Anda di halaman 1dari 22

PROSES DASAR DAN RUANG LINGKUP PENGGARAPAN

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat mata kuliah


Sistem Informasi Kesehatan

Kelompok 8
Disusun oleh :
Jujun Junayasari (P20624419015)
Lina Rosdiana W (P20624419016)
Regita Puri V. F (P20624419025)
Ririn Riyadussolihat (P20624419026)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN CIREBON
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam
proses pembuatan makalah yang berjudul “Proses Dasar dan Ruang Lingkup Penggarapan
Sistem Informasi Kesehatan”. Penulis berharap semoga makalah ini dapat dijadikan
pedoman dan arahan bagi para pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini belum
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca. Agar penulis dapat membuat makalah berikutnya yang lebih sempurna.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Cirebon, Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Proses Dasar dan Ruang Lingkup Penggarapan SIK ...........................................2
1. Proses Dasar Penggarapan SIK........................................................................2
2. Ruang Lingkup SIK..........................................................................................5
B. Pengelompokkan Data Dasar Menurut Blum .......................................................7
1. Data Status Kesehatan Masyarakat (Statistik Derajat Kesehatan)....................7
2. Data Kependudukan (Statistik Vital dan Kependudukan)................................12
3. Data Pelayanan Kesehatan (Statistik Pelayanan Kesehatan)............................14

BAB III PENUTUP


A. Simpulan................................................................................................................16
B. Saran......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi yang
cepat dan efisien sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Perkembangan teknologi yang
semakin pesat saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual menjadi sistem yang
terkomputerisasi. Demikian juga halnya pembayaran pasien pada suatu Rumah Sakit.
Rumah Sakit sebagai salah satu institusi pelayanan umum di bidang kesehatan
membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi yang akurat, handal, serta cukup
memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada para pasien serta lingkungan yang
terkait lainnya.
Sistem informasi rumah sakit digunakan untuk mempermudah dalam
pengelolaan data pada rumah sakit. Sistem ini seharusnya sudah menggunakan metode
komputerisasi. Karena dengan penggunakan metode komputerisasi, proses
penginputan data, proses pengambilan data maupun proses pengupdate-an data
menjadi sangat mudah, cepat dan akurat.
Internet merupakan jaringan komputer yang dapat menghubungkan perusahaan
dengan domain publik, seperti individu, komunitas, institusi, dan organisasi. Jalur ini
merupakan jalur termurah yang dapat digunakan institusi untuk menjalin komunikasi
efektif dengan konsumen. Mulai dari tukar menukar data dan informasi sampai dengan
transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan cepat dan murah melalui internet.
Kecepatan evolusi teknologi informasi dalam memanfaatkan internet untuk
mengembangkan jaringan dalam manajemen database sangat ditentukan oleh
kesiapan manajemen dan ketersediaan sumber daya yang memadai. Namun evolusi
tersebut bukan pula berarti bahwa institusi yang bersangkutan harus secara sekuensial
mengikuti tahap demi tahap yang ada, namun bagi mereka yang ingin menerapkan
manajemen database  dengan “aman” dan “terkendali”, alur pengembangan aplikasi
secara bertahap merupakan pilihan yang baik.

B. Rumusan Masalah
Apa saja Prinsip Dasar dan Ruang Lingkup Penggarapan SIK ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa saja Prinsip Dasar dan Ruang Lingkup Penggarapan SIK.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Prinsip Dasar dan Ruang Lingkup Penggarapan SIK


1. Proses Dasar Penggarapan SIK
Penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dilakukan oleh berbagai
program, baik dilingkungan Kementrian Kesehatan maupun diluar sektor
kesehatan. Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan tahun
2010/2014, terdapat target strategis untuk meningkatkan pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan. Agar SIK dapat menyediakan data / informasi yang handal,
memperbaiki permasalahan-permasalahan SIK dan mencapai target Renstra
tersebut, maka perlu disusun suatu Rencana Aksi Penguatan atau Roadmap SIK
yang komprehensif dengan mengintegrasikan upaya-upaya pengembangan dan
penguatan SIK, yang melibatkan semua pemangku kepentingan terkait.
Jaringan SINKAS adalah sebuah koneksi / jaringan virtual sistem informasi
kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan hanya bisa
diakses bila telah dihubungkan. Jaringan SINKAS merupakan infrastruktur jaringan
komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan Wide Area Network (WAN),
jaringan telekomunikasi yang mencakup area yang luas serta digunakan untuk
mengirim data jarak jauh antara Local Area Network (LAN), yang berbeda, dan
arsitektur jaringan local computer lainnya.
Pengembangan jaringan computer (SINKAS) online diterapkan melalui
keputusan Mentri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007. Dengan tujuan
pengembangan SINKAS online adalah untuk menjembatani permasalahan
kekurangan datadari kabupaten / kota ke Depkes pusat dan memungkinkan aliran
data kesehatan dari kabupaten / kota ke Pusdatin karena dampak adanya kebijakan
desentralisasi bidang kesehatan di seluruh Indonesia.
Gambar 1. Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional

Pada model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubung dan saling terkait
yaitu:
a. Sumber Data Manual
Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih
dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Metode SIK Nasional
yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi masih tetap
dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai
keterbatasan infrastruktur, antara lain pasokan listrik dan peralatan komputer
serta jaringan internet. Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai
sistem manual akan melakukan pencatatan, penyimpanan, dan pelaporan
berbasis kertas.
Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data
rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Fasilitas pelayanan
kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy
berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Bagi petugas
kesehatan yang termasuk dalam jejaring puskesmas yang belum komputerisasi,
laporan dikirim dalam bentuk data rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Sedangkan bagi yang sudah komputerisasi offline, laporan dikirim
dalam bentuk softcopy untuk dilakukan penggabungan data di puskesmas.
b. Sumber Data Komputerisasi
Pada sumber data komputerisasi pengumpulan data dari sumber data yang
sudah dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan kesehatan
dengan komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke Bank Data
Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan. Selain itu juga akan
dikembangkan program mobile health (mHealth) yang dapat langsung terhubung
ke sistem informasi puskesmas (aplikasi SIKDA Generik).
c. Sistem Informasi Dinas Kesehatan
Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas kesehatan
baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas kesehatan
kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali milik Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Pusat) dapat berupa laporan softcopy dan laporan
hardcopy. Laporan hardcopy diimpor dalam aplikasi SIKDA generic,
selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan Nasional.
Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk laporan dari fasilitas kesehatan milik povinsi.
d. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan
Sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan terkait
kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan pemangku
kepentingan disemua tingkatan dilakukan dengan mekanisme yang disepakati.
e. Bank Data Kesehatan Nasional
Bank Data Kesehatan Nasional selanjutnya akan mencakup semua data
kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan), oleh karena itu unit-unit
program tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data langsung ke sumber data.
f. Pengguna Data oleh Kementrian Kesehatan
Data kesehatan yang sudah diterima di Bank Data Kesehatan Nasional dapat
dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementrian Kesehatan dan UPT-
nya serta dinas kesehatan dan UPTP/D-nya.
g. Pengguna Data
Semua pemangku kepentingan yang tidak / belum memiliki sistem
informasi sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan
dapat mengakses informasi yang diperlukan dari Bank Data Kesehatan Nasional
melalui website Kementrian Kesehatan.
Namun sebesar apapun rencana pasti ada juga kelamahan dan kemerosotan
yang terjadi. Pelaksanaan SIKNAS di era desentralisasi dipandang bukan
menjadi lebih baik tetapi malah berantakan. Hal ini dikarenakan belum adanya
infrastruktur yang memadai di daerah dan juga pencatatan dan pelaporan yang
ada (produk sentralisasi) banyak overlaps sehingga dirasakan sebagai beban oleh
daerah.
Kemudian bergulirnya waktu sampai dengan saat ini telah banyak rumah
sakit dan klinik-klinik yang menggunakan Sistem Informasi Kesehatan sesuai
yang dibutuhkan di pelayanan kesehatan tersebut walaupun tidak menyeluruh
seperti di Negara Jepang contohnya. Berkembangnya teknologi informasi saat
ini seharusnya bisa dimanfaatkan dalam pembentukan sistem informasi
kesehatan yang menyeluruh. Terkendala dengan penjangkauan kepada
masyarakat Indonesia yang berada di pelosok yang sulit untuk di data dan sulit
untuk menerima informasi baru dari luar yang mereka anggap asing. Masih tabu
dan kentalnya budaya beberapa kelompok masyarakat di Indonesia membuat
sistem informasi belum menyeluruh.

2. Ruang Lingkup Penggarapan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)


Terdiri dari Pengelolahan Informasi dan struktur manajemen SIK, antara lain :
a. Pengumpulan data
b. Pengiriman data
c. Pengolahan data
d. Analisis data
e. Presentasi informasi untuk perencanaan dan manajemen. (WHO. 2004)

Ruang lingkup Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan, mencakup pengelolaan


informasi dalam lingkup manajemen pasien (front office management). Lingkup ini
antara lain sebagai berikut :
a. Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan
pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai keluar.
Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran rawat inap/jalan,
dan info kamar rawat inap.
b. Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit dalam,
bedah, anak, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan
mulut, kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-
lain sesuai kebutuhan. Modul ini juga mencatat diagnose dan tindakan terhadap
pasien agar tersimpan di dalam laporan rekam medis pasien.
c. Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien,
konsultasi dokter, hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.
d. Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan seperti:
ECG, EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan lain-lain.
e. Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat
jalan, rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik),
baik secara langsung maupun melalui jaminan dari pihak ketiga/asuransi/JPKM.
Modul ini juga mencatat transaksi harian pasien (laboratorium, obat, honor
dokter), daftar piutang, manajemen deposit dan lain-lain.
f. Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi
obat-obatan.

Melalui lingkup manajemen pasien tersebut dapat diperoleh laporan-laporan


mengenai :
a. Pendapatan rawat inap dan jalan secara periodik (harian, bulanan dan tahunan).
b. Penerimaan kasir secara periodik.
c. Tagihan dan kwitansi pembayaran pasien.
d. Rekam medis pasien.
e. Data kegiatan rumah sakit dalam triwulan.
f. Data morbiditas pasien rawat inap.
g. Data morbiditas pasien rawat jalan.
h. Manajemen ketersediaan obat pada bagian farmasi/apotik.
i. Penerimaan kasir pada bagian farmasi/apotik.
j. Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat inap .
k. Grafik yang menunjang dalam pengambilan keputusan.
l. Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat jalan.

Untuk memudahkan penyajian informasi tersebut, maka laporan-laporan


tersebut dapat diekspor ke berbagai macam format antara lain :
a. Comma separated value (CSF), Data Interchange Format (DIF),
b. Excel (XLS versi 2.1, 3.0, 4.0, 5.0, dan 5.0 tabular),
c. HTML 3.0 (draft standard), 3.2 (extended & standard),
d. Lotus 1-2-3 (WK1, WK3, WK5),
e. ODBC,
f. Rich Text Format (RTF), ext,
g. Word for Windows Document.

B. Pengelompokkan Data Dasar Menurut Blum


1. Data Status Kesehatan Masyarakat (Statistik Derajat Kesehatan)
a. Pengertian Kesehatan
Sehat adalah kondisi normal dimana seseorang bisa melakukan aktivitas
hidupnya dengan lancar dan tanpa gangguan. Selama beberapa dekade, definisi
sehat masih diperbincangkan dan belum ada kata sepakat dari para ahli
kesehatan maupun tokoh masyarakat dunia. Akhirnya World Health
Organization (WHO) membuat definisi universal yang menyatakan bahwa
“Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial
serta tidak hanya tebebas dari penyakit atau kelemahan” (WHO, 1947).
Menurut WHO, kesehatan mencakup 3 aspek, yakni: kesehatan jasmani,
kesehatan rohani, dan kesehatan sosial. Konsep sehat ini tidak jauh dengan
konsep sehat yang tertuang dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
yang menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang
utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental, dan sosial serta di dalamnya
kesehatan jiwa yang merupakan bagian integral kesehatan.
Sehat memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Banyak sekali hal yang mempengaruhi kesehatan kita, yang mungkin
kita tidak sadari bahwa hal-hal yang berada di sekitar kita adalah faktor-faktor
utama yang mempengaruhi kesehatan.Banyak sekali teori-teori yang
menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, namun teori
yang paling banyak digunakan adalah teori Blum.
b. Teori Blum
Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk
diterapkan.Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik
melainkan juga spiritual dan social dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan
kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga
kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.Keempat faktor tersebut
merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.
Keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku / gaya hidup (life
style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya), faktor pelayanan
kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan
perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut faktor
perilaku manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling
sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan
karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor
lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh
perilaku masyarakat.
c. Ilustrasi Konsep Blum
Semua Negara di dunia menggunakan konsep Blum dalam menjaga
kesehatan warga negaranya.Untuk Negara maju saat ini sudah fokus pada
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sehingga asupan makanan anak-
anak mereka begitu dijaga dari segi gizi sehingga akan melahirkan keturunan
yang berbobot. Kondisi yang berseberangan dialami Indonesia sebagai Negara
agraris, segala regulasi pemerintah tentang kesehatan malah fokus pada
penanggulangan kekurangan gizi masyarakatnya. Bahkan dilematisnya banyak
masyarakat kota yang mengalami kekurangan gizi.
Padahal dari hasil penelitian membuktikan wilayah Indonesia potensial
sebagai lahan pangan dan perternakan karena wilayahnya yang luas dengan
topografi yang mendukung. Ada apa dengan pemerintah? Satu jawaban yang
pasti seringkali dalam analisis kesehatan pemerintah kurang mempertimbangkan
pendapat ahli kesehatan masyarakat (public health) sehingga kebijakan yang
dibuat cuma dari sudut pandang kejadian sehat-sakit.
Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing
faktor saling keterkaitan berikut penjelasannya :
1) Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan
penting untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Hal ini dikarenakan
budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri
masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Diperlukan suatu program untuk
menggerakan masyarakat menuju satu misi Indonesia Sehat 2010. Sebagai
tenaga motorik tersebut adalah orang yang memiliki kompetensi dalam
menggerakan masyarakat dan paham akan nilai kesehatan masyarakat.
Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat akan menghasilkan
budaya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Beberapa kegiatan yang mungkin kita lakukan seperti: berolah raga,
tidur, merokok, minum, dll. Apabila kita mengembangkan kebiasaan yang
bagus dari sejak awal, hal tersebut berpengaruh positif terhadap kesehatan
tubuh. Sekali-kali atau dalam batas-batas tertentu untuk waktu yang lebih
lama, kita bebas melakukan kebiasaan-kebiasaan harian. Namun,
bagaimanapun juga sikap yang tidak berlebihan merupakan suatu keharusan
agar benar-benar sehat. Tubuh kita memerlukan tidur, olah raga, dan rutinitas
yang sehat dalam jumlah tertentu untuk mempertahankan kesejahteraannya.
2) Lingkungan
Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi
fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber
berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat
kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola dengan baik,
polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab. Upaya menjaga
lingkungan menjadi tanggung jawab semua pihak untuk itulah perlu
kesadaran semua pihak.
Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang berperan.
Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga
interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan baik.
Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah kejiwaan.
3) Pelayanan kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah
dibutuhkan.Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan
pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan
dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas
sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.
Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan
masyarakat sangat besar perananya. Sebab di puskesmaslah akan ditangani
masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan
Sarjana Kesehatan Masyarakat sebagai manager yang memiliki kompetensi di
bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program-program
kesehatan. Utamanya program-program pencegahan penyakit yang bersifat
preventif sehingga masyarakat tidaka banyak yang jatuh sakit.
Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare,
demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang berkembang saat ini
seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus dan lainnya.penyakit itu dapat
dengan mudah dicegah asalkan masyarakat paham dan melakukan nasehat
dalam menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya.
4) Genetik
Seperti apa keturunan generasi muda yang diinginkan? Pertanyaan itu
menjadi kunci dalam mengetahui harapan yang akan datang. Nasib suatu
bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus
terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu
berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada
masa inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita
dimasa mendatang. Namun masih banyak saja anak Indonesia yang status
gizinya kurang bahkan buruk. Padahal potensi alam Indonesia
cukup mendukung. Oleh sebab itulah program penanggulangan kekurangan
gizi dan peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan.
Utamanya program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW.
Dengan berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi
masyarakat dan cepat dapat tertangani.
d. Determinan yang mempengaruhi status kesehatan
Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan bahwa
adanya 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu,
kelompok atau masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut
besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah :
 Lingkungan
 Perilaku
 Pelayanan kesehatan, dan
 Keturunan atau herediter.
Keempat determinan tersebut adalah determinan untuk kesehatan kelompok
atau komunitas yang kemungkinan sama di kalangan masyarakat. Akan tetapi
untuk kesehatan individu, disamping empat faktor tersebut,  faktor internal
individu juga berperan, misalnya : umur, gender, pendidikan, dan sebagainya,
disamping faktor herediter.
Bila kita analisis lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah
semua faktor diluar kehidupan manusia, baik secara individual, kelompok,
maupun komunitas yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kehidupan manusia itu. Hal ini berarti, disamping determinan-determinan derajat
kesehatan yang telah dirumuskan oleh Blum tersebut masih terdapat faktor lain
yang mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan seseorang,
kelompok atau masyarakat.
1) Faktor makanan
Makanan merupakan faktor penting dalam kesehatan kita. Bayi lahir dari
seorang ibu yang telah siap dengan persediaan susu yang merupakan
makanan lengkap untuk seorang bayi. Mereka yang memelihara tubuhnya
dengan makanan yang cocok, menikmati tubuh yang benar-benar sehat.
Kecocokan makanan ini menurut waktu, jumlah, dan harga yang tepat. Hanya
saat kita makan secara berlebihan makanan yang tidak cocok dengan tubuh
kita, maka tubuh akan bereaksi sebaliknya. Sakit adalah salah satu reaksi
tubuh, dan bila kemudian dicegah atau dirawat dengan benar, tubuh kembali
sehat. Penyakit merupakan peringatan untuk mengubah kebiasaan kita.
Perlu diingat selalu bahwa tubuh kita hanya memerlukan makanan yang tepat
dalam jumlah yang sesuai.
2) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan membentuk cara berpikir dan kemampuan
seseorang untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit
dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjaga kesehatannya.
Pendidikan juga secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku
seseorang dalam menjaga kesehatannya. Biasanya, orang yang berpendidikan
(dalam hal ini orang yang menempuh pendidikan formal) mempunyai resiko
lebih kecil terkena penyakit atau masalah kesehatan lainnya dibandingkan
dengan masyarakat yang awam dengan kesehatan.
3) Faktor sosioekonomi
Faktor-faktor sosial dan ekonomi seperti lingkungan sosial, tingkat
pendapatan, pekerjaan, dan ketahanan pangan dalam keluarga merupakan
faktor yang berpengaruh besar pada penentuan derajat
kesehatan seseorang. Dalam masalah gizi buruk misalnya, masyarakat dengan
tingkat ekonomi dan berpendapatan rendah biasanya lebih rentan menderita
gizi buruk. Hal tersebut bisa terjadi karena orang dengan tingkat ekonomi
rendah sulit untuk mendapatkan makanan dengan nilai gizi yang bisa dibilang
layak.
4) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan
individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan
kesehatan pribadi. Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke
memiliki beribu-ribu suku dengan adat istiadat yang berbeda-beda  pula.
Sebagian dari adat istiadat tersebut ada yang masih bisa dibilang “primitif”
dan tidak mempedulikan aspek kesehatan. Misalnya saja, pada suku Baduy
yang tidak memperbolehkan masyarakat menggunakan alas kaki.
5) Usia
Setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon yang
berbeda-beda terhadap perubahan kesehatan yang terjadi.
6) Faktor emosional
Setiap pemikiran positif akan sangat berpengaruh, pikiran yang sehat dan
bahagia semakin meningkatkan kesehatan tubuh kita. Tidak sulit memahami
pengaruh dari pikiran terhadap kesehatan kita. Yang diperlukan hanyalah
usaha mengembangkan sikap yang benar agar tercapai kesejahteraan.
7) Faktor agama dan keyakinan
Agama dan kepercayaan yang dianut oleh seorang individu secara tidak
langsung mempengaruhi perilaku kita dalam berperilaku sehat. Misalnya,
pada agama Islam, Islam mengajarkan bahwa “anna ghafatul minal iman”
atau “kebersihan adalah sebagian dari iman”. Sebagai umat muslim, tentu kita
akan melaksanakan perintah Allah SWT untuk berperilaku bersih dan sehat.

2. Data Kependudukan (Statistik Vital dan Kependudukan)


Secara umum data dapat diartikan sebagai kumpulan informasi yang diperoleh
dari suatu pengamatan berupa angka, lambang atau sifat yang dapat memberikan
gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan. Data juga dapat didefinisikan
sebagai sekumpulan informasi atau nilai yang diperoleh dari pengamatan
(observasi) suatu objek. Oleh karena itu data yang baik adalah data yang bisa
dipercaya kebenarannya (reliable), tepat waktu dan mencakup ruang lingkup yang
luas atau bisa memberikan gambaran tentang suatu masalah secara menyeluruh 
merupakan data relevan.
Sedangkan kependudukan atau demografi merupakan ilmu yang mempelajari
dinamika kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan
distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat
kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan.
Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau
kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan,
agama atau etnisitas tertentu.
Dengan demikian data kependudukan adalah segala  tampilan data penduduk
dalam bentuk resmi maupun tidak resmi yang diterbitkan oleh badan-badan
pencatatan kependudukan (pemerintah maupun non pemerintah), dalam berbagai
bentuk baik angka, grafik, gambar dan lain lain.
Data Statistik Vital (vital statistics) juga disebut dengan kejadian vital,
mengacu pada proses pengumpulan data dan penerapan metode statistik dasar pada
data tersebut guna mengindentifikasi fakta-fakta kesehatan yang vital di dalam
suatu masyarakat, populasi, atau wilayah tertentu. Data morbiditas, mortalitas,
harapan hidup, kelahiran, kematian, pernikahan, perceraian, data kependudukan,
dan sensus semuanya merupakan data statistik vital.
Statistik vital merupakan salah satu teknik untuk menilai status kesehatan
masyarakat dalam kesatuan populasi tertentu. Statistik vital menghasilkan ukuran
dalam penafsiran akan fakta kesehatan dan statistik kesehatan yang menghasilkan
ukuran tentang kejadian dalam kehidupan manusia dari konsepsi sampai mati.
Data statistik vital mencakup data populasi yang dipadukan dengan informasi
yang berkaitan dengan status kesehatan, penyakit, cedera, dan peristiwa kematian.
Singkatnya, data statistik vital terdiri atas semua data kependudukan ditambah
dengan data yang berkaitan dengan kesehatan (penyakit). Informasi yang diperoleh
dari pengumpulan, analisis, dan distribusi data penting untuk perencanaan dan
prediksi pergerakan dan perubahan penduduk. Informasi kematian dan kelahiran
merupakan inti dan sangat berguna di dalam perencanaan layanan kesehatan.
Hal yang diperlukan untuk membuat data sensus adalah laporan dan pencatatan
penyakit, monitoring lingkungan, survei kesehatan rumah tangga, survei kesehatan
nasional, studi observasi informal, studi penelitian dan registrasi kejadian vital.
Registrasi kejadian vital adalah pencatatan kelahiran, kematian, status perkawinan,
abortus, penyakit yang harus dilaporkan, serta pencatatan dan penelusuran riwayat
penderita penyakit menular tertentu.

3. Data Pelayanan Kesehatan (Statistik Pelayanan Kesehatan)


Konsep paradigma sehat H.L. Blum memandang pola hidup sehat seseorang
secara holistik dan komprehensif. Masyarakat yang sehat tidak dilihat dari sudut
pandang tindakan penyembuhan penyakit melainkan upaya yang
berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat dalam hal ini memegang
kendali dominan dibandingkan peranan dokter. Sebab hubungan dokter dengan
pasien hanya sebatas individu dengan individu tidak secara langsung menyentuh
masyarakat luas. Ditambah lagi kompetensi dalam memanagement program lebih
dikuasai lulusan SKM sehingga dalam perkembangannya SKM menjadi ujung
tombak program kesehatan di negara-negara maju.
Untuk negara berkembang seperti Indonesia justru, paradigma sakit yang
digunakan. Dimana kebijakan pemerintah berorientasi pada penyembuhan pasien
sehingga terlihat jelas peranan dokter, perawat dan bidan sebagai tenaga medis dan
paramedis mendominasi. Padahal upaya semacam itu sudah lama ditinggalkan
karena secara financial justru merugikan Negara. Anggaran APBN untuk
pendanaan kesehatan diIndonesiasemakin tinggi dan sebagian besar digunakan
untuk upaya pengobatan seperti pembelian obat, sarana kesehatan dan
pembangunan gedung. Seharusnya untuk meningkatan derajat kesehatan kita harus
menaruh perhatian besar pada akar masalahnya dan selanjutnya melakukan upaya
pencegahannya. Untuk itulah maka upaya kesehatan harus fokus pada upaya
preventif (pencegahan) bukannya curative (pengobatan).

Tabel Contoh Data Pelayanan Kesehatan

Nama Puskesmas
Wilayah Jenis Tempat Nama Tempat
Kecamatan
Jakarta Pusat Pasar PD.Pasar Jaya Petojo Utara PKC. Gambir
Jakarta Pusat Pasar Pasar Blok G Tanah Abang PKC. Tanah Abang
Jakarta Pusat Pasar Pasar BendHil PKC. Tanah Abang
Jakarta Pusat Pasar Pasar Atum RW.03 Ps. Baru PKC. Sawah Besar
Jakarta Pusat Pasar Pasar Blora PKC. Menteng
Jakarta Pusat Pasar Pasar Senen PKC. Senen - Pusling
Jakarta Pusat Rumah Susun Rusun Dakota PKC. Kemayoran
Jakarta Pusat Rumah Susun Rusun Karang Anyar RW.12 PKC. Sawah Besar
Jakarta Pusat Rumah Susun Rusun Tanah Tinggi PKC. Johar Baru
Jakarta Utara Rumah Susun Rusun Marunda PKC. Rusun Marunda
Jakarta Barat Pasar Pasar Darurat Cengkareng Timur PKC. Cengkareng
Jakarta Barat Pasar Pasar Kemiri Kembangan Utara PKC. Kembangan
Jakarta Barat Pasar Pasar Timbul Tomang PKC. Grogol Petamburan
Jakarta Barat Pasar Pasar Jembatan Lima PKC. Tambora
Jakarta Barat Pasar Pasar Pejagalan PKC. Tambora
Jakarta Barat Rumah Susun Rusun Angke PKC. Rusun Angke - Pusling
Jakarta Pasar Pasar Blok M PKC. Kebayoran Baru (Belum
Selatan Jalan)
Jakarta Timur Pasar Pasar Mester Jatinegara
Jakarta Timur Pasar Pasar Induk Kramat Jati
Jakarta Timur Pasar Pasar Cibubur (2014 dapat
tempat)
Jakarta Timur Rumah Susun Rusun Pulo Gebang/WIKA PKC Cakung
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan
merupakan sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada masyarakat. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan
informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua jenjang, bahkan di puskesmas
atau rumah sakit kecil sekalipun. Bukan hanya data, namun juga informasi yang
lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat disajikan dengan adanya sistem informasi
kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan baik.

B. Saran
Perlunya dilakukan kajian mengenai kendala-kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan sistem informasi kesehatan.
Kebutuhan data dan informasi merupakan kebutuhan daerah, maka sebaiknya
sistem informasi yang dikembangkan, disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik
daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Ganinov, Ivan Tinarbudi dkk. 2016. Sistem Informasi Kesehatan. Yogyakarta : Parama
Publishing.

Hatta. 2013. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan


Kesehatan Revisi 2. Jakarta : UI Press.

Pusat Data Informasi. 2011. Petunjuk Teknis Sistem Informasi Kesehatan. Kementrian
Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai