Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

ATRESIA ANI PADA ANAK

Kelompok 3
Nama:
R. Mentari Dwi Putri (701190005)
Tiara Cahya Maulani (701190006)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALE BANDUNG
BANDUNG
2020/2021
BAB I
KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Atresia Ani


1. Pengertian Atresia Ani
Menurut Nurhayati (2009), istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘a’
yang berarti “tidak ada” dan trepsis yang berarti “makanan atau nutrisi”. Dalam istilah
kedokteran, “atresia” berarti suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan
abnormal. Atresia ani memiliki nama lain yaitu “anus imperforata”.
Atresia ani adalah malformasi kongenital dimana rektum tidak mempunyai
lubang keluar. (Walley, 1996)
Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus
namun tidak berhubungan langsung dengan rektum. (Purwanto, 2001)
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus
atau tertutupnya anus secara abnormal. (Suriadi, 2001)
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rektum, atau keduanya. (Betz, 2002)
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (konginetal), tidak adanya lubang atau
saluran anus. (Donna L. Wong, 2003)
Atresia ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna,
termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rektum dan atresia rektum. Insiden 1:5000
kelahiran yang dapat muncul sebagai sindroma VACTRERL (Vertebra, Anal, Cardial,
Esofageal, Renal, Limb) (Faradilla, 2009).
Jadi, atresia ani atau anus imperforate merupakan kelainan bawaan (kongenital)
dimana terjadi pembentukan lubang anus yang tidak sempurna (abnormal) atau anus
tampak rata maupun sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rektum yang terjadi pada masa kehamilan.
2. Anatomi Fisiologis

Gambar : Susunan Saluran Pencernaan (Syaifuddin, 2006).

3. Etiologi
Atresia ani dapat disebabkan karena:
1) Putusnya saluran pencernaan di atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur.
2) Gangguan organogenesis dalam kandungan. Karena ada kegagalan pertumbuhan
saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
3) Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan otot dasar
panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter internal mungkin tidak
memadai. Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen
autosomal resesif yang menjadi penyebab atresia ani. Orang tua tidak diketahui
apakah mempunyai gen carier penyakit ini. Janin yang diturunkan dari kedua orang
tua yang menjadi carier saat kehamilan mempunyai peluang sekitar 25 % - 30 %
dari bayi yang mempunyai sindrom genetik, abnormalitas kromosom, atau kelainan
kongenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani (Purwanto, 2001).
4) Berkaitan dengan sindrom down.
Atresia ani memiliki etiologi yang multifaktorial. Salah satunya adalah komponen
genetik. Pada tahun 1950an, didapatkan bahwa risiko malformasi meningkat pada bayi
yang memiliki saudara dengan kelainan atresia ani yakni 1 dalam 100 kelahiran,
dibandingkan dengan populasi umum sekitar 1 dalam 5000 kelahiran. Penelitian juga
menunjukkan adanya hubungan antara atresia ani dengan pasien dengan trisomi 21
(Down's syndrome). Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa mutasi dari bermacam-
macam gen yang berbeda dapat menyebabkan atresia ani atau dengan kata lain etiologi
atresia ani bersifat multigenik (Levitt M, 2007).
Beberapa jenis kelainan yang sering ditemukan bersamaan dengan malformasi
anorektal adalah
1) Kelainan kardiovaskuler.
Ditemukan pada sepertiga pasien dengan atresia ani. Jenis kelainan yang paling
banyak ditemui adalah atrial septal defect dan paten ductus arteriosus, diikuti oleh
tetralogi of fallot dan vebtrikular septal defect.
2) Kelainan gastrointestinal.
Kelainan yang ditemui berupa kelainan trakeoesofageal (10%), obstruksi
duodenum (1%-2%).
3) Kelainan tulang belakang dan medulla spinalis.
Kelainan tulang belakang yang sering ditemukan adalah kelainan lumbosakral
seperti hemivertebrae, skoliosis, butterfly vertebrae, dan hemisacrum. Sedangkan
kelainan spinal yang sering ditemukan adalah myelomeningocele, meningocele, dan
teratoma intraspinal.
4) Kelainan traktus genitourinarius.
Kelainan traktus urogenital kongenital paling banyak ditemukan pada atresia ani.
Beberapa penelitian menunjukkan insiden kelainan urogeital dengan atresia ani letak
tinggi antara 50 % sampai 60%, dengan atresia ani letak rendah 15% sampai 20%.
Kelainan tersebut dapat berdiri sendiri ataupun muncul bersamaan sebagai VATER
(Vertebrae, Anorectal, Tracheoesophageal and Renal abnormality) dan VACTERL
(Vertebrae, Anorectal, Cardiovascular, Tracheoesophageal, Renal and Limb
abnormality) ( Oldham K, 2005).
4. Patofisiologi
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik, sehingga
anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang
berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal.
Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal
karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu dalam
perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan
abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui
anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami
obstruksi. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir
tanpa lubang anus.
Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan
embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi ini
mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila
urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis
hiperkloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi
berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ
sekitarnya. Pada perempuan, 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum
(rektovestibuler). Pada laki-laki umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostat
(rektovesika) bila kelainan merupakan letak tinggi, pada letak rendah fistula menuju ke uretra
(rektouretralis) (Faradilla, 2009).
5. Pathway

Kelainan kogenital

• Gangguan Pertumbuhan
• Fusi
• Pembentukan anus dari
tonjolan embrionik

ATRESIA ANI

Feses Tidak Keluar Vistel Rektovaginal

Feses Menumpuk Feses Masuk Ke Uretra

Mikroorganisme masuk
Reabsorbsi sisa Peningkatan Tekanan ke saluran kemih
metabolisme Intraabdominal

Dysuria
Keracunan Operasi Anoplasti

Gang. Rasa nyaman


Mual, muntah
Ansietas Perubahan Defekasi:
Pengeluaran Tak Gang. Eliminasi Urine
Ketidakseimbangan Terkontrol Nyeri
Nutrisi < Kebutuhan Iritasi Mukosa
Tubuh

Resiko kerusakan kulit Abnormalitas spingter Trauma jaringan


rektal

Nyeri Inkontinensia Defekasi Perawatan tidak


Gang. Rasa Nyaman adekuat

Resiko Infeksi
6. Manifestasi Klinis
Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi.
Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan
fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan
jarang rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi
fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal.
Gejala yang akan timbul:
1) Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2) Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
3) Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.
4) Perut kembung. (Ngastiyah, 2005)

7. Klasifikasi
Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak:
1. Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M. levator ani (M. puborektalis) dengan
jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit perineum lebih dari
1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran
kencing atau saluran genital.
2. Intermediate : rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak menembusnya.
3. Rendah : rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara
kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.
8. Komplikasi
Menurut Betz dan Sowden (2009), komplikasi pada atresia ani antara lain:
1) Asidosis hiperkloremik
2) Infeksi saluran kemih yang terus-menerus
3) Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah)
4) Komplikasi jangka panjang
a) Eversi mukosa anus
b) Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis)
c) Impaksi dan konstipasi (akibat dilatasi sigmoid)
d) Masalah atau keterlambatan yang berhubungan dengan toilet training
e) Inkontinensia (akibat stinosis anal atau inpaksi)
f) Prolaps mukosa anorektal (penyebab inkontinensia)
g) Fistula kambuhan

9. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurhayati (2009), untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologis, yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi
intestinal atau menentukan letak ujung rektum yang buntu setelah bayi berumur
24 jam. Pada saat pemeriksaan, bayi harus diletakkan dalam keadaan posisi
terbalik selama 3 menit, sendi panggul bayi dalam keadaan sedikit ekstensi,
kemudian dibuat foto pandangan anteroposterior dan lateral setelah petanda
diletakkan pada daerah lekukan anus.
2. Sinar-X terhadap abdomen yang bertujuan untuk menentukan kejelasan
keseluruhan bowel/usus dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung
rektum dari sfingternya.
3. Ultrasonografi (USG) abdomen, yang bertujuan untuk melihat fungsi organ
intenal terutama dalam sistem pencernaan dan mencari adanya faktor reversibel
seperti obstruksi massa tumor.
4. CT Scan, yang bertujuan untuk menentukan lesi.
5. Rontgenogram pada abdomen dan pelvis, yang bertujuan untuk mengonfirmasi
adanya fistula yang berhubungan dengan saluran urinaria.

10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Preventif
Menurut Nurhayati (2009), penatalaksanaan preventif yaitu: (a) diberikan nasihat
pada ibu hamil bahwa selama hamil muda untuk berhati-hati atau menghindari obat-
obatan, makanan yang diawetkan dan alkohol karena dapat menyebabkan atresia ani; (b)
pemeriksaan lubang dubur/anus bayi pada saat lahir sangat penting dilakukan sebagai
diagnosis awal adanya atresia ani. Sebab jika sampai tiga hari diketahui bayi menderita
ani atresia ani, jiwa bayi dapat terancam karena feses yang tertimbun dapat mendesak
paru-paru bayi dan organ yang lain.
2. Pasca Bayi Lahir
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2012), begi penyidap kelainan tipe I dengan
stenosis yang ringan dan tidak mengalami kesulitan mengeluarkan tinja tidak
membutuhkan penanganan apapun. Sementara pada stenosis yang berat perlu dilakukan
dilatasi setiap hari dengan karakter uretra, dilatasi Hegar, atau speculum hidung
berukuran kecil. Selanjutnya orang tua dapat melakukan dilatasi sendiri di rumah dengan
jari tangan. Dilatasi dikerjakan beberapa kali seminggu selama kurang lebih 6 bulan
sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai keadaan normal.
Konstipasi dapat dihindari dengan pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulose.
Bentuk operasi yang diperlukan pada tipe II, baik tanpa atau dengan fistula, adalah
anoplasti pcrincum, kemudian dilanjutkan dengan dilatasi pada anus slama 23 bulan.
Tindakan ini paling baik dilakukan dengan dilator Hegar selama bayi di rumah sakit dan
kemudian orang tua penderita dapat memakai jari tangan di rumah sampai tepi anus lunak
serta mudah dilebarkan. Pada tipe III, apabila jarak antara ujung rektum uang buntu ke
lekukan anus kurang dari 1,5 cm, pembedahan rekonstruktif dapat dilakukan melalui
anoproktoplasti pada masa neonatus. Akan tetapi, pada tipe III biasanya perlu dilakukan
pembedahan definitif pada usia 12-15 bulan. Kolostomi bermanfaat untuk:
a. Mengatasi obstruksi usus, memungkinkan pembedahan rekonstruktif dapat
dikerjakan dengan lapangan operasi yang bersih.
b. Memberikan kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap
dalam usaha menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan kelainan
bawaan yang lain, kolostomi dapat dilakukan pada kolon transversum atau kolon
sigmoideum. Beberapa metode pembedahan rekonstruktif yang dapat dilakukan
adalah operasi abdominoperineum terpadu pada usia 1 tahun, anorektoplasti sagital
posterior pada usia 8-12 bulan, dan pendekatan sakrum menurut metode Stephen
setelah bayi berumur 6-9 bulan. Dilatasi anus baru bisa dilakukan 10 hari setelah
operasi dan selanjutnya dapat dilakukan oleh orang tua di rumah, mula-mula dengan
jari kelingking kemudian dengan jari telunjuk selama 23 bulan setelah pembedahan
definitif. Sedangkan pada penanganan tipe IV dilakukan dengan kolostomi, untuk
kemudian dilanjutkan dengan operasi abdominal pull-through seperti kasus pada
megakolon congenital.
Pemberian antibiotic seperti cefotaxim dan garamicin untuk mencegah infeksi pada pasca
operasi. Pemberian vitamin C untuk daya tahan tubuh.
BAB II
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan di uraikan proses “Asuhan Keperawatan pada By.N dengan Atresia
Ani Post Op Kolostomi Letak Tinggi di Ruang Perinatologi Bougenville RSUP
Fatmawati”.Asuhan keperawatan dilakukan mulai tanggal 28 Oktober 2019 sampai 31
Oktober 2019 yang disusun berdasarkan tahapan proses keperawatan meliputi:
Pengkajian Keperawatan, Diagnosis Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi
Keperawatan, dan Evaluasi Keperawatan.
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2019.
Nama : By. N
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 15 hari,
Tanggal Lahir : 13 Oktober 2019
Nama Ayah : Tn.S (29 thn)
Nama Ibu : Ny. M (28 thn)
Pekerjaan ayah : karyawan swasta
Pekerjaan ibu : ibu rumah tangga
Alamat : Kp. Kandang Roda Rt 005/Rw 04 Kel Nanggewer Cibinong Bogor
MRS : 15 Oktober 2019
Hasil pemeriksaan fisik, anammnesa dengan keluarga klien, perawat ruangan, dan tenaga
kesehatan lain, observasi rekam medis serta observasi flow sheet bayi. Data yang penulis
dapat yaitu data subjektif berupa, Ibu klien mengatakan di RS Fatmawati, klien dilakukan
tindakan pembuatan kantung sementara untuk BAB dan selanjutnya dilakukan tindakan
lagi saat klien sudah cukup umur dan klien rewel, sebentar - bentar menangis, dikarenakan
nyeri dari tindakan operasi dan sampai hari ke-11 terkadang masih suka gelisah. Selain itu,
riwayat bayi, dimana berat badan lahir bayi 3,2 kg, panjang badan 49 cm, apgar score 9/10,
bayi lahir dengan tidak memiliki anus. Riwayat kehamilan ibu, Gravida 1, Para 1, Abortus 0,
Usia kehamilan 38 minggu, persalinan dilakukan secara spontan, tidak ada komplikasi selama
kehamilan.
Hasil pemeriksaan fisik pada By. Ny. A didapatkan data: kesadaran composmentis,
Refleks – reflex : reflex menangis pada bayi kuat, refleks sucking (menghisap) kuat, refleks
rooting kuat, refleks grasp (menggenggam) kuat, babinski positif, moro kuat, serta tonik neck
kuat.
Aktivitas gerak bayi: aktif . Kepala / leher : lingkar kepala 31 cm, fontanel lunak,
bentuk wajah simetris, bentuk kepala normal. Mata bayi: bersih tidak ada kotoran ataupun
cairan, mata simetris. Telinga / hidung / tenggorokan: bentuk telinga normal, simetris antara
telinga kanan dan kiri, terdapat lubang pada kedua telinga, hidung normal, terdapat dua
lubang pada hidung, palate normal. Pada abdomen bayi : abdomen lunak , tampak adanya
kolostomi dan datar lingkar perut 32 cm dan liver dibawah <2 cm batas rusuk kanan.
Thorax : tampak simetris, klavikula normal. Suara napas bilateral pada bayi sama, suara
napas terdengar di seluruh lapang paru, suara napas bersih di seluruh lapang paru, ronkhi
( - ), wheezing ( - ), rales ( - ), g runting ( - ), bayi tidak terpasang ventilator. Pernapasan
bayi spontan dengan RR 48x/menit. Jantung: bunyi jantung bayi reguler, HR 138x/meni
t, Capillary Refill Time (CRT) 1 detik. Ekstre mitas : bayi dapat menggerakkan semua
ekstremitas, kekuatan nadi perifer brachial kanan kuat, brachial kiri kuat, femoral kanan
kuat, femoral kiri kuat, kekuatan antara ekstremitas atas dan bawah sama. Umbilicus:
normal, tali pusat normal. Genetalia: normal laki - laki. Anus: imperforata anus. Spine:
normal. Warna kulit: pink, rash normal, tidak ada tanda lahir, kulit lembab, turgor
kulit baik, dan terdapat lanugo. Temperature: tubuh bayi 36,5 o C, temperature
ruangan 22,1 o C, temperature incubator 33,5 o C. Dibagian bokong klien tampak kemerahan.
Data penunjang pada tanggal 20 Oktober 2019 hasil laboratorium dengan hasil
HEMATOLOGI : Hemoglobin 13.5 g/dL, hematokrit 39 %, Leukosit 3.0 ribu/uL,
Trombosit 40 ribu/uL, Eritrosit 3.50 juta/uL. VER/HER/ KHER/RDW: VER 102.3 Fi,
HER 38.5 pg, KHER 37.6 g/dL, RDW 18 . 3% . KIMIA KLINIK FUNGSI HATI: bilirubin
total 12.44 mg/dL, bilirubin 18 direk 1.11 mg/dL, bilirubin indirek 11.33 mg/dL. FUNGSI
GINJAL : Ureum darah 28 mg/dl, kreatinin darah 0.5 mg/dl. SERO – IMUNOLOGI:
CRP Kuant itatif 0.8 mg/dl . Tanggal 15 Oktober 2019 pemeriksaan thorax, Kesan :
ukuran jantung tidak membesar, tidak tampak infiltrat dikedua paru. Tanggal 15 Oktober 2019
hasil Pemeriksaan BNO / Foto Polos Abdomen, kesan : Gambaran atresia ani letak tinggi.
Diit : By. N mendapat susu ASI atau Susu Pregestimil 4 x 30 cc pada jam 07.00, 10.00,
13.00 dan 16.00, 4 x 35 cc pada jam 19.00, 22.00, 01.00 dan 04.00. TERAPI OBAT:
diberikan via parenteral diantaranya Bactecyn 2 x 150 mg, Gentamicin 15 m g/ 36 jam,
Paracetamol 4 x 40 mg . Terapi cairan : infusan terdapat ditangan kanan dengan PG 2 260
cc/24 jam, dex 1 0% + ca gluko (2) 100 ml/24 jam.

DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
✓ Ibu klien mengatakan bahwa ✓ Keadaan klien compos mentis
klien lahir di bidan dekat ✓ TTV : N : 138x/m
rumahnya. Bidan mengatakan ✓ RR : 48x/m
bahwa klien lahir dengan kondisi ✓ S : 36,5oC
tubuh lengkap termasuk memiliki ✓ SaO2 : 95%
anus ✓ Usia 15 hari
✓ Ibu klien mengatakan klien selalu ✓ Lahir 38 minggu
menangis dan belum BAB sejak ✓ Apgar score 9/10
lahir. Setelah 3 hari kelahiran, ✓ Refleks menangis kuat
perut klien sangat keras dan urat ✓ Refleks menghisap kuat
urat diperut terlihat. Ibu klien ✓ Refleks menoleh kuat
mengatakan perut klien seperti ✓ Refleks menggenggam kuat
nangka matang ✓ Refleks babinski positif
✓ Refleks moro kuat
✓ Ibu klien mengatakan akhirnya ✓ Refleks tonik neck kuat
membawa klien kembali ke bidan ✓ Aktivitas bayi aktif
tempat klien dilahirkan dan tetap ✓ Wajah simetris
dikatakan memiliki anus. ✓ Telinga, hidung dan palate normal
Akhirnya ibu klien memutuskan ✓ Klien menggunakan nasal kanul ½
membawa klien ke RS Sentra lpm
Medika Depok dan dikatakan ✓ Klien terpasang OGT
klien tidak memiliki anus dan ✓ Abdomen teraba lunak
dirujuk ke RS Fatmawati ✓ Lingkar perut 32 cm
✓ Ibu klien mengatakan di RS ✓ Klien terpasang infus ditangan kanan
Fatmawati, klien dilakukan ✓ PG2 260 cc
tindakan pembuatan kantung ✓ Dex 10% + ca glukonas (2) 100 ml
sementara untuk BAB dan ✓ Thorax normal dan simetris
selanjutnya dilakukan tindakan ✓ Retraksi dada tidak ada
lagi saat klien sudah cukup umur ✓ Suara napas bersih
✓ Ibu klien mengatakan luka ✓ Bunyi jantung regular
operasi membuat bayinya ✓ CRT 1 detik
rewel,sebentar -bentar menangis ✓ Umbilicus normal
dan terkadang gelisah ✓ Anus imperforate
✓ Klien dilakukan operasi pembuatan
stoma pada 17 Oktober 2019
✓ Klien terdapat kolostomi
✓ Stoma berwarna merah dengan feses
berwarna hijau dan konsistensi cair
✓ Terdapat luka disekitar area
kolostomi sepanjang 1 cm
✓ Klien post op kolostomi hari ke
11Tampak kemerahan dibagian
bokong bayi
✓ Suhu ruangan 22,1oC
✓ Suhu inkubator 33,5oC
✓ Rontgen foto polos abdomen
(15/10/19) kesan : gambaran atresia
ani letak tinggi
✓ Penatalaksanaan obat
✓ Bactecyn 2 x 150 mg
✓ Gentamicin 15 mg/ 36 jam
✓ Paracetamol 4 x 40 gr
✓ Diet klien
✓ ASI / Pregestimil
✓ 4 x 30 cc pada jam 07.00, 10.00,
13.00 dan 16.00 4 x 35 cc pada jam
19.00, 22.00, 01.00 dan 04.00
✓ Penilaian skor nyeri menggunakan
NIPS
✓ Ekspresi wajah : otot wajah tegang,
alis berkerut, rahang dan dagu
mengunci (1)
✓ Tangisan : mengerang, sebentar
bentar menangis (1)
✓ Pola napas : terkadang lebih cepat
dari biasanya (1)
✓ Tangan : meluruskan tangan tetapi
dengan cepat melakukan fleksi (1)
✓ Kaki : meluruskan kaki tetapi dengan
cepat melakukan fleksi (1)
✓ Kesadaran : gelisah (1)

ANALISIS DATA
NO. DATA-DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Atresia Ani Nyeri Akut b.d Agen
✓ Ibu klien mengatakan luka Pencederaan Fisik (Prosedur
operasi membuat bayinya suka Tidak ada pembukaan usus besar Operasi) d.d Mengeluh Nyeri.
rewel, sebentar - bentar melalui anus
menangis dan terkadang
gelisah Feses tidak bisa keluar
DO :
✓ Kesadaran compos mentis Feses menumpuk
✓ TTV :
N : 138 x/m Tekanan intraabdominal
S : 36,5 oC meningkat
RR : 48 x/m
SaO2 : 95% Penanganan medis / pembedahan
✓ Terdapat kolostomi
✓ Klien post op kolostomi hari ke Pre – operasi
11
✓ Klien tampak menghindar dan Post – operasi
menangis saat luka post op
disentuh Trauma jaringan
✓ Terdapat luka sepanjang 1 cm
didekat area kolostomi Timbul nyeri
✓ Penilaian nyeri menggunakan
NIPS : Nyeri
✓ Ekspresi wajah : otot wajah
tegang, alis berkerut, rahang
dan dagu mengunci(1)
✓ Tangisan : mengerang,
sebentar -bentar menangis (1)
✓ Pola napas : terkadang lebih
cepat dari biasanya (1)
✓ Tangan : meluruskan tangan
tetapi dengan cepat melakukan
fleksi (1)
✓ Kaki : meluruskan kaki tetapi
dengan cepat melakukan fleksi
(1)
✓ Kesadaran : gelisah (1)

2. DS : - Atresia Ani Risiko Infeksi d.d Efek Prosedur


DO : Invansif, Ketidakadekuatan
✓ Kesadaran compos mentis Pertahanan Tubuh Primer
✓ TTV : Tidak ada pembukaan usus (Kerusakan Integritas Kulit)
N : 138 x/m besar melalui anus
S : 36,5 oC
RR : 48 x/m Feses tidak bisa keluar
SaO2 : 95%
✓ Terdapat kolostomy sejak 11
hari yang lalu (17/10/19) Feses menumpuk
✓ Stoma berwarna merah,
terdapat feses, konsistensi cair
warna hijau Tekanan intraabdominal
✓ Terdapat luka 1 cm di sekitar meningkat
area kolostomy
✓ Klien terpasang infus di tangan
Penanganan medis / pembedahan
kanan
✓ Leukosit 3.0 ribu/uL
Pre – operasi

Post – operasi

Trauma jaringan

Perawatan inadekuat

Resiko infeksi

3. DS : - Atresia Ani Gangguan Integritas Kulit b.d


DO : Kelembaban d.d Kemerahan,
✓ TTV : Kerusakan Jaringan dan Lapisan
N : 138 x/m Tidak ada pembukaan usus besar Kulit
S : 36,5 oC melalui anus
RR : 48 x/m
SaO2 : 95%
Feses tidak bisa keluar
✓ Popok klien tampak basah dan
berkeringat
✓ Tampak kemerahan dibagian Feses menumpuk
bokong bayi

Tekanan intraabdominal
meningkat
Penanganan medis / pembedahan

Pre – operasi

Post – operasi

Trauma jaringan

Timbul nyeri

Gangguan rasa nyaman


4. DS : - Atresia Ani Defisit Pengetahuan Tentang
DO : Perawatan Kolostomy b.d
✓ Keluarga klien belum Kurang Terpapar Informasi d.d
mengetahui bagaimana cara Tidak ada pembukaan usus besar Menanyakan Masalah Yang
perawatan stoma dan melalui anus Dihadapi
penggantian kantung
kolostomy pada By. N
Feses tidak bisa keluar
✓ Keluarga klien belum
diajarkan bagaimana cara
perawatan stoma dan Feses menumpuk
penggantian kantung
kolostomy dirumah
Tekanan intraabdominal
meningkat

Penanganan medis / pembedahan

Pre – operasi

Kurang informasi

Deficit pengetahuan
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Nyeri Akut
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
Kode : D.0077
Nyeri Akut b.d Agen Pencederaan Fisik (Prosedur Operasi) d.d Mengeluh Nyeri (hal.172)

Tanda dan Gejala Mayor Tanda dan Gejala Minor


Subjektif : Subjektif : -
✓ Mengeluh Nyeri Objektif :
Objektif : ✓ Pola napas berubah
✓ Tampak meringis
✓ Gelisah

Risiko Infeksi
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D.0142
Risiko Infeksi d.d Efek Prosedur Invansif, Ketidakadekuatan pertahanan tubuh Primer
(Kerusakan Integritas Kulit) (hal.304)

Gangguan Integritas Kulit / Jaringan


Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D.0129
Gangguan Integritas Kulit / Jaringan b.d Kelembaban d.d Kerusakan Jaringan dan / Lapisan
Kulit (hal.282)

Tanda dan Gejala Mayor Tanda dan Gejala Minor


Subjektif : - Subjektif : -
Objektif : Objektif :
✓ Kerusakan jaringan dan / lapisan ✓ Kemerahan
kulit

Defisit pengetahuan
Kategori : Perilaku
Subkategori : Penyuluhan dan Pembelajaran
Kode : D.0111
Deficit Pengetahuan Tentang Perawatan Stoma dan Penggantian Kantung Kolostomy b.d
kurang terpapar informasi d.d Menanyakan Masalah Yang Dihadapi (hal.246)

Tanda dan Gejala Mayor Tanda dan Gejala Minor


Subjektif : Subjektif : -
✓ Menanyakan masalah yang dihadapi Objektif : -
Objektif : -
INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosis Luaran Intervensi
1. Nyeri Akut Nyeri Akut Nyeri Akut
Kode : D.0077 Luaran Utama : Tingkat Nyeri Intervensi Utama : Manajemen Nyeri
Kode : L.08066 Kode : I.08238
Nyeri Akut b.d Agen Ekspetasi : Menurun Tindakan :
Pencederaan Fisik (Prosedur Kriteria Hasil :
Operasi) d.d Mengeluh Nyeri Observasi :
1. Keluhan nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi,
2. Meringis menurun karakteristik, durasi,
3. Gelisah menurun frekuensi, kualitas, intensitas
4. Pola napas membaik nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non
verbal
4. Identifikasi factor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat / dingin)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
4. Ajarkan ibu klien Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu
2. Risiko Infeksi Risiko Infeksi Risiko Infeksi
Kode : D.0142 Luaran Utama : Tingkat Infeksi Intervensi Utama : Pencegahan
Kode : L.14137 Infeksi
Risiko Infeksi d.d Efek Ekspetasi : Menurun Kode : I.14539
Prosedur Invansif, Kriteria Hasil : Tindakan :
Ketidakadekuatan pertahanan
tubuh Primer (Kerusakan 1. Kemerahan menurun Observasi :
Integritas Kulit) 2. Kultur feses menurun 1. Monitor tanda dan gejala
3. Kultur area Luka menurun infeksi local dan sistemik

Terapeutik :
1. Berikan perawatan kulit pada
area edema
2. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien

Edukasi :
1. Jelakan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan ibu klien cara
memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
3. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
4. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, Jika perlu

3. Gangguan Integritas Kulit / Gangguan Integritas Kulit / Jaringan Gangguan Integritas Kulit / Jaringan
Jaringan Luaran Utama : Integritas Kulit dan Intervensi Utama : Perawatan
Kode : D.0129 Jaringan Integritas Kulit
Kode : L.14125 Kode : I.11353
Gangguan Integritas Kulit / Ekspetasi : Meningkat Tindakan :
Jaringan b.d Kelembaban d.d Krireria Hasil :
Kerusakan Jaringan dan / Observasi :
Lapisan Kulit. 1. Kemerahan menurun 1. Identifikasi penyebab
2. Kerusakan jaringan menurun gangguan integritas kulit (mis.
3. Kerusakan lapisan klit Perubahan sirkulasi,
menurun perubahan status nutrisi,
4. Suhu kulit membaik penurunan kelembaban, suhu
lingkunan ekstreme,
penurunan mobilitas)

Terapeutik :
1. Gunakan produk berbahan
ringan / alami dan
hipoalergenik pada kulit
sensitive.
2. Hindari produk berbahan
dasar alcohol pada kulit kering

Edukasi :
1. Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion,
serum)
2. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

4. Deficit Pengetahuan Deficit Pengetahuan Defisit Pengetahuan


Kode : D.0111 Luaran Utama : Tingkat Pengetahuan Intervensi Utama : Edukasi Kesehatan
Kode : L.12111 Kode : I.12383
Deficit Pengetahuan Tentang Ekspetasi : Meningkat Tindakan :
Perawatan Stoma dan Kriteria Hasil : Observasi :
Penggantian Kantung 1. Identifikasi kesiapan dan
Kolostomy b.d kurang 1. Perilaku sesuai dengan kemampuan menerima
terpapar informasi d.d pengetahuan meningkat informasi
Menanyakan Masalah Yang 2. Kemampuan menjelaskan 2. Identifikasi factor – factor
Dihadapi pengetahuan tentang suatu yang dapat meningkatkan dan
tpik meningkat menurunkan motivasi perilaku
3. Pertanyaan tentang masalah hidup bersih dan sehat
yang dihadapi menurun
4. Persepsi keliru tentang Terapeutik :
masalah yang dihadapi 1. Sediakan materi dan media
menurun Pendidikan kesehatan
2. Jadwalkan Pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya

Edukasi :
1. Jelaskan factor yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TANGGAL DIAGNOSIS TINDAKAN EVALUASI
28 Oktober Nyeri Akut b.d Agen ✓ Mengidentifikasi S:
2019 Pencederaan Fisik (Prosedur lokasi, karakteristik, ✓ Ibu klien mengatakan
Operasi) d.d Mengeluh Nyeri durasi, frekuensi, luka operasi membuat
kualitas, intensitas bayinya suka rewel,
nyeri. sebentar - bentar
✓ Mengidentifikasi skala menangis dan terkadang
nyeri gelisah
✓ Mengidentifikasi
respon nyeri non O :
verbal ✓ Kesadaran compos
✓ Mengidentifikasi mentis
factor yang ✓ TTV :
memperberat dan N : 138 x/m
memperingan nyeri S : 36,5 oC
✓ Memonitor efek RR : 48 x/m
samping penggunaan SaO2 : 95%
analgetik ✓ Terdapat kolostomi
✓ Memberikan Teknik ✓ Klien post op kolostomi
nonfarmakologis hari ke 11
untuk mengurangi rasa ✓ Klien tampak
nyeri (kompres hangat menghindar dan
/ dingin) menangis saat luka post
✓ mengControl op disentuh
lingkungan yang ✓ Terdapat luka sepanjang
memperberat rasa 1 cm didekat area
nyeri (mis. Suhu kolostomi
ruangan, pencahayaan, ✓ Penilaian nyeri
kebisingan) menggunakan NIPS :
✓ Memfasilitasi istirahat ✓ Ekspresi wajah : otot
dan tidur wajah tegang, alis
✓ Mempertimbangkan berkerut, rahang dan
jenis dan sumber nyeri dagu mengunci(1)
dalam pemilihan ✓ Tangisan : mengerang,
strategi meredakan sebentar -bentar
nyeri menangis (1)
✓ Pola napas : terkadang
✓ Menjelaskan lebih cepat dari biasanya
penyebab, periode, dan (1)
pemicu nyeri ✓ Tangan : meluruskan
✓ Menjelaskan strategi tangan tetapi dengan
meredakan nyeri cepat melakukan fleksi
✓ Menganjurkan (1)
menggunakan ✓ Kaki : meluruskan kaki
analgetik secara tepat tetapi dengan cepat
✓ Mengajarkan ibu klien melakukan fleksi (1)
Teknik ✓ Kesadaran : gelisah (1)
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa A :
nyeri Nyeri Akut
Luaran Utama : Tingkat Nyeri
Ekspetasi : Menurun
Kriteria Hasil :

1. Keluhan nyeri menurun


2. Meringis menurun
3. Gelisah menurun
4. Pola napas membaik
P:
✓ Intervensi, Nyeri akut
(Manajemen Nyeri)
I:
✓ Implementasi telah
dilakukan
E:
✓ Nyeri akut sudah teratasi

29 Oktober Risiko Infeksi d.d Efek ✓ Memonitor tanda dan S : -


2019 Prosedur Invansif, gejala infeksi local dan
Ketidakadekuatan pertahanan sistemik O:
tubuh Primer (Kerusakan Hasil :
Integritas Kulit) Tanda dan gejala infeksi sudah ✓ Kesadaran compos
teratasi mentis
✓ Memberikan ✓ TTV :
perawatan kulit pada N : 138 x/m
area edema S : 36,5 oC
Hasil : RR : 48 x/m
Edema dikulit sudah diobati SaO2 : 95%
✓ Terdapat kolostomy
✓ Mengajarkan ibu klien sejak 11 hari yang lalu
cara memeriksa (17/10/19)
kondisi luka atau luka ✓ Stoma berwarna merah,
operasi terdapat feses,
Hasil : konsistensi cair warna
Ibu klien sudah bisa hijau
memeriksa kondisi luka atau ✓ Terdapat luka 1 cm di
luka operasi sekitar area kolostomy
✓ Klien terpasang infus di
tangan kanan
✓ Leukosit 3.0 ribu/Ul

A:
Risiko Infeksi
Luaran Utama : Tingkat Infeksi
Ekspetasi : Menurun
Kriteria Hasil :

1. Kemerahan menurun
2. Kultur feses menurun
3. Kultur area Luka
menurun

P:
✓ Intervensi, Risiko
Infeksi ( Pencegahan
Infeksi)
I:
✓ Implementasi telah
dilakukan
E:
✓ Risiko Infeksi sudah
teratasi

30 Oktober Gangguan Integritas Kulit / ✓ Mengidentifikasi S:-


2019 Jaringan b.d Kelembaban d.d penyebab gangguan
Kerusakan Jaringan dan / integritas kulit (mis. O :
Lapisan Kulit. Perubahan sirkulasi, ✓ TTV :
perubahan status N : 138 x/m
nutrisi, penurunan S : 36,5 oC
kelembaban, suhu RR : 48 x/m
lingkunan ekstreme, SaO2 : 95%
penurunan mobilitas) ✓ Popok klien tampak
Hasil : basah dan berkeringat
Penyebab dari gangguan ✓ Tampak kemerahan
integritas yang dalami oleh dibagian bokong bayi
klien adalah penurunan
kelembaban A:
Gangguan Integritas Kulit /
✓ Menggunakan produk Jaringan
berbahan ringan / Luaran Utama : Integritas Kulit
alami dan dan Jaringan
hipoalergenik pada Ekspetasi : Meningkat
kulit sensitive. Krireria Hasil :
Hasil ;
Ibu klien sudah menggunakan 1. Kemerahan menurun
produk berbahan ringan / 2. Kerusakan jaringan
alami. menurun
✓ menganjurkan 3. Kerusakan lapisan klit
menggunakan menurun
pelembab (mis. Lotion, 4. Suhu kulit membaik
serum)
Hasil : P:
Ibu klien sudah menggunakan ✓ Intervensi, Gangguan
pelembab sebelum Integritas Kulit /
mengenakan popok kepada Jaringan (Perawatan
klien Integritas Kulit)
I:
✓ Implementasi telah
dilakukan
E:
✓ Gangguan Integritas
Kulit / Jaringan sudah
teratasi
31 Oktober Deficit Pengetahuan Tentang ✓ Mengidentifikasi S:-
2019 Perawatan Stoma dan kesiapan dan
Penggantian Kantung kemampuan menerima O:
Kolostomy b.d kurang informasi ✓ Keluarga klien belum
terpapar informasi d.d Hasil : mengetahui bagaimana
Menanyakan Masalah Yang Ibu klien siap menerima cara perawatan stoma
Dihadapi informasi dan penggantian kantung
✓ Mengidentifikasi kolostomy pada By. N
factor – factor yang ✓ Keluarga klien belum
dapat meningkatkan diajarkan bagaimana
dan menurunkan cara perawatan stoma
motivasi perilaku dan penggantian kantung
hidup bersih dan sehat kolostomy dirumah
Hasil : A:
Ibu klien sudah tahu factor Deficit Pengetahuan
yang dapat meningkatkan dan Luaran Utama : Tingkat
menurunkan motivasi perilaku Pengetahuan
hidup bersih dan sehat Ekspetasi : Meningkat
Kriteria Hasil :
✓ Menyediakan materi
dan media Pendidikan 1. Perilaku sesuai dengan
kesehatan pengetahuan meningkat
Hasil : 2. Kemampuan
Ibu Klien menerima materi menjelaskan
dan media pendidikan pengetahuan tentang
kesehatan suatu tpik meningkat
3. Pertanyaan tentang
✓ Memberikan masalah yang dihadapi
kesempatan untuk menurun
bertanya 4. Persepsi keliru tentang
Hasil : masalah yang dihadapi
Ibu klien suda bertanya menurun
✓ Menjelaskan factor
yang dapat P :
mempengaruhi ✓ Intervensi, Defisit
kesehatan Pengetahuan (Edukasi
Hasil : Kesehatan)
Ibu klien sudah bisa I :
menjelaskan factor yang dapat ✓ Implementasi telah
mempengaruhi kesehatan dilakukan
E:
✓ Ajarkan perilaku hidup ✓ Defisit pengetahuan
bersih dan sehat tentang perawatan stoma
✓ Ajarkan strategi yang dan penggantian kantung
dapat digunakan untuk kolostomi sudah teratasi
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Hasil :
Ibu klien sudah melakukan
perilaku hidup bersih dan
sehat

Anda mungkin juga menyukai