diantara yang paling peduli dan mampu melahirkan institusi medis dan kesehatan baru
jauh sebelum terori-teori kedokteran modern mengungkapkannya. Berkat upaya ilmiah,
beberapa dokter muslim terkenal terutama Ibnu Sina seluruh institusi pengetahuan
kedokteran yang diketahui oleh orang Islam terekam secara sistimatis dalam karya-karya
yang telah diakui secara luas sebagai salah satu ensiklopedia kedokteran terbesar
sepanjang masa.
Sistem kedokteran Islam, setidaknya selama masa keemasannya juga telah
memperlihatkan sintesisnya yang hebat dan sifat fleksibel atau dinamisnya seperti
tercermin dalam kemampuannya untuk mengadaptasi perubahan, dan juga karakter
ilmiahnya melalui kemampuan untuk menyerap doktrin-doktrin, metode-metode dan
teknik-teknik terbaik dari berbagai sistim medis tradisional yang mereka temui.
Pokok kajian ilmu kedokteran, seperti yang dijelaskan oleh Ibnu Sina dalam maha
karyanya The Canon of Medicine yang dijadikan rujukan ensiklopedia kedokteran dan
bertahan selama delapan abad menyebutkan ilmu kedokteran adalah “cabang ilmu yang
membahas tentang keadaan-keadaan sehat dan sakit tubuh manusia dengan tujuan
mendapatkan cara yang sesuai untuk menjaga atau mempertahankan kesehatan.”
Tujuan ilmu kesehatan (kedokteran) menurut dokter-dokter muslim adalah untuk
menjaga dan melakukan tindakan-tindakan yang sesuai, yang, dengan izin Allah,
membantu memulihkan atau mempertahankan kesehatan tubuh manusia. Keadaan normal
tubuh manusia adalah sehat. Dalam keadaan keadaan ini semua fungsi tubuh berjalan
Dokter-dokter muslim membagi ilmu kedokteran ke dalam dua bagian utama, yaitu
teoritis dan praktis.
1. Kedokteran Teoritis
Kedokteran teoritis meliputi ilmu cabang utama. Yaitu :
b. Fisiologis
Ilmu yang namanya ‘ilm umur thabi’iyyah ini secara harfiah berarti “sains
tentang hal-hal alamiah “ (tubuh manusia) berkaitan dengan fungsi semua struktur,
organ, dan bagian-bagian tubuh manusia sebagai organisme hidup. Fisiologi muslim
di dasarkan pada teori humoral yang berbeda secara fundemental dalam berbagai
hal dari fisiologi kedokteran moderen. Teori humoral ini akan di bahas kemudian.
c. Patologi
Di pahami dalam arti luas, ilmu ini (ilm ahwal badan) berkaitan dengan
keadaan-keadaan tubuh. Patologi adalah kajian tentang keadaan dan manifestasi
penyakit dan tantangan perubahan-perubahan fungsi dan struktur tubuh manusia.
Menurut dokter muslim terdapat tiga keadaan tubuh: 1) keadaan sehat. 2) keadaan
sakit. 3) keadaan tidak sehat dan tidak sakit . Yang dimaksud dengan kategori
terakhir ini adalah keadaan tubuh yang tidak memiliki penyakit maupun kesehatan
yang sempurna sebagaimana dalam kasus orang tua atau orang-orang yang baru
sembuh, yakni orang-orang yang berada dalam masa pemulihan kesehatan setelah
sakit, operasi, atau luka-luka.
d. Etiologi
Ilmu ini (ilm al-asbab) secara khusus berkaitan dengan kajian tentang
sebab-sebab penyakit atau keadaan-keadaan abnormal tubuh. Oleh karena itu
sangat erat kaitannya dengan patologi.
e. Simptomatologi
Ilmu ini (ilm bi al-dala’il) berkaitan dengan gejala-gejala penyakit. Dokter-
dokter muslim bersandar sangat kuat pada gejala-gejala eksternal seperti denyut
nadi (nabdz) dan kulit. Kemampuan mereka untuk mendiagnosis suatu penyakit
melalui gejala-gejala ini, khususnya denyut, sangat luar biasa. Ibnu Sina menyebut
10 aspek denyut nadi yang biasanya sangat di perhatikan oleh dokter-dokter
muslim selama diagnosis penyakit. Yakni:
1. Kuantitas
2. Kekuatan
3. Lama gerakan
4. Kondisi dinding pembuluh darah nadi, lembut atau keras
5. Volume darah dalam nadi
6. Lama periode diam
7. Debaran pulsa
8. Kesamaan dan ketidaksamaan
9. Keseimbangan pulsa
10. Irama
Dokter-dokter muslim juga sangat menyadari pentingnya sistem pencernaan
dalam kekacauan internal. Oleh karena itu mereka melakukan pemeriksaan fisik urin
dan tinja dalam diagnosis kasus-kasus seperti penyakit urinogenital, patogenesis
darah, ketidakseimbangan metabolisme dan penyakit liver.
2. Pengobatan
Istilah ‘Ilm al-‘Ilaj berarti ilmu pengobatan atau prosedur penyembuhan.
Ilmu ini terbagi menjadi empat cabang utama :
1. Terapi resimental (‘Ilaj bi al-tadbis)
Teknik pengobatan ini pada sangat sederhana seperti pemotongan vena,
pijak (fisioterapi), latihan, pemakaian obat pencahar, muntah dan bahkan
penggunaan lintah.
2. Dietoterapi (‘Ilaj bi al-ghidza’)
Terapi ini meliputi diet. Basis ilmiah bagi dietoterapi, menurut kedokteran
Islam, adalah teori korespondensi antara keadaan cairan tubuh dan keadaan
makanan, sehingga tujuan pengobatan ini untuk mengobati penyakit-penyakit
tertentu dengan mengatur kebiasaan makan pasien. Karena gagasan dasar
pengobatan dalam Islam adalah mencari suatu obat yang dapat membantu
kekuatan alami tubuh untuk melindungi diri dan untuk melawan penyakit yang
dihadapi. Tugas ahli gizi adalah menentukan diet yang kandung gizi dan
farmakologinya mempu utnuk memperkuat kemampuan alami tubuh (sistim
kekebalan tubuh).
3. Farmakoterapi (‘Ilaj bi al-dawa’)
Inilah bidang pengetahuan yang berlimpah dan membuat kontribusi yang
luar biasa bagi kemajuan kedokteran. Dalam kedokteran Islam, prinsip
farmakologi dan farmakoterapi sangat erat kaitannya dengan teori humoral
kedokteran modern. Penggunaan obat tertentu di atur oleh tiga factor utama :
1) keadan obat, 2) keadaan penyakit dan 3) tempramen pasien.
2. Zaman Terjemahan
Muncullnya agama Islam memberikan pengaruh yang amat besar dalam kehidupan
masyarakat Arab. Dari bangsa pengembara, mereka menjadi bangsa penetap dengan hidup
dikota-kota besar. Kurang dari lima puluh tahun Negara Arab telah melebar India dan
Persia di sebelah timur, hingga lautan atlantik dan Spanyol Utara di atas barat. Kota-kota
Kufah, Damaskus, Basrah, Samarkand, Qairawunn, Kairo, Tunisia, Granada, Sisilia, dan
Toledo, semuannya menjadi pusat kebudayaan orang-orang Arab dan kaum muslimin.
Khalid bin Yasid Muawiah, adalah khalifah pertama yang memberi semangat untuk
mengarang dan menerjemahkan. Ia sendiri Zahid dan giat dalam mempelajari ilmu-ilmu
kimia, apotik, kedokteran dan astronomi. Dia adalah orang pertama yang membuat lemari
buku. Dari sekolah Tinggi Alexandria, ia mendatangkan ahli kimia Marianus untuk
Abu Bakar Ar-Razi, Bapak Kedokteran Arab (Sumber: Ahmadie Thaha, 1982)
Dengan ensiklopedianya, Az-Zahrawi menjadi guru para dokter Eropa selama lima
abad. Gerrard Cremona, telah manerjemahkhan At-Tasrif kedalam bahasa Latin pada tahun
899, kemudian dicetak di Distranberg pada tahun 938, dan dua belas tahun kemudian
terbit pula di Pool. Hal yang perlu disebutkan ialah bahwa kitab At-Tasrif tidak seluruhnya
diterjemahkan makalah per makalah, menurut yang dibutuhkan. Makalah khusus mengenai
obat-obatan terbit pada tahun 876, khusus ilmu bedah pada tahun 902, dan khusus
mengenai penyakit yang dialami wanita, pada tahun 973 H.
Dalam bukunya itu, sejak mula Az-Zahrawi memperingatkan para dokter untuk tidak
melakukan pembedahan apabila tidak menguasai secara mendalam ilmu anatomi
”kesalahan yang terjadi, dapat menimbulkan kematian,” demikian kata Az Zahrawi dalam
At Tasrif-nya.
Catatan Kaki
1. Fazlu Rahman, Health and Medicine in the Islam Tradition (New York : Crossroad,
1987), hal. 39.
2. Kepercayaan ini diterima oleh banyak kaum Muslim yang memiliki otoritas dalam bidang
kedokteran dan para sejarawan pemikiran seperti Sa’id al-Andalusi Ibn al-Qifthi, serta
oleh para sejarawan religius, termasuk al-Ghazali. Lihat Osman Bakar, Tawhid and
Science: Essays on the History and Philosophy of Islamic Science. ( Tauhid dan Sains,
Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam). Bandung: Penerbit Mizan. Cet.
Kedua, Rajab 1416/Nopember 1995. ha. 120.
3. Osman Bakar, Tawhid and Science: Essays on the History and Philosophy of Islamic
Science. (Tauhid dan Sains, Esai-esai tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam).
Bandung : Pustakan Hidayah Cet. Kedua, Rajab 1416/Nopember 1995, hal. 135.
4. Muhammad Husain Haekal, Hayatun Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad) Cet. Ke-
20, pen. Litera Antar Nusa, Jakarta, 1996, hal. 566.
5. Banyak hadis yang menggambarkan bahwa Rasulullah adalah manusia yang paling
peduli masalah kesehatan. Dibawah ini beberapa hadis tersebut.
Suatu hari datanglah seorang Arab dusun (Badui) kepada Rasulullah Saw., lantas ia
bertanya kepada beliau SAW :
”Ya Rasulullah hal apakah yang paling baik aku minta kepada Allah SWT. setelah
selesai melakukan shalat lima waktu ?”
Rasulullah Saw. menjawab : “Mintalah kesehatan”
Orang Arab dusun itu tetap mengulangi pertanyaannya, maka untuk yang ketiga kalinya
Rasulullah mengatakan :
“Mintalah kesehatan di dunia dan di akherat” (Ibnul Qayyim Al-Jauzi, Ath-Thibbun
Nabawwiy, Sistem Kedokteran Nabi. Semarang: Dina Utama, 1994, hal. 1.)
Barang siapa yang di pagi hari merasa aman di tengah-tengah kaumnya, sehat
tubuhnya dan memiliki pangan hari itu maka seakan-akan ia telah memiliki dunia
dengan segala isinya. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam At-Tarmizi
(Hadis no. 2347) dan Ibnu Majah (Hadis no,4141).
7. Dr. Najib Kailani Fi Rinaabit ath-Thib and Nabawi, Beirut 1980., h. 11-12, atau lihat
Ahmadie Thaha Kedokteran dalam Islam (1982) Surabaya : pt. Bina Ilmu, hal. 23
8. Ahmadie Thaha, Kedokteran dalam Islam (1982) Surabaya : pt. Bina Ilmu, hal. 25-32.
9. dr. H. Muhammad Th. Kedudukan Ilmu dalam Islam. (1984), Surabaya : Al-Ikhlas, hal.
126.