Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia sekarang, salah satu masalah yang sering terjadi
adalah penularan dan penyebaran berbagai macam penyakit, untuk mencegahnya
para peneliti menemukan berbagai macam obat. Salah satu bidang professional
kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia yang
mempunyai tanggung jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan
sediaan obat dikenal dalam sebutan yaitu bidang farmasi.
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan
dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu
pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk yang
cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi juga
mempelajari berbagai ilmu terapan, diantaranya adalah matematika, fisika,
biologi, kimia, dan masih banyak cabang ilmu lainnya. Ilmu yang mendasari dari
farmasi yaitu farmasetika (Anief, 2005).
Farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-
obatan, seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk
tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang
meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat (Syamsuni, 2006).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua
mahluk hidup bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan,
maupun menyembuh penyakit.Secara umum menurut bentuk sediaannya, obat
terbagi atas 3 macam yaitu sediaan cair, sediaan semi padat dan sediaan
padat.Dalam praktikum kali ini kami membuat salah satu bentuk sediaan padat
yaitu kapsul (Ansel, 1989).
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangakng kapsul umumnya terbuat dari gelatin; tetapi
dapat juga terbuat dari pati atau bahan lainnya yang sesuai (Dirjen POM, 1995).

1
Sediaan kapsul dalam ilmu farmasi memiliki banyak keuntungan
dibandingkan sediaan lain, biasanya sediaan kapsul lebih banyak diketahui dapat
menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obat, mudah untuk ditelan dan
bahan obat terlindung dari pengaruh luar seperti cahaya dan kelembaban. Untuk
itu dalam sediaan kapsul penting diketahui bagi seorang farmasis.
Mengingat pentingnya sediaan kapsul dalam kehidupan manusia, baik dari
segi bentuknya yang praktis dan mudah ditelan dibanding bentuk tablet, maka dari
itu seorang farmasis hendaknya mengetahui cara pembuatan, dosis, serta
komposisi dalam suatu kapsul. Sehingga dalam prakteknya, dapat dihasilkan suatu
sediaan yang berkualitas dan memiliki efek terapeutik, serta apa saja yang harus
diperhatikan saat pembuatan kapsul maka dilakukan praktikum ini.
1.1 Maksud percobaan
Adapun maksud dari percobaan kapsul antara lain :
1. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan sediaan kapsul.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara perhitungan bahan dan dosis serta
terampil dalam mengerjakan resep-resep sediaan kapsul.
1.2 Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari percobaan kapsul sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan sediaan kapsul.
2. Agar Mahasiswa dapat mengetahui cara perhitungan bahan dan dosis serta
terampil dalam mengerjakan resep-resep sediaan kapsul.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Definisi Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, bisa juga dari
pati atau bahan lain yang sesuai (Dirjen POM,1995).
Kapsul adalah yang dibuat dari gelatin yang merupakan cangkang yang
diisi dengan bahan bubuk yang membentuk dosis tunggal (Parrot, 1968).
Sedangkan menurut Schovilles (1979), kapsul adalah dibuat dari gelatin yang
mengandung cangkang berisi beni bahan obat untuk dosis tunggal.
Menurut Ansel (2005), kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan
padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/ atau bahan inert lainnya yang
dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air.
2.1.2 Macam-Macam Kapsul
Kapsul dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, kapsul gelatin lunak dan
kapsul gelatin keras. Kapsul gelatin keras lebih sedikit mengandung uap air
dibandingkan dengan kapsul gelatin lunak (Ansel, 1989).
Macam-macam kapsul menurut Anief (1986), yaitu:
1. Kapsul gelatin keras
Kapsul gelatin keras merupakan kapsul  yang mengandung gelatin, gula,
dan air. Kapsul dengan tutup diberi warna-warna. Diberi tambahan warna adalah
untuk dapat menarik dan dibedakan warnanya. Menurut besarnya, kapsul diberi
nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut: no. 000; 00; 0; 1; 2; 3. Kapsul
harus disimpan dalam wadah gelas yang tertutup kedap, terlindung dari debu,
kelembaban dan temperatur yang ekstrim (panas).
Bobot isi pada densitas 0,8
Ukuran Kapsul Volume (ml)
g/cm3 (g)
000 1,370 1,096
00 0,950 0,760
0 0,680 0,544

3
1 0,500 0,400
2 0,370 0,296
3 0,300 0,240
4 0,210 0,168
5 0,130 0,104

2. Kapsul cangkang lunak


Kapsul lunak merupakan kapsul yang tertutup dan diberi warna macam-
macam. Perbedaan komposisi kapsul gelatin lunak dengan kapsul gelatin keras
yaitu gula diganti dengan plasticizer yang membuat lunak, 5% gula dapat
ditambahkan agar kapsul dapat dikunyah. Sebagai plasticizer digunakan gliserin
dan sorbitol atau campuran kedua tersebut, atau polihidris alkohol lain.
3. Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran, atau granul.
Bahan semi padat atau cairan dapat juga diisikan ke dalam kapsul cangkang keras,
tetapi jika cairan dimasukkan dalam kapsul, salah satu teknik penutupan harus
digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran. Kapsul cangkang keras dapat
diisi dengan tangan. Cara ini memberikan kebebasan bagi penulis resep untuk
memilih obat tunggal atau campuran dengan dosis tepat yang paling baik bagi
pasien. Fleksibelitas ini merupakan kelebihan kapsul cangkang keras
dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul cangkang lunak.
2.1.3 Metode Pengisian Kapsul
Menurut Syamsuni (2006), metode pengsian kapsul yaitu :
1. Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan
tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk
melayani resep dokter, dan sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk
mencegah alergi yang mungkin timbul. Untuk memasukkan obat kedalam kapsul
dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang diminta.
Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan kapsul lalu
ditutup.

4
2. Alat bukan mesin
Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan manusia.
Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul lebih seragam dan pengerjaan yang dapat
lebih cepat karena dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri atas dua
bagian, yaitu bagian yang tetap dan yang bergerak.
Cara pengisiannya yaitu :
a) Buka bagian-bagian kapsul
b) Badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada bagian obat yang tidak
bergerak/ tetap.
c) Taburkan serbuk yang akan dimaksudkan kedalam kapsul.
d) Ratakan dengan bantuan alat kertas film.
e) Tutup kapsul dengan cara merapatkan atau menggerakkan bagian alat yang
bergerak.
3. Alat Mesin
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga
keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari membuka, mengisi
sampai menutup kapsul.
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk atau granul. Pada
formulasi massa kapsul, bila dosis obat atau jumlah obat yang akan dimasukkan
tidak memenuhi untuk mengisi volume kapsul, maka diperlukan penambahan
bahan pengisi yang cocok dalam jumlah yang tepat. Bila jumlah obat yang akan
diberikan dalam satu kapsul cukup besar untuk mengisi penuh kapsul,
bahan pengisi tidak dibutuhkan (Augsbuger, 2000).
2.1.4 Ukuran Cangkang Kapsul
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5)
sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan.
Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien
( Dirjen POM, 1995).
Menurut Soetopo (2004) ukuran dan berat cangkang kapsul yaitu :

Natrium Bikarbonat
No. Asetosal (gr) NBB (gr)
(gr)
5
Ukuran
000 1 1,4 1,7
00 0,6 0,9 1,2
0 0,5 0,7 0,9
1 0,3 0,5 0,6
2 0,25 0,4 0,5
3 0,2 0,3 0,4
4 0,15 0,25 0,25
5 0,1 0,12 0,12

2.1.5 Cara Penyimpanan Kapsul


Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi
mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan
dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang lunak pada
pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah timbulnya jamur
dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam lingkungan dengan
kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di absorpsi (diserap) oleh
cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan mengalami kerusakan dari bentuk dan
kekerasannya (Ansel, 1989).
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih
mengandung air dengan kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia edisi IV
dan 12-16% menurut literatur dari Syamsuni 2006. Jika disimpan di tempat yang
lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu sama lain serta sukar
dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari udara yang lembab. Sebaliknya,
jika disimpan di tempat yang terlalu kering, kapsul itu akan kehilangan airnya
sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah (Syamsuni, 2006).
Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul
sebaiknya dalam tempat atau ruangan yang :
1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.
2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering (silika
gel).
3. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau str.
2.1.6 Keuntungan dan Kerugian Kapsul

6
a. Menurut Syamsuni (2006), keuntungan kapsul yaitu :
1. Bentuknya menarik dan praktis.
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa
dan berbau tidak enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat
cepat diabsorpsi.
4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat
tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
b. Menurut Syamsuni (2006), kerugian kapsul yaitu :
1. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul
tidak dapat menahan penguapan.
2. Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak dapat diberikan untuk balita.
5. Tidak dapat dibagi-bagi.
2.1.7 Syarat-Syarat Kapsul
1. Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot dibagi menjadi dua kelompok (Dirjen POM, 1979) :
a. Kapsul berisi obat kering
Timbang 20 kapsul, timbang lagi satu persatu, keluarkan isi semua kapsul,
timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan
bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap
kapsul terhadap bob.ot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari dua
kapsul yang penyimpangannya lebih besar dari harga yang ditetapkan oleh
kolom A dan tidak satu kapsul pun yang penyimpangannya melebihi yang
ditetapkan oleh kolom B.
b. Kapsul berisi obat cair atau pasta

Perbedaan bobot isi kapsul dalam


Bobot rata-rata kapsul % 7
A B
120 mg atau lebih 10% 20%
lebih dari 120 mg 7,5% 15%
Timbang 10 kapsul, timbang lagi satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul, cuci
cangkang kapsul dengan eter. Buang cairan cucian, biarkan hingga tidak berbau
eter, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot
rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap
bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak lebih dari 7,5%.
2. Waktu Hancur
Uji waktu hancur  digunakan untuk menguji kapsul keras maupun kapsul
lunak. Waktu hancur ditentukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan
oleh kapsul yang bersangkutan untuk hancur menjadi butiran-butiran
bebas yang tidak terikat oleh satu bentuk.
3. Keseragaman Sediaan
Terdiri dari keragaman bobot untuk kapsul keras dan keseragaman
kandungan untuk kapsul lunak.
4. Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam farmakope masing–masing monografi.
Persyaratan disolusi tidak berlaku untuk kapsul gelatin lunak kecuali bila
dinyatakan dalam masing–masing monografi.

2.2 Uraian Bahan


2.2.1 Alkohol 70 % (Dirjen POM, 1995; Stoker, 2012)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol / Alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07 g/mol
Rumus Struktur :

8
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,
bau khas, menyebabkan rasa terbakar pada lidah
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik
Kegunaan : Sebagai desinfektan Mensterilkan alat
Khasiat : Sebagai desinfektan (membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri pada jaringan mati), dan
sebagai antiseptik (membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri pada jaringan hidup).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api
2.2.2 Paracetamol (Dirjen POM, 1979) 
Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama Lain : Asetaminofen/Parasetamol
Rumus Molekul : C8H9NO2
Berat Molekul : 151,16 g/mol
Stuktur Molekul :

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa


pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%), dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian
propilenglikol P, larut dalam larutan alkali
hidroksida
Kegunaan : Sebagai larutan baku
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

9
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Farmasetika Dasar tentang Kapsul dilaksanakan pada tanggal 24
November 2020 pada pukul 13.00 WITA.Praktikum tersebut bertempat di
Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Universitas Negeri Gorontalo.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan adalah alu, lap halus, lap kasar, lumpang,neraca
analitik, spatula, dansudip.
3.2.2 Bahan

10
Bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, cangkang kapsul, kertas
perkamen, paracetamol 2,5 mg, plastik obat, dan tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang Paracetamol sebanyak 9g menggunakan neraca analitik
4. Digerus paracetamol yang telah ditimbangsampai halus
5. Disiapkan 5 kertas perkamen
6. Dibagi serbukParacetamol di atas kertas perkamen dengan bobot yang sama
rata
7. Dimasukkan serbuk Paracetamol ke dalam cangkang kapsul
8. Dimasukkan kapsul kedalam plastik obat
9. Diberi etiketputih dan salinan resep

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HasilPengamatan

11
4.2 Perhitungan
1. Perhitungan Bahan
250
Paracetamol = × 5 mL = 2,5 g
500
2. Perhitungan Dosis Acetaminophen
Dosissekalipakai
18
Paracetamol = × 500 g
20
= 450 g
450
% OD sekali = × 100 %
500
= 90 % (TIDAK OD)
Dosis sehari pakai
18
Paracetamol =3 × × 500
20
= 1,350
450
% OD sehari = 3× × 100 %
500
= 270 % (OD)

4.3 Copy Resep


APOTEK BIOKLINIK
SIA NO : 503/DPMPTSP/25/XII/2019
Jl. Pangeran Diponegoro Kel. Limba
Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo
Apoteker : Amelia P. Datunsolang, S.Si, Apt
COPY RESEP
Dari : dr. Jefri
Tanggal : 17/11/2020
Untuk : Anita
Umur : 18 thn

12
R/ Paracetamol 250 Mg
m.f.pulv da.in.caps No. V
s t.d.d caps I
PCC Gorontalo, 17/11/2020\

Yogi Prasetyo, S.Si, Apt


4.3.1 Narasi per kata
Narasi resep per kata (Syamsuni, 2006) :
1. pro          : pro                               : Untuk
2. Aetal      : aetal                        : Umur
3. R/            : recipe     : Ambillah
4. m.f         : misce fac                   : Campur dan buatlah
5. pulv : pulveres : Serbuk
6. da in       : da in                          : Dalam
7. caps           : capsule                      : Kapsul
8. No.         : numero                      : Sebanyak
9. 5                       : quinque                      : Lima
10. ʃ             : signa      : Tanda
11. tdd         : ter de die                   : Tiga kali sehari
12. I             : unus       : Satu
4.3.2 Narasi dalam bahasa latin
Recipe Paracetamol 250 mg, misce fac pulveres da in capsule numero
quinque. Signa ter de die capsule unus.
4.3.3 Narasi dalam bahasa Indonesia
Ambillah Paracetamol 250 mg, campur dan buatlah serbuk dalam bentuk
kapsul nomor lima. Tandai tiga kali sehari satu kapsul.
4.4 Pembahasan
Menurut Ansel (2005), kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan
padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/ atau bahan inert lainnya yang

13
dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air.
Sedangkan menurut Schovilles (1979), kapsul adalah dibuat dari gelatin yang
mengandung cangkang berisi beni bahan obat untuk dosis tunggal.
Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan sediaan kapsul, dengan zat aktif
adalah Paracetamol. Menurut British Farmakope (2009) Paracetamol mempunyai
daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan
tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung, sehingga obat ini tergolong
aman untuk dikonsumsi.
Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan, dan membersihkan alat dengan menggunakan alkohol 70%. Menurut
Sudjaswadi (2002) yaitu alasan penggunaan alkohol 70% untuk membersihkan
alat karena alkohol bekerja lebih cepat dibandingkan air untuk membunuh
kuman/mikroba, sedangkan menurut Acton (2013), bahwa alkohol 70% berfungsi
sebagai disinfektan, cepat menguap menyingkirkan sisa pencucian dan dapat
membunuh bakteri.
Ditimbang paracetamol sebanyak 9 g menggunakan neraca analitik agar
lebih akurat. Menurut Day R.A. dan Underwood A.L. (2002) bahwa neraca
analitik yang digunakan dalam laboratorium merupakan instrumen yang akurat
yang mempunyai kemampuan mendeteksi bobot pada kisaran 100 gram sampai
dengan kurang lebih 0,0001 gram.
Digerus paracetamol menggunakan lumpang dan alu sampai halus, dan
diletakkan diatas kertas perkamen. Penggerusan adalah proses mekanik untuk
memperkecil ukuran zat padat. Proses penggerusan merupakan dasar opresional
penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan
penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran
partikel atau ukuran butiran dapat menentukan tingkat homogenitas zat aktif dan
tingkat kerja optimal (Kurniawan, 2009).
Disiapkan 5 kertas perkamen menggunakan metode block, menurut Agoes
(2008) metode block disebut juga metode pembagian yaitu metode yang
digunakan oleh ahli farmasi untuk menempatkan seluruh serbuk yang telah diolah
diatas satu permukaan lempeng atau selembar kertas perkamen yang lebar diatas

14
meja. Selanjutnya, memasukkan serbuk tersebut kedalam badan kapsul. Pada
percobaan ini dalam cara pengisian kapsul, digunakan metode dengan tangan
menurut Syamsuni (2007).
Metode menggunakan tangan merupakan cara yang paling sederhana, yaitu
dengan tangan tanpa bantuan alat lain. Untuk memasukkan obat, dapat dilakukan
dengan membagi dahulu sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta, Setelah itu
kapsul ditutup rapat hingga terdengar bunyi klik atau pertanda bahwa kapsul telah
tertutup rapat. Kemudian sediaan kapsul yang telah jadi dimasukkan kedalam
plastik obat disertakan dengan etiket putih.
Kemungkinan kesalahan yang dilakukan pada saat praktikum yaitu terjadi
kesalahan pada saat penimbangan bahan dan juga pada saat perhitungan dosis.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pembuatan kapsul menggunakan metode pengisian kapsul dengan tangan
dapat dilakukan dengan cara serbuk obat yang telah halus dan homogen, dibagi
diatas kertas perkamen sebanyak jumlah kapsul yang diminta, kemudian tiap
bagian serbuk dimasukkan satu per satu kedalam kapsul. Setelah itu kapsul
ditutup sampai berbunyi klik sebagai tanda kapsul telah tertutup dengan rapat.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan

15
Diharapkan adanya penambahan dan perbaikan sarana serta prasarana untuk
membantu dalam proses perkuliahan.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Diharapkan lebih melengkapi alat dan bahan yang ada didalam
laboratorium, agar praktikum bisa dilaksanakan dengan lancar tanpa ada
hambatan apapun.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Diharapkan dapat menjelaskan materinya tidak terlalu cepat dan lebih
memperhatikan praktikan yang tidak atau belum mengerti tentang percobaan atau
materi yang dijelaskan atau dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Acton, Q. A., 2013. Biguinades Advances in Research and Application: 2013
Edition: Scholarly Brief. Scholarly Editions Publisher. U.S.A

Anief, M. 1986. Ilmu Farmasi.  Ghalia Indonesia. Jakarta

Anief, M., 2005. Farmasetika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Ansel, H.C. 1989. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press.Jakarta

British Pharmacopoeia. 2009. British Pharmacopoeia. London: The British


Pharmacopoeia Commission.

16
Day R.A. dan Underwood A.L., 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6.
Erlangga. Jakarta

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.. 1979. Farmakope Indonesia


Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 1995. Farmakope Indonesia


Edisi Keempat.Departemen Kesehatan RI.Jakarta
Kemenkes RI. 2014.Profil Kesehatan Indonesia tahun.KemenkesRI; Jakarta
Kurniawan D. W., and Sulaiman T. N. S., 2009. Teknologi Sediaan Farmasi 4.
Graha Ilmu. Yogyakarta

Parrott, E.L., 1968. Pharmaceutical Technology FundamentalPharmaceutics, 3th,


Burgess Publishing Company, Minneapolis

Soetopo. 2004. Ilmu Resep Teori. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Stoker, H. Stephen. 2012. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa


Kedokteran dan Program Strata 1. Fakultas Bioeksakt. Jakarta: EGC

Sudjaswadi. 2002. Hand Out Kimia Fisika. Fakultas Farmasi UGM. Yogyakarta

Syamsuni, A. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. EGC. Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai