Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ni Ketut Wahyu Werdhi Arini

No Absen : 27
NIM : 1902622010484
Kelas : Akuntansi J Malam
RINGKASAN
FAKTUR PAJAK
1. Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak yang selanjutnya disebut dengan PKP adalah pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang
dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN Tahun 1984 dan perubahannya.
Pengusaha yang melakukan penyerahan yang merupakan objek pajak sesuai Undang-
Undang PPN wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP, kecuali
pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP wajib memungut, menyetor, dan
melaporkan PPN atau Pajak PPnBM yang terutang atas penyerahan BKP dan/atau JKP
yang dilakukannya.

Pelaporan Usaha Untuk Pengukuhan PKP


 Pengusaha yang dikenakan PPN, wajib melaporkan usahanya pada KPP yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan
tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi PKP.
 Pengusaha Orang Pribadi atau Badan yang mempunyai tempat kegiatan usaha
tersebar di beberapa tempat, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
PKP ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat
kedudukan, juga wajib mendaftarkan diri ke KPP di tempat kegiatan usaha
 Pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP wajib mengajukan
pernyataan tertulis untuk dikukuhkan sebagai PKP.
 Pengusaha kecil yang tidak memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP tetapi sampai
dengan suatu masa pajak dalam suatu tahun buku seluruh nilai peredaran bruto
telah melampaui batasan yang ditentukan sebagai pengusaha kecil, wajib
melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lambat akhir Masa
Pajak berikutnya.

Fungsi Pengukuhan PKP


 Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PKP di bidang PPN dan
PPnBM.
 Sebagai identitas PKP yang bersangkutan.
 Sarana dalam pemenuhan Kewajiban Pajak Pertambahan Nilai & Pajak Penjualan
Barang Mewah (PPnBM).

Pengecualian Kewajiban PKP


Ada dua macam pengecualian kewajiban Pengusaha Kena Pajak (PKP) yaitu:
1. Pengusaha kecil
Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan
penyerahan BKP (Barang Kena Pajak) atau JKP (Jasa Kena Pajak) dengan jumlah
peredaran bruto atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp600.000.000.
2. Pengusaha yang semata-mata menyerahkan barang dan/atau jasa yang tidak
dikenakan PPN.

Pendaftaran dan Pengukuhan Menjadi PKP


Untuk menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) bagi Orang Pribadi atau Badan harus
terlebih dulu mendaftar untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan
Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) ke Kantor Pelayanan Pajak dengan
ketentuan:
 Setiap Orang Pribadi/Badan harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan
Nomor Pokok PKP apabila Omzet dalam 1 tahun lebih dari
Rp4.800.000.000.
 Bagi Orang Pribadi/badan yang mempunyai Omzet dalam 1 tahun tidak
lebih dari Rp4.800.000.000 dapat mendaftarkan diri untuk mendapatkan
Nomor Pokok PKP disebut Pengusaha Kecil Kena Pajak.
 Orang Pribadi/Badan yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP) dan jumlah peredaran dan/atau penerimaan brutonya dalam 1
tahun buku tidak melebihi Rp600.000 dapat mengajukan permohonan
pencabutan pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

2. Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP), yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP). Artinya,
ketika PKP menjual suatu barang atau jasa kena pajak, ia harus menerbitkan Faktur Pajak
sebagai tanda bukti dirinya telah memungut pajak dari orang yang telah membeli
barang/jasa kena pajak tersebut.

Jenis – Jenis Faktur Pajak


1. Faktur Pajak Keluaran adalah faktur pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak saat melakukan penjualan terhadap barang kena pajak, jasa kena pajak, dan
atau barang kena pajak yang tergolong dalam barang mewah;
2. Faktur Pajak Masukan adalah faktur pajak yang didapatkan oleh PKP ketika
melakukan pembelian terhadap barang kena pajak atau jasa kena pajak dari PKP
lainnya;
3. Faktur Pajak Pengganti adalah penggantian atas faktur pajak yang telah terbit
sebelumnya dikarenakan ada kesalahan pengisian, kecuali kesalahan pengisian
NPWP. Sehingga, harus dilakukan pembetulan agar sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya;
4. Faktur Pajak Gabungan adalah faktur pajak yang dibuat oleh PKP yang meliputi
seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli barang kena pajak atau jasa
kena pajak yang sama selama satu bulan kalender;
5. Faktur Pajak Digunggung adalah faktur pajak yang tidak diisi dengan identitas
pembeli, nama, dan tandatangan penjual yang hanya boleh dibuat oleh PKP
Pedagang Eceran;
6. Faktur Pajak Cacat adalah faktur pajak yang tidak diisi secara lengkap, jelas,
benar, dan/atau tidak ditandatangani termasuk juga kesalahan dalam pengisian kode
dan nomor seri. Faktur pajak cacat dapat dibetulkan dengan membuat faktur pjak
pengganti;
7. Faktur Pajak Batal adalah faktur pajak yang dibatalkan dikarenakan adanya
pembatalan transaksi. Pembatalan juga harus dilakukan ketika ada kesalahan
pengisian NPWP dalam faktur pajak.

Ada pula dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak.
Yaitu dokumen yang tidak memiliki format sebagaimana faktur pajak pada
umumnya, tetapi tetap dipersamakan kedudukannya. 
Contohnya adalah tagihan listrik, tagihan pemakaian air, tagihan telepon selular,
dan lain sebagainya.

Fungsi Faktur Pajak


Faktur Pajak sangat berguna bagi PKP. Dengan adanya faktur pajak maka PKP
memiliki bukti bahwa PKP telah melakukan penyetoran, pemungutan hingga
pelaporan SPT Masa PPN sesuai dengan peraturan yang berlaku. Faktur pajak dapat
dibetulkan. Jadi jika PKP melakukan suatu kesalahan dalam proses pengisian, maka
PKP dapat melakukan pembetulan. Jika tidak dilakukan pembetulan sama sekali,
maka hal ini akan merugikan PKP yakni pada saat auditor memeriksa pajak PKP.

Cara Buat Faktur Pajak


Pembuatan faktur pajak, merujuk pasal 13 UU PPN Nomor 42/2009 bahwa
kewajiban pembuatan faktur pajak ini tetap berlaku meski lawan transaksi atau
pembeli dari PKP tidak memiliki NPWP. Namun sesuai Peraturan Direktur
Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2014, NPWP pembeli BKP/JKP jadi salah satu
persyaratan formal yang harus dicantumkan dalam faktur pajak.

Maka melalui Perdirektur-jenderal No. PER-26/PJ/2017, kolom NPWP bagi


pembeli orang pribadi yang tidak memiliki NPWP bisa diisi dengan angka
00.000.000.0-000.000. Dengan demikian model ini sering disebut faktur pajak 000.

Tahap-tahap menerbitkan faktur pajak:

 Terdaftar sebagai PKP


Cara mendaftar untuk menjadi PKP adalah melaporkan usaha di KPP wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan, tempat kegiatan
usahanya dan wajib memungut, menyetor, dan melaporkan PPN yang terutang.
Syarat pengajuan menjadi PKP sesuai Pasal 3A UU PPN adalah memiliki omzet
mencapai Rp4,8 miliar setahun untuk kategori usaha kecil, lulus survei yang
dilakukan oleh KPP atau KP2KP, dan melengkapi dokumen yang disyaratkan
untuk pengajuan PKP.

 Memiliki sertifikat elektronik pajak


Setelah terdaftar sebagai PKP, berikut adalah harus memiliki sertifikat elektronik
pajak. Sertifikat elektronik pajak ini digunakan untuk memperoleh nomor seri
faktur pajak. Untuk mendapatkan nomor seri faktur pajak ini, PKP akan diberikan
kode aktivasi beserta password untuk melakukan aktivasi akun PKP guna
mendapatkan sertifikat elektronik pajak. Sertifikat elektronik pajak ini berisi tanda
tangan digital dan identitas PKP resmi dari DJP.

 Mendapatkan Nomor Seri Faktur Pajak Lewat e-Nofa


e-Nofa adalah akronim dari elektronik penomoran faktur pajak. Untuk
mendapatkan NSFP yang akan digunakan pada e-Faktur, perlu mengakses e-Nofa.

 Bisa Dapatkan NSFP Melalui KPP


Guna mendapatkan nomor seri faktur pajak, bisa juga datang langsung ke KPP
setempat. Namun cara ini tentunya lebih menyita waktu karena harus datang ke
kantor pelayanan pajak.

Dalam pembuatan faktur pajak secara umum mencantumkan data berikut ini:

 NPWP, alamat, nama PKP yang menyerahkan BKP/JKP


 NPWP, alamat, nama PKP yang membeli BKP/JKP
 Memasukkan informasi barang atau jasa, dengan jumlah harga jual atau
penggantian dan pemotongan harga
 Jumlah PPN yang dipungut
 Jumlah PPnBM yang dipungut
 Nomor seri, kode dan tanggal pembuatan faktur pajak
 Jabatan, nama belakang, dan tanda tangan pihak terkait

Anda mungkin juga menyukai