 kamar yang setiap kamarnya
berisi 18.000 jilid buku. Perpustakaan Abud al-Daulah di Shiros (Iran Selatan) buku-
bukunya memenuhi 360 kamar. Sementara ratusan tahun sesudahnya, menurut Chatolik
Encyclopedia, perpustakaan Gereja Canterbury yang terbilang satu perpustakaan Masehi
yang paling kaya dewasa itu, tidak memiliki lebih dari 1800 jilid buku pada abad XIV yaitu
setelah timbul cirri-ciri kejayaan Eropa.7
Dari seluruh penerjemah yang hidup pada masa Bani Abbas , Hunain bin Ishaq al
Ubbadi (194 –264 H), adalah penerjemah paling besar. Ia disebut sebagai Syeikh
penerjemah masa Abbasiah, karena terjemahan-terjemahannya yang membuka jalan bagi
kedokteran isalm keemasannya yang gemilang.
Cinta Ilmu yang lahir dari Rasul, diikuti oleh para pemimpin Negara , seperti : al-
Makmun, Al-Manshur, Khalid bin Yazid dan Harun al-Rasyid, melalui kerjasama dengan
para ilmuwan, setelah pertengahan abad keempat Hijriah, dunia menyongsong ufuk baru
yang datang dari dunia timur: masa kebudayaan Islam yang gemilang.

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


161
3. KEDOKTERAN PADA ABAD-ABAD PERMULAAN
Dengan mempelajari text-book kedokteran dan bahasa-bahasa Yunani, Pahlevi dan
Sankrit, ahli-ahli ilmu Kedokteran Islam berangkat menuju penulisan-penulisan buku-buku
kedokteran. Zaman ini disebut dengan masa pengembangan atau Abad Keemasan. Abad ini
dimulai sejak tahun 900 M hingga tahun 1100 M.
Pada masa sebelum ini, orang-orang Yunani, Persia dan India yang terdiri dari
orang Kristen dan Sabean, adalah guru-guru orang-orang islam dalam bidang Ilmu
Kedokteran. Namun pada abad keemasan, mereka berbalik menjadi murid orang-orang
islam. Sewaktu di Barat terjadi kemandegan (kekosongan) perkembangan ilmu di Timur
ahli-ahli agama dan para pemuka negara saling berpacu dengan para ahli didalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk menarik perbandingan antara tingkat kedokteran
Islam dan kedokteran yang diperoleh oleh orang-orang Eropa, sepuluh abad yang lalu,
cukuplah apa yang dikatakan Afaf al Rasyidi al Hadr dalam tulisannya disebuah majalah
kebudayan Arab : Di Baghdad, terdapat 900 tabib spesialis, sedangkan di tepian sungai
Rhin, tak seorang dokterpun di sana.
Pada masa pemerintahan Romawi, orang mengobati penyakit pes dengan sihir dan
bacaan-bacaan tak dimengerti orang. Kala itu, orang membawa orang buta kepada
Vesvazian untuk diobati dengan memakai ludah, orang pincang diusap kakinya dengan
tangannya.
Tentang orang-orang Islam dia mengatakan , “ Di Baghdad pada tahun 318 H/931
M, terdapat 860 orang tabib murah. Biaya pengobatan disana bertambah tinggi menurut
kedekatan mereka dengan para khalifah.Hingga tahun 1139 M, di Eropa, orang masih
berobat secara buta, melalui mitologi-mitologi yang tak berdasar pengetahuan sama
sekali.”
Penulis Ilmu Kedokteran pertama dalam Isalam, adalah Ali bin Sahl bin Rabban at
Thabari ( sekitart 785-861 ). Dia seorang tabib Nestorian, tinggal di Tibristan, menjadi
sekretaris sultan Maziyar bin Qarin. Pada tahun 830 datang ke Samara pada masa
pemerintahan Alwatsiq dan Al Mutawakkil. Karangan-karangannya adalah Firdausul Hikmah
( Paradise of Wisdom ), pada tahun 236 H / 850 M. Tahun 855 M ia masuk Islam dan
menulis buku “ Ar Raddu Alan Nashara “ ( kritikan terhadap orang-orang nasrani ) , “ Ad
Din wad Daulah “, dan “ Manafi-‘ul Ath’ Imah “ . At Thabari adalah guru Al Razi, yang
dengan tekun mempelajari buku-buku Hipocrates, Galeb dan juga Ibnu Masawaih dan

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


162
Hunain. Dari 360 judul buku, ia membuat ringkasan mengenai beberapa materi Ilmu
Kedoteran yang paling penting, ditambah 36 judul hasil studinya terhadap kedokteran
India. Buku-buku karangannya merupakan sumbangan paling penting dalam lapangan
farmokologi, patologi dan diet.
Muridnya adalah Abu baker Ar Razi (240-320 H/854-932 M). Menyaingi Ibnu Sina, ia
terkenal di barat maupun di timur sebagai dokter paling besar di abad pertengahan. Dia
Lahir di Rai, hanya beberapa mil dari Teheran. Terkenal sebagai filosof, dan ahli kimia.
Bukunya yang terkenal di Eropa adalah Al Hawi. Satu bukunya lagi berjudul Al-Manshuri .
Penulis buku kedokteran yang amat penting pula, adalah Ali Ibnu al Abbas al Majusi
( Haly Abbas, wafat tahun 1010). Lahir di Ahwaz dekat Yunde-Shahpur. Bukunya yang
terkenal adalah Kamil al Sina’ah ( The Perfection Of The Art ), atau kitab Al Maliki ( The
Royal Book atau Liber Regius ). Bukunya begitu sistematis dan dipelajari orang sebagai
buku pokok hingga datangnya Ibnu Sina. Bukunya terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
membicarakan tentang bahan-bahan formula obat-obatan, ilmu urai, udara, olahraga,
kesehatan kamar mandi, macam-macam makanan sehat, hal-hal yang menyebabkan
timbulnya penyakit serta cara pengobatannya, berikut gejala-gejalanya. Sedangkan pada
bagian kedua, ia membicarakan tentang pengobatan, cara mengobati dan apoteker. Buku
ini diterjemahkan oleh Constantin Afrika dalam bahasa latin pada tahun 1180. Namanya
dalam ilmu kedokteran melebihi gurunnya, yaitu Musa bin Sayyar.
Penulis paling terkemuka yang datang sesudahnya adalah Ibnu Sina (Avicenna).
Orang menyebutnya Principe of Physicians, Raja para dokter. Bukunya Al-Qanun fit Thibb (
Canon of Medicine ), yang dianggap orang sebagai perbendaharaan ( Canon Medicine )
ilmu kedokteran sepanjang abad, dengan penulisan yang sistematis. Di Eropa, Kitab Qanun
diterbitkan orang hingga lima belas kali. Di universitas-universitas Eropa, Kitab Qanun
menjadi buku pokok dalam fakultas kedokteran hingga pertengahan abad ketujuh belas. Ia
diterjemahkan orang kedalam bahasa Latin dan bahasa-bahasa Eropa, juga dalam bahasa
Ibrani. Cetak Qanun yang paling bagus di timur, adalah Cetakan Bulak. Tahun 1877 M.
Sedangkan dalam bahasa Arabnya, diterbitkan pertama kali di Roma pada tahun 1593 M.
Buku keduanya adalah Asy Syifa yang terdiri dari 28 jilid, berisikan beberapa pasal
megenai logika, fisika dan filsafat. Bukunya yang lain adalah Al Arjuzah fit Thibb, berisikan
1334 syair berbagai macam ilmu kedokteran.

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


163
Dengan Ar Razi dan Ibnu Sina, Ilmu kedokteran Islam terus dikembangkan dan
dipraktekkan oleh generasi-generasi pelanjutnya.
Mahasiswa-mahasiswa kedokteran pasti akan mengenal pada permulaan studi-studi
forma, buku-buku Aphorisms, karangan Hippocrates , Questions, karangan Hunain Bin
Ishaq, dan Kitab Guide karangan Ar Razi. Selanjutnya, ia akan mempelajari buku-buku
induk Treasury, karangan Thabit bin Qurrah, The Book of al Mansur, karangan Ar Razi,
dan terakhir ia akan mempelajari Continens dan Canon, Karangan Ibnu Sina. Dalam
berbagai ensiklopedia yang ditulis orang beberapa tahun terakhir ini, tetap mendudukkan
kitab Canon pada posisi yang penting. Ibnu Sina, Disamping Al Razi, hingga abad ketujuh
belas, menduduki tempat puncak dalam penulisan buku-buku kedokteran.

4. INTELEKTUAL MUSLIM YANG MENGUKIR SEJARAH DUNIA KEDOKTERAN

1. Al Kindi ( 185-252 H/801-865 M )


Nama lengkapnya : Abu Yusuf, Ya’kub Ibnu Ishak as Sabbah, Ibnu Al Asha’ath,
Ibnu Kays, Al Kindi. Ia dilahirkan di Kufah pada tahun 185 H, ayahnya adalah seorang Emir
kota itu. Terkenal dalam filsafat, kedokteran, logika, ilmu-ilmu alam berupa ilmu
matematika, geometri dan astronomi. Ia dipilih oleh Khalifah Al Makmun sebagai ahli
penerjemah di istana.
Al Kindi dikenal orang sebagai filosuf besar. Orang menyebutnya sebagai filosuf
Arab. Dia berpendapat bahwa orang yang mempraktekkan kimia dengan tujuan mengubah
sesuatu benda menjadi emas, hanya menghilangkan waktu saja. Karangan-karangannya
tidak kurang dari 256 buah kitab. Di antarannya 22 buah dalam bidang filsafat, 16 buah
dalam bidang astronomi, 11 buah dalam bidang matematika, 32 ilmu ukur, 22 buah dalam
bidang kedokteran, 11 buah mengeani ilmu-ilmu alam, 7 buah mengenai musik, 5 buah
mengenai ilmu jiwa, dan 9 buah dalam logika. Disamping itu , iapun mempunyai beberapa
buah risalah mengenai pasang surut air laut, obat-obat ramuan, alat-alat astronomi, ilmu
tambang serta mengenai batu-batu murni.
Ia menulis beberapa makalah mengenai macam-macam bahan makanan, obat-
obatan, cara menyembuhkan atau mengobati sakit perut, serta keterangan-keterangan
mengenai teori meramu obat-obatan di apotik.

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


164
Buku karangan mengenai ilmu mata ( optalogi ), disalin orang kedalam bahasa latin
dengan judul De Aspectibus. Studi studinnya didasarkan kepada Euklid, Heron dan
Prolomy.
Ilmuwan Eropa yang sangat tertarik padanya di abad pertengahan adalah Roger
Bacon. Di dalam Encyclopedia of Islam, Nalino menyebutkan bahwa Al Kindi menulis buku
berjudul De Medicanarum Compasitarum Gradibus. Buku inilah yang pertama kali
membangun ilmu posologi dalam kedokteran yang berdasar matematika.

2. Hunain Bin Ishaq Al ‘Ubbadi (194-265 H/810-878 M)


Dilahirkan di Hyra (194 H-809 M). Ayahnya adalah seorang Nestorian, bekerja
sebagai apoteker. Ia pernah menjadi murid Yuhana bin Masawain di Yunde-Shahpur.
Menguasai empat bahasa: Syria, Persia, Yunani dan bahasa Arab. Karena itu tidak heran
kalau ia menjadi penerjemah besar. Ia telah menterjemahkan 95 buah buku kedalam
bahasa Syria, dan 39 buku kedalam bahasa Arab.
Sebagian besar buku-buku yang ia terjemahkan adalah buku-buku karangan Galen.
Ia juga menerjemahkan Aphorism, karangan Hipocrates. Dan hanya Aphorism satu-satunya
menarik Hunain. Perhatian lebih banyak dicurahkan kepada buku-buku Galen. Buku-buku
kedokteran lain yang ia terjemahkan adalah buku Seven Books karangan Paul Aegina, juga
Materia Medica karangan Dioscurides.
Disamping menerjemahkan, ia juga meneliti dan mengedit hasil-hasil terjemahan
murid-muridnya. Dari terjemahan itu, ia menjadi matang dalam ilmu kedokteran. Ia pun
menulis berbagai komentar tentang buku-buku Hunain, yang pada umumnya sengaja
ditulisnya untuk dipergunakan sebagai teks book bagi murid-muridnya. Karangan-
karangannya adalah: Kitabul Asyr Maqalat fil’ ain ( soal-soal mata ), Al Masail fil’ ain
( soal-soal mata ), serta Al Massail fit Tibb (Questions on Medicine, soal-soal kedokteran).
Selain itu, ia mempunyai tidak kurang 47 buah karangan mengenai Ilmu Kedokteran.
Berikut ini, enam buah buku karangan Hunain bin Ishaq, khusus mengenai
kedokteran anak, Thibb al Athfal, yang kami nukilkan dari Ibnu Abi Ushibiah, dan dia
menyebutkan bahwa tidak banyak membaca buku-buku Hunain mengenai kedokteran
anak, kecuali yang enam ini, yaitu:
- Tsamaru Kitabi Abqurat fil Mauludin Li Tsamaniati Asyhur (Buah Kitab Hipocrates
Mengenai Bayi Berumur Delapan Bulan).

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


165
- Maqalah fi Kaunil Janin, Mimma Jumia Min Aqawili Jalinus wa Abqort (Sebuah Makalah
Tentang Keadaan Bayi, Menurut Pendapat Gelen dan Hipocrates).
- Kitabun Fil Laban (Kitab Tentang Susu).
- Kitaabun fi Man Yuladu Li Tsamaniyati Ansyhur, `Ala Thariqil Mas`alah wal Jawab (Kitab
Tentang Bayi Yang Dilahirkan Dalam Umur Delapan Bulan, Dalam Bentuk Soal-Jawab).
- Al Maulidin Li Sab`ati Asyhur (Bayi Berumur Tujuh Bulan).
- Risalatun Fi Tadbiiril Maulidin (Sebuah Risalah, Cara Memelihara Anak Bayi).

3. Ali Abbas Al Majusi (….- ±400 H/….-1010 M)


Orang Barat memanggilnya Haly Abbas. Dilahirkan di Asia Barat Daya pada abad
kesepuluh Masehi, dan tak ada orang yang tahu pasti ketepatan tahunnya. Ia menulis
sebuah ensiklopedi dalam Ilmu Kedokteran, Kaamilus Shinaa-`ah At Thibbiyyah (The Whole
Medical Art, demikian orang menerjemahkannya). Sebagian orang menyebutnya Al Kitab al
Maliki. Dan dalam bahasa latinnya orang menyalin dengan nama Liber Regius. Kitab Al
Kamil-nya ini, berisi berbagai macam permasalahan kedokteran. Khusus pada Jus Kedua, ia
menulis tiga bab mengenai Kedokteran Anak, Tibb al Atfal, dan beberapa bab mengenai
pengobatan, cara penyembuhan, serta apotek. Sedangkan pada juz pertama, ia menulis
tentang cara meramu obat-obatan, anatomi, udara, sebab-sebab penyakit, serta gejala-
gejalanya.
Ketinggian ilmu Al Majusi nampak begitu orang membaca ensiklopedinya itu.
Selama beberapa waktu buku Al Majusi dipelajari orang, hingga datang ahli kedokteran
besar Ibnu Sina.

4. Ali Bin Suhal At Thabari (….-247 H/….-862 M)


Ali bin Suhal bin Rabban At Thabari, lahir dari kalangan keluarga Nestoria. Tinggal
di Tibristan menjadi sekretaris Sultan Maziar bin Qarun, tahun 830. pada masa
pemerintahan Al Watsiq, ia datang ke Samara, diteruskan hingga masa Al Mutawakkil. Ia
menulis Firdau Al Hikmah, disebutkan di dalamnya tentang cara menggunakan obat-
obatan, makanan-makanan sehat, serta cara-cara hidup sehat. Ia masuk islam pada tahun
855 M. kemudian menulis buku kritikan terhadap agama Nashrani, Ar Raddu `ala An
Nashara. Buku-bukunya yang lain adalah: Ad Diin wad Daulah (Agama dan Negara),
Tuhfatul Muluuk (Buah Raja-raja), dan Manaa-fi`ul At`imah (Manfaat Makanan).

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


166
4. Abu Bakar Ar Razi (240-320 H/854-932 M)
Nama lengkapnya: Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar Razi, dilahirkan di kota
Rai, beberapa mil dari Teheran. Waktu mudanya ia berkelana ke negri Persia, kemudian
pindah ke Baghdad untuk mencari ilmu, dan ia pun membaca buku-buku kedokteran dan
filsafat, serta menelaah buku-buku Galen, Hipocrates dan Hukum Hindu. Ahli-ahli sejarah
menyebutnya sebagai tabib paling besar di abad pertengahan. Sebagian memberinya gelar
Abut Tibb. Di Eropa namanya menjulang hingga abad ketujuh belas. Tabib-tabib
seangkatan menamakannya Tabib Kaum Muslimin, tanpa ada yang menandinginya.
Kitabnya yang pertama adalah Kitabul Hawi. Buku kitabul hawi ini merupakan hasil
eksperimen dan penelitian tentang fakta-fakta ilmiah. Sehingga kitab ini sering disebut
dengan kitab kedokteran semesta.
Dalam bidang kedokteran anak,ia mempunyai sebuah risalah khusus. Tibb al atfal,
yang berisi 24 bab yang merupakan klasifikasi dari berbagai macam penyakit yang hinggap
pada anak-anak. Masing-masing penyakit diterangkannya secara terperinci, sambil
menyebutkan cara pengobatannya, tanpa melupakan untuk menyebut gejala-gejala
tertentu dari masing-masing penyakit.

Abu Bakar Ar-Razi, Bapak Kedokteran Arab (Sumber: Ahmadie Thaha, 1982)

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


167
Bukunya yang lain adalah Mukhtashar Fil laban ( ringkas keterangan mengenai susu
), dan sebuah risalah berjudul ( Al judari wal hisbah ( cacar dan campak,Small - Pox dan
Measles ). Yang terakhir ini, merupakan buku paling baik dan paling pertama yang dapat
membedakan antara identifikasi kedua penyakit ini.
Kitabnya yang lain adalah : Man laa Yahdlurhut Thahib ( orang Yang Tidak
Didatangi Dokter ). Ia menasehati agar orang yang bisa didatangi oleh seorang dokter,
mengobati dirinnya sendiri semampunnya. Katanya dalam buku itu , “ Jika Anda dapat
berobat dengan makan, maka hindari obat-obat yang lain. Jika Anda dapat menemukan
obat yang tanpa dirimu, hindarkan makan atau minum obat hasil ramuan “.
Satu buku lagi yang perlu kami sebutkan disini yaitu Kitab Al Manshur, Emir
Khurasan, yang kemudian hari diterjemahkan oleh Gerard Cremony kedalam bahasa latin.
Dan konon, kitab inilah yang menyebabkan menjadi buta.

6. Al Biruni ( 351-440 H atau 443 H / 961 – 1048 M atau 1051 M )


Nama lengkapnya : Abu Ar Raihan Muhammadbi Ahmad Al Biruni. Penulis Arab
Persia. Dilahirkan di daerah Khawarism. Antaranya Ibnu Sina mempunyai hubungan
persahabatan yang akrab. Ia mempelajari beragam cabang ilmu pengetahuan : astronomi,
matematika, kedokteran, bahkan kesusastraan, dan sejarah.
Kitab sejarahnya yang lain adalah Al Aatsaar al Baaqiyah Minal Quruun al Khaliyah
( peninggalan-peninggalan yang tersisa dari abad-abad yang silam ). Sedangkan dalam
Astronomi, ia mempunyai Al Qanon al Mas’udi fil Hai’ah wan Nujuum ( Qanun Masudi,
tentang Astronomi dan Perbintangan ).
Dalam bidang kedokteran, ia terkenal ahli farmasi dan apoteker. Bukunya Kitab As
Shaidanah Fit Tibb ( Buku batu-batu perak yang berguna dalam bidang kedokteran ),
merupakan buku besar mengenai farmakologi, serta cara pengobatan. Sedangkan pada
bagian kedua, ia membicarakan materi-materi medis. Obat-obatan yang dicantumkan pada
buku ini, disusun menurut abjad sebagai kamus. Disamping menyebutkan obat-obat
tersebut, ia pun menyebutkan dari mana asalnya, macam-macamnya, kegunaannya, serta
dosisnya untuk penyakit-penyakit tertentu.

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


168
7. Ibnu Sina (371 – 429 H / 980 – 1037 M )
Orang menyebutnya sebagai guru ketiga bagi kemanusiaan setelah Aristoteles dan
al-Farabi. Kini sudah sepuluh abad dia tak ada didunia. Namun pikiran-pikirannya tetap
hidup dan dipelajari orang. Nama lengkapnya adalah : Abu Ali Al Husain Bin Abdillah Bin
Sina. Di lahirkan dikota kecil dekat Bukharah, Persia pada masa-masa keemasan
kebudayaan Islam. Setelah mempelajari Alquran Kariim, dia mempelajari buku-buku Aristo
dan Plato. Disamping dikenal dalam bidang kedokteran dan filsafat, ia juga terkenal dalam
bidang ilmu-ilmu fisika dan astronomi. Dia adalah seorang tabib, apoteker, filosuf,
matematikus, dan astronom. Mengarang buku sewaktu berumur 21 tahun. Ia menjadi
dokter tanpa memungut bayaran. Dengan praktek umum ini, ia pun terkenal pada
masannya, sehingga orang memberikan gelar Syeikh Rais.
Diantara buku-buku karangannya, yang paling terkenal adalah Al Qanun Fit Tibb
( Canon Of Medicine ), terutama pada bagian khusus mengenai obat-obatan dan bahan
obat-obatan , dan kitab As Syifa‘ ( Yang sembuh ), khususnya mengenai ilmu-ilmu alam,
ilmu logam, ilmu tumbuh-tumbuhan dan binatang.

Ibnu Sina (Sumber: Ahmadie Thaha, 1982)

Al Qanun Fit Tibb, merupakan himpunan perbendaharaan ilmu kedokteran terbaik


yang dikarang orang dibanding buku-buku yang ada sebelumnya. Hal ini disebabkan
sistematika penulisan yang demikian teratur serta kesungguhannya dalam memberikan
fakta-fakta ilmiah, dengan menyebutkan proses eksperimen yang dilalui oleh manusia.
Dalam buku itu, Ibnu Sina telah menulis berbagai cabang ilmu kedokteran : Ilmu
kesehatan, cara mengobati penyakit, ilmu obat-obatan, anatomi, farmakologi. Diantara isi

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


169
Al Qanun, terdapat bagian khusus mengenai pendidikan anak-anak,serta penyakit-penyakit
yang sering hinggap pada anak-anak. Bagian ini berjudul “ Pengajaran pertama dalam
pendidikan “, terdiri dari 4 pasal.
Diantara 276 karangan Ibnu Sina lainnya adalah Al arjuzah Fit Tibb, ilmu
kedokteran berbentuk rangakaian puisi yang terdiri dari 1334 bait. Rupannya, inilah yang
menunjukkan bahwa ibnu Sina seorang sastrawan. Ia sengaja dikarang untuk memenuhi
masyarakat elit kala itu, yang ditandai dengan kecintaannya terhadap syair. Namun bahasa
Al Arjuzah memang tak mudah untuk dimengerti oleh orang awam, karyannya Al Qanun
dan As Syifa’ lebih dikenal orang.

8. Az Zahrawi ( 324 – 404 H / 936 – 1013 M )


Nama lengkapnya adalah: Abul Qasim Ibnu Abbas Az Zahrawi, dilahirkan di El
Zahrah, beberapa mil barat daya Qordoba, Andalusia. Jika ditarik garis nasab
keturunannya, dia berasal dari kaum Ansar. Dia hidup semasa Abdurrahman III, tabib bagi
Abdurrahman.
Ia dikenal orang sebagai Bapak Ilmu Bedah, Meskipun dalam kitabnya At Tashrif,
Cuma dua makalah yang membicarakan tentang praktek pembedahan. Dalam prakteknya,
pertama dia membasuh alat-alat pembedahannya dengan zat safrah, sehingga yakin akan
sterilnya. Kedokteran modern membuktikan bahwa safra dapat mengurangi tumbuhnya
bakteri. Ia telah berhasil menyambung nadi, mengeluarkan batu dari kantong kemih
wanita.

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


170
Abul Qasim Az-Zahrawi dan salah satu bukunya yang diterjemahkan ke dalam
bahasa latin, tahun 938 (1532). (Sumber: Ahmadie Thaha, 1982)

Dengan ensiklopedianya, Az-Zahrawi menjadi guru para dokter Eropa selama lima
abad. Gerrard Cremona, telah manerjemahkhan At-Tasrif kedalam bahasa Latin pada tahun
899, kemudian dicetak di Distranberg pada tahun 938, dan dua belas tahun kemudian
terbit pula di Pool. Hal yang perlu disebutkan ialah bahwa kitab At-Tasrif tidak seluruhnya
diterjemahkan makalah per makalah, menurut yang dibutuhkan. Makalah khusus mengenai
obat-obatan terbit pada tahun 876, khusus ilmu bedah pada tahun 902, dan khusus
mengenai penyakit yang dialami wanita, pada tahun 973 H.
Dalam bukunya itu, sejak mula Az-Zahrawi memperingatkan para dokter untuk tidak
melakukan pembedahan apabila tidak menguasai secara mendalam ilmu anatomi
”kesalahan yang terjadi, dapat menimbulkan kematian,” demikian kata Az Zahrawi dalam
At Tasrif-nya.

9. Ibnu Maimun (529-601 H/1134-1204 M)


Nama lengkapnya: Abu Umran Musa bin Maimun Al-Qurthubi, dilahirkan di Qordoba
tahun 1134 M. Ia disebut pula Maimonides. Berangkat ke Mesir dan belajar kedokteran.

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


171
Mata pencahariannya adalah membuka praktek kedokteran, mengabdi pada sultan Saladin
Al Ayyubi, dan dipilih oleh raja Al Afdal sebagai tabib pribadinya.
Buku-buku karangan ibnu Maimun berjumlah sepuluh buah. Di antaranya yang
paling penting: Fushul Qusthubi, yang disebut juga Fushulu Musa bin Maimun.
Karangannya pula berupa sebuah risalah yang berjudul: as Sumum wat Taharruz Minal
Adiwiyah al Qattalah, serta Ar Risalah al Afdloliyyah, membahas tentang suasana-suasana
kejiwaan serta cara memberinya semangat.

10. Ibnu Al Bithar (575-646 H/1197-1248)


Nama lengkapnya : Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad Dliyauddin al Andalusia al
maliqi al’Ussyab. Orang menyebutnya Ibnu Al Bithar. Dilahirkan di Malaga, Spanyol. Ia
senang mengumpulkan berbagai macam rumput-rumputan dari pelosok daerah Sicilia.
Sewaktu ia berumur dua puluh tahun, ia berkelana keliling Asia Utara, Marakisy, Aljazair,
dan Tunis, untuk memperlajari rumput-rumputan. Ketika ia sampai di Mesir, ia mengajukan
permohonan diterima sebagai dokter, kepada raja Al Kamil al Ayyubi. Selanjutnya ia
diterima menjadi dokter di isatana, hingga masa pemerintahan putera Raja Kamil, yang
bernama Najmuddin, yang tinggal di damaskus.
Di Damaskus, ia mempelajari rumput-rumputan Syiria. Dari sana ia pindah ke asia
Kecil mencari langsung ke tempat-tempat rerumputan, sambil mempelajari cirri-cirinya.
Ibnu Al Bithar dikenal sebagai seorang dokter yang pandai, ahli rumput-rumputan
yang pandai. Karangan-karangannya banyak sekali, hasil dari studi, penelitian serta
eksperimen-eksperimennya. Pertama berjudul: Al jamik Li Mufradaa-til adwiyah wal
Aghdiyah, sebuah kamus berisikan berbagai macam obat-obatan yang berguna untuk
mengobati beragam penyakit. Kedua: Al Mughanni fil Adwiyah al Mufradah, membicarakan
tentang cara mengobati organ-organ tubuh, dilihat secara organ per organ, ringkas dan
mudah dipahami.

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


172
Al-Bithar (Farmakolog dari Andalusia, Spanyol) (Sumber: Ahmadie Thaha, 1982)

11. Kahin Al Ath Thar


Namanya: Abul mani Ibnu Abi An Nashr al At Tar al Israili al Haruni. Dikenal dengan
sebutan Kahin Al At Thar. Tinggal di Mesir pada abad ketiga belas Miladiah. Pada tahun
658 H- 1360 M, ia menerbitkan bukunya yang berjudul Minhajud Dukkan Wa Dustuur al
A’yaan fi A’maal wa taraa-kiibil Adwiyah an Naafi’ lil Abdaan” ( Management of the Drug
Store, Managemen Toko Obat-obatan), tentang apotek.

12. Dawud Al Antaki (…..-1008 H/….-1600 M)


Dia adalah Syeikh Dawud Al Antaki, Si Buta. Lahir di Antioche pada abad ke sepuluh
Hijriah. Orang memberinya gelar: hakim mahir farid, ahli himah, mahir dan tersendiri, serta
tabib hadziq al wahid, satu-satunya dokter cerdik. Ia Mengkhususkan diri pada kedokteran
terapi (therapy-medis), cara meramu obat-obatan. Diantara karangan-karangannya yang
paling besar adalah: Tadzkiratu Ulil Albaab wal Jaami’ Lil’Ujbil.Ujjaab, terkenal dengan
sebutan Tadzkiratu Dawud. Terdiri dari tujuh ratus halaman format besar. Jumlah obat-
obatan yang dicantumkan didalamnya lebih dari 1770 buah.

13. Jirjis Bukhtyishu (…..-536 H/ …..-1178 M)

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


173
Dialah yang menangani Sekolah kedokteran di Yunde Shahpur. Dengan Jirjis, Al
Manshur merhasil menerjemahkan buku-buku Ilmu Kedokteran Yunani ke dalam bahasa
Arab, sehingga ilmu pengetahuan Yunani pindah ke Baghdad.

14. Tsabit Bin Qurrah (221-228 H/836-901 M)


Ia dilahirkan di Huran. Seorang Sabean yang kemudian mengabdi dalam ilmu-ilmu
Islam. Terkenal sebagai matematikus, tabib dan filosuf. Ia banyak menerjemahkan buku-
buku berbahasa Yunani serta mengomentarinya, dalam ilmu matematika dan astronomi.
Tsabit bin Qurrah adalah murid Hunain bin Ishaq. Diantara buku-buku karangannya
dalam bidang kedokteran, berjudul: Adz Dzakhii-rah fi Ilmit Tibb. Disamping itu, ada tiga
lain yang disebutkan yang disebutkan oleh Ibnu Abi Usbaiah, yaitu Jawaa-mi’nu Kitaa-bi
Galinus fi Mauluudiin Li Sab’ati Asyhur, risaalatun fil Judari wal hishbah (Risalah mengenai
Campak dan Cacar), serta Maqalah fi Shifati Kaunil Janiin, sebuah makalah tentang sifat-
sifat bentuk Janin.

15. Yuhana Bin Masawaih (…..-243 H/ …..-857 M)


Ia disebut juga Yuhana Ad Damsyiqi. Dalam waktu yang lama ia mengajar di
Yunde-Shahpur, Persia. Kemudian Harus Ar rasyid memilihnya sebagai Pimpinan Sekolah
Daar el Hikmah, dalam kedokteran mata, dan Al janin dalam kedokteran Anak.

16. Ishaq Yuda (241-344 H/855-955 M)


Berasal dari Mesir dan tinggal di Qairawun, Tunis, hidup semasa dengan Ar Razi. Ia
bekerja diistana daulat Fatimiah di Tunisia. Bukunya yang telah diterjemahkan orang
kedalam bahasa Latin, berjudul: Constantine the African, tahun 1080 M, mengenai ilmu
pengobatan, On Fevers, mengenai penyakit Malaria, On the Elements (elemen-elemen), On
Simple Drugs an Alimentas (mengenai obat-obatan yang mudah diperoleh serta macam-
macam penyakit. Kemudian On Urine, mengenai kencing batu. Satu bukunya yang lain,
yang ditemukan terjemahannya dalam bahasa Yahudi, adalah Pembimbing Untuk Para
Dokter.

17. Ibnu Zuhr (436-525 H/1073-1162 M)

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


174
Lahir di Penaflor, Spanyol. Ia bekerja sebagai dokter diistana Andalusia. Bukunya
yang telah diterjemahkan oleh Paravicius, tahun 1280, ke dalam bahasa Latin, berjudul At
Taisiir (Theiser, Kitab Pemudah). Dalam bahasa Inggrisnya ia diterjemahkan dengan judul;
Facilitation of Treatment. Kitab ini merupakan prakteknya selama beberapa tahun. Ia
disebut sebagai dokter yang terkenal dengan eksperimennya, sedudah Ar Razi. Dan dialah
satu-satunya dokter Islam yang terjun kedalam spesialis penyakit mata. Ia sama sekali
tidak menaruh perhatian pada Ilmu bedah, apotek, ataupun filsafat. Katanya,”Dokter yang
telah tertarik perhatiannya pada kedokteran mata, ia tidak boleh berpaling kepada bidang-
bidang yang lainnya.”

18. Ibnu Al Khatib (713-766 H/1313-1374)


Terkenal karena tulisannya mengenai penyakit menular. Pada tahun 1348 hingga
tahun 1349, di Spanyol terjadi wabah penyakit menular. Ibnu Al Khatib tertarik dan
kemudian mempelajarinya sebab-sebab timbulnya penyakit manular tersebut. Hasil
penelitiannya ditulis dalam bukunya Epidemie. Penulisan mengenai penyakit manular,
kemudian diteruskan oleh Ibnu Khatima (wafat 771 H/1369 M).

19. Ali Bin Ridwan (…..-453 H/ ….-1061 M)


Ia dikter Mesir yang banyak menelaah buku-buku Galen dan pengarang-pengarang
Yunani lainnya. Terkenal karena polemiknya yang panjang antaranya dengan Ibnu Buthlan,
dalam Ilmu kedokteran. Buku-buku karangannya berjudul: Maqalah fi Anna Jalinus Lam
Yakhlut Fi Aqaawiilihi Fil Laban ’Ala dzanni Qaum, Makalah mengenai Kebenaran Pendapat
Galen Mengenai Air Susu, Tidak Seperti yang Disangkakan Sebagai Orang. Dan juga:
Sebuah ridalah cara terapi bayi yang ditimpa penyakit dual fil. Karangannya yang telah
diterjemahkan orang, berjudul: Ars Parva.

20. Khalifah Bin Abil Mahazen


Hidup pada masa pertengahan kedua abad ketiga belas. Karangannya mengenai
penyakit mata berjudul: Al Kaa-fi Fil Kuhl. Buku ini diperlengkapi dengan gambar alat-alat
yang dipergunakan untuk mengoperasi mata. Sebagian besar alat-alat tersebut dipetik dari
buku Az Zahrawi.

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


175
21. Al Qawani
Tabib Andalusia. Mulai menulis hasil-hasil studinya sejak awal tahun 1159 M, dan
hingga menyelesaikannya di Isybilia. Ada enam makalah, khusus membicarakan tentang
kedokteran Mata. Yang sampai kepada kita, hanyalah makalah kelima, yang dipelajari oleh
seorang dokter wanita dari Spanyol, bernama Vasque de Benito. Dia mempelajarinya, serta
memberinya komentar , serta memberinya judul: La Quinta Maqalade Alcoati, tahun 1972.
Disana, Al Qawani membicarakan tentang bentuk mata, anatomi mata dengan
menyebutkan bagiab-bagiannya, penyakit yang biasa hingga kepada mata, serta berbagai
macam obat-obatan yang perlu untuk menyembuhkan penyakit-penyakit tersebut.

22. Ammar Al Moushili (….-401 H/….-1010 M)


Namanya: Abul Qasim Ammar bin Ali Moushili. Wafat sekitar tahun 1010 M. Hidup
pada masa-masa pemerintahan khalilah fatimi Al Hakim Bi Amrillah. Dia adalah salah
seorang dokter mata paling terkenal di Arab. Namanya di Barat: Canamusli. Tinggal di
Mesir, Irak, dan sebagai musafir ke Khurasan dan Palestina. Dokter pertama yang
mengadakan praktek terhadap air azraq dengan mempergunakan jarum logam hasil
ciptaannya sendiri. Bukunya berjudul: Al Muntakhab fi’Ilaa-ji Amraa-dlil ’Ain (Pilihan Untuk
Mengobati Penyakit-Penyakit Mata). Meskipun buku ini sangat ringkas, namun nampak
jelas pangalaman dan eksperimen Ammar Al Moushili dari praktek-prakteknya sepanjang
perjalanannya dari Persia, Irang, Palestina, dan negara-negara Syiria.

23. Ahmad Bin Muhammad At Thabari (320-366 H/923-976 M)


Ia terkenal dalam bidang kedokteran anak-anak. Kitabnya berjudul: Al Mu’aa-lajaat
al Buqraa-thi-yah. Pada mukaddimahnya, ia mengatakan tentang dirinya, bahwa sebelum
dirinya, belum ada seorangpun yang membicarakan tentang kedokteran anak-anak secara
terperinci. Orang-orang terdahulu cuma mengartikan kedokteran sebagai suatu ilmu.

24. Ibnu Al Jazzar Al Qoiruwani (285-369 H/895-980 M)


Juga terkenal dalam kedokteran anak-anak. Karangannya berjudul: Siyasatus
Sibyaan wa Tadbiiruhum ( Politik Anak-anak Kecil dan Cara Mengaturnya).

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


176
25. Uraib Bin Sa’ad
Penulis dari Qordoba. Bukunya berjudul: Khalqul Janiin wa Tadbirul Hubaa-laa wal
Mauluudiin (Proses Terciptanya Janin, Cara Memelihara Bayi).
Buku ini merupakan pembahasan psikologi dalam ilmu kedokteran Anak-Anak.
Meskipun dalam pembahasan-pembahasannya penuh dengan kelebihan-kelebihan namun
terdapat pula kesalahan-kesalahan ilmiah yang tak dapat dibuktikan melalui Ilmu
Kedokteran Modern.

26. Al Quff (619-685 H/1222-1286 M)


Namanya: Ibnu Al Quff Abul Faraj. Dia adalah amin daulah Ya’qub. Filusuf, dokter,
dan ilmuan besar. Buku karangannya, berjudul: Asy Syaafi Fit Tibb (Kelengkapan Dalam
Ilmu Kedokteran) dan Kitabul ’Umdah fi Shinaa-atil Jarrah (Kitab Penuntun Dalam Ilmu
Bedah), serta Kitaabu Jaa-mi’il Faradl Fii Hifdzis Shihhah wal Maradl (Kitab Kumpulan
Keharusan Usaha Dalam Menjaga Kesehatan dan Menyembuhkan Penyakit).

27. Habal (519-610 H/1121-1213 M)


Namanya adalah: Ibnu Habal Muhadzdzabuddin Ali bin Ahmad, Abdul Hazan. Tabib
dari Baqdad. Dilahirkan di Baghdad dan wafat di Maridin dan Moushil. Karangannya: Al
Maukhtaa-raat fit Tibb (Antologi Ilmu Kedokteran). Tiga pasal pada Juz Pertama dari
kitabnya tersebut, ia membicarakan tentang cara melahirkan, cara memelihara bayi, cara
memberinya makan, serta penyakit-penyakit yang hinggap pada anak-anak kecil.

28. Ibnu Qayyim Al Jauziah (691-751 H/ 1282-1372 M)


Nama lengkapnya: Muhammad bin Abi Bakar bin Ayyub bin Sa’aduddin Haritz.
Ayahnya bernama Abubakar dan bekerja sebagai dewan curator di Sekolah Al Jaujiah,
Damaskus. Dia adalah murid yang paling dicintai oleh gurunya Ibnu Taimiyah.
Kala itu, Ibnu Qayyim menulis berbagai cabang ilmu pengetahuan, mulai tentang
tauhid - syariat, bahasa, sastra, kedokteran sampai malasah cinta dan lain sebagainya.
Buku-bukunya dalam bidang kedokteran ialah: Al Jawaab al Kaafi Liman Sa-ala’Anid
Dawaa’asy Syaafi (Jawaban Memadai Bagi Orang Yang Bertanya Tentang Obat Mujarab),
Zaadul ma’aad fi Hadyi Khairil’Ubbad (Tibb al Nabi); At Thaa-’uun; Thibb al Quluub
( Kedokteran Hati). Kedokteran merupakan bidang yang dipelajari dengan tekun oleh Ibnu

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


177
Qayyim disamping cabang-cabang ilmu lain yang berhubungan dengan kedokteran, seperti
biologi, embriologi dan lain-lain. Buku kedokterannya yang paling baik adalah tafsirannya
mengenai hadist dan Al-quran yang erat kaitannya dengan ilmu kedokteran.
Ia banyak menuliskan istilah-istilah baru setelah mengoreksi kesalahan-kesalahan
yang dipakai oleh ahli-ahli ilmu kedokteran sebelumnya. Seperti mulut usus diberi istilah
oleh sebagian orang dengan fuad, padahal arti fuad yang sebenarnya adalah hati. Oleh
karenanya ia memberinya istilah dengan sadafah. Usus dengan mushran sebab ia
merupakan jalannya makanan. Dengan terpenting ia menerangkan cara peredaran darah,
pecernaan makanan, lipatan-lipatan usus dan terciptannya janin. Ia mengatakan bahwa air
mani laki-laki saja tidak mungkin dapat melahirkan anak ia musti bertemu dengan materi
lain dari wanita. Dari penelitian abad moderen materi dari wanita itu adalah sel telur.
Dialah yang menemukan sel telur wanita, pertama.

29. Muhammad Bin Aslam Al Ghafiqi (…..- 991 H)


Namanya adalah Muhammad bin Qashum binAslam Al Ghafiqi, ia hidup di abad ke-
12 Miladi. Tak banyak orang yang menyebutkan namanya. Pada tyahun 1977, Dr. Hasan Ali
Hasan, mentahqiq buku karangan Al Ghafiqi berjudul Al Mursyid fil Kuhal (Petunjuk
mengenai mata), dalam rangka memperoleh gelar Doktor, di Universitas Madrid.
Dr Hasan Ali Hasan menemukan buku karangan Al Ghafiqi dari karangan Al Ghafiqi
dari keterangan Lecrerc dan Hirschberdg yang menyebutkan bahwa Al Ghafiqi mempunyai
karangan yang manukripnya masih tersimpan diperpustakaan Oskurial. Buku Al Ghafiqi itu,
Al Mursyid fil Kuhal, ditulis, pada tahun 991 H, di Malaga Spanyol.
Al Musyid Fil Kuhal dibagi oleh Al Ghafiqi kedalam 6 makalah, masing-masing
makalah diperinci pasal demi pasal dan tiap-tiap pasal terdiri dari beberapa pelajaran. Ia
membicarakan tentang pengertian mata indra penglihatan, susunan mata, anatomi mata,
masalah udara, makanan, minuman, gerak dan diam, tidur dan bangun, santai dan sibuk,
tentang penyakit, sebab dan gejalanya, tentang obat-obatan dan cara meramunya, dan
warna-warna yang baik untuk mata adalah : biru langit, hitam, biru, ungu. Sedangkan
warna merah, putih, kuning, tidak baik untuk mata sebab ia memancarkan sinar, dan tidak
menyerapnya. Ia juga berbicara dengan dacriocistorrinostomy, cristallin, pannus, dan cara
mengoperasi mata. Dengan menerangkan tentang kornea, ia pun menerangkan tentang
kaca mata. Dalam praktek pembedahan, Al Ghafiqi membagi air kedalam 11 macam.

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


178
Sebagian ada yang baik, dan sebagian ada yang tidak baik untuk dipergunakan dalam
praktek pembedahan.
Muhammad bin Aslam Al Ghafiqi, telah mengusai benar tentang ilmu kedokteran,
khususnya dalam bidang kedokteran mata. Praktek-praktek kedokterannya telah
menjadikan Al Mursyid fil Kuhal sebagian buku ensiklopedi yang lengkap dan menyeluruh
tentang penyakit mata, khususnya. Tak ada bagian dari penyakit mata yang tidak ia
bicarakan. Oleh karenanya, bukunya itu, patut dipelajari. Kitabnya itu nampak lebih
menarik dengan gambar-gambar mengenai mata.

Catatan Kaki

1. Fazlu Rahman, Health and Medicine in the Islam Tradition (New York : Crossroad,
1987), hal. 39.

2. Kepercayaan ini diterima oleh banyak kaum Muslim yang memiliki otoritas dalam bidang
kedokteran dan para sejarawan pemikiran seperti Sa’id al-Andalusi Ibn al-Qifthi, serta
oleh para sejarawan religius, termasuk al-Ghazali. Lihat Osman Bakar, Tawhid and
Science: Essays on the History and Philosophy of Islamic Science. ( Tauhid dan Sains,
Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam). Bandung: Penerbit Mizan. Cet.
Kedua, Rajab 1416/Nopember 1995. ha. 120.

3. Osman Bakar, Tawhid and Science: Essays on the History and Philosophy of Islamic
Science. (Tauhid dan Sains, Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam).
Bandung : Pustakan Hidayah Cet. Kedua, Rajab 1416/Nopember 1995, hal. 135.

4. Muhammad Husain Haekal, Hayatun Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad) Cet. Ke-
20, pen. Litera Antar Nusa, Jakarta, 1996, hal. 566.

5. Banyak hadis yang menggambarkan bahwa Rasulullah adalah manusia yang paling
peduli masalah kesehatan. Dibawah ini beberapa hadis tersebut.

Suatu hari datanglah seorang Arab dusun (Badui) kepada Rasulullah Saw., lantas ia
bertanya kepada beliau SAW :
”Ya Rasulullah hal apakah yang paling baik aku minta kepada Allah SWT. setelah
selesai melakukan shalat lima waktu ?”
Rasulullah Saw. menjawab : “Mintalah kesehatan”
Orang Arab dusun itu tetap mengulangi pertanyaannya, maka untuk yang ketiga kalinya
Rasulullah mengatakan :
“Mintalah kesehatan di dunia dan di akherat” (Ibnul Qayyim Al-Jauzi, Ath-Thibbun
Nabawwiy, Sistem Kedokteran Nabi. Semarang: Dina Utama, 1994, hal. 1.)

Dalam riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda,

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


179
Dua nikmat di mana kebanyakan manusia tidak memperhatikannya yaitu nikmat
kesehatan dan waktu luang. (HR. Bukhari dalam “Al-Riqaq” 11/96).

Barang siapa yang di pagi hari merasa aman di tengah-tengah kaumnya, sehat
tubuhnya dan memiliki pangan hari itu maka seakan-akan ia telah memiliki dunia
dengan segala isinya. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam At-Tarmizi
(Hadis no. 2347) dan Ibnu Majah (Hadis no,4141).

Disebutkan, dari Abu Hauraira Rasulullah Saw. bersabda :


Nikmat pertama yang ditanyakan kepada seseorang hamba pada Hari Kiamat yaitu
apabila ditanyakan kepadanya: “Tidakkah telah Kami sehatkan badanmu dan telah Kami
segarkan (kenyangkan) kamu dengan air yang dingin.” (Hadis ini diriwayatkan A-Tarmizi
(hadist no. 3555) dalam tafsir bab “Wa min Surat Al-Haakum A-Takatsur,” dengan sanad
shahih, juga disahkan Ibnu Hibban (2585). Lihat juga Syamsuddin Muhammad ibn Aby
Bakr ibn Ayyub Az-Zar’iyyah ad-Damsyqy (Ibnul Qayyim al-Jauziyah). Beirut : Daar Ats-
Tsaqaafat al-Islamiyah, hal. 1.)

6. Fazlur Rahman, Etika Pengobatan Islam, Penjelahan seorang Neomodernisme.


Bandung, Mizan. Cet. I. Hal. 57.

7. Dr. Najib Kailani Fi Rinaabit ath-Thib and Nabawi, Beirut 1980., h. 11-12, atau lihat
Ahmadie Thaha Kedokteran dalam Islam (1982) Surabaya : pt. Bina Ilmu, hal. 23

8. Ahmadie Thaha, Kedokteran dalam Islam (1982) Surabaya : pt. Bina Ilmu, hal. 25-32.
9. dr. H. Muhammad Th. Kedudukan Ilmu dalam Islam. (1984), Surabaya : Al-Ikhlas, hal.
126.

Islam Disiplin Ilmu Kesehatan


180
Islam Disiplin Ilmu Kesehatan
181

Anda mungkin juga menyukai