Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

BTA : Bakteri Tahan Asam

CNR : Case Notification Rate

DOTS : Direct Observed Treatment Shortcourse

GERDUNAS : Gerakan Terpadu Nasional

MENKES : Mentri Kesehatan

MeSH : Medical Subject Heading

RI : Republik Indonesia

RS : Rumah Sakit

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SR : Success Rate

TBC : Tuberculosis

WHO : World Health Organitation


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit yang telah

lama dikenal dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan diberbagai

negara di dunia (Tamamengka et al., 2019). Tuberkulosis adalah penyakit

infeksius terutama menyerang parenkim paru. TB paru adalah suatu penyakit yang

menular yang disebabkan oleh bacil mycobacterium tuberculosis yang merupakan

salah satu saluran pernafasan bagian bagian bawah. Tuberkulosis adalah penyakit

penyebab kematian ke-3 di Indonesia, sesudah kardiovaskuler dan penyakit

saluran pernapasan. Indonesia menduduki peringkat ke-3 di dunia setelah India

dan China sebagai negara penderita TB terbanyak di dunia. TB Paru merupakan

penyakit yang menular sehingga kepatuhan dalam pengobatan adalah hal yang

sangat penting dalam perilaku hidup sehat. , Namun kondisi di lapangan masih

terdapat penderita TB Paru yang gagal menjalani pengobatan secara lengkap dan

teratur. Keadaan ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah

ketidakpatuhan penderita dalam menjalani pengobatan (Sukana, et al, 2013).

World Health Organitation menyebutkan Global Report 2017, angka

Insidens TB saat ini adalah 183/100.000 penduduk, menurun sekitar 10% dari

206/100.000 penduduk (1990), sedangkan angka prevalensi TB adalah

272/100.000 penduduk turun sebesar 33% dari baseline sebesar 442/100.000 dan

angka mortalitas TB adalah 25/100.000 penduduk atau turun sebesar 49% dari
53/100.000. Pada tahun 2017, angka penemuan kasus TB paru (CDR) tercatat

sebesar 69,7%, sedangkan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate - SR)

sebesar 90% (WHO, 2018). Indonesia merupakan negara keempat di dunia

sebagai penyumbang penderita Tuberkulosis sebanyak 322.806 orang penderita,

negara India sebanyak 1.609.507 orang penderita, China 819.283 orang

penderita dan Afrika Selatan 366.166 orang penderita. Provinsi Jawa Timur

pada tahun 2017 menempati ururan kedua di Indonesia dalam jumlah

penemuan penderita tuberkulosis. Jumlah penemuan kasus baru BTA +

sebanyak 26.152 kasus (CNR = 67/100.000 penduduk) dan jumlah

penemuan semua kasus TB sebanyak 54.811 kasus ( CNR = 139/100.000

penduduk atau CDR = 46%), target CNR semua kasus yang ditetapkan oleh

Kemenkes RI tahun 2017 sebesar 185/100.000 penduduk dan CDR = 51%.

TBC (Tuberkulosis) disebabkan oleh infeksi kuman dengan nama yang

sama, yaitu mycobacterium tuberculosis. Kuman atau bakteri ini menyebar

diudara melalui percikan ludah penderita, misalnya saat berbicara, batuk, atau

bersin. Banyak faktor yang sangat berperan terhadap kepatuhan dalam berobat,

diantaranya adalah Status ekonomi dan stuktural, pendidikan, kurangnya

pengetahuan, regimen pengobatan yang kompleks, kualitas petugas kesehatan dan

jarak rumah. Dalam pengobatan, pasien TB Paru dikatakan patuh adalah

terjadinya kepatuhan meminum obat secara teratur selama 6-8 bulan sehingga

dapat menurunkan resiko kegagalan pengobatan TB dibandingkan dengan pasien

TB yang minum obat tidak teratur. Besarnya angka ketidakpatuhan berobat akan

mengakibatkan tingginya angka kegagalan pengobatan penderita TB paru dan

menyebabkan makin banyak ditemukan penderita TB paru dengan BTA yang


resisten dengan pengobatan standar. Hal ini akan mempersulit pemberan tasan

penyakit TB paru di Indonesia serta memperberat beban pemerintah. Dari

berbagai faktor penyebab ketidakpatuhan minum obat penderita TB paru, faktor

manusia dalam hal ini penderita TB paru sebagai penyebab utama dari ketidak

patuhan minum obat (Depkes RI, 2018).

Kepatuhan atau ketaatan (Commpliance/ adherence) adalah tingkat pasien

melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau

oleh orang. Penderita yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatan

secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan

9 bulan. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan akan mengakibatkan tingginya

angka kegagalan pengobatan penderita TB Paru. Kegagalan pengobatan akan

meningkatkan risiko kesakitan, kematian, dan menyebabkan semakin banyak

ditemukan penderita TB Paru dengan Basil Tahan Asam (BTA) yang resisten

dengan pengobatan standar.

World Health Organization (WHO) meluncurkan strategi pengendalian TB

untuk diimplementasikan secara Internasional, disebut DOTS (Direct

Observed Treatment Shortcourse). Di Jurnal Keperawatan Soedirman (The

Soedirman Journal of Nursing) menyatakan bahwa penanggulangan dengan

strategi DOTS dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi. Berbagai upaya

telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi virulensi dan menekan jumlah

penderita Tuberkulosis, diantaranya dengan dicanangkan Gerakan Terpadu

Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (GERDUNAS TB) Oleh Menkes RI,

penanggulangan Tuberkulosis diangkat menjadi suatu gerakan yang bukan saja

menjadi tanggung jawab pemerintah.


1.2 Rumusan masalah

Apakah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat

penderita tuberkulosis berdasarkan studi literature?

1.3 Tujuan Peneliti

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat

penderita tuberkulosis berdasarkan studi literature

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum

obat penderita tuberkulosis berdasarkan studi literature.


BAB 2

METODE

2.1 Pencarian Literature


Desain studi yang digunakan adalah literature review yaitu uraian
tentang teori, temuan dan artikel peneletian lainnya yang diperoleh dari
bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian dan sebuah
proses yang disusun untuk membedah sebuah studi atau penelitian ilmiah.
Pencarian literature dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
2.1.1 Framework yang digunakan
Framework yang digunakan dalam review ini adalah PICOS seperti
yang tercantum dalam panduan, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Framework


Population, or Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita
participants and TB Paru yang berobat di Poli Paru RS. Pengambilan
conditions of sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
interest teknik Purposive sampling yaitu di dasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012).
Interventions or Pasien tuberkulosis paru yang memiliki pengetahuan
exposures yang baik tentang penyakitnya baik dari faktor
penyebab gejalanya penyakit, pengobatannya maupun
pencegahannya maka diharapkan pasien akan patuh
dan teratur dalam minum obat. Sehingga akan sangat
membantu sekali proses penyembuhannya. Bagi
pasien anak, peran orang tua sangatlah besar.
Sehingga orang tua dituntut memiliki pengetahuan
yang baik tentang penyakit Tuberkulosis Paru. Hal ini
sesuai penelitian Yessica, H.T (2004)
Comparisons or Penderita TB Paru
control groups
Outcome Kepatuhan minum obat anti tuberkulosis adalah
mengkonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter
pada waktu dan dosis yang tepat. Pengobatan hanya
akan efektif apabila pasien mematuhi aturan dalam
penggunaan obat. Keberhasilan pengobatan TB Paru
sangat dipengaruhi akan kepatuhan dalam berobat
dan permasalahan kepatuhan pasien penyakit TB Paru
banyak dipengaruhi faktor.
Study type Cross sectional

2.1.2 Kata kunci yang digunakan


Pada literature review ini pencarian artikel menggunakan kata
kunci dengan menggunakan Medical subject heading (MeSH)
https://scholar.google.com/scholar?
q=jurnal+kepatuhan+minum+obat+tuberkulosis&hl=id&as_sdt=0%2C
5&as_ylo=2016&as_yhi=2020 dengan kata kunci sebagai berikut:

Konsep I Konsep II Konsep III

Kepatuhan Minum obat tuberkulosis

pengetahuan Pengobatan Tuberculosis paru

Dengan demikian Boolean operator yang bisa digunakan dalam studi ini

adalah kepatuhan minum obat OR tuberkulosis AND pengetahuan

2.1.3 Database yang digunakan

Studi ini akan menggunakan database akademik bereputasi tinggi

dan menengah diantaranya: Scholar Artikel yang direview merupakan

artikel yang dipublikasikan 5 tahun terakhir, yaitu tahun 2016-2020.

Tabel 3.2 Ringkasan Literature Review

Penemuan Artikel yang


Database Keyword
Artikel relevan
Scholar Kepatuhan minum obat OR 2.670 11
Tuberkulosis AND Pengetahuan

2.2 Kriteria inklusi dan eksklusi

1. Kriteria inklusi dari studi ini diantaranya:

1) Studi yang yang dibahas mencakup Faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat penderita

tuberkulosis.

2) Laki-laki atau perempuan berusia 17-55 tahun.


3) Studi yang dilakukan menggunakan bahasa Indonesia.

4) Studi dilakukan dalam 5 tahun terakhir (2016-2020)

2. Kriteria eksklusi dari studi ini diantaranya:

1) Studi yang memiliki desain Kuesioner ataupun cross secitional

2.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

2.3.1 Hasil pencarian dan seleksi studi

Seleksi jurnal 5 tahun terakhir dan Excluded (N=217)


menggunakan google scholar Problem/populasi:
N=2.670
- Tidak sesuai topik (N=102)

Intervention:
- Selain faktor yang
berpengaruh terhadap
Seleksi judul dan duplikat kepatuhan minum obat
N=364 penderita TB Paru(N=89)

Outcome:
- Tidak ada faktor yang
berpengaruh terhadap
kepatuhan minum obat
Mengidentifikasi abstrak
Study designe:
N=147 - no exsclusion(26)

Excluded (N=136)

- Hasil Penelitian tidak


menyebutkan faktor yang
Jurnal akhir yang dapat dianalisa berpengaruh terhadap
sesuai rumusan masalah dan kepatuhan minum obat
tujuan penderita tb paru(N=24)
N=11 - Tujuan Penelitian Tidak
Sesuai (N=63)
- Metode Penelitian Tidak
Dijelaskan Secara Rinci
(N=49)
Gambar 3.1 Diagram flow Hasil Pencarian dan Seleksi Studi

Langkah pertama yang dilakukan untuk mencari artikel penelitian adalah

mencari artikel dari database Scholar dengan memasukkan kata kunci. Kemudian

mengeliminasi judul yang tidak relevan. Setelah itu melakukan screening judul

dan abstrak, lalu mengeliminasi artikel yang tidak sesuai dengan kriteria inklusi.

Artikel atau studi yang tidak relevan bisa dieliminasi dengan mempertimbangkan

relevansi dan kesesuaian dengan tujuan penelitian.

Penelitian kualitas dilakukan oleh penulis dengan arahan dari pembimbing.

Kualitas studi dinilai berdasarkan (Webb, 2019):

1. Currency, kapan informasi dipublikasikan dan apakah hasil penelitian

cukup bermakna untuk masa saat ini.

2. Relevance, seberapa penting informasi yang diberikan terhadap pertanyaan

penelitian

3. Authority, siapa author penelitian yang direview, apakah author bekerja

pada institusi yang credible, apakah artikel berasal dari peer review jurnal

4. Accuracy, apakah informasi yang diberikan dapat dipercaya, apakah sitasi

yang ada sudah cukup, apakah ada kesalahan penulisan

5. Purpose, apakah penelitian tersebut suatu penelitian independen atau

hanya bertujuan untuk menjual produk atau ide.

Analisis yang akan digunakan adalah analisis tematik, yaitu salah satu cara

untuk menganalisa data dengn tujuan mengidentifikasi pola-pola atau tema dalam

suatu data. Oleh karena itu dapat mengatur dan menggambarkan data secara
mendetail agar dapat menafsirkan berbagai aspek tentang topik review (Braun &

Clarke dalam Heriyanto, 2018).

BAB 3

HASIL DAN MEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Studi

Sebelas artikel memenuhi kriteria inklusi berdasarkan topik literarture

review yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat,

faktor pengetahuan (5 studi), faktor pengetahuan dan sikap (6 studi).

3.2 Daftar artikel hasil pencarian

Tabel 3.1 Daftar artikel hasil pencarian


No Judul; Penulis; Tahun;
Metode
Database; Volume, (Desain, Sampel,
Hasil Penelitian
Variabel, Instrumen,
Angka Analisis)

1 D: Desain Penelitian Dari data yang diperoleh


Hubungan pengetahuan Kuantitatif yang diketahui faktor yang
dan sikap dengan menggunakan mempengaruhi sikap
kepatuhan minum obat rangcangan cross penderita TB Paru untuk
anti tuberkulosis pada sectional patuh minum obat anti
pasien TB paru di S: 35 orang penderita tuberkulosis adalah banyak
puskesmas teladan tuberkulosis di obat yang dikonsumsi. Hal
medan. puskesmas teladan ini menunjukkan bahwa
medan. adanya tekanan psikologis
(Herlina sirait et.al, V: pengetahuan dan di dalam diri penderita TB
2020) kepatuhan minum Paru yaitu jumlah dan jenis
Scholar obat obat yang dikonsumsi. Hal
Vol 5, No 1 I: kuesioner ini sesuai dengan pendapat
A: uji statistik Chi Partasasmita (2016) yang
Square Test menyebutkan bahwa karena
lamanya jangka waktu
pengobatan yang ditetapkan
maka terdapat beberapa
kemungkinan pola
kepatuhan yaitu penderita
berobat teratur dan
memakai obat secara
teratur, penderita tidak
berobat secara teratur
(defaulting), penderita sama
sekali tidak patuh dalam
pengobatan yaitu putus
berobat (droup out).

2 Hubungan Pengetahuan D: Jenis penelitian Sampel akhir yang


Dan Sikap Terhadap ini adalah penelitian menenuhi kriteria inklusi
Kepatuhan Minum Obat analitik observasional dan ekslusi didapatkan
Pasien Tuberkulosis dengan pendekatan sebanyak 21 sampel.
Paru Fase Lanjutan di cross sectional. Distribusi sampel
kecamatan umbulsari S: 21 orang penderita berdasarkan jenis kelamin,
jember. tb usia, lama pengobatan
V: pengetahuan dan yang telah dijalani,
(Elita ismi Mientarini kepatuhan minum tingkat pendidikan, status
et.al 2018) obat. pekerjaan, dukungan
Scholar I: kuesioner keluarga, tingkat
Vol 14, No 1 A: uji korelasi keputusasaan, dan
spearman kepatuhan minum obat.
3 Hubungan Pengetahuan D: jenis penelitian ini Berdasarkan hasil
Dan Motivasi Penderita
adalah penelitian penelitian terhadap 33
Tuberkulosis Paru
kuantitatif yang responden di Puskesmas
Dengan Kepatuhan
bersifat deskriptif Paniki Bawah Kecamatan
Minum Obat. analitik Mapanget, diperoleh hasil
S: 33 Responden bahwa terdapat hubungan
(Adi Yeremia Mamahit V: pengetahuan dan antara motivasi penderita
et.al, 2019) kepatuhan minum dengan kepatuhan minum
Scholar obat. obat TB Paru di Puskesmas
Vol 7, No 1 I: kuesioner dan Paniki Bawah Kecamatan
observasi Mapanget.
A: uji statistik Chi
Square Test

4 Hubungan Pengetahuan D: rangcangan Berdasarkan hasil analisis,


Penderita Tuberkulosis penelitian yang proporsi responden yang
Paru Dengan Tingkat digunakan ialah memiliki pengetahuan yang
Kepatuhan Dalam deskriptif korelasi. baik lebih banyak yang
Program Pengobatan S: 30 penderita patuh dibandingkan yang
Tuberkulosis Paru Di tuberkulosis paru. tidak patuh. Hal ini dapat
Puskesmas Bahu V: pengetahuan dan dilihat dari hasil penelitian,
Kecamatan Malalayang tingkat kepatuhan. dimana pasien dengan
Manado I: kuesioner tingkat pengetahuan tinggi
(Liria C. Bawihu et.al, A: uji Chi Square Test memiliki tingkat kepatuhan
2017) dalam program pengobatan
Scholar yaitu sebesar 96.67%
Vol 6, No 4 sedangkan responden
berpengetahuan cukup
mempunyai tingkat
kepatuhan yang rendah
yaitu 3.33%.

5 Hubungan Pengetahuan D: jenis penelitian Berdasarkan hubungan


Dan Sikap Penderita yang digunakan ialah pengetahuan penderita TB
Tuberkulosis Paru penelitian Kuantitatif Paru dengan kepatuhan
Dengan Kepatuhan S: 30 orang berobat di RS Siloam
Berobat Di Poli Paru V: Pengetahuan dan Palembang hasil uji statistik
Rumah Sakit Siloam kepatuhan berobat. didapat nilai P (p Value ) =
Palembang Tahun 2020 I: kuesioner 0,01, berarti lebih dari a =
A: uji Chi Square Test 0,05 %, dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang
(Bela Purnama Dewi bermakna antara
et.al, 2020) Pengetahuan penderita TB
Scholar Paru dengan kepatuhan
Vol 10, No 20 berobat di RS Siloam
Palembang Tahun 2020.
6 Hubungan Pengetahuan D: jenis penelitian ini Dalam penelitian ini
Dan Sikap Penderita Tb adalah korelasi didapatkan bahwa pada
ParuTerhadap dengan desain cross responden dengan sikap
Kepatuhan Minum Obat sectional. kategori tinggi dapatkan
AntiTuberkulosis Di S: 38 responden semuanya patuh minum
Poloklinik Rsi Nu V: pengetahuan dan obat Anti TB sebanyak 9
Demak kepatuhan minum responden (100%), pada
obat. sikap sedang sebanyak 21
(Anita Dyah Listyarini I: kuesioner responden didapatkan
et.al, 2021) A: uji Rank Spearman kepatuhan minum obat
Scholar paling banyak kategori
Vol 8, No 1 sedang sebanyak 18
responden (85,7%) dan
pada pengetahuan kurang
sebanyak 8 responden
didapatkan kepatuhan
minum obat paling banyak
kategori rendah sebanyak 5
responden (62,5%).

7 Hubungan Pengetahuan D: Penelitian yang Pengetahuan dengan


Dengan Tingkat digunakan adalah tingkat
Kepatuhan Pengobatan penelitian kuantitatif kepatuhanpengobatan pada
Pada Pasien analitik observasional pasien tuberkulosis paru di
Tuberkulosis Di Rsud dengan pendekatan RSUD dr.Soehadi
Dr. Soehadi Prijonegoro cross sectional. Prijonegoro Sragen dengan
Sragen S: 40 Pasien hasil perhitungan dengan
V: Pengetahuan rumus di atas diperoleh
(Anna Silvia Prihantana kepatuhan nilai koefisien korelasi (r)
et.al, 2016) pengobatan. hitung sebesar 0,525 dan
Scholar I: kuesioner dengan nilai (r) tabel 0,312
Vol 2, No 1 A: Uji Normalitas nilai signifikansi (p)
menggunakan sebesar 0,009. Sehingga
Kolmogorov Smirnov dapat diartikan bahwa ada
hubungan ada hubungan
yang signifikan antara
pengetahuan dengan tingkat
kepatuhan pengobatan pada
pasien tuberkulosis di
RSUD dr.Soehadi
Prijonegoro Sragen.
8 Hubungan Tingkat D: jenis penelitian ini Tingkat pengetahuan
Pengetahuan Terhadap adalah Analitik terbanyak dalam kategori
Kepatuhan Minum Obat dengan pendekatan baik sebanyak 30 orang
Pada Pasien cross sectional (76,19%), sedangkan
Tuberkulosis Paru (Tb) S: 42 Orang tingkat pengetahuan dalam
Di Upt Puskesmas V: Pengetahuan dan kategori kurang sebanyak
Simalingkar Kota kepatuhan minum 10 orang (23,81%). Dari
Medan. obat. 42 orang responden,
I: kuesioner sebanyak 36 responden
(Octavienty et.al, 2019) A: univariat dan (85,71%) patuh minum
Scholar bivariat obat, sedangkan sebanyak 6
Vol 3, No 3. orang responden (14,29%)
tidak patuh minum obat.
Terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan minum obat
pada pasien TB paru di
UPT Puskesmas
Simalingkar Kota Medan
dengan nilai p<0,05 p-
value yaitu 0,002.
9 Hubungan Pengetahuan D: Jenis penelitian Berdasarkan analisa
Dengan Kepatuhan kuantitatif dan statistik a =0.05 diperoleh
Penderita Tuberkulossis menggunakan desain ρ = 0,000 untuk hubungan
Paru Dalam Program penelitian deskriptif pengetahun dengan
Pengobatan korelasi. kepatuhan, ini terdapat
Tuberkulosis Paru S: 40 orang hubungan yang kuat dan
V: Pengetahuan dan searah, atau dengan kata
(Edisyah Putra Ritonga, kepatuhan pengobatan lain jika pengetahuan
2015) Tuberkulosis. responden bagus maka
Scholar I: kuesioner kepatuhan pasien terhadap
Vol 1, No 1 A: uji spearman konsumsi obat juga bagus
(patuh) begitu juga
sebaliknya.
10 Hubungan Pengetahuan D: penelitian iniPenderita TB di Puskesmas
dan Sikap dengan menggunakan survey Pekauman Wilayah kerja
Kepatuhan Konsumsi analitik dengan Pusat Banjarmasin sebagian
Obat pada Pasien pendekatan crossbesar memiliki
Tuberkulosis di sectional. pengetahuan baik tentang
Puskesmas Pekauman S: 56 orang tuberkulosis sebanyak 39
Banjarmasin . V: pengetahuan dan orang (72,2%), memiliki
kepatuhan konsumsi sikap positif sebanyak 48
(Irvan Maulana et.al, obat. orang (88,9%), patuh dalam
2020) I: kuesioner meminum obat tuberkulosis
Scholar A: uji Chi Square sebanyak 48 orang
Vol 11, No 1 (88,9%) ). Ada hubungan
antara pengetahuan dan
sikap dengan kepatuhan
konsumsi obat pada
penderita tuberkulosis di
wilayah kerja Pekakesmas
Banjarmasin (p value =
0,000,031).
11 D: Menggunakan Hasil penelitian ditemukan
Pengaruh pengetahuan penelitian cross bahwa pengetahuan dan
dan sikap terhadap sectional dengan sikap berpengaruh dengan
kepatuhan minum obat pendekatan nilai p=0,0001 dan sikap
pada penderita TB Paru. observasional. berpengaruh dengan nilai
S: 39 orang p=0,004.
(Ardat, 2020) V: Pengetahuan dan
Scholar Kepatuhan minum
Vol 1, No 2 obat.
I: kuesioner
A: uji Chi Square
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Minum Obat


Pada Penderita Tuberkulosis Paru.
Dari data yang diperoleh diketahui faktor yang mempengaruhi sikap
penderita TB Paru untuk patuh minum obat anti tuberkulosis adalah banyak
obat yang dikonsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tekanan psikologis
di dalam diri penderita TB Paru yaitu jumlah dan jenis obat yang dikonsumsi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Partasasmita (2016) yang menyebutkan bahwa
karena lamanya jangka waktu pengobatan yang ditetapkan maka terdapat
beberapa kemungkinan pola kepatuhan yaitu penderita berobat teratur dan
memakai obat secara teratur, penderita tidak berobat secara teratur
(defaulting), penderita sama sekali tidak patuh dalam pengobatan yaitu putus
berobat (droup out).
Sampel akhir yang menenuhi kriteria inklusi dan ekslusi didapatkan
sebanyak 21 sampel. Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin, usia,
lama pengobatan yang telah dijalani, tingkat pendidikan, status pekerjaan,
dukungan keluarga, tingkat keputusasaan, dan kepatuhan minum obat.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 33 responden di Puskesmas Paniki
Bawah Kecamatan Mapanget, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan
antara motivasi penderita dengan kepatuhan minum obat TB Paru di
Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget.
Berdasarkan hasil analisis, proporsi responden yang memiliki pengetahuan
yang baik lebih banyak yang patuh dibandingkan yang tidak patuh. Hal ini
dapat dilihat dari hasil penelitian, dimana pasien dengan tingkat pengetahuan
tinggi memiliki tingkat kepatuhan dalam program pengobatan yaitu sebesar
96.67% sedangkan responden berpengetahuan cukup mempunyai tingkat
kepatuhan yang rendah yaitu 3.33%.
Berdasarkan hubungan pengetahuan penderita TB Paru dengan kepatuhan
berobat di RS Siloam Palembang hasil uji statistik didapat nilai P (p Value ) =
0,01, berarti lebih dari a = 0,05 %, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara Pengetahuan penderita TB Paru dengan kepatuhan
berobat di RS Siloam Palembang Tahun 2020.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa pada responden dengan sikap
kategori tinggi dapatkan semuanya patuh minum obat Anti TB sebanyak 9
responden (100%), pada sikap sedang sebanyak 21 responden didapatkan
kepatuhan minum obat paling banyak kategori sedang sebanyak 18 responden
(85,7%) dan pada pengetahuan kurang sebanyak 8 responden didapatkan
kepatuhan minum obat paling banyak kategori rendah sebanyak 5 responden
(62,5%).
Pengetahuan dengan tingkat kepatuhanpengobatan pada pasien
tuberkulosis paru di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen dengan hasil
perhitungan dengan rumus di atas diperoleh nilai koefisien korelasi (r) hitung
sebesar 0,525 dan dengan nilai (r) tabel 0,312 nilai signifikansi (p) sebesar
0,009. Sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pengobatan pada
pasien tuberkulosis di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen.
Tingkat pengetahuan terbanyak dalam kategori baik sebanyak 30 orang
(76,19%), sedangkan tingkat pengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 10
orang (23,81%). Dari 42 orang responden, sebanyak 36 responden (85,71%)
patuh minum obat, sedangkan sebanyak 6 orang responden (14,29%) tidak
patuh minum obat. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan minum obat pada pasien TB paru di UPT Puskesmas Simalingkar
Kota Medan dengan nilai p<0,05 p-value yaitu 0,002.
Berdasarkan analisa statistik a =0.05 diperoleh ρ = 0,000 untuk hubungan
pengetahun dengan kepatuhan, ini terdapat hubungan yang kuat dan searah,
atau dengan kata lain jika pengetahuan responden bagus maka kepatuhan
pasien terhadap konsumsi obat juga bagus (patuh) begitu juga sebaliknya.
Penderita TB di Puskesmas Pekauman Wilayah kerja Pusat Banjarmasin
sebagian besar memiliki pengetahuan baik tentang tuberkulosis sebanyak 39
orang (72,2%), memiliki sikap positif sebanyak 48 orang (88,9%), patuh
dalam meminum obat tuberkulosis sebanyak 48 orang (88,9%) ). Ada
hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan konsumsi obat
pada penderita tuberkulosis di wilayah kerja Pekakesmas Banjarmasin (p
value = 0,000,031).
Hasil penelitian ditemukan bahwa pengetahuan dan sikap berpengaruh
dengan nilai p=0,0001 dan sikap berpengaruh dengan nilai p=0,004.

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada


Penderita Tuberkulosis Paru

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang untuk


meminum obat, yaitu antara lain usia,pekerjaan, waktu luang, pengawasan, jenis
obat, dosis obat dan penyuluhan dari petugas kesehatan. Pengetahuan dan sikap
menjadi faktor utama kepatuhan seseorang dalam minum obat.

Untuk mencegah adanya ketidakpatuhan penderita dalam minum obat Maka


disarankan kepada keluarga penderita TB paru agar lebih ditingkatkan lagi dalam
mengawasi serta memberikan perhatian lebih kepada penderita TB paru untuk
membentuk sikap positif dari penderita yang pada akhirnya mau meminum obat
TB paru sampai tuntas demi memperoleh kesembuhan dari penyakit TB paru
secara optimal serta mencegah dari kekambuhan penyakit TB paru.

Kepatuhan minum obat adalah mengkonsusmsi obat-obatan yang diresepkan


dokter pada waktu dan dosis yang tepat. Pengobatan hanya akan efektif apabila
pasien mematuhi aturan dalam minum obat.

Dari hasil penelitian-penelitian diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan dan


sikap sangat berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat pada penderita
Tuberkulosis paru. Tindakan seseorang terhadap masalah kesehatan pada dasarnya
akan di pengaruhi oleh pengetahuan dan sikap seseorang terhadap masalah
tersebut. Dalam hal ini semakin tinggi pengetahuan pasien tentang manfaat
pengobatan dan bahayanya kegagalan pengobatan atau terputusnya
mengkonsumsi obat maka semakin patuh pula pasien dalam minum obat.
BAB 5

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dalam upaya melakukan pengobatan Tuberkulosis terdapat faktor-
faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam minum obat yang
dapat menimbulkan keterlambatan penyembuhan penyakit tuberkulosis
paru, yaitu faktor pengetahuan dan sikap, kedua faktor ini sangat
berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam minum obat. Karena
kurangnya pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku pasien dalam
melakukan pengobatan atau minum obat secara teratur. Maka disarankan
kepada keluarga penderita TB paru agar lebih ditingkatkan lagi dalam
mengawasi serta memberikan perhatian lebih kepada penderita TB paru
untuk membentuk sikap positif dari penderita yang pada akhirnya mau
meminum obat TB paru sampai tuntas demi memperoleh kesembuhan dari
penyakit TB paru secara optimal serta mencegah dari kekambuhan
penyakit TB paru.

5.2 Conflict of Interest


Rangkuman menyeluruh atau literature review ini adalah penulisan
secara mandiri, sehingga tidak terdapat konflik kepentingan dalam
penulisannya.

Anda mungkin juga menyukai