Gizi.net - Usus dulunya hanya dipandang sebagai gudang penyimpan makanan dan tong
sampah sisa pencernaan makanan. Belakangan cara pandang ilmuawan berubah. Usus
dianggap organ penting sejak diketahui ada milyaran mikroba dalam usus yang berperan
bagi kesehatan.
Bakteri atau flora usus ada sekitar 100-400 jenis. Jumlah keseluruhan dalam usus mencapai
trilyunan. Secara sederhana dikelompokkan sebagai bakteri baik (misalnya Bifidobacterium,
Eubacterium dan Lactobacillus) dan bakteri jahat (Clostridium, Shigella, dan Veillonella).
Bakteri-bakteri itu hidup dalam kesimbangan. Jika kesimbangan terganggu, bakteri jahat
alias bakteri patogen (penyebab penyakit) meningkat, maka kesehatan orang yang
bersangkutan akan terganggu.
Upaya menyeimbangkan flora usus dibahas dalam seminar “Trend Makanan Sehat: Prebiotik
dan Probiotik” yang diselenggarakan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman
Indonesia (Gapmmi), akhir pekan lalu.
Salah seorang pembicara. Dr Rina Agustini Ahmad MSc, peneliti dan pengajar pada South
East Asian Ministers of Education Organization—Tropical Medicine and Public Health
(SEAMEO-Tropmed) Pusat Kajian Gizi Regional Universitas Indonesia menyatakan,
kestabilan flora usus bisa terganggu antara lain oleh antibiotika, infeksi bakteri dan virus,
kemoterapi, radiasi, pola makan, stres dan iklim.
Bakteri jahat mengeluarkan racun yang bisa menyebabkan diare serta mengeluarkan enzim
yang mendorong terbentuknya senyawa karsinogenik dalam saluran pencernaan.
Sebaliknya, bakteri baik akan menghasilkan antibiotika alami yang membantu keutuhan
mukosa usus, proses metabolisme, serta meningkatkan kekebalan tubuh. Bakteri baik ini
disebut probiotik.
Konsep probiotik sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Namun baru awal abad ke-19
dibuktikan secara ilmiah oleh Ilya Metchnikoff, seorang ilmuawan Rusia yang bekerja di
Institut Pasteur, Paris. Metchnikoff mendapatkan, bangsa Bulgaria yang mempunyai
kebiasaan mengonsumsi yogurt (susu fermentasi) tetap sehat dalam usia lanjut.
Susu fermentasi diketahui mengandung bakteri asam laktat yang mampu meningkatkan
kerja enzim galaktosidase yang memudahkan pencernaan laktosa dalam usus,
meningkatkan kualitas nutrisi, menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah kanker dan
mengatasi diare.
Kemampuan probiotik mengatasi diare telah diteliti di negara maju dan berkembang.
Definisi diare menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah buang air besar encer
atau cair lebih daripada tiga kali sehari. Diare disebabkan jahat maupun virus dalam usus.
Contohnya, Clostridium difficile yang menyebabkan diare pada orang dewasa dan rotavirus
yang menimbulan diare pada anak
Pengobatan diare yang disarankan WHO adalah rehidrasi dengan cairan mengandung
natrium dan kalium untuk menggantikan cairan dan elektrolit tubuh yang hilang. Antidiare
atau antimuntah tidak dianjurkan untuk diberikan. Antibiotik hanya digunakan pada kasus
diare invasif seperti disentri atau kolera.
Bagi sebagian ahli, lanjut Rina, rehidrasi dianggap tidak cukup. Penderita diare perlu nutrisi
untuk memulihkan kondisi usus. Pemberian probiotik dapat menjadi alternatif pengelolaan
nutrisi pada penderita diare.
Pemberian Lactobacillus GG mampu memendekkan durasi diare dari 3,5 hari menjadi 2,5
hari pada anak yang dirawat di rumah. Konsentrasi serum antibodi IgA untuk melawan
rotavirus meningkat secara signifikan apada anak yang diberi probiotik.
Di Vietnam dilakukan uji komunitas untuk melihat efek probiotik dalam mencegah diare
apada anak di bawah usia tiga tahun. Pemberian susu kedelai yang difermentasi dengan
Lactobacillus bulgaricus, Steptococcus thermophilus, dan Bifidobacterium dapat
menurunkan kejadian diare pada anak pedesaan Vietnam.
Probiotik yang bermanfaat, demikian Rina, harus memenuhi kriteria diproduksi dalam
keadaan hidup dalam jumlah banyak, tetap hidup dan stabil selama penyimpanan dan
penggunaan serta dalam ekosistem usus. Hal serupa dikemukakan Dr Inggrid Waspodo MSc
MBA dari Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (P3T) Biotek, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Makanan probiotik bisa berbentuk susu fermentasi, yogurt, keju,mentega, sari buah dan
susu formula yang difortifikasi dengan bakteri asam laktat. Akhir-akhir ini probiotik juga
diformulasi dalam bentuk tablet maupun kapsul suplemen. Namun sejauh ini belum ada
jaminan jumlah probiotik sesuai dengan iklan serta tetap hidup saat mencapai usus.
Manfaat probiotik dapat dicapai bila probiotik melekat pada sel mukosa usus. Probiotik dari
makanan belum banyak dibuktikan bisa melekat di mukosa usus. Karenanya untuk
memperoleh manfaat dari makanan probiotik, orang harus terus menerus mengonsumsinya.
Prebiotik merupakan nutrisi yang sesuai bagi bakteri baik, tapi tidak cocok bagi bakreri
jahat, sehingga bisa meningkatkan bakreri baik dalam usus. Kombinasi probiotik dan
prebiotik untuk meningkatkan kesehatan tubuh disebut sinbiotik.
Prebiotik secara alami terdapat pada biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan. Produk olahan
kedelai seperti tempe, tahu, dan tauco, kaya akan prebiotik. Rina menambahkan, prebiotik
juga dapat diperoleh dari akar tanaman Chichorium intybus, gandum utuh, bawang
bombay, bawang putih,dan pisang. (atk)
Ada yang mengonsumsi makanan hanya untuk mengusir rasa lapar tanpa memperhatikan
aspek keseimbangan gizi kesehatannya. Makanan dengan kadar lemak tinggi, garam dan
gula tinggi, serta aneka makanan jenis fast food merupakan kebiasaan yang banyak
dilakukan warga kota besar. "Kesibukan membuat mereka lupa pada pentingnya kombinasi
gizi yang tepat dan seimbang. Karena itu perlu multivitamin," kata Yustina Anie
Indriastuti, kepala Sub Bagian Klinis (Sub Direktorat Gizi Klinis - Red) Depkes RI.
Sementara itu, kebiasaan merokok dan tekanan pekerjaan yang cukup berat sering
membuat orang mudah marah, atau stres. "Vitamin sangat diperlukan bagi mereka yang
sering stres, merokok, atau mengonsumsi obat-obatan," kata Lanny Lestiani, Lektor Kepala
Departemen Ilmu Gizi FKUI.
Namun, ia mengingatkan agar mengonsumsi vitamin sesuai dengan kebutuhan badan. Saat
ini cukup banyak jenis multivitamin yang beredar di pasaran. Besarnya kebutuhan vitamin
A, B, C, atau D bisa dilihat dari label kemasannya. Label itu penting sebagai informasi. "Kita
sebaiknya menyadari sendiri apakah kekurangan vitamin atau tidak," kata Lanny.
Misalnya anak yang sedang tumbuh, orang hamil, dan orang tua. Kebutuhan mereka pada
vitamin tinggi. Tapi, mereka yang berusia muda tidak terlalu perlu. Pada labelnya ada
tulisan bahwa vitamin dikonsumsi kalau perlu saja.
Lanny juga mengingatkan adanya jenis vitamin yang murah, karena kandungan bahan yang
ada dalam vitamin tersebut sedikit. "Kok vitamin ini murah banget. Ternyata dalamnya
tidak ada apa-apanya," lanjutnya.
Saat ini beberapa pabrik obat terkemuka meluncurkan aneka jenis suplemen atau probiotik.
Makanan jenis ini merupakan mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dalam jumlah
yang sesuai akan memberikan dampak positif bagi kesehatan.
Agar tubuh tetap sehat, bakteri 'baik' itu diupayakan jumlahnya lebih banyak dibanding
bakteri 'jahat.' Sehingga, populasi bakteri yang menguntungkan lebih dominan dibanding
bakteri yang merugikan. Inilah mekanisme kerja probiotik.
Perubahan keseimbangan antara bakteri 'baik' dan 'jahat' dalam tubuh akan menimbulkan
gangguan kesehatan. Seperti kembung, sariawan, sembelit, jamur, diare, dan lainnya.
Agar sistem kekebalan tubuh meningkat, intoleransi laktosa berkurang, prevalensi alergi
menurun, dan risiko kanker berkurang, seseorang perlu mengonsumsi probiotik sesuai
dengan kebutuhan tubuh. Probiotik juga mampu menurunkan kolesterol darah sehingga
menurunkan risiko penyakit jantung koroner.
Sumber probiotik bisa diperoleh dari susu fermentasi (yogurt), keju dan susu sapi, jus, dan
susu bubuk bayi. Probiotik biasanya dijumpai dalam kemasan tablet, kapsul, atau granul.
Salah satu multivitamin probiotik yang mudah dijumpai di pasaran adalah Bion-3 produksi
PT Merck. Multivitamin ini mengandung kombinasi 12 vitamin, 13 mineral, dan tiga nutrisi
probiotik dalam satu tablet. Probiotik ini membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan
mengurangi bakteri merugikan di dalam tubuh. "Produk ini sudah dipasarkan sejak 2002
dan aman dikonsumsi teratur sesuai dengan dosis yang sudah ditetapkan," kata Hendro
Utomo, brand manager PT Merck Tbk.