LAPORAN AKHIR
Puji syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan berkat, kasih dan rahmat-Nya sehingga Tim Peneliti
Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri dapat menyelesaikan
Laporan “Kajian Kinerja Logistik Antar Pulau: Studi Kasus Baja”
tepat pada waktunya.
Kajian ini dilatarbelakangi bahwa bahan pangan pokok dan
strategis memegang peranan penting dalam aspek ekonomi, sosial,
bahkan politik. Terjadinya disparitas harga antar daerah menjadi salah
satu indikasi masih adanya permasalahan logistik, baik itu dalam distribusi
antar pulau bahan pangan pokok maupun barang strategis. Oleh karena
itu perlu dilakukan kajian mendalam mengenai kinerja logistik antar pulau
dengan fokus untuk menjawab pertanyaan: Apa yang menjadi faktor
determinan terjadinya bottleneck sistem logistik antar pulau.
Sentra produksi dari produk-produk baja berada di pulau Jawa.
Sementara itu konsumen produk baja tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Potensi permintaan baja konstruksi seiring dengan proyek-
proyek MP3EI tentunya harus dipenuhi oleh produksi baja dari pulau
Jawa. Kelancaran distribusi dan logistik produk baja menjadi penting untuk
memastikan terpenuhinya kebutuhan baja tepat waktu dengan biaya yang
wajar dalam rangka mendukung pelaksanaan MP3EI. Maka penting
mengetahui lebih jauh kinerja logistik komoditi baja pada rute-rute terpilih
di Indonesia khususnya biaya dan waktu distribusi. Serta permasalahan-
permasalahan yang dihadapi (logistic bottleneck) dalam rantai pasok
pendistribusian baja.
ABSTRACT
STUDY OF LOGISTIC PERFORMANCE
ON INTER ISLAND TRADE: CASE STUDY OF STEEL
The increase in the price of construction materials has been a
challenge in the construction sector. Demand of steel for construction have
to be provided by the production of steel from Java. Distribution of steel
products is important to ensure delivery of steel timely and at a reasonable
cost in order to support the implementation of the MP3EI. The purpose of
this study is to formulate a policy to address logistics bottlenecks. This
study uses descriptive analysis (combining quantitative and qualitative
data). Steel distribution have the same pattern between route and
relatively short. Constraints in the steel distribution are the density of road,
poor infrastructure, the cost of security that causing high distribution costs.
Efforts to reduce the cost of logistics can be made through the
improvement of road infrastructure to the port, planning transportation
path, improved obidience of transportation users, increasing the use of rail
modes in the distribution of goods. Further, steel distribution center is
needed in Jakarta to reduce logistics costs. In the long run, the
government and private sector need to increase investment in steel
production on the high demand area such as in eastern Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3. Tujuan Kajian ...................................................................................... 4
1.4. Keluaran Kajian ................................................................................... 4
1.5. Manfaat Kajian .................................................................................... 5
1.6. Ruang Lingkup Kajian ......................................................................... 5
1.7. Sistematika Laporan Kajian ................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 91
Lampiran ....................................................................................................... 93
1
Billet adalah Bentuk baja setengah jadi yang digunakan untuk produk - produk yang berukuran
panjang : bars, channels, atau bentuk struktural lainnya. Billet berbeda dari slab karena ukuran
dimensi luarnya; normalnya ukuran billet adalah 2 sampai 7 inchi persegi, sedangkan slabs
lebarnya 30 sampai 80 inchi dan tebalnya 2 inchi sampai 10 inchi . Pada umumnya kedua bentuk
tersebut continually cast, tapi keduanya mungkin sangat berbeda dalam susunan kimianya.
Diakses dari http://steelindonesia.com/main.asp?cp=glossary pada tanggal 11 Maret 2014.
2
Bottleneck adalah kondisi yang menghambat kinerja sistem yang disebabkan keterbatasan dari
kapasitas.
3
Flat product merupakan Kategori baja yang meliputi sheet, strip, dan pelat timah, dll. Dihasilkan
dengan cara melewatkan ingot / slab diantara dua gulungan. Sedangkan long product adalah
klasifikasi dari produk-produk baja meliputi bar, rod dan profile yang lebih tepat disebut panjang
daripada datar. Diakses dari http://steelindonesia.com/main.asp?cp=glossary pada tanggal 11
Maret 2014.
Trade Pattern
Komoditas Baja
Six Key Drivers Sislognas
• Waktu
• Biaya
• Kualitas Pelayanan
• Barang Strategis
• Kargo
INDIKATOR
KINERJA KOMODITAS
INDIKATOR
AGEN/ KONSUMEN
PENGECER KECIL
2.2.1. Persediaan
Persediaan (inventory) adalah stok atau item-item yang
digunakan untuk mendukung produksi (bahan baku dan
barang setengah jadi), kegiatan-kegiatan (perawatan,
perbaikan, dan operating supplies), dan pelayanan pelanggan
(barang jadi dan suku cadang. Item-item tersebut dibeli untuk
dijual kembali, mencakup barang jadi, barang setengah jadi,
dan bahan baku (APICS Dictionary, 10th ed.)
Persediaan harus diadakan dengan beberapa alasan, yaitu:
2.2.2. Pergudangan
2.2.3. Transportasi
2.3.2. Infrastruktur
Konsumsi Per
Negara
kg/kapita/tahun
Korea 1077,2
Singapura 570,1
Japan 500,9
China 427,4
Malaysia 315,8
Uni Eropa 299,1
Amerika Serikat 267,3
Asia 225,8
Thailand 211
Vietnam 139,8
India 54,9
Indonesia 37,3
Industri
Pengolahan
Impor
Gambar 0.7. Pola Distribusi Bahan Baku Besi Baja Dalam Negeri
Industri
Pengecer
Rumah Tangga
Gambar 0.8. Pola Distribusi Produk Olahan Besi dan Baja Dalam
Negeri
(1)
(2)
(3)
(4)
Dimana:
Fac.cons
(5)
.....(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Dimana:
Distr_cons
Konsumen Distributor
17 Permasalahan Pabrik,
yang terjadi Distributor,
ketika ingin Konsumen,
melacak barang Forwarder
yang
didistribusikan
Six Key Drivers: 5. Sumber Daya Manusia
18 Persepsi Pabrik,
mengenai Distributor,
kuantitas dan Konsumen,
kualitas SDM di Forwarder
Jasa Forwarder
19 Persepsi Pabrik,
mengenai Distributor,
kuantitas dan Konsumen,
kualitas SDM di Forwarder
Pelabuhan
Six Key Drivers: 6. Regulasi
20 Regulasi apa Pabrik,
yang Distributor,
mendukung Konsumen,
kelancaran Forwarder
distribusi baja
Tabel 0.2. Data dan Sumber Data: Gudang Pabrik ke Pelabuhan Asal
dan Pelabuhan Tujuan ke Distributor dan Konsumen (Antar Pulau)
15 Permasalahan Pabrik,
yang terjadi Distributor,
ketika ingin Konsumen,
melacak barang Forwarder
yang
didistribusikan
17 Persepsi Pabrik,
mengenai Distributor,
kuantitas dan Konsumen,
kualitas SDM di Forwarder
Pelabuhan
Six Key Drivers: 1. Komoditi (dapat menggunakan data pada Tabel 3.2)
(CIF/FOB)
dan waktu?
13 Permasalahan Shipping
yang terjadi Liners, Freight
ketika ingin Forwarder,
melacak barang Otoritas
yang Pelabuhan
didistribusikan
Six Key Drivers: 5. Sumber Daya Manusia
14 Persepsi SDM yang dimaksud di sini termasuk Freight
mengenai tenaga bongkar muat Forwarder dan
kuantitas dan Otoritas
kualitas SDM di Pelabuhan
Pelabuhan
Six Key Drivers: 6. Regulasi
15 Regulasi yang Freight
Pabrikan
Balikpapan
b. Tujuan Makassar:
i. Asal Baja Cilegon:
Makassar
c. Tujuan Manado:
i. Asal Baja Cilegon I
Cilegon Jakarta (Pelabuhan Tj. Priok)/Surabaya (Tj.
Perak) Manado
ii. Asal Baja Cilegon II
Cilegon Jakarta (Pelabuhan Tj. Priok)/Surabaya (Tj.
Perak) Makassar Manado
iii. Asal Baja Jakarta dan sekitarnya I (Bekasi, Bitung, Cikarang
dan Karawang)
Jakarta (Pelabuhan Tj. Priok) Surabaya (Tj. Perak)
Makassar Manado
Makassar
Manado
Sumber: Hasil Survey (2014)
4.2.3. Biaya
Pada bagian ini akan dijelaskan analisis hasil survey
mengenai biaya yang diperlukan untuk mengangkut baja.
Daerah survey yang dipilih adalah Cilegon, Jakarta, Surabaya
dan Medan sebagai daerah asal baja, serta Balikpapan dan
Manado sebagai kota tujuan survey. Produsen baja utama di
Indonesia adalah Krakatau Steel yang pabriknya berlokasi di
Cilegon, Jawa Barat. Sebagaimana yang dinyatakan pada
Gambar 4.6, terdapat arus distribusi dari Cilegon ke beberapa
kota di Indonesia, termasuk antar pulau.
Origin Cilegon
1.20
1.03
1.00
0.80
(Rp/kg/km)
0.60
0.41 0.44
0.40 0.34 0.36
0.21
0.20
0.00
Medan
Surabaya
Manado
Balikpapan
Jakarta
Makassar
Rp/kg/km
Gambar 0.6. Biaya Logistik Antar Pulau Komoditi Baja dari Cilegon
4
Asumsi produk baja KS diangkut melalui truk ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, kemudian diangkut melalui kapal laut
menuju ke lokasi tujuan.
(Rp/kg/km)
2000
(Rp/kg)
(Km)
400 0.20
1500
300 270 0.15
1000
200 0.10
0 0 0.00
Medan
Medan
Surabaya
Surabaya
Manado
Manado
Balikpapan
Balikpapan
Makassar
Makassar
Total Biaya Jarak Rp/kg/km
Gambar 0.7. Biaya Logistik Antar Pulau Komoditi Baja dari Jakarta
Gambar 0.8. Biaya Logistik Antar Pulau Komoditi Baja dari Surabaya
(Rp/kg/km)
0.60
250 0.49
(Rp/kg)
(Km)
400 0.50 0.42
200 0.40
300
150 0.30
100 200
0.20
50 100 0.10
0 0 0.00
Aceh
Pekanbaru
Padang
Aceh
Pekanbaru
Padang
Rp/kg/km
Total Biaya Jarak
Dari hasil survey mengenai biaya transportasi dan jarak rute, dilakukan uji korelasi
untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara jarak dan biaya transportasi.
Grafik scatter plot di atas menunjukkan adalah korelasi antara biaya logistik per kg
dengan jarak distribusi baja. Hasil regresi juga menunjukan kecenderungan yang sama.
Uji signifikansi dari persamaan regresi dengan menggunakan dua variable di atas juga
menunjukkan bahwa variable jarak signifikasan dalam menentukan besarnya biaya
transportasi per kg. Selanjutnya, perhitungan koefisien korelasi diperoleh nilai sebesar
0,6131. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara jarak dengan biaya
transportasi.
Dari hasil analisis statistika di atas dapat disimpukan bahwa terdapat hubungan antara
jarak dengan biaya transportasi. Makin jauh jarak tempuh distribusi, maka makin tinggi
biaya transport yang diperlukan. Hal ini sejalan dengan hasil analisis yang telah
dilakukan di atas.
4.2.4. Waktu
Pada rute-rute distribusi baja yang dimulai dari
Cilegon, waktu distribusi relatif dipengaruhi oleh jarak,
semakin jauh jarak yang ditempuh, waktu distribusinya
cenderung lebih lama. Kecepatan antar rata-rata pada tiap
3,500,000
100
3,000,000
80
2,500,000
60 2,000,000
1,500,000
40
1,000,000
20
500,000
- -
250,000 Biaya/Km
Biaya Trucking
200,000
150,000
100,000
50,000
-
Surabaya Manado Medan Balikpapan Makassar
Biaya Trucking
Medan
Rp 200 rb Manado
Rp 170 rb
Balikpapan
Rp 250 rb
Cilegon
Rp 200 rb Surabaya Makassar
Rp 200 rb Rp 200 rb
43%
Infrastruktur
45%
40%
35%
42% 30%
Lainnya Regulasi
25%
20%
15%
12%
10%
5%
0%
9% 10%
ICT Penyedia Jasa Logistik
18% 19%
Komoditas SDM
5.1. Kesimpulan
Cox, James F (2001). Apics Dictionary 10th ed, Amer Production &
Inventory Paperback
Coyle, J.L., Gibson, B.J., Novack, R.A., Bardi, E.J. (2003). Supply Chain
Management: A Logistics Perspective. Cengage Learning.
IISIA (2012). Indonesian Iron & Steel Industry Association Directory 2012
Kompas (25 Januari 2013). Indonesia Bisa Keluar Dari Jebakan Kelas
Menengah. Diakses dari
Purba, Joel Hari Junjunan (2009). Analisis Prosedur Pemberian Kredit dan
penagihan Piutang Pada PT. Bank Danamon Indonesia Tbk Unit
Danamon Simpan Pinjam Pusat Pasar Medan. Skripsi. Fakultas
Ekonomi. Universitas Sumatera Utara
Isu Kebijakan