Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN SAINS DAN AGAMA PERSPEKTIF KUNTOWIJOYO

Alfred
e-Mail : alfredpemikir@gmail.com
Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi UNAND Padang

Abstrak : Kuntowijoyo melihat, bahwa pertumbuhan sains di Indonesia merupakan


problem yang akut. Menurutnya, sains umum sekarang ini sedang terjangkit krisis, tidak
dapat memecahkan banyak persoalan, mengalami kemandekan dan dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti peradaban, etnis, ekonomis, politis, jender, dan lainnya.
Permasalahan sains tersebut tidak terlepas dari akar sejarah dimana abad pertengahan
merupakan momentum dari terjadinya konflik antara sains dan agama. Pemberontakan
para ilmuan terhadap gereja telah memicu tumbuhnya sains-sains bermasalah selama ini,
namun itu disebabkan oleh keangkuhan gereja atas otoritasnya, sehingga sains yang
dihasilkan tidak ikut campur dalam urusan agama. Kuntowijoyo seorang cendekiawan
muslim yang berlatar belakang ilmu umum (sains murni), menginginkan agar terjalinnya
hubungan yang harmonis antara sains dan agama. Melihat permasalahan tersebut,
Kuntowijoyo menawarkan suatu bentuk penyikapan baru dalam melihat hubungan antara
sains dan agama. Tawaran Kuntowijoyo tersebut akan di-identifikasi dari konsep Ian
Barbour mengenai empat tipologi dalam melihat hubungan sains dan agama yaitu konflik,
independen, dialog dan integrasi. Konsep Ian Barbour ini, akan menjadi pendekatan bagi
peneliti untuk meneropong Kuntowijoyo dalam melihat hubungan antara sains dan
agama.

Kata Kunci : Sains, Agama, Intergrasi Kesainsan

Latar Belakang Masalah Antroposentrisme kemudian


Modernisme adalah babak baru mengejewantah ke dalam isme-isme
dari peradaban Barat, setelah melalui seperti humanisme (penghargaan tinggi
kosmosentrisme Yunani kuno dan akan martabat manusia), rasionalisme
teosentrisme abad pertengahan saat (percaya akan kekuatan akal budi
manusia masih menjadi bagian dari manusia), kapitalisme (pembebasan
alam lalu didaulat sebagai ciptaan manusia secara ekonomi dari tradisi
Tuhan tertinggi, manusia kemudian feodalisme) dan isme-isme lainnya.2
menemukan dirinya sebagai pusat Dari sinilah perkembangan
pengetahuan, nilai, maupun pesat sains yang menandai munculnya
kebudayaan. Sebuah pemusatan baru modernisme berawal. Para tokoh
yang dikenal dengan sainswan besarnya seperti Giordano
1
antroposentrisme. Bruno, Copernicus, Galileo, dan Isaac
Newton pun bermunculan.
Konsekuensi perkembangan sains alam
1
Muhammad Naim, “Sains
Pengetahuan Positivisme: Telaah Kritis atas
rasionalisme, Empirisme dan Spiritualisme” _Pengetahuan_Positivisme. diakses pada 21
Universitas Hasanuddin Makasar, 2014, Mei 2015.
2
www.academia.edu/6883177/Kritik_atas_Sains Lihat Muhammad Naim, Ibid.

65
66 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 2, Desember 2018

tersebut adalah klaim kematian suatu merupakan tokoh yang namanya


disiplin filsafat yang paling rumit yaitu dominan muncul dari gagasan
disiplin metafisika.3 Islamisasi tersebut.
Pembersihan pengetahuan dari Gagasan Islamisasi yang
kepentingan mencapai klimaksnya kala digagas oleh al-Attas, yaitu bermaksud
Positivisme digagas oleh Auguste membebaskan manusia dari tradisi
Comte. Positivisme merupakan awal magis, mitologis, animistis, kultur-
pencapaian cita-cita diperolehnya nasional (yang bertentangan dengan
pengetahuan (bebas nilai), yaitu teori Islam) dan dari belenggu paham
yang dipisahkan dari praksis kehidupan sekuler terhadap pemikiran dan bahasa,
manusia. Ia menganggap pengetahuan juga pembebasan dari kontrol dorongan
yang sahih adalah sebuah fakta fisiknya yang cenderung sekuler dan
objektif. Dengan demikian, tidak adil terhadap hakikat diri atau
pengetahuan yang melampaui fakta jiwanya, sebab manusia dalam wujud
akan disingkirkan.4 fisiknya cenderung lupa terhadap
Dampak dari pemisahan antara hakikat dirinya yang sebenarnya, dan
sains dengan nilai tersebut dapat berbuat tidak adil terhadapnya. Dengan
dirasakan hingga abad sekarang, seperti Islamisasi, umat Islam akan
terpisahnya jarak antara sains dengan terbebaskan dari belenggu hal-hal yang
agama, melenyapkan wahyu sebagai bertentangan dengan Islam, sehingga
sumber sains dan juga memisahkan timbul keharmonian dan kedamaian
wujud dari yang sakral. Selain itu, juga dalam dirinya, sesuai dengan fitrahnya.
menjadikan rasio sebagai basis Al-Attas menolak pandangan bahwa
kesainsan secara mutlak dan Islamisasi bisa tercapai dengan
mengaburkan maksud serta tujuan melabelisasi sains dengan prinsip Islam
sains yang sebenarnya. Sebagai solusi atas sains Barat. Usaha yang demikian
mengahadapi krisis epistemology yang hanya akan memperburuk keadaan dan
sedang melanda segala bentuk tidak ada manfaatnya selama
pemikiran dan juga sebagai jawaban pengaruhnya masih berada dalam
dari berbagai tantangan yang muncul tubuh sains itu sendiri sehingga sains
dari hegemoni westernisasi sains, maka yang dihasilkan pun jadi mengambang,
lahirlah gagasan Islamisasi Sains Islam bukan dan Barat-pun juga bukan.
Pengetahuan. Wacana seputar Padahal tujuan dari Islamisasi itu
Islamisasi sudah berlangsung lama, sendiri adalah untuk melindungi umat
bahkan sudah berumur lebih dari satu Islam dari sains yang sudah tercemar
abad.5 Al-Attas dan Al-Faruqi dan menimbulkan kekeliruan.
Islamisasi dimaksudkan untuk
3
Muhammad Naim, Ibid. mengembangkan kepribadian muslim
4
Muhammad Naim, Ibid.
5
Lihat dalam kata pengantar yang sebenarnya sehingga menambah
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains, keimanannya kepada Allah, dan
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. v
Alfred, hubungan Sains dan Agama Prespektif Kuntowijoyo…. 67

dengan Islamisasi tersebut akan model pengetahuan baru yang utuh dan
terlahirlah keamanan, kebaikan, integral tanpa pemisahan di antaranya.8
6
keadilan dan kekuatan iman. Dalam beberapa hal, antara Al-
Al-Faruqi menjelaskan bahwa Attas dengan Al-Faruqi mempunyai
Islamisasi Sains Pengetahuan baginya kesamaan pandangan, seperti pada
adalah usaha "untuk mendefinisikan tataran epistemologi mereka sepakat
kembali, menyusun ulang data, bahwa sains tidak bebas nilai (value
memikirkan kembali argumen dan free) tetapi terikat (value
rasionalisasi yang berkaitan dengan bound) dengan nilai-nilai yang diyakini
data itu, menilai kembali kesimpulan kebenarannya.9 Mereka juga
dan tafsiran, memproyeksikan kembali sependapat bahwa sains mempunyai
tujuan-tujuan dan melakukan semua itu
sedemikian rupa sehingga disiplin- 8
Al-Faruqi dalam Rosnani Hashim,
disiplin ini memperkaya wawasan Ibid, h. 98.
9
Sampai saat ini masih menjadi
Islam dan bermanfaat bagi cause (cita- perdebatan hangat di kalangan para sainswan
cita).7 Untuk mendaratkan gagasannya tentang netralitas sains, satu pihak
tentang Islamisasi Sains, Al-Faruqi berpandangan bahwa sains itu netral dengan
pengertian ia tidak memihak pada kebaikan dan
meletakkan "prinsip tauhid" sebagai juga tidak pada kejahatan karena itulah sering
kerangka pemikiran, dan cara hidup juga disebut bebas nilai (value
free), pandangan yang demikian berkembang
Islam. Prinsip tauhid ini dikembangkan
luas di Barat dan sebagian dunia Islam. Di
oleh Al-Faruqi menjadi lima macam pihak lain berpandangan bahwa sains itu tidak
kesatuan, yaitu, kesatuan Tuhan, bebas nilai (value bound), ia terikat dengan
nilai-nilai, baik itu dari budaya maupun agama.
kesatuan ciptaan, kesatuan kebenaran Perbedaan pandangan ini akan membawa
dan Pengetahuan, kesatuan kehidupan, implikasi yang luas terhadap kehidupan umat
dan kesatuan kemanusiaan. Secara manusia, jika sains itu netral, maka tidak akan
ada hambatan bagi peneliti dalam memilih dan
umum, Islamisasi tersebut menetapkan objek tulisan, cara meneliti
dimaksudkan untuk memberikan maupun tatkala menggunakan produk tulisan.
Jika tidak netral, maka peneliti akan dibatasi
respon positif terhadap realitas sains oleh nilai dalam hal-hal tersebut. Jika
pengetahuan modern yang sekularistik berpegang bahwa sains itu netral, bisa saja
dan Islam yang terlalu religius, dalam terjadi penyimpangan dan penyakahgunaan
hasil tulisan yang bisa merugikan umat
manusia, karena itu merupakan hal yang
bijaksana jika kita memihak pada paham
6
Syed Muhammad Naquib al-Attas bahwa sains itu tidak netral, danitu lebih sesuai
dalam Wan Mohd Nor Wan Daud, The dengan ajaran semua agama dan sesuai pula
Educational Philosophy and Practice of Syed dengan niatan para sainswan tatkala
Muhammad Naquib al-Attas, diterjemahkan menciptakan teori sains. Hal seperti inilah yang
oleh Hamid Fahmy dkk,Filsafat dan Praktik diinginkan oleh para penggagas Islamisasi
Pendidikan Islam Syed M. Naquib al- sains pengetahuan agar umat Islam tidak
Attas (Bandung: Mizan, 1998), h. 336 terjerumus dalam kesalahan dan membuat
7
Al-Faruqi dalam Rosnani kerusakan di muka bumi ini. Lihat Penjelasan
Hashim, Gagasan Islamisasi Kontemporer: Ahmad Tafsir, Filsafat Sains: Mengurai
Sejarah Perkembangan dan Arah Tujuan, Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
“Pemikiran dan Peradaban Islam” INSIST: Pengetahuan (Bandung: PT.Remaja Rosda
Jakarta, (Juli-September 2005), h. 36. karya, 2004), h. 46-49.
68 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 2, Desember 2018

tujuan yang sama yang konsepsinya kontaminasi pandangan hidup Barat


disandarkan pada prinsip metafisika, terhadap Sains tersebutlah lalu
ontologi, epistemologi dan aksiologi dibentuk semacam formulasi sains
dengan tauhid sebagai kuncinya. berbasis nilai dengan metode yang
Mereka juga meyakini bahwa Allah mereka gagas yaitu Islamisasi Sains
adalah sumber dari segala sains dan Pengetahuan.
mereka sependapat bahwa akar Jika agama hanya berjalan
permasalahan yang dihadapi umat dikoridornya tanpa mau masuk ke
Islam saat ini terletak pada sistem wilayah Sains dan sains dalam artian
pendidikan yang ada, khususnya sains seolah acuh tak acuh dengan nilai
masalah yang terdapat dalam sains yang ditawarkan oleh agama.
modern. Dalam pandangan mereka, Akibatnya, agama hanya untuk agama
sains modern atau sains modern telah dan sains hanya untuk Sains tersebut.
keluar dari jalur yang seharusnya. Keduanya saling bersikukuh dengan
Sains modern telah menjadi "virus" pandangan dan pendapatnya tanpa mau
yang menyebarkan penyakit yang memberi, meminjam dan menerima.
berbahaya bagi keimanan umat Islam Ian Barbour menjelaskan jika
sehingga unsur-unsur buruk yang ada sains dalam posisi konflik, sains hanya
di dalamnya harus dihapus, dianalisa, menerima kebenaran nya sendiri dan
dan ditafsirkan ulang sesuai dengan agama tetaplah bersikukuh dengan
nilai-nilai dan ajaran Islam. prinsipnya, sedangkan jika sains itu
Apa yang dikemukakan oleh berada dalam posisi yang independen
Al-Attas dan Al-Faruqi, jika dilihat maka antara sains dan agama sama-
dalam konteks hubungan agama dan sama sah dan tidak salah selama sains
sains perspektif Ian Barbour, dalam ataupun agama tidak mencampuri
pandangan Al-Attas maupun Al- wilayahnya masing-masing. Namun,
Faruqi, disatu sisi agama dan sains dalam posisi ini bagi Barbour
berada pada posisi konflik karena penerimaan kepada salah satunya
menganggap sains atau Pengetahuan menjadi pilihan yang dikotomis.10
Barat Modern yang menyebabkan Masalah yang terjadi dalam
rusaknya sains. Lalu disisi lain, ingin hubungan sains dan agama membuat
mengupayakan Islamisasi agar jalinan keduanya menjadi tidak
terjadinya perpaduan antara sains yang harmonis. Banyak yang menawarkan
bebas nilai menjadi syarat akan nilai. gagasan agar hubungan antara sains
Namun, dalam upaya memadukan dan agama itu dapat terjalin kembali.
konsep Islam dan Sains, Al-Attas Islamisasi adalah salah satu upaya
maupun Al-Faruqi terkesan seperti
10
sanksi dan sakit hati terhadap Ian G. Barbour dikutip dari
Siswanto, “Perspektif Amin Abdullah tentang
pengetahuan yang muncul dari integrasi dan interkoneksi dalam kajian islam”
pandangan hidup Barat. Anggapan dari Jurnal Teosofi Volume 3, (2 Desember 2013),
h. 393
Alfred, hubungan Sains dan Agama Prespektif Kuntowijoyo…. 69

tersebut. Akan tetapi, Kuntowijoyo itu non-comulative (tidak


dengan pemikirannya tidak ingin bertambah) dan kemajuan itu
hanyut dengan gagasan Islamisasi itu. cumulative (bertambah).
Dari segi pemikiran, walaupun Artinya, kebenaran itu tidak
Kuntowijoyo memiliki keterkaitan kuat makin berkembang dari waktu
dengan semangat ijtihad para ke-waktu, sedangkan kemajuan
intelektual muslim sebelumnya, akan itu berkembang. Lebih lanjut
tetapi bagi Kuntowijoyo, pergerakan Kuntowijoyo menerangkan
Islamisasi dinilainya cenderung bersifat bahwa kategori yang dia
reaktif. Berangkat dari maksud dengan kebenaran itu
keprihatinannnya atas sifat reaktif dari adalah agama. Oleh sebab itu,
gagasan “Islamisasi” tersebut, orang masih bisa menerima
Kuntowijoyo hadir menawarkan satu kebijaksanaan Nabi
bentuk penyikapan yang baru dalam Muhammad.11
melihat hubungan antara sains (Sains) b. Sains
dan agama (Islam). Perspektif
Kuntowijoyo
Lain halnya dengan sains,
PEMBAHASAN bagi Kuntowijoyo sains itu
penulis akan menguraikan apa
bukan kebenaran akan tetapi
yang dimaksud Kuntowijoyo dengan
sebuah kemajuan, seperti fisika,
agama, sains, dan paradigma kesainsan
teknologi, sains kedokteran.
serta solusi dan tawaran Kuntowijoyo
Jika orang masih bisa menerima
dalam mengatasi permasalahan yang
kebenaran agama hingga
terjadi terjadi antara sains dan agama
sekarang ini, tapi tidak dengan
sebagai berikut :
sains, seperti fisika newton,
A. Sains dan Agama
maupun teknologi mobil Model
dalam pandangan Kuntowijoyo
T dari Ford. Semua itu
cumulative (bertambah).12 Bisa
a. Agama perspektif
saja hari ini orang menerima
Kuntowijoyo
teori fisika newton, tapi belum
Menurut Kuntowijoyo,
tentu lima puluh tahun
agama adalah suatu kebenaran
kedepannya. Karna sains
yang diterima oleh orang dari
dipengaruhi oleh ruang, waktu
dulu hingga sekarang dan
dan pemikiran manusia yang
sifatnya tidak bertambah.
terlibat didalamnya.
Kuntowijoyo menerangkan
bahwa kebanyakan dari orang,
11
sering mencampuradukkan Lihat Kuntowijoyo, Islam Sebagai
Sains, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 4
antara kemajuan dan kebenaran. 12
Lihat Kuntowijoyo, Islam Sebagai
Bagi Kuntowijoyo kebenaran Sains, Ibid.
70 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 2, Desember 2018

Berbicara mengenai kebenaran, “kebebasan” ia kemajuan dalam bisnis,


Kuntowijoyo menjelaskan tentang teori demikian Al-Quran dan terjemahnya
kebenaran yang popular dikalangan menerangkan. Kami ingin
praktisi (bisnis, politik, birokrasi) yaitu menambahkan kemajuan dalam sains,
pragmatism (bahasa latin pragmaticus sains pengetahuan dan teknologi.14
Berarti “praktis, aktif, sibuk”; bahasa Kuntowijoyo mengutip, D.A
Yunani Pragma berarti “bisnis”), Rinkes dari Kantoor voor Inlandsche
filsafat terpenting yang tumbuh di Zaken pada 1914 (h. 1083, 35 KITLV)
Amerika. Pragmatisme ditumbuhkan yang mengatakan bahwa umat Islam
oleh William James (1842-1910), cenderung mengadakan mistificatie
seorang professor di Harvard pada agama. Rinkes tidak menerangkan
1907 dengan buku pragmatism. Pokok lebih lanjut istilah itu, akan tetapi kita
dari teori kebenaran pragmatisme ialah, akan berusaha menebak-nebak, karena
kepercayaan itu benar kalau dan hanya sekarang pun rasanya cara berpikir
kalau berguna. Ukuran dari kebenaran umat masih belum beranjak jauh.
ialah apakah suatu kepercayaan dapat Mistifikasi bukan hanya berlaku untuk
mengantarkan orang kepada tujuan. umat Islam di Indonesia tetapi juga di
Pragmatisme menolak pandangan Dunia.15
tentang kebenaran kaum rasionalis dan Menurut Kuntowijoyo,
kaum idealis, karena pandangan Setidaknya ada lima macam “mistik”
mereka tidak berguna dalam kehidupan (misteri) yang ada pada umat Islam
yang praktis. William james tidak yaitu mistik metafisik, mistik sosial,
menolak pengalaman keagamaan mistik etis, mistik penalaran dan mistik
sebagai pengalaman, tidak sebagai kenyataan. Mistik metafisik ialah
kebenaran. Ia bahkan menulis The hilangnya seseorang dalam Tuhan
Varieties Of Religious yang disebut Mysticism atau sufisme,
13
Experience(1902). Islam tidak seperti baik sufisme substansi atau sufisme
itu. Menurut Kuntowijoyo, Islam atribut, menyatu dalam arti zat atau
memandang kebenaran ialah apa-apa menyatu dalam arti
saja yang datang dari Tuhan (Al-Haqqu kehendak/sifat/akhlak. Mistik sosial
Mirrabik Qs. Al-Baqarah [2], 144-147), ialah hilangnya perorangan dalam
baik berguna atau tidak sekarang ini satuan yang lebih besar, organisasi,
dalam kehidupan praktis. Kemajuan sekte atau masyarakat. Mistik etis ialah
jangan sampai memperdayakan. Qs. hilangnya daya seseorang dalam
Ali Imran (3) : 196 memperingatkan “ menghadapi nasibnya, menyerah pada
janganlah kamu terpedaya oleh takdir atau fatalism. Mistik penalaran
kebebasan orang-orang kafir di negeri-
negerinya”. Yang dimaksud dengan 14
Lihat Kuntowijoyo, Islam Sebagai
Sains, Ibid.
13 15
Lihat Kuntowijoyo, Islam Sebagai Lihat Kuntowijoyo, Islam Sebagai
Sains, Ibid. Sains, Ibid.
Alfred, hubungan Sains dan Agama Prespektif Kuntowijoyo…. 71

ialah hilangnya nalar (akal) seseorang akan menghasilkan mode of


karena kejadian-kejadian sekitar tidak knowing tertentu pula. Dalam
masuk dalam akalnya. Mistik pengertian ini, Paradigma Al-Quran
kenyataan ialah hilangnya hubungan berarti suatu konstruksi pengetahuan
agama dengan kenyataan, kenyataan yang memungkinkan memahami
sebagai suatu konteks.16 realitas sebagaimana Al-Quran
Dari semua itu, kiranya yang memahaminya. Kontruksi pengetahuan
sesuai dengan keperluan Kuntowijoyo itu dibangun oleh Al-Quran pertama-
ialah mistik kenyataan. Agama tama bertujuan agar memiliki hikmah
kehilangan kontak dengan kenyataan, yang atas dasar itu dapat dibentuk
dengan realitas, dengan aktualitas, perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai
dengan kehidupan. Dengan kata lain normatif Al-Quran, baik pada level
teks kehilangan konteks.17 moral maupun level sosial. 19
B. Paradigma Kuntowijoyo memahami Al-
Kesainsan yang dibangun Quran menggunakan pendekatan
Kuntowijoyo Sintetik Analitik. Pendekatan ini
Paradigma yaitu kerangka menganggap bahwa pada dasarnya
berpikir atau model dalam suatu kandungan Al-Quran terbagi menjadi
teori.18 Adapun paradigma yang ingin dua bagian. bagian pertama berisi
dibangun oleh Kuntowijoyo adalah konsep-konsep dan bagian kedua berisi
paradigma yang mana mengambil Al- kisah-kisah sejarah dan amtsal.20
Quran sebagai model untuk Jika pada bagian pertama Al-
merumuskan suatu teori dalam melihat Qur’an dengan konsep-konsepnya
realitas. Lebih lanjut Kuntowijoyo seperti Fuqara(orang-orang
menyebutkan paradigma Al-Quran fakir), Mustadh’afin (kelas
yang dimaksud adalah paradigma tertindas), Agniya (orang kaya), dan
Islam. seterusnya, memberikan gambaran
Kuntowijoyo menyebutkan utuh tentang doktrin Islam, dan lebih
bahwa Paradigma yang ia maksud jauh lagi
adalah sama dengan apa yang dipahami tentang Weltanschauung (pandangan
oleh Thomas Kuhn, bahwa pada dunia)-nya, maka bagian kedua, yaitu
dasarnya realitas sosial itu dikonstruksi kisah-kisah sejarah dan amtsal, Al-
oleh mode of thought atau mode of Qur’an mengajak dilakukannya
inquiry tertentu yang pada gilirannya

16
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains,
Ibid.
17 19
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains, Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains,(
Ibid. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006) Op. Cit. h.
18
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 11
20
2015, http://kbbi.web.id/paradigma diakses Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains,
pada 2 Juni 2015 Ibid. h, 12
72 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 2, Desember 2018

perenungan untuk dan juga amtsal (arche-type) dapat


memperoleh wisdom (hikmah). 21 dikejawantahkan dalam suatu sistem
Menurut Kuntowijoyo, jika pengetahuan Islam.
dalam bagian konseptual kita Kuntowijoyo ingin membangun
dikenalkan dengan pelbagai ideal- Paradigma Islam yang mana dalam
type tentang konsep-konsep, maka penjelasannya menggunakan istilah
dalam bagian yang berisi kisah dan “Strukturalisme Trasendental“.
amtsal kita diajak untuk Stucture menurut kamus Webster’s
mengenali arche-type tentang kondisi- News International Dictionary berasal
kondisi universal. Maka terhadap ideal- dari bahasa latin structura yang artinya
type Al-Qur’an itu digunakanlah bangunan, dari kata structus atau stuere
pendekatan sintetik. Sementara yang berarti menyusun. Lima arti
untuk arche-type Al-Qur’an, maka dalam kamus itu, kata Kuntowijoyo,
digunakanlah pendekatan analitik. semuanya merujuk pada bangunan
Melalui pendekatan sintetik, menurut dalam arti konkret ( misalnya gedung)
Kuntowijoyo, kita melakukan atau bangunan dalam arti abstrak
subjektivikasi terhadap ajaran-ajaran (misalnya bangunan sosial). 23
keagamaan dalam rangka Dalam Structuralism, Jean Piaget
mengembangkan perspektif etik dan menyebutkan adanya tiga ciri dari
moral individual, sementara analisis struktur, yaitu
terhadap pernyataan-pernyataan Al- 1). Wholeness (keseluruhan),
Qur’an akan menghasilkan konstruk- 2). Transformation (perubahan bentuk),
konstruk teoritis Al-Qur’an. Elaborasi dan 3). Self-regulation (mengatur diri
terhadap konstruk-konstruk teoritis Al- sendiri).24 Dari struktur inilah
Qur’an inilah yang pada akhirnya kemudian dikenal istilah
merupakan kegiatan Qur’anic theory strukturalisme, yaitu suatu metode
building, yaitu perumusan teori Al- linguistik yang digunakan oleh
Qur’an. Dan dari situlah muncul Ferdinand de Saussure dalam kuliah-
paradigma Al-Qur’an,22 atau yang kuliahnya di Jenewa sejak tahun 1906.
lebih umum lagi, paradigma Islam. Dalam antropologi, strukturalisme juga
Untuk melakukan teoritisasi atas Al- digunakan oleh Claude Levi-Strauss
Qur’an, Kuntowijoyo menggunakan dalam tulisannya di Brasil sejak tahun
metode yang disebutnya dengan 1935.25
strukturalisme transendental. Ini dia
lakukan agar konsep-konsep al-Qur’an 23
Lihat Kuntowijoyo, Muslim tanpa
(ideal-type) dan kisah-kisah sejarah Masjid: Esai-esai Agama, Budaya, dan Politik,
dalam Bingkai Strukturalisme
Transendental (Bandung: Mizan, 2001), h. 10.
21 24
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains, Kuntowijoyo, Muslim tanpa Masjid,
Ibid. Ibid, h. 11.
22 25
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains, Lihat Kuntowijoyo, Muslim tanpa
Ibid, h. 16. Masjid, Ibid, h. 13.
Alfred, hubungan Sains dan Agama Prespektif Kuntowijoyo…. 73

Kemudian transendental. Kata ini tidak mencari struktur di permukaan,


berasal dari kata kerja transcend yang pada tingkat pengamatan, tetapi di
diambil dari bahasa bawah atau di balik realitas empiris.
latin transcendere yang artinya Apa yang ada di permukaan adalah
memanjat di atau ke atas. Kata cerminan dari struktur yang ada di
Kuntowijoyo, dari lima arti dalam bawah (deep structure) dan lebih
kamus Webster’s News International bawah lagi ada kekuatan pembentuk
Dictionary, yang dekat dengan struktur (innate structuring
keperluannya adalah transendental capacity). Ketiga, dalam tingkat
dengan makna; abstrak, metafisis, dan empiris, keterkaitan antar unsur bisa
melampaui.26 berupa binary-opposition (pertentangan
Strukturalisme transendental antara dua hal). Keempat,
menurut Kuntowijoyo adalah suatu strukturalisme memperhatikan unsur-
konstruk pengetahuan yang unsur yang sinkronis (unsur-unsur
menempatkan Al-Qur’an atau wahyu dalam satu waktu), bukan yang
sebagai salah satu sumbernya. Adanya diakronis (perkembangan antar waktu,
pengakuan bahwa terdapat struktur atau historis).28
transendental yang menjadi referensi Melalui strukturalisme
untuk menafsirkan realitas. Bahwa ada transendental inilah dibangun suatu
ide murni yang sumbernya berada di teori sosial yang objektif, rahmatan lil
luar diri manusia, bersifat otonom dan ‘alamin. Dengan melakukan sintesis
sempurna.27 dan analisis atas ideal- type dan arche-
Mengutip pendapat Michael Lane type ditempatkanlah bagian-bagian
dalam Introduction to Structuralism, yang mana berposisi sebagai kekuatan
Kuntowijoyo menyebutkan ada empat pembentuk struktur, struktur bawah,
ciri utama strukturalisme. Pertama, dan yang berposisi pada tataran
strukturalisme memperhatikan pada empiris, atau permukaan. Juga dikenali,
keseluruhan, totalitas. Strukturalisme mana yang bersifat immutable (tidak
analitis memang juga mempelajari berubah), dan mana yang dapat
unsur, tetapi ia selalu diletakkan di berubah. Oleh karena itu dapat
bawah suatu jaringan yang menyatukan diketahui pada wilayah mana hal-hal
unsur-unsur itu. Jadi rumusan pertama yang dapat ditransformasi.
dari strukturalisme adalah bahwa unsur Menurut Kuntowijoyo,
hanya bisa dimengerti melalui strukturalisme transendental akan
keterkaitan (inter- sangat berguna bagi sains alam,
connectedness). Kedua, strukturalisme kemanusiaan, dan agama, untuk
menyadari adanya totalitas Islam dan
26
Lihat Kuntowijoyo, Muslim tanpa adanya perubahan-perubahan. Kata
Masjid, Ibid, h. 16.
27
Kuntowijoyo, Paradigma Islam:
28
Interprestasi Untuk Aksi. (Yogyakarta: Mizan, Lihat Kuntowijoyo, Paradigma
1998), h.331. Islam : Interprestasi Untuk Aksi, Ibid. h. 32.
74 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 2, Desember 2018

Kuntowijoyo, persoalan terbesar dalam dan menjadi bagian warisan Islam,


Islam adalah bagaimana mengikuti sejauh hal itu sesuai dengan etik dan
perubahan tanpa kehilangan jati dirinya epistemiknya.32
sebagai agama yang kaffah, Kita tidak dapat bersikap
menyeluruh. 29 dikotomis karena sikap itu hanya akan
Agar agama sesuai dengan menjadikan kita eksklusif. Tampaknya
perubahan-perubahan, maka perlu untuk menyadari bahwa dalam
diperlukanlah agenda baru supaya mewarisi seluruh sejarah dari seluruh
unsur muamalahnya (suatu yang dapat peradaban dunia, semua peradaban dan
berubah30) tidak ketinggalan zaman semua agama mengalamai proses
dan agenda baru itu dapat menjadi meminjam dan memberi dalam
lahan bagi ijtihad. Agenda tersebut interaksi mereka satu sama lain
terdiri dari enam kesadaran: 1). sepanjang sejarah. Sikap eksklusif
Kesadaran adanya perubahan, 2). adalah sikap ahistoris dan tidak
Kesadaran kolektif, 3). Kesadaran realistis.33
sejarah, 4). Kesadaran adanya fakta Kuntowijoyo menjelaskan bahwa
sosial, 5). Kesadaran adanya dalam bidang sains, kita tidak boleh
masyarakat abstrak, dan 6). Kesadaran bersikap tertutup. Dalam hal ini tidak
perlunya objektivikasi.31 berarti mesti menutup diri dari
Kuntowijoyo berpendapat keduanya. Bagaimanapun Islam adalah
bahwasanya Paradigma Islam itu paradigma terbuka. Ia merupakan mata
adalah paradigma yang bersifat rantai dari peradaban dunia.34
terbuka. Semua warisan sains Mengenai perihal perbedaan
pengetahuan yang pernah dilahirkan antara sains (baik sains yang
dari peradaban lain juga bisa dipinjam didasarkan pada agama (Islam)
maupun sains dalam kategori (Sains),
Kuntowijoyo berpendapat bahwa
29
Lihat Kuntowijoyo, Paradigma
Islam : Interprestasi Untuk Aksi, Ibid, h. 39.
sains-sains sekuler adalah produk
30
Kuntowijoyo menjelaskan bahwa bersama seluruh manusia, sedangkan
Akidah, Ibadah, Akhlak dan Syariah itu sains-sains integralistik (nantinya)
immutable (tidak berubah) dari waktu ke waktu
sedangkan muamalah dapat saja berubah, adalah produk bersama seluruh
selanjutnya kuntowijoyo menerangkan, dalam manusia beriman. Kuntowijoyo
Islam tauhid mempunyai kekuatan membentuk
melanjutkan, sekarang kebanyakan dari
struktur yang paling dalam, lalu struktur
dalamnya beserta permukaannya adalah kita adalah produk, partisipan, dan
Akidah (Keyakinan), Ibadah (shalat, konsumen sains-sains sekuler. Maka,
puasa,zakat , haji dsb), Akhlak (Moral/etika),
Syariat (perilaku normatif) dan Muamalah
32
(Perilaku sehari-hari). Maka muamalah adalah Lihat Kuntowijoyo, Islam Sebagai
sesuatu yang dapat berubah. Diambil dari Sains, Ibid, h. 23
33
penjelasan Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains, Lihat Kuntowijoyo, Islam Sebagai
Op. Cit. h. 33 Sains, Ibid, h. 89
31 34
Lihat Kuntowijoyo, Islam Sebagai Lihat Kuntowijoyo, Islam Sebagai
Sains, Ibid. h. 40 Sains, Ibid.
Alfred, hubungan Sains dan Agama Prespektif Kuntowijoyo…. 75

tidak perlu gegabah memandang agama akan lenyap dan hanya menjadi
rendah dan menistakan sains-sains ritual semata.36
yang lahir dari pandangan hidup Barat. Sebagai contohnya, Kuntowijoyo
Kuntowijoyo ingin mengajak untuk mengambil ilustrasi dari Pragmatisme
menghormatinya dengan cara Amerika. Perkembangan sains dan
mengkritisi dan meneruskan perkembangan filosofisnya. Aliran
perjalanannya. Kuntowijoyo pragmatisme dalam sejarah filsafat
menganggap bahwa sains-sains yang Barat menganggap bahwa yang benar
lahir dari pandangan hidup Barat itu adalah what works yang dengan
sekarang ini sedang terjangkit krisis ( sendirinya bersifat antroposentris.
tidak dapat memecahkan banyak soal), Dalam sains-sains pragmatis,
mengalami kemandekan (tertutup pertimbangan benar dan salah secara
untuk alternatif-alternatif), dan penuh etis dan agama tidak ada, semuanya
bias sana-sini (filosofis, keagamaan, benar, asal jalan. Maka, pragmatisme
peradaban, etnis, ekonomis, politis, bukan saja menghendaki pemisahan
gender). Dengan tekad seperti itu perilaku dari agama tapi lebih jauh dari
Kuntowijoyo berketetapan hati itu. Pragmatisme berkembang menjadi
memulai gerakan sains-sains suatu keyakinan yaitu sekularisme.37
integralistik. Kuntowijoyo tidak Keterangan Kuntowijoyo
berambisi mengganti sains-sains terhadap alur pertumbuhan sains-sains
sekuler, tapi dengan kerendahan hati seperti berikut :
yang proposional Kuntowijoyo sekedar Filsafat
ingin berada bersama sains sekuler Antroposentrismediferensiasi
(Barat dan Marxistis). 35 sains sekuler 38
Sekularisme muncul karena  Filsafat.
klaim yang berlebihan dari sains. Juga Maksud kuntowijoyo disini
muncul karena antroposentrisme dan bukanlah mengklaim
diferensiasi pemikiran dunia sekuler filsafat secara keseluruhan
diramalkan oleh sains sebagai masa dalam menyebabkan
depan manusia. Kalau dahulu terjadinya krisis dalam
antroposentrisme dan diferensiasi peradaban sains. Akan
terbatas dalam sains dan perilaku, tetapi pandangan hidup
sekarang ini sekularisme telah menjadi Barat dengan isme-nya
aliran pemikiran, menggantikan salah satunya yaitu
keyakinan agama. Seluruh kehidupan rasionalisme yang menolak
diyakini menjadi sekuler. Bahkan
36
Kuntowijoyo, Islam Sebagai
Sains,Ibid.
37
Kuntowijoyo, Islam Sebagai
Sains,Ibid, h. 51
35 38
Lihat Kuntowijoyo, Islam Sebagai Kuntowijoyo, Islam Sebagai
Sains, Ibid. h. 50 Sains,Ibid,
76 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 2, Desember 2018

teosentrisme pada abad tengah sains beperan


tengah. Rasio diagungkan sebagai pendukung wahyu
dan Tuhan dinistakan. namun sekarang pada abad
Tuhan masih diakui modern, sains menjadi
keberadaannya. Akan tetapi otonom.41
Tuhan lumpuh tidak  Sains Sekuler.
berkuasa dan tidak Mengaku diri sebagai
membuat hukum-hukum.39 objektif, bebas dari
 Antroposentris kepentingan lainnya. tapi
me. Dalam rasionalisme ternyata sains telah
manusia memiliki melampaui dirinya sendiri.
kedudukan yang sangat Sains yang semula ciptaan
tinggi, bahkan melebihi manusia telah menjadi
manusia itu sendiri. penguasa atas manusia.42
Manusia adalah pencipta Adapun alur dari
pelaksana, dan konsumen sains-sains integralistik
produk-produk manusia Kuntowijoyo menerangkan
sendiri.40 :
 Diferensiasi. AgamaAntroposentrismeD
Waktu manusia ediferensiasiSains integralistik43
menganggap dirinya  Agama. Al-
menjadi pusat, maka Quran merupakan
terjadilah diferensiasi wahyu Tuhan, yang
(pemisahan) etika, mengatur hubungan
kebijaksanaan dan manusia dengan Tuhan
pengetahuan tidak lagi diri sendiri dan
berdasarkan wahyu Tuhan. lingkungan (fisik, sosial,
Karena itu kegiatan budaya). kitab yang
ekonomi, politik hukum diturunkan itu
harus dipisahkan dari merupakan petunjuk
agama. Kebenaran sains etika,kebijaksanaan dan
terletak pada sains itu dapat menjadi
sendiri. Sains harus objektif, setidaknya grand teori.
tidak ada campur tangan Wahyu tidak pernah
etika, moral maupun
kepentingan lain. Pada abad
41
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains,
Ibid
39 42
Lihat Kuntowijoyo, Islam Sebagai Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains,
Sains, Ibid, h. 51 Ibid
40 43
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains, Kuntowijoyo, Islam Sebagai
Ibid Sains,Ibid, h. 53
Alfred, hubungan Sains dan Agama Prespektif Kuntowijoyo…. 77

mengklaim diri sebagai Kuntowijoyo


sains.44 berpendapat perubahan
 Teoantroposent yang ia maksud adalah
risme. Agama memang dediferensiasi dalam
mengklaim sebagai artian rujuk kembali.
sumber kebenaran, Kalau diferensiasi
etika, hukum, menghendaki
kebijaksanaan dan pemisahan antara agama
sedikit pengetahuan. dengan sektor
Agama tidak pernah kehidupan lain maka
menjadikan wahyu dediferensiasi adalah
sebagai satu-satunya penyatuan kembali
sumber pengetahuan agama dengan sektor-
dan melupakan sektor kehidupan lain,
kecerdasan manusia termasuk agama dan
atau sebaliknya, sains.46
menganggap pikiran Jika di lihat dari pendekatan
manusia sebagai satu- dalam melihat hubungan antara agama
satunya pengetahuan dan sains perspektif Ian Barbour,
dan melupakan Tuhan. Kuntowijoyo masuk dalam kategori
Jadi sumber yang menganggap bahwa hubungan
pengetahuan ada dua antara sains dan agama dapat dijalin
macam, yaitu yang dengan adanya dialog, setelah itu baru
berasal dari Tuhan dan integralisasi dilakukan. Kuntowijoyo
berasal dari manusia. tidaklah sanksi atau menyangkal sains-
Dengan kata lain, sains yang lahir dari pandangan hidup
Teoantroposentrisme.45 Barat modern. Kuntowijoyo telah
 Dediferensiasi. menjelaskan sebelumnya, baik itu
Modernisme yang Barat maupun Timur, Islam mewarisi
menghendaki seluruh tradisi kesainsan itu karena
diferensiasi sudah tidak Islam merupakan agama yang memiliki
sesuai lagi dengan paradigma terbuka.
semangat zaman. Pada Kuntowijoyo menekankan, untuk
peradaban yang disebut tidak meng-islamkan suatu sains
Pascamodern perlu ada dengan cara melabelisasi sains tersebut
perubahan. dengan nama Islam, tapi lebih
memperbaiki niat si subjek pengguna
44
sains tersebut selanjutnya diteruskan
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains,
Ibid
45 46
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains, Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains,
Ibid Ibid
78 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 2, Desember 2018

dengan mengsainskan Islam. tidak mempelajari Islam dari studi-


Mengsainskan Islam dengan harapan, studi formal, lebih melihat teologi
hendaknya baik nama maupun isi dan sebagai penafsiran terhadap realitas
nilainya dapat diterima semua orang dalam perspektif ketuhanan, jadi lebih
(Objektifikasi). Ini hanya upaya merupakan refleksi-refleksi empiris.47
menjadikan Islam sebagai rahmatan lil Dalam pengalaman Kuntowijoyo
‘alamin. Adapun salah satu ide brilian pada seminar tentang teologi
Kuntowijoyo, hasil dari Objektifikasi pembangunan yang diadakan di
tersebut yaitu lahirnya gagasan yang ia Kaliurang Yogyakarta, mengatakan
sebut dengan “Sains Sosial Profetik”. bahwa terjadi perdebatan yang bersifat
semantik yang mana pandangan
kalangan pertama lebih menekankan
C. Konsep kepada kajian ulang mengenai ajaran-
Kesainsan Kuntowijoyo ajaran normatif dalam pelbagai karya
dari perspektif Ian kalam klasik, kalangan kedua
Graeme Barbour cenderung menekankan perlunya
Sebelum masuk kepada relevansi reorientasi pemahaman keagamaan
konsep Ian Barbour terkait tentang pada realitas kekinian yang empiris.
hubungan antara sains dan agama yang Jadi pihak pertama lebih menekankan,
ditawarkan Kuntowijoyo, namun untuk menekankan refleksi normatif
sebelum itu, penulis akan memaparkan sedangkan pihak kedua lebih mengajak
terlebih dahulu mengenai konsep dari kepada upaya untuk melakukan refleksi
kesainsan yang digagas oleh aktual yang empiris. Adapun yang
Kuntowijoyo. Diakhir tulisan ini, menarik bagi Kuntowijoyo adalah
barulah nanti penulis akan mengaitkan gagasan yang dikemukakan oleh pihak
antara konsep dari Ian Barbour dengan kedua bahwa dewasa ini kita perlu
solusi yang ditawarkan oleh merumuskan suatu teologi baru yang
Kuntowijoyo. disebut teologi transformatif.48
Perdebatan tentang teologi Melihat Konsep sains sosial
dikalangan Islam masih berkisar pada profetik yang ditawarkan Kuntowijoyo
tingkat semantik. Mereka yang berlatar , dimana tidak hanya berusaha
belakang tradisi sains keislaman menjelaskan dan mengubah fenomena
konvensional mengartikan teologi sosial tetapi juga memberi petunjuk ke
kepada sains kalam, yaitu suatu disiplin arah mana transformasi itu dilakukan,
yang mempelajari sains tentang untuk apa dan oleh siapa.
perkataan Tuhan atau lebih umumnya
yaitu sains tentang Ketuhanan.
Sementara itu, mereka yang terlatih 47
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Sains,
dalam tradisi kesainsan Barat, Ibid . h.82
48
katakanlah cendikiawan muslim yang Lihat Kuntowijoyo, Islam Sebagai
Sains, Ibid .h. 83
Alfred, hubungan Sains dan Agama Prespektif Kuntowijoyo…. 79

Sains Sosial Profetik tidak transformasi sosial budaya,


sekedar mengubah demi perubahan berdasarkan cita-cita profetik.
tetapi mengubah berdasarkan cita-cita Tujuan humanisasi adalah
etik dan profetik tertentu dan secara memanusiakan manusia. Proses
sengaja memuat kandungan nilai dari dehumanisasi yang dialami oleh
cita-cita perubahan yang diidamkan masyarakat industrial menjadikan kita
oleh masyarakat. Cita-cita masyarakat sebagai bagian dari masyarakat abstrak
ini, menurut Kuntowijoyo dapat tanpa wajah kemanusiaan yang
dilacak dalam al-Qur’an al-Karim surat mangalami objektivasi ketika berada
Ali Imran (3) ayat 110:49 ditengah tengah mesin-mesin politik
110. Kamu adalah umat yang dan mesin-mesin pasar. Sains dan
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, teknologi juga telah membantu
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan kecenderungan reduksionistik yang
mencegah dari yang munkar, dan melihat manusia dengan cara parsial.
beriman kepada Allah. sekiranya ahli Tujuan liberasi adalah
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik pembebasan dari kekejaman
bagi mereka, di antara mereka ada yang kemiskinan struktural, keangkuhan
beriman, dan kebanyakan mereka teknologi, dan pemerasan kelimpahan.
adalah orang-orang yang fasik. Menyatu rasa dengan mereka yang
Dengan kandungan nilai-nilai miskin, mereka yang terperangkap
humanisasi, liberasi, dan trasendensi dalam kesadaran teknoratis dan mereka
sains sosial profetik diarahkan untuk yang tergusur oleh ekonomi raksasa.
rekayasa masyarakat menuju cita-cita Keinginan untuk bersama-sama
sosio-etiknya di masa depan. membebaskan diri dari belenggu-
Lebih lanjut Kuntowijoyo belenggu yang kita bangun sendiri.
menerangkan gagasan ini terinspirasi Tujuan trasendensi adalah
dari Muhammad Iqbal, khususnya menambahkan dimensi transendental
ketika Iqbal berbicara mengenai mi’raj dalam kebudayaan. Kita sudah banyak
nabi Muhammad S.A.W. Seandainya menyerah pada arus hedonisme,
Nabi itu seorang mistikus atau sufi, materialisme dan budaya dekaden. Kita
kata Iqbal, tentu beliau tidak ingin percaya bahwa sesuatu harus dilakukan
kembali ke bumi, karena telah merasa yaitu membersihkan diri dengan
tentram bertemu dengan Tuhan dan mengingatkan kembali dimensi
berada disisi-Nya. Nabi kembali ke transendental yang menjadi bagian sah
bumi untuk mengerakkan perubahan dari fitrah kemanusiaan. Kita ingin
sosial, untuk mengubah jalannya merasakan kembali dunia ini sebagai
sejarah. Beliau memulai suatu rahmat Tuhan. Kita ingin kembali
hidup dalam suasana yang lepas dari
ruang dan waktu, ketika kita
49
Kuntowijoyo, Paradigma Islam : bersentuhan dengan kebesaran Tuhan.
Interprestasi Untuk Aksi, Op. Cit, h. 288
80 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 2, Desember 2018

Dengan sains sosial profetik, kita juga universalisasi sains pengetahuan dan
melakukan re-orientasi terhadap teknologi seperti yang terjadi dewasa
epistemologi, yaitu reorientasi terhadap ini, kita harus membuka diri terhadap
mode of thought dan mode of inquiry, seluruh warisan peradaban.51
bahwa sumber sains pengetahuan itu Menurut hemat penulis, Sains
tidak hanya dari rasio dan empiri tapi Sosial Profetik Kuntowijoyo memiliki
juga dari wahyu.50 relevansi dan keterkaitan langsung
Dari gagasan Sains Sosial dengan pendidikan Islam. Mengingat
Profetik ini, sesungguhnya tidak perlu nilai humanisasi berusaha untuk
mengidap kekhawatiran yang membentuk pribadi seseorang sebagai
berlebihan terhadap dominasi sains manusia yang sangat dipengaruhi oleh
Barat dewasa ini. Batapapun, dalam bagaimana ia mendapat pendidikan.
proses theory-building, kita memang Maka pendidikan hendaknya
tidak dapat menghindarkan diselenggarakan dalam kondisi yang
peminjaman dari dan sintesis dengan humanis, berkaitan dengan
khazanah sains Barat. Islamisasi sains pembentukan sikap, akhlak dan
pengetahuan dengan proses kepribadian seseorang. Relevansi
peminjaman dan sintesis ini tidak perlu liberasi juga erat kaitannya dengan
dikhawatirkan sebagai westernisasi pendidikan. Karena di dalamnya
Islam, sebagaimana yang secara vokal mengandung pembebasan, sementara
dikemukakan oleh Ziaduddin Sardar. pendidikan-pun menuntut pembebasan
Tanpa harus mengecilkan arti analisis- untuk dapat membuka cakrawala
analisisnya yang fundamental pemikiran.
mengenai imperialisme epistemologi Selanjutnya transendensi dalam
dan subordinasi Islam pada pandangan proses pendidikan, diartikan sebagai
dunia Barat, agaknya sikap terbaik kesadaran diri untuk berusaha
yang dapat kita ambil adalah bahwa mencapai derajat yang lebih tinggi dan
kita hanya boleh menganggap itu lebih baik. Senada dengan itu,
sebagai warning system, Akan sangat pencapaian yang lebih baik juga
tidak realitis jika kita memandang diharapkan dengan penerapan ketiga
pengaruh-pengaruh Barat dalam hal nilai Sains Sosial Profetik ke dalam
Islamisasi Sains ini pada perspektif Pendidikan Islam, yang akan
yang dikotomis. Sekalipun pada tujuan melahirkan pendidikan Islam Profetis.
finalnya kita memang harus terus Melalui Pendidikan Islam Profetik,
berusaha untuk mendekati cita-cita diharapkan pendidikan Islam tidak
yang otentik karena kita yakin bahwa sekedar menekankan pengetahuan
Islam merupakan suatu alternatif, akan tekstual belaka, tetapi kontekstual dan
tetapi dalam proses globalisasi dan transformatif, yang mampu

50 51
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Kuntowijoyo, Islam Sebagai
Sains, Op. Cit. h. 88 Sains, Ibid
Alfred, hubungan Sains dan Agama Prespektif Kuntowijoyo…. 81

mengkondisikan agar pemberdayaan berubah namun hanya di budaya


potensi dasar manusia dan masyarakat keagamaan tersebutlah perlu dilakukan
menjadi lebih mengalami peningkatan semacam rekonstruksi.
kualitas sekaligus adaptif terhadap Kuntowijoyo menyebutkan,
perkembangan lingkungan dan tuntutan struktur yang ia maksud itu tidaklah
global, sehingga tidak terasing dari statis, karena gagasan mengenai
kemajuan peradaban. perubahan bentuk itu menjadi penting.
Jika Imam Suprayogo dikenal Struktur mampu memperkaya diri
dengan konsep pohon sainsnya dan dengan menambah bahan-bahan baru.
Amin Abdullah dengan jaring laba- Bahasa misalnya, dapat menambah
labanya, maka Kuntowijoyo dalam hal variasi ungkapan tanpa harus keluar
ini menurut penulis juga memiliki dari strukturnya.52
konsep kesainsannya tersendiri. Kunto Menurut hemat penulis dari apa
tidak pernah menyebutkan apakah yang disampaikan oleh Kuntowijoyo
konsep sains yang ia pakai adalah diatas, benar bahwasanya kita tidak
konsep dengan ilustrasi jaring laba-laba perlu terlalu khawatir terhadap alur
ataupun sebuah pohon, namun pertumbuhan sains yang bermasalah
Kuntowijoyo menjelaskan struktur selama ini. Sebab sains, tetap bisa
sainsnya sebagai berikut: berada dalam wilayah agama tanpa
Kekuatan Pembentuk agama harus kehilangan aspek
normatifnya.
Pada hakikatnya Kuntowijoyo
Struktur Dalam seolah ingin menyampaikan bahwa
sains dan agama sama-sama memiliki
dan berada dalam bangunan yang
sama. Baik itu sains yang diklaim
sekuler ataupun bukan, itu tetaplah
sebuah sains yang lahir dari manusia-
manusia yang dianugerahi akal oleh
Permukaan Tuhan dengan tujuan kemaslahatan
Tauhid merupakan kekuatan bagi seluruh alam.
pembentuk sedangkan struktur Konsep Ian Barbour dalam
dalamnya yaitu akidah, ibadah, Syariat melihat hubungan antara sains dan
dan muamalah, seperti penjelasan agama yaitu konflik, independen,
Kuntowijoyo sebelumnya, bahwa kita dialog dan integrasi, yang mana senada
tidak bermaksud merubah akidah, dengan hal tersebut, Kuntowijoyo
ibadah, maupun syariat lainnya yang perihal melihat hubungan agama dan
normatif. Hanya diaspek muamalah lah sains dapat dijalin dengan adanya
kita masuk untuk melakukan semacam
52
perubahan. Maksudnya, agama tidak Lihat Kuntowijoyo, Islam Sebagai
Sains, Ibid .h. 30
82 Jurnal Al-Aqidah, Volume 10, Edisi 2, Desember 2018

dialog. mengenai pendekatan dialog Amin Abdullah dalam pengembangan


dalam melihat hubungan antara sains studi di UIN Sunan Kalijaga secara
dan agama, bahwasanya Kuntowijoyo lebih lanjut.
berpandangan bahwa sains dan agama
itu tidak dapat dipisah. Sains dan DAFTAR KEPUSTAKAAN
agama berada di bangunan yang sama
hanya berbeda kamar dan ruangan. Abdullah, Amin. Islamic Studies : di
Mereka hanya dapat dijalin dengan Perguruan Tinggi Pendekatan
adanya dialog. Integratif dan Interkonektif Ilmu,
Seperti apa yang dijelaskan oleh Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012
Ian Barbour sebelumnya, bahwa di Armas, Adnin. Westernisasi dan
Barat, agama telah memberikan banyak Islamisasi Ilmu, dalam Islamia:
inspirasi bagi perkembangan sains, Majalah Pemikiran dan Peradaban
demikian pula penemuan-penemuan Islam, INSIST: Jakarta, tahun II,
ilmiah juga mempengaruhi teologi. No. 6, Juli-September 2005
Meskipun keduanya berbeda namun Depdikbud. Kamus Besar Bahasa
tidak mungkin benar-benar dipisahkan. Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
Pendekatan dialog ini dapat 1993.
membangun hubungan yang mutualis. Fahmi, M. Islam Transendental
Dengan belajar dari sains, agama dapat Menelusuri Jejak-Jejak Pemikiran
membangun kesadaran kritis dan lebih Kuntowijoyo, Yogyakarta: Pilar
terbuka sehingga tidak terlalu over Religia, 2005
sensitive terhadap hal-hal yang baru. Husaini, Adian. Filsafat Ilmu
Sebaliknya, sains perlu Perspektif Islam dan Barat, Jakarta:
mempertimbangkan perhatian agama Gema Insani, 2013
pada masalah harkat kemanusiaan. Hatta, Muhammad. Alam Pikiran
Setelah melakukan pendekatan Yunani, Jakarta: Universitas
dialog, maka Kuntowijoyo Indonesia, 1983
melanjutkannya dengan melakukan Hashim. Rosnani, Gagasan Islamisasi
integralisasi, dengan maksud adanya Kontemporer: Sejarah
saling kesepahaman antara sains dan Perkembangan dan Arah Tujuan,
agama, yang mana sadar akan dalam Islamia: Majalah Pemikiran
kekurangannya masing-masing. dan Peradaban Islam, INSIST:
Jika dilihat dengan lebih Jakarta, Thn II No.6/Juli-September
seksama, apa yang dikemukakan oleh 2005
Kuntowijoyo hanya sampai pada Kuntowijoyo. Paradigma Islam :
tataran teoritis, juga masih terdapat Intreprestasi Untuk Aksi, Bandung:
banyak kekurangan dalam setiap Mizan, 1998
gagasannya. Gagasan-gagasan _______, Dinamika Sejarah Umat
Kuntowijoyo tersebut diteruskan oleh Islam Indonesia, Yogyakarta:
Alfred, hubungan Sains dan Agama Prespektif Kuntowijoyo…. 83

Shalahuddin Press dan Pustaka Sugono, Dendi. Depdiknas, Kamus


Pelajar, 1994 Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
_______, Identitas Politik Umat Islam, Pusat Bahasa, 2008
Bandung: Mizan, 1997 Shofan, Moh. Pendidikan
_______,Islam sebagai Ilmu Berparadigma Profetik; Upaya
Epistemologi, Metodologi, dan Konstruktif Membongkar Dikotomi
Etika, Yogyakarta: Tiara Wacana , Sistem Pendidikan Islam,
2006 Yogyakarta: UGM Press, 2004
_______,Paradigma Islam: Syari’ati, Ali. Kritik Islam atas
Interpretasi Untuk Aksi, Bandung: Marxisme dan Sesat-Pikir Barat
Mizan, 1998 Lainnya, Yogyakarta: Mizan, 1993
_______,Penjelasan Sejarah Siswanto, “Perspektif Amin Abdullah
(Historical Explanation), tentang integrasi dan interkoneksi
Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008 dalam kajian islam” Jurnal Teosofi
MS, Kaelan. Metodologi penelitian Volume 3, 2 Desember 2013
kualitatif Interdisipliner, Yusuf, Akhyar. Filsafat Ilmu : Klasik
Yogyakarta: Paradigma, 2012 Hingga Kontemporer, Jakarta: PT.
Kartanagara, Mulyadhi. Mengislamkan Raja Grafindo Persada. 2014
Nalar: Sebuah respon terhadap Zed. Mestika, Metode Penelitian
Modernitas, Jakarta: Erlangga, Kepustakaan, Jakarta: Yayasan
2007 Obor Indonesia,
Maleong, Lexy. Metodologi Penelitian 2004
Kualitatif, Bandung: CV Remadja
Karya, 1989
Madjid, Nurcholish. Kaki Langit
Peradaban Islam Jakarta:
Paramadina, 1997
Naim, Muhammad. “Ilmu Pengetahuan
Positivisme : Telaah Kritis atas
rasionalisme, Empirisme dan
Spiritualisme” Universitas
Hasanuddin
Makasar,2014,www.academia.edu/
6883177/Kritik_atas_Ilmu_Pengeta
huan_Positivisme, diakses pada 6
Juni 2015.
Roziqin, Badiatul dkk. 101 Jejak
Tokoh Islam Indonesia,
Yogyakarta: e-Nusantara. 2009

Anda mungkin juga menyukai