Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

MODUL 6

SKRINING PRIMER UNTUK MEMPEROLEH MIKROBA PENGHASIL


ANTIBIOTIK

Disusun Oleh :

Nama : Humairoh Alqibtiyaah Modjo

NIM : K100190028

Kelas :B

Hari Praktikum : Rabu,02 Juni 2021

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021
A. Tujuan
Mampu melakukan berbagai teknik mikrobiologi dalam skrining (menanam,
mengisolasi, memurnikan biakan, dan melakukan uji terhadap kemampuan biakan
penghasil antibiotik).

B. Dasar Teori
Kata antibiotik diberikan pada produk metabolik yang dihasilkan oleh suatu
organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat
mikroorganisme lain. Dengan perkataan lain, antibiotik merupakan zat kimia yang
dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang menghambat mikroorganisme lain.
(Pelczar, 1988)

Banyak antibiotik yang berasal dari mikroorganisme, beberapa dihasilkan oleh


spesies fungi biasa, misalnya penisilin. Tetapi kebanyakan diperoleh dari bermacam-
macam bakteri yang menyerupai fungi (mold like). Sedikit sekali yang dihasilkan oleh
bakteri asli, kecuali yang berasal dari spesies basilus
(Irianto, 2002).

Sumber mikroorganisme penghasil antibiotika antara lain dari tanah, air laut,
lumpur, kompos, limbah domestik, bahan makanan busuk, dan lain-lain
(Suwandi, 1989)

Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut:


1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic)
2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme patogen.
3. Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, seperti
reaksi alergi, kerusakan saraf, iritasi lambung, dan sebagainya.
4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora usus atau
flora kulit.
(Entjang, 2003)
Penemuan sumber-sumber antibiotik baru di alam dilakukan dengan cara
penapisan atau skrining untuk menemukan mikroorganisme penghasil antibiotik. Sampel
dari berbagai macam sumber, termasuk tanah, air dari berbagai tempat di uji kemampuan
potensialnya dalam menghasilkan antibiotik. Proses penapisan ini terdiri dari dua tahap,
yaitu skrining primer dan skrining sekunder.
Tahap-tahap skrining primer meliputi:
1. Mencari sumber penghasil
2. Menumbuhkan mikroorganisme yang didapat
3. Mengisolasi dan mengoleksi mikroorganisme
4. Uji kemampuan isolat.
Tahap skrining sekunder meliputi:
1. Mendapatkan koloni mikroorganisme terpilih
2. Mencari kondisi optimal untuk pertumbuhan
3. Identifikasi mikroorganisme (morfologi, kimiawi, atau genetik)
4. Identifikasi substansi
(Pratiwi, 2008)

C. Alat dan Bahan

a. Alat
1. Neraca analitik
2. Tabung reaksi steril
3. Lampu
4. Pelubang gabus (cork borer)
5. Jarum ose bulat
6. Inkubator
7. Mikropipet
8. Spreader
9. Penggaris
b. Bahan
1. Salin steril
2. Media Czapek dox
3. Media Sabouraud
4. Media Mueller Hinton
5. Kultur bakteri cair
6. Etanol 70%
7. Yellow tips 8. Blue tips

D. Cara Kerja
Tahap I

Disuspensikan 0,5 gram sampel tanah dengan larutan salin 5 ml dalam tabung steril 1
(10-1 ).

Diambil 0,5 ml suspensi pengenceran 10-1 dan masukkan ke dalam tabung reaksi steril 2
yang berisi salin sebanyak 4,5 ml (10-2 ).

Diambil 0,5 ml suspensi pengenceran 10-2 dan masukkan ke dalam tabung reaksi steril 3
yang berisi salin sebanyak 4,5 ml (10-3 ).

Diambil 100 µl suspensi tersebut (10-3 ), teteskan ke dalam petri steril yang telah
dituangi media selektif padat (Czapex Dox) lalu ratakan menggunakan spreader.

Dilabeli dengan keterangan asal tanah, media, kelas, kelompok, dan tanggal percobaan.

Diinkubasi 28o C dalam posisi terbalik sampai praktikum berikutnya.


Dideskripsikan mikroorganisme yang tumbuh.

Tahap II

Dibuat 3 lubang pada media Sabouraud menggunakan cork borer yang telah
disterilkan.

Dipilih 3 koloni yang dominan pada media Czapex Dox, iris menggunakan cork borer
yang telah disterilkan, masukkan ke dalam lubang pada media Sabouraud.

Dilabeli cawan dengan keterangan asal tanah, media, kelas, kelompok, dan tanggal
percobaan.

Diinkubasi 28o C dalam posisi terbalik sampai praktikum berikutnya.

Dideskripsikan mikroorganisme yang tumbuh.

Tahap III

Dipanaskan pinggiran cawan Petri berisi media MH pada api lampu Bunsen.

Diinokulasi media MH dengan kultur bakteri cair lalu ratakan menggunakan spreader
yang telah disterilkan, diamkan selama 10 menit.


Dibuat lubang pada media MH menggunakan cork borer yang telah disterilkan.

Diiris 3 koloni dominan menggunakan cork borer yang telah disterilkan lalu pindah ke
media MH.

Dilabeli cawan dengan nama bakteri uji, media, kelas, kelompok, dan tanggal percobaan.

Diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam dalam posisi terbalik.

Diamati ada tidaknya zona hambat pada daerah sekitar koloni.

Jika ada zona hambat, ukur diameter zona hambat menggunakan penggaris
E. Hasil

LEMBAR HASIL

MODUL 6 – SKRINNING PRIMER UNTUK MEMPEROLEH


MIKROBA PENGHASIL ANTBIOTIK

Hasil hasil cross-streak test:

Keterangan:

C D A: Klebsiella
B
pneumoniae

A E B: Staphylococcus
aureus

C: Staphylococcus
epidermidis

D: Escherichia coli

E: Shigella sonnei

Lengkapi tabel hasil cross-streak test di bawah ini:

Nama Bakteri Pertumbuhan di hambat oleh sample atau tidak?


Klebsiella pneumoniae Tidak dihambat oleh sampel
Staphylococcus aureus Dihambat oleh sampel
Staphylococcus epidermidis Dihambat oleh sampel
Escherichia coli Tidak dihambat oleh sampel
Shigella sonnei Tidak dihambat oleh sampel
F. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu melakukan berbagai
teknik mikrobiologi dalam skrining (menanam, mengisolasi, memurnikan
biakan, dan melakukan uji terhadap kemampuan biakan penghasil
antibiotik). Diambil sampel kultur bakteri cair. Untuk menguji kemampuan
potensialnya dalam menghasilkan antibiotik dilakukan skrining primer.
Klinik prima adalah prosedur selektif untuk mendeteksi atau mengisolasi
banyak mikroba atau metabolit yang dikehendaki dari sejumlah besar
populasi.

Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama


fungi yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain (Gunawan,
2007). Skrining primer pada praktikum ini dilakukan melalui tiga tahap
tahap pertama menggunakan media czapex dox dan suhu inkubasi 28 derajat
Celcius. Media czapex dox agar direkomendasikan untuk menumbuhkan
jamur dari sampel air (Himedia, MO75). Tahap kedua menggunakan media
Sabouraud dextrose agar (SDA) dan suhu inkubasi 28 derajat Celcius. Media
SDA digunakan untuk menumbuhkan yeast,mold, dan bakteri asam dari
sampel klinik dan non klinik (Himedia, MO63). Suhu yang digunakan untuk
inkubasi kedua tahap tersebut adalah suhu yang cocok untuk pertumbuhan
jamur yaitu 28 derajat Celcius. Tahap ke-3 menggunakan media Mueller
hinton dan suhu inkubasi 37 derajat celcius. Media Mueller hinton
direkomendasikan untuk menentukan kerentanan mikroorganisme terhadap
antimikroba (jamur) yang diekstrak dari sampel klinis (Himedia, M173).

Didapatkan hasil skrining primer untuk memperoleh mikroba


penghasil biotik untuk bakteri klebsiella pneumoniae berwarna coklat muda,
bakteri staphylococcus aureus berwarna ke Kuningan, bakteri
staphylococcus epidermidis berwarna coklat, bakteri escherichiacoli coklat
kemerahan, dan bakteri shigella sonnei berwarna coklat muda. Dari hasil
tersebut didapatkan bahwa bakteri klebsiella pneumoniae, bakteri
escherichia colli, dan bakteri shigella sonnei pertumbuhannya tidak
dihambat oleh sampel. Sedangkan untuk bakteri staphylococcus aureus dan
bakteri staphylococcus epidermidis pertumbuhannya dihambat oleh sampel.

G. Kesimpulan
 Dilakukan skrining primer untuk memperoleh jamur penghasil
antibiotik
 Digunakan tiga jenis media yaitu czapex dox (tahap 1), media
saboraund dextrose (tahap 2), dan media Mueller hinton (tahap 3).
 Bakteri klebsiella pneumoniae, bakteri escherichia colli, dan bakteri
shigella sonnei pertumbuhannya tidak dihambat oleh sampel
 Bakteri staphylococcus aureus dan bakteri staphylococcus epidermidis
pertumbuhannya dihambat oleh sampel.

H. Daftar Pustaka

Entjang I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan. Bandung:


Citra Aditya Bakti.

Irianto. 2002. Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Makassar: Poltekkes


Kemenkes Makassar.

Pelczar, M.J. dan E.C.S.Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Yogyakarta: Erlangga.


Suwandi, U. 1989. Perkembangan Antibiotik. Jakarta: PT. Kalbe Farma.

Tony, Hart and Poul Shears. 2004. Medical Microbiology. London: Elsevier

Anda mungkin juga menyukai