Makalah BK Keluarga Kel 4
Makalah BK Keluarga Kel 4
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat serta hidayah-
hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pembagian
Peran Dalam Keluarga.
Dalam penulisan makalah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Titik M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah BK Keluarga yang telah
memberikan pengarahan, penjelasan serta petunjuk dalam pembuatan makalah ini.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik berupa materi
maupun doa restu sehingga kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
3. Teman-teman serta rekan kelompok yang telah saling membantu dalam mengerjakan
makalah ini. Dalam mencari buku dan materi dalam penyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para
pembaca sekalian. Kritik dan saran senantiasa penulis harapkan sebagai masukan positif guna
perbaikan di masa yang akan datang
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Ayah/Suami/Kepala Keluarga................................................................................................5
B. Ibu/Istri/Ratu Rumah Tangga..............................................................................................10
C. Anak........................................................................................................................................16
D. Hak dan Kewajiban Anggota Keluarga...............................................................................18
E. Kesetaraan Gander Dalam Pengasuhan..............................................................................20
BAB III...............................................................................................................................................26
PENUTUP..........................................................................................................................................26
A. Kesimpulan............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh perkawinan,
adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari
individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling
ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (friedman, 1998).
Keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan. (Effendy, 1998).
“Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi
satu dengan lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978) , dikutip dari Setyowati,
2008).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Ayah/Suami/Kepala Keluarga
2. Bagaimana peran Ibu/Istri/Ratu Rumah Tangga
3. Bagaimana peran Anak
4. Apa saja Hak dan kewajiban anggota keluarga
5. Apa saja Kesetaraan gander dalam pengasuhan
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana peran ayah/suami/kepala keluarga
2. Mengetahui bagaimana peran ibu/istri/ratu rumah tangga
3. Mengetahui bagaimana peran anak
4. Mengetahui apa saja hak dan kewajiban anggota keluarga
5. Mengetahui apa saja kesetaraan gander dalam pengasuhan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayah/Suami/Kepala Keluarga
Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami mempunyai
suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami
mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai
pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang
akan di putuskan termasuk merencanakan keluarga.
Secara umum seorang suami berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Suami juga
berperan sebagai mitra istri yaitu menjadi teman setia yang menyenangkan dan selalu
ada di saat suka maupun duka dengan selalu menyediakan waktu untuk berbincang
dan menghabiskan waktu senggang dengan sang istri. Sebagai suami juga harus
berperan untuk mengayomi atau membimbing istri agar selalu tetap berada di jalan
yang benar. Selain menjadi rekan yang baik untuk istri, suami juga dapat membantu
meringankan tugas istri, seperti mengajak anak-anak bermain atau berekreasi serta
memberikan waktu-waktu luang yang berkualitas untuk anak di sela-sela kesibukan
suami dalam mencari nafkah. Selain peran suami, istri juga mempunyai peran yang
sangat penting, yaitu sebagai pendamping suami di setiap saat dan ibu yang siap
menjaga dan membimbing anak-anaknya. Sama seperti suami, istri juga berperan
sebagai mitra atau rekan yang baik dan menyenangkan bagi pasangan hidupnya. Istri
dapat diajak untuk berdiskusi mengenai berbagai macam permasalahan yang terjadi
dan juga berbincang tentang hal-hal yang ringan. Istri sebagai pendorong dan
penyemangat demi kemajuan suami di bidang pekerjaannya (Dewi, 2011).
Ayah memiliki status sebagai kepala keluarga, maka ayah berperan untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi dan rasa aman di keluarga. Di samping itu, ayah juga
berhak memperoleh pelayanan dari anggota keluarga lainnya. Kemudian ibu memiliki
status sebagai ibu rumah tangga yang berperan melakukan kerja-kerja di lingkungan
domestik.
Tentang kewajiban suami terhadap isterinya diatur dalam Kompilasi Hukum
Islam pasal 80:
(1) Suami adalah pembimbing terhadap isteri dan rumah tangganya, akan tetapi
tentang hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami
isteri bersama.
(2) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
(3) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. (3) Suami wajib memberi
pendidikan agama kepada isterinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan
yang berguna dan bermanfaat bagi agama, dan bangsa.
(4) Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung; nafkah, kiswah dan tempat
kediaman bagi isteri, biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan
bagi isteri dan anak, biaya pendidikan bagi anak.
(5) Kewajiban suami terhadap isterinya seperti tersebut pada ayat (4) di atas mulai
berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari isterinya.
(6) Isteri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimaa
tersebut pada ayat (4).
(7) Kewajiban suami seperti dimaksud ayat (2) gugur apabila isteri nusyurz.
1. Sebagai Pemimpin
Untuk mewujudkan keinginannya dalam membentuk keluarga sakinah kedua
subjek berusaha menjadikan suasana dalam keluarga bahagia dan tentram lahir
dan batin, yang ditunjukkan dangan dengan sikapnya:
a) Selalu berusaha melindungi keluarga
Beberapa Fuqaha’ (Ahli Fiqih) berpendapat bahwa salah satu
kewajiban seorang suami terhadap istri dan anak-anaknya adalah melindungi
mereka dengan memberi nafkah bagi mereka. Sejalan dengan itu Ibnu Rusd
dalam kitab Bidayatul Mujtahid bahwa imam Malik mengatakan suami wajib
memberi nafkah kepada istri apabila seorang suami telah menggauli istrinya
(Ibnu Rusd, 519).
Memenuhi kebutuhan materi dan non materi, kebutuhan materi berupa
kebutuhan pokok setiap hari sedangkan non materi berupa cinta dan perhatian.
Sebeb dengan demikian istri akan merasa dihargai, selain itu beliau juga
memperhatikan pendidikan anak sebagai wujud perlindungan terhaap
keluarganya sebab menurut beliau anak adalah anugrah dari Allah, sebagai
mana yang dikatakan Jalaluddin bin Kamaluddin As;Shuyuti dalam kitab Al-
Baabul Hadits Lil ‘Aalim al-Fadhil bahwa anak merupakan anugrah yang
terbesar dalam keluara yang harus dijaga dan di mulyakan serta diberi
pendidikan yang bagus agar mempunyai budi pekerti yang baik yang bisa
memulyakan orangtua. (Jalaluddin bin Kamaluddin As;Shuyuti:72).
b) Mencarikan Sandang Pangan dan Papan Bagi Keluarga
Kebutuhan sandang, pangan, papan merupakan kebutuhan lahiriah
yang menjadi tugas seorang suami sebagai pemimpin dalam keluarga.Dalam
hal ini tidak ada standarisasi dalam menentukan jumlah atau kuantitas dalam
realisasinya. Kebutuhan sandang, pangan, papan ini menjadi cukup atau
tidaknya tergantung kepada pelakunya. Salah satu konsepnya adalah rasa
besyukur sejauh mana mensyukuri yang dimiliki oleh masingmasing anggota
keluarga. Jika mampu mensyukuri maka seseorang akan merasa cukup akan
kebutuhannya jika tidak maka akan selalu merasa kurang yang menjadikan
hidupnya tidak bahagia. Sebagaimana firman Allah artinya “dan (ingatlah
juga) tatkala tuhanmu memaklumkan sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti
kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat
niscaya siksa yang pedih bagimu (Q.S. Ibrahim :7).
Dalam hal ini subjek sangat menjaga kebaikan bagi keluarganya.
Seperti masalah sandang atau berpakaian, beliau sangat menjaga anggota
keluarganya dari model-model pakaian yang tidak sopan dan tidak pantas di
pandang.(pakaian yang terbuka auratnya). Beliau selalu memberi nasehat pada
istri dan anaknya agar tidak memakai pakaian yang tidak mencerminkan
budaya ketimuran(menjaga sopan santun), hal tersebut dilakukan mengacu
pada firman Allah yang artinya : dan kewajiban ayah(suami) memberi makan
dan pakaian kepada ibu (Istri) dengan cara yang baik (Q.S. Al-Baqarah: 233).
Sedangkan yang dilakukan bapak KH adalah beliau selalu menganjurkan
anaknya harus berpakaian sopan. Yang dimaksud sopan disini adalah tidak
harus pakaian yang tertutup dengan kerudung atau jilbab, tetapi adalah
pakaian yang bila dipakai tidak mengundang orang yang melihat untuk
berbuat jahat dan menimbulkan fitnah bila memakainya. Kemudian masalah
pangan beliau termasuk orang yang pekerja keras dalam mencari nafkah bagi
keluarganya, beliau juga berusaha agar nafkah yang diberikan termasuk
nafkah yang halal, sebab nafkah halal menurut beliau akan menjadikan anak-
anaknya menjadi anak baik sebab yang dimakan juga baik. Hal tersebut
didasari firman Allah dalam yang artinya : hai orang-orang yang beriman,
makanlah diantara rizki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan
bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar kepadanya kamu menyembah
(Q.S. al-Baqarah: 172).
c) Memberi Kelonggaran atau Kesempatan Pada Istri dan Anak Untuk
Melakukan Kebaikan
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang butuh interaksi
dengan orang lain sebagai fitrahnya. Suami yang baik tidak mengekang anak
dan istrinya berinteraksi dengan warga yang lain, yang memang itu juga
menjadi karater beliau sebagai seorang yang bermasyarakat yang senang
berkumpul dengan banyak orang tetapi juga tidak mengurangi intensitas dan
keakraban bersama keluarga.
d) Tidak menyakiti istri dan Anak
2. Sebagai Teladan
Keutuhan dan kesuksesan dalam berumah tangga akan menjadi cerminan bagi
anak-anak yang dilahirkan ketika mereka berkeluarga nantinya, oleh sebab itu
suami memberikan teladan bagi istri dan anak merupakan hal yang sangat penting
bagi kerukunan keluarga, berikut yang dilakukan suami agarmenjadi tauladan
keluarga:
a. Memperlakukan istri dengan baik Istri merupakan pasangan dalam mengarungi
bahtera rumah tangga, yang mana merupaka orang yang sama besar tugasnya
dengan suami. Jika suami cenderung kepada tugas yang bersifat materi istri lebih
bersifat kepada urusan dalam rumah.
b. Membentuk keluarga sakinah dalam rumah tangganya tidak meluapakan akan
tanggungjawabnya terhadap tuhan, dan berusaha mendidik istri dan anak-anaknya
serta memberi teladan yang baik dalam urusan agama tanpa meninggalkan
perannya sebagai seorang yang mencari nafkah bagi keluarganya. Tidak lupa
selalu mengingatkan kepada anggota keluarga agar tidak meninggalkan shalat,
sebab seorang suami dan istri yang muslim jika ingin kehidupan dalam
keluarganya tenang makadianjurkan bagi mereka untuk menegakkan shalat,
karena denag shalat akan mencegah perbuatan keji lagi mungkar.
c. Sebagai penanggung jawab Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki
keterlibatan dengan manusia yang lain, manusia tidak bisa hidup secara
individual, tetapi salaing tergantung satu sama lain. Keterlibatan itu diantaranya
adalah bentuk tanggung jawab terhadap diri dan masyarakat sekitarnya. Adapun
tanggungjwab yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
1) Tanggungjawab terhadap Allah Sebagaimana hadits Rasul SAW yang
diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasul SAW bersabda : setiap
orang dari kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai
pertanggungjawaban tentang kepemimpinan. Seorang penguasa adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinanya,
seorang pria adalah pemimpin terhadap keluarganya, dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang wanita adalah
pemimpin terhadap rumah suaminya dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, pembantu adalah pemimpin
terhadap harta tuanya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya (HR. Bukhari Muslim). Hadits di atas menjelaskan
tentang tanggungjawab pemimpin terhadap yang dipimpin, baik keluarga
maupun masyarakat bahkan terhadap dirinya sendiri. (Sugiono, Mukarom
Faisal Rosidin:2010/2011, 135-136).
2) Tanggungjawab terhadap keluarga Suami dan istri memiliki
tanggungjawab masing-masing dalam keluarga, istri bertanggungjawab
atas rumah, seperti kebersihan, ketertiban, kesejahteraan, pendidikan dan
lainlain. Sedangkan suami harus bertanggungjwab tentang nafkah
keluarganya.
3) Tanggungjawab terhadap profesinya Dalam dunia ini apa saja yang ada
pada diri manusia akan dimintai pertanggungjawaban bahkan raga pun
demikian, sebagaimana dalam firman Allah dalam surat al-Isra’ ayat 36
yang artinya : “dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati semua itu dimintai pertanggungjawaban”. Jika
dikaitkan dengan pekerjaan tentu hal ini akan berkaitan dengan cara yang
dilakukan sehingga mendapatkan hasi, atau bisa dimasukan dalam hukum
sebab akibat, dengan kata lain setiap profesi mempunyai tanggungjawab
sendiri, misalnya dalam hal kejujuran.
Tugas perempuan sebagai ibu dalam keluarga, sebagai istri dan anggota
masyarakat dalam hal membina kesehatan mental bagi dirinya, keluarganya maupun
masyarakatnya. Agar dapat melakukan peran atau tugasnya dengan baik, maka perlu
dihayati benar mengenai sasaran dan tujuan dari peran itu. Di samping itu, perempuan
harus menguasai cara atau teknik memainkan peran atau melaksanakan tugasnya,
disesuaikan dengan setiap situasi yang dihadapinya.
Seorang wanita harus dapat dan mampu untuk mempunyai peran ganda dalam
keluarga untuk mensukseskan pendidikan adalah keluarga merupakan tempat
pendidikan pertama dari anak. Dimana anak mendapatkan pendidikan sejak dalam
kandungan sampai dengan mendapatkan pendidikan formal. Keluarga berperan dalam
memberikan pendampingan dan memberikan pilihan kepada anaknya untuk masalah
pendidikan yang tepat sesuai dengan karakteristik dari anak. Di samping itu,
penciptaan suasana yang nyaman dan aman dari keluarga kepada anaknya akan
memberikan motivasi keluarga kepada anak dalam menempuh pendidikannya
Istri dalam segala sendi kehidupan ini sudah tidak diragukan lagi dalam
eksistensinya. Kehidupan yang berlangsung secara dinamis ini tidak akan pernah
terlepaskan dari peran seorang istri. Dalam hal apa pun, istri pasti ikut andil walaupun
hanya menjadi orang yang selalu menyemangati dari dalam. Dalam kehidupan
keluarga pun, seorang istri juga sangat berperan aktif dalam membentuk keluarga
yang harmonis secara lahir maupun batin, atau yang sering kita ucapkan menjadi
keluarga yang sakinah. Sebagai agama yang melengkapi ajaran-ajaran sebelumnya
Islam datang sebagai rahmatan lil ‘alamin untuk sekalian alam. Penghormatan agama
Islam terhadap para istri sangat tinggi. Terbukti sebelum Islam datang, para istri
hanya sebagai barang warisan yang bisa ditukarkan kapan saja.
Peran yang sangat penting dalam menjaga suatu kehidupan keluarga dimulai
dari sosok wanita, yang nantinya akan menjadi guru pertama bagi putra-putrinya. Istri
itulah yang merupakan sumber budi pekerti, karena wanita yang telah menerima
adanya jenis manusia ini, semenjak muncul di dalam rahim, sampai akhirnya manusia
itu besar dipangkuan dan ayunan. Eksistensi istri diakui oleh al-Qur’an adalah suatu
kenyataan yang tak dapat dibantah.
Keluarga merupakan suatu lembaga sosial yang paling besar perannya bagi
kesejahteraan sosial dan kelestarian anggota-anggotanya terutama anak-anaknya.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang terpenting bagi perkembangan dan
pembentukan pribadi anak. Keluarga merupakan wadah tempat bimbingan dan latihan
anak sejak kehidupan mereka yang sangat muda. Dan diharapkan dari keluargalah
seseorang dapat menempuh kehidupannya dengan masak dan dewasa. Berbicara
mengenai pendidikan anak, maka yang paling besar pengaruhnya adalah ibu. Di
tangan ibu keberhasilan pendidikan anakanaknya walaupun tentunya keikut-sertaan
bapak tidak dapat diabaikan begitu saja. Ibu memainkan peran yang penting di dalam
mendidik anak-anaknya, terutama pada masa balita. Pendidikan di sini tidak hanya
dalam pengertian yang sempit. Pendidikan dalam keluarga dapat berarti luas, yaitu
pendidikan iman, moral, fisik/jasmani, intelektual, psikologis, sosial, dan pendidikan
seksual. Kedudukan seorang istri di dalam keluaga sakinah dibedakan menjadi tiga
tugas penting, yaitu ibu sebagai pemuas kebutuhan anak; ibu sebagai teladan atau
“model” peniruan anak dan ibu sebagai pemberi stimulasi bagi perkembangan anak.
Istri.
1. Sebagai Seorang Ibu
a. Ibu sebagai sumber pemenuhan kebutuhan anak
Fungsi ibu sebagai pemenuhan kebutuhan ini sangat besar artinya bagi anak,
terutama pada saat anak di dalam ketergantungan total terhadap ibunya, yang akan
tetap berlangsung sampai periode anak sekolah, bahkan sampai menjelang dewasa.
Ibu perlu menyediakan waktu bukan saja untuk selalu bersama tetapi untuk selalu
berinteraksi maupun berkomunikasi secara terbuka dengan anaknya. Pada dasarnya
kebutuhan seseorang meliputi kebutuhan fisik, psikis, sosial dan spiritual.
Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan makan, minum, pakaian, tempat
tinggal, dan lain sebagainya. Kebutuhan psikis meliputi kebutuhan akan kasih sayang,
rasa aman, diterima dan dihargai. Sedang kebutuhan sosial akan diperoleh anak dari
kelompok di luar lingkungan keluarganya. Dalam pemenuhan kebutuhan ini, ibu
hendaknya memberi kesempatan bagi anak untuk bersosialisasi dengan teman
sebayanya. Kebutuhan spiritual, adalah pendidikan yang menjadikan anak mengerti
kewajiban kepada Allah, kepada rasulNya, orang tuanya dan sesama saudaranya.
Dalam pendidikan spiritual, juga mencakup mendidik anak berakhlak mulia, mengerti
agama, bergaul dengan teman-temannya dan menyayangi sesama saudaranya, menjadi
tanggung jawab ayah dan ibu. Karena memberikan pelajaran agama sejak dini
merupakan kewajiban orang tua kepada anaknya dan merupakan hak untuk anak atas
orang tuanya, maka jika orang tuanya tidak menjalankan kewajiban ini berarti
menyia-nyiakan hak anak
Seorang ibu harus mampu menciptakan hubungan atau ikatan emosional
dengan anaknya. Kasih sayang yang diberikan ibu terhadap anaknya akan
menimbulkan berbagai perasaan yang dapat menunjang kehidupannya dengan orang
lain. Cinta kasih yang diberikan ibu pada anak akan mendasari bagaimana sikap anak
terhadap orang lain. Seorang ibu yang tidak mampu memberikan cinta kasih pada
anak-anaknya akan menimbulkan perasaan ditolak, perasaan ditolak ini akan
berkembang menjadi perasaan dimusuhi. Anak dalam perkembangannya akan
menganggap bahwa orang lainpun seperti ibu atau orang tuanya. Sehingga tanggapan
anak terhadap orang lain juga akan bersifat memusuhi, menentang atau agresi.
Seorang ibu yang mau mendengarkan apa yang dikemukakan anaknya, menerima
pendapatnya dan mampu menciptakan komunikasi secara terbuka dengan anak, dapat
mengembangkan perasaan dihargai, diterima dan diakui keberadaanya. Untuk
selanjutnya anak akan mengenal apa arti hubungan di antara mereka dan akan
mewarnai hubungan anak dengan lingkungannya. Anak akan tahu bagaimana cara
menghargai orang lain, tenggang rasa dan komunikasi, sehingga dalam kehidupan
dewasanya dia tidak akan mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain.
C. Anak
Anak dalam KBBI diartikan sebagai keturunan, anak juga mengandung
pengertian sebagai manusia yang masih kecil. Selain itu, anak pada hakekatnya
seorang yang berada pada satu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi
untuk menjadi dewasa.
Marsaid mengutip pengertian Anak dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
adalah sebagai manusia yang masih kecil. Marsaid juga mengutip dari Soedjono
Dirjisisworo yang menyatakan bahwa menurut hukum adat, anak di bawah umur
adalah mereka yang belum menentukan tanda-tanda fisik yang konkret bahwa ia telah
dewasa.
Peran anak dalam keluarga, yaitu:
1. Mengikuti Kepemimpinan Orangtua
Peran alami anak dalam keluarga adalah mengikuti kepemimpinan orangtua,
baik ayah atau ibu. Semua keputusan penting bagi anak akan ditentukan oleh
orangtua.Gaya kepemimpinan dalam keluarga juga dapat berpengaruh pada peran
anak dalam keluarga. Sebagian orangtua mungkin tetap membuat keputusan bagi
anaknya hingga mencapai usia dewasa atau bahkan setelah dewasa. Sebagian
lainnya mungkin sedikit demi sedikit memberikan kebebasan dan peran lebih
besar pada anak di dalam keluarga sejak usia muda.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu
dengan lainnya, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978).
Ali Abdul Wafi Wahid, Prinsip Hak Asasi Dalam Islam, (Solo: Pustaka Mantiq, 1991),
hlm.62.
Azis, Mohamad. 2018. Peran Suami Dalam Membentuk Keluarga Sakinah (Studi Kasus Dua
Keluarga Di Padukuhan Papringan, Caturtunggal, Sleman, Yogyakarta). Jurnal
Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam Vol. 15, No. 2. Diunduh Pada 13 Oktober
2021
Dimyati, Azima. 2018. Peran Dan Tugas Perempuan Dalam Keluarga. Dapat diunduh
file:///C:/Users/user/Downloads/1120-2739-1-PB.pdf. Diunduh pada 13 Oktober
2021
Hamzani, Achmad Irwan. Pembagian Peran Suami Isteri Dalam Keluarga Islam Indonesia
(Analisis Gender terhadap Inpres No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
Islam). Dapat diunduh file:///C:/Users/user/Downloads/67- Article%20Text-136-1-
10-20120312.pdf diunduh Pada 13 Oktober 2021
Khalif Muammar, Wacana Kesetaraan Gender. Islamis Versus Feminis Muslim, Islamia,
Volume III, No. 5, 2010, hlm. 46.
Kurnia Sofiani, Ika dkk. February 2020 Jurnal Obsesi Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
4(2):766
Mardiyana, Alfa. 2017. Peran Istri Dalam Pembentukan Keluarga Sakinah Menurut Al-
Qur’an
Perspektif Tafsir Al-Misbah dan Tafsir Al-Azhar. Vol 05 Nomor 01. Diunduh pada 13
Oktober 2021
Marsaid. Perlindungan Hukum Anak Pidana Dalam Perspektif Hukum Islam (Maqasid Asy-
Syari’ah). (Palembang: NoerFikri, 2015) hlm. 56-58.
Munawaroh, Siti. "Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam Keluarga Menurut Perspektif M.
Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah." (2018).
Putri Dyah Purbasari Kusumaning, Sri Lestari. 2015. Pembagian Peran Dalam Rumah
Tangga
Pada Pasangan Suami Istri Jawa. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 16, No.1,
Februari 2015: 72-85 diunduh Pada 13 Oktober 2021
Utari, Reni.2021. Membedah Peran Anak Dalam Keluarga Yang Perlu Dijalankan. Dapat
Diunduh https://www.sehatq.com/artikel/membedah-peran-anak-dalam-keluarga-
yang-perlu-dijalankan. Pada 12 Oktober 2021.