Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

EKONOMI PEMBANGUNAN II
“Kemiskinan dan tipologi kaum duafa”

Dosen Pengampuh :
Dr. Subhan Purwadinata.,M.E

Disusun 0leh Kelompok 6 :


Novita Ulandari Putri (19602011016)
Raomatul Hidayati (196020110)
Riza Oktaviani (196020110)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS SAMAWA
SUMBAWA BESAR
2021
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB : PEMBAHASAN
A. Kemiskinan
1. Pengertian kemiskinan
2. Jenis – jeenis kemiskinan
3. Faktor Penyebab Kemiskinan
4. Indicator kemiskinan
5. Kemiskinan Indonesia
6. Dampak kemiskinan
7. Penanggulangan kemiskinan
8. Upaya pemerintah menanggulangi kemiskinan
B. Tipologi kaum dhuafa
1. Pengertian kaum dhuafa
2. Golongan kaum dhuafa
3. Keistimewaan menyantuni kaum dhuafa
4. Tipologi kaum dhuafa
5. Etika menyantuni kaum dhuafa

DAFTAR PUSTAKA
BAB
PEMBAHASAN

A. KEMISKINAN
1. Pengertian kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan saat ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan,
dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang berada di bawah suatu
batas atau disebut sebagai garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan
nilai rupiah yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik
kebutuhan hidup minimum makanan maupun kebutuhan hidup minimum
non-makanan.
Kemiskinan menurut para ahli antara lain sebagai berikut :
1. Soerjono Soekanto
kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak
sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan
kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun
fisiknya dalam kelompok tersebut.
2. Bappenas
Kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena keadaan yang tidak
dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya.
3. Reitmsma dan kleinpeninng
Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu untuk memenuhi
kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non-material.
4. Faturachman dan Marcelinus Molo
Kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang atau beberapa orang (rumah
tangga) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
5. Levitan
Kemiskinan adalah kekurangan barang dan pelayanan yang dibutuhkan
untuk mencapai standar hidup yang layak.
2. Jenis – jenis kemiskinaan
Adapun jenis – jenis kemiskinan antara lain , yaitu :
a. Kemiskinan absolut
Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi ketika seseorang memiliki
pendapatan lebih rendah dari standar hidup yang layak, diukur dengan
standar garis kemiskinan. Mereka dianggap tidak mampu memenuhi
barang dan jasa yang diperlukan (seperti tempat tinggal, makanan, dan
pakaian).
b. Kemiskinan relatif
Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi karena
adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau ke
seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan adanya ketimpangan
pendapatan atau ketimpangan standar kesejahteraan. Daerah-daerah yang
belum terjangkau oleh program-program pembangunan seperti ini
umumnya dikenal dengan istilah daerah tertinggal.
c. Kemiskinan kultural
Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai
akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang
umumnya berasal dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau
untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata cara moderen. Kebiasaan
seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak pernah hemat,
kurang kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak lain.
d. Kemiskinan structural
Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan
karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi
pada suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang
mendukung adanya pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini
juga terkadang memiliki unsur diskriminatif.

3. Faktor Penyebab Kemiskinan


Ternyata kemiskinan itu tidak terjadi begitu saja melainkan memiliki

faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan.Adapun

kemiskinan disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang datang dari dalam diri seseorang,
seperti sikap yang menerima apa adanya, tidak bersungguh-sungguh dalam
berusaha, kondisi fisik yang tidak sempurna, dan sebagainya.
Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar diri seseorang,
seperti perubahan iklim, kerusakan alam, kehidupan sosial, struktur sosial,
kebijakan dan program pemerintah yang tidak merata, dan lain-lain.

Adapun faktor-faktor penyebab lainyang terjadinya kemiskinan dapat


dikategorikan dalam beberapa hal berikut ini:

a. Merosotnya Standar Perkembangan Pendapatan Perkapita secara Global.

Yang perlu digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-

kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem.

Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun

akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut

maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan. Berikut beberapa faktor

yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-

kapita:

Naiknya standar perkembangan suatu daerah.

Politik ekonomi yang tidak sehat.


Faktor-faktor luar negeri, diantaranya: Rusaknya syarat-syarat perdagangan

, Beban hutang ,  Kurangnya bantuan luar negeri, dan Perang

b. Menurunnya Etos Kerja dan Produktivitas Masyarakat.

Faktor ini sangat penting dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan.

Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat

harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan

kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggung jawabkan dengan

maksimal

c. Biaya Kehidupan yang Tinggi.

Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai

akibat dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji

masyarakat.Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di

atas.Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli dan

banyaknya pengangguran.

d. Pembagian Subsidi Income Pemerintah yang Kurang Merata

Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan

jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung
mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin

masih terbebani oleh pajak Negara.

4. Indikator – Indikator Kemiskinan

Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri

secara detail indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator-

indikator kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistik,

antara lain sebagi berikut :

1.  Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang,

pangan dan papan).

2.  Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,

pendidikan, dll).

3.Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk

pendidikan dan keluarga).

4.  Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia dan terbatasnya Sumber Daya

Alam.

5.  Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang

berkesinambungan.

6.  Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.


5. Kemiskinan diindonesia
1. Penduduk miskin
BPS menjelaskan pengertian penduduk miskin adalah mereka yang
yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita (per bulan) di bawah Garis
Kemiskinan.
Metode yang dipakai BPS tersebut sudah dipakai sejak tahun 1998.
Kemudian, agar hasil penghitungan konsisten, maka metode yang
digunakan adalah apple to apple atau berbanding dari waktu ke waktu.

a. Faktor – faktor kemiiakina di indonesia


Berikut ini beberapa faktor yang memengaruhi kemiskinan di Indonesia
selama periode 2020, sebagaimana yang dilaporkan oleh BPS.

Pandemi COVID-19
Di Indonesia, pandemi COVID-19 mulai memberikan pengaruh di tahun
2020 awal. Pandemi telah memberikan dampak pada perubahan perilaku
masyarakat, selain itu aktivitas ekonomi dan pendapatan turut berpengaruh.
Dengan demikian pandemi telah menyumbang pada jumlah orang miskin
baru di Indonesia. Akibat pandemi Covid-19, menunjukkan angka
kemiskinan di perkotaan meningkat lebih tinggi jika dibandingkan dengan
perdesaan.

Di bulan Maret 2021, Kasus COVID-19 paling banyak terjadi di pulau


Jawa dan Bali, sehingga kebanyakan kemiskinan melanda wilayah tersebut
dan membuat peningkatan kemiskinan di daerah menjadi tinggi.
Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Produk
Domestik Bruto (PDB) diketahui melambat. BPS menjelaskan jika
pengeluaran konsumsi rumah tangga pada Kuartal I 2020 hanya tumbuh
2,84%, angkat tersebut turun dibandingkan dengan periode yang sama di
tahun 2019 (sebesar 5,02%).
Terpuruknya Sektor Pariwisata
Pandemi COVID-19 berdampak serius atas total kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia pada bulan Maret 2020. Penurunan kunjungan
wisata tercatat mencatat 64,11 persen jika dibandingkan dengan periode
sama pada Maret 2019. Meskipun demikian, penurunan wisata ke
Indonesia sudah mulai terdampak pada bulan Februari 2020.
Naiknya Harga Kebutuhan Pokok
Faktor yang berpengaruh pada naiknya angka kemiskinan di Indonesia
adalah meroketnya harga kebutuhan pokok. Selama periode September
2019 hingga Maret2020, harga kebutuhan pokok secara nasional
mengalami kenaikan.
Beberapa kenaikan tersebut meliputi beberapa kebutuhan pokok seperti
beras (naik1,78 persen), daging ayam ras (naik 5,53 persen), minyak
goreng (naik 7,06 persen), telur ayam ras (naik11,10 persen) ,dan gula pasir
(naik 13,35 persen).

b. Garis kemiskinan indonesia


BPS mencatat selama Bulan September 2019 hingga Maret 2020, garis
kemiskinan di Indonesia mengalami kenaikan 3,20 persen, atau dari
Rp440.538 per kapita (per bulan September 2019) menjadi Rp454.652 per
kapita (per bulan pada Maret 2020).
Sementara itu, komoditi makanan berperan terhadap peningkatan garis
kemiskinan. Hal tersebut berpengaruh lebih besar jika dibandingkan
dengan peranan komoditi bukan makanan.

6. Dampak kemiskinan
Berikut ini terdapat beberapa dampak dari kemiskinan, terdiri atas :
1. Kriminalitas meningkat
Kemiskinan seringkali dikaitkan dengan kriminalitas. Bukan tanpa
sebab, karena masyarakat miskin cenderung melakukan apa saja untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka termasuk melakukan kriminalitas.
Beberapa bentuk kriminalitas tersebut yaitu pencurian, perampokan,
penipuan, bahkan pembunuhan.
2. Angka kematian yang tinggi
Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan umumnya tidak
mendapatkan akses kesehatan yang memadai. Hal ini menyebabkan
tingginya angka kematian pada masyarakat miskin.
3. Akses pendidikan tertutup
Biaya pendidikan yang cukup tinggi mengakibatkan masyarakat miskin
tidak dapat menjangkau dunia pendidikan. Hal ini semakin memperburuk
situasi masyarakat yang kekurangan karena Kurangnya pendidikan
membuat mereka tidak bisa bersaing dan tidak bisa bangkit dari
keterpurukan.
4. Pengangguran semakin banyak
Masyarakat miskin yang tidak mendapatkan akses pendidikan akan
sulit bersaing di dunia kerja maupun usaha. Hal ini kemudian akan
menyebabkan pengangguran semakin meningkat
5. Munculnya konflik di masyarakat
Rasa kecewa ketidakpuasan masyarakat miskin biasanya dilampiaskan
dengan berbagai tindakan anarkis.

7.   Penanggulangan Kemiskinan

Untuk mengatasi masalah kemiskinan, pemerintah memiliki peran

yang besar.Namun nyatanya program yang dijalankan oleh pemerintah

belum mampu menyentuh pokok yang menimbulkan masalah kemiskinan.

Beberapa program pemerintah yang sudah dijalankan untuk mengatasi

masalah kemiskinan diantaranya adalah program Bantuan Langsung Tunai

serta bantuan dibidang kesehatan yaitu Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas). Namun kedua hal tersebut tidak memiliki dampak signifikan

terhadap pengurangan angka kemiskinan, bahkan beberapa pakar kebijakan

Negara menganggap bahwa hal tersebut sudah seharusnya dilakukan

pemerintah. Untuk itu pemerintah perlu membuat ketegasan dan kebijakan 

dalam rangka menyelesaikan masalah kemiskinan ini. Diantaranya yaitu:


1. Menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja

sehingga mengurangi pengangguran, karena pengangguran adalah salah

satu sumber penyebab kemiskinan terbesar di Indonesia.

2. Memberikan subsidi pada kebutuhan pokok manusia sehingga setiap

masyarakat bisa menikmati makanan yang berkualitas, hal ini akan

berdampak pada meningkatnya angka kesehatan masyarakat.

8. Upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan

Upaya pemerintah dakam mengurangi kemiskinan Dalam

sisitem kapitalistik yang berlaku di Indonesia, penetapan pajak

pendapatan/penghasilan merupakan solusi untuk mengurangi terjadinya

ketimpangan. Dengan mengurangi pendapatan penduduk yang

pendapatannya tinggi, sebaliknya subsidi akan membantu penduduk yang

pendapatannya rendah, asalkan tidak salah sasaran dalampemberiannya.

Pajak yang telah dipungut apalagi menggunakan sistem tarif progresif

(semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi prosentase tarifnya), oleh

pemerintah digunakan untuk membiayai roda pemerintahan, subsidi dan

proyek pembangunan. Namun kenyataanya tidaklah demikian. Pajak

tidak hanya dibebankan pada orang kaya tetapi semua komponen


masyarakat tanpa pandang kaya atau miskin semua dikenai pajak. Inilah

yang menyebabkan permasalahan kemiskinan tak kunjung selesai.

Seperti inilah sistem atau cara pengenaan pajak kepada para wajib pajak

yang terjadi dalam sistem kapitalis di Indonesia saat ini;

1. Pajak progresif (progressive tax) Yaitu pajak yang dikenakan semakin

berat kepada mereka yang berpendapatan semakin tinggi. Contoh : pajak

pendapatan, pajak rumahtangga dan sebagainya

2. Pajak degresif (degressive tax) Yaitu pajak yang dikenakan semakin

berat kepada mereka yang pendapatannya semakin kecil. Contoh : pajak

penjualan, pajak tontonan dan sebagainya.

3. Pajak proposional (proposional tax) Yaitu pajak yang dikenakan

berdasarkan pembebanan (persentase) yang sama terhadap semua tingkat

pendapatan. Secara lebih rinci langkah-langkah yang dilakukan

pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan adalah sebagai berikut :

a. Pembangunan Sektor Pertanian Sektor pertanian memiliki peranan

penting di dalam pembangunan karena sektor tersebut memberikan

kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan masayrakat dipedesaan

berarti akan mengurangi jumlah masyarakat miskin. Terutama sekali

teknologi disektor pertanian. Menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan

dalam sektor pertanian yang dibuka dengan kemajuan teknologi sehingga


menjadi leading sector (rural – led development) proses ini akan

mendukung pertumbuhan seimbang dengan syarat, kemampuan

mencapai tingkat pertumbuhan output pertanian yang tinggi serta dengan

menciptakan pola permintaan yang kondusif pada pertumbuhan.

b. Pembangunan Sumber Daya manusia Sumberdaya manusia merupakan

investasi insani yang memerlukan biaya yang cukup besar, diperlukan

untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan

masyrakat secara umum, maka dari itu peningkatan lembaga pendidikan,

kesehatan dan gizi merupakan langka yang baik untuk diterapkan oleh

pemerintah. Bila dikaitkan pada sektor pertanian, akan lebih berkembang

jika kebijakan pemerintah bisa menitikberatkan pada transfer sumber

daya dari pertanian ke industri melalui mekanisme pasar.

c. Redistribusi Pendapatan secara lebih baik Negara akan ikut

bertanggungjawab terhadap mekanisme distribusi dengan

mengedepankan 12 kepentingan umum daripada kepentingan kelompok,

atau golongan lebih-lebih kepentingan perorangan. Dengan demikian,

sektor publik yang digunakan untuk kemaslahatan umat jangan sampai

jatuh ke tangan orang yang mempunyai visi kepentingan kelompok,

golongan dan kepentingan pribadi. d. Pembangunan Infrastruktur Negara

akan menyediakan fasilitasfasilitas publik yang berhubungan dengan


masalah optimalisasi distribusi pendapatan. Seperti sekolah, rumah sakit,

lapangan kerja, perumahan, jalan, jembatan dan lain sebagainya. Namun

terdapat 5 (lima) permasalahan dalam pengentasan kemiskinan yaitu :

1. Lemahnya instusi pengelola program pengentasan kemiskinan

2. Kebijakan penggunaan data basis keluarga miskin belum secara

operasional dipergunakan sebagai intervensi program pengentasan

kemiskinan

3. Belum ada mekanisme dan sistem pencatatan dan pelaporan program

pengentasan kemiskinan

4. Dukungan anggaran operasional pengentasan kemiskinan yang masih

terbatas Harus ada sinergisitas antara program pengentasan kemiskinan

yang diprogramkan oleh pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi

dan pemerintah kabupaten/kota.

Selama ini program pengentasan kemiskinan oleh pemerintah pusat 13

tidak maksimal diterapkan oleh pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota, karena tidak disiapkannya infrastruktur pendukung untuk

program tersebut. 4. Alternatif solusi mengatasi kemiskinan di Indonesia

Program pemerintah yang dijalankan saat ini dinilai sudah baik secara

konsep. Namun belum bisa dinilai secara menyeluruh karena hanya

sebagian kecil saja yang terealisasi. Sementara kemiskinan juga masih


dan semakin menjamur. Memang, tidak bisa disinggung lagi bahwa

solusi kehidupan secara menyeluruh dan sempurna termasuk

permasalahan kemisikinan, hanyalah kembali pada aturan-aturan sang

pembuat kehidupan yakni Allah SWT. Islam memberikan solusi yang

selalu tepat. Tidak hanya secara konsep, tetapi juga dalam prakteknya

sudah terbukti memberikan hasil yang gemilang terutama dalam

mensejahterahkan rakyatnya. Inti penyebab kemiskinan di Indonesia dari

dulu hingga kini adalah penyebab struktural. Ketidakmerataannya

distribusi pendapatan yang dilakukan pemerintah secara struktural yang

menyebabkan kemiskinan ini terjadi berangsurangsur.

Program Islam untuk redistribusi kekayaan terdiri dari tiga bagian :

Pertama, sebagaimana dibahas sebelumnya, ajaran Islam mengarahkan

untuk memberikan pembelajaran atau pemberdayaankepada para

penganggur untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang bisa memberi

penghidupan bagi mereka,serta untuk memberikan upah yang adil bagi

orang-orang yang sudah bekerja.

Kedua, ajaran Islam menekankan pembayaran zakat untuk redistribusi

pendapatan dari orang kaya kepada orang miskin yang karena

ketidakmampuan atau cacat (secara fisik atau mental, atau faktor

eksternal yang diluar kemampuan mereka, misalnya pengangguran), tak


mampu untuk memperoleh kehidupan standar yang terhormat dengan

tangan mereka sendiri.

Ketiga, pembagian harta warisan dari orang yang telah meninggal

kepada beberapa orang sesuai aturan Islam sehingga menguatkankan dan

mempercepat distribusi kekayaan dalam masyarakat. Konsep Islam

tentang keadilan distribusi kekayaan, juga konsep keadilan ekonomi tidak

mengharuskan semua orang mendapat upah dalam jumlah yang sama

tanpa memperdulikan kontribusinya bagi masyarakat. Islam mentoleransi

adanya perbedaan dalam pendapatan karena setiap orang memiliki

karakter, kemampuan dan pelayanan kepada masyarakat yang sama.

Namun perlu dicatat bahwa jaminan terhadap standar hidup

yang manusiawi bagi semua anggota masyarakat melalui pengaturan

zakat. Pada kenyataannya, apabila ajaran Islam mengenai halal dan

haram dalam memperoleh kekayaan diikuti, prinsip keadilan bagi pekerja

dan konsumen diterapkan, pengawasan terhadap 15 redistribusi

pendapatan dan kekayaan serta hukum Islam tentang harta waris

ditegakkan, maka tidak akan terdapat ketidakadilan dalam pendapatan

dan kekayaan dalam masyarakat Muslim.

Di sini letak perbedaan sistem ekonomi syariah dan konvensional.

Sistem ekonomi syariah tidak bertujuan mengumpulkan harta


sebanyakbanyaknya. Tapi, bagaimana kehidupan lebih baik bisa dicapai

bersama tanpa memandang suku ataupun RAS. Ekonomi syariah

mempunyai prinsip sinergi (ta'awun). Prinsip ini memungkinkan orang

yang lebih dulu sukses itu membantu sesamanya. Kerja sama ini

memungkinkan umat Islam maju. Selain itu, ekonomi syariah memiliki

sistem bagi hasil.

Sistem ini memungkinkan kerugian dan keuntungan ditanggung

pemodal dan peminjam. Besarnya tanggungan diatur dalam akad yang

sudah disetujui bersama. Sistem bagi hasil misalnya bank sebagai

pemodal tidak hanya menagih pinjaman modal. Pihak bank juga harus

membantu peminjam dalam memajukan usahanya. Sebaliknya pihak

peminjam juga harus bekerja keras memajukan usahanya supaya bisa

cepat mengembalikan pinjaman.

Oleh karena itu ekonomi syariah dinilai cocok untuk program

pengentasan kemiskinan. Hal ini karena masyarakat miskin tidak

dipandang sebagai pihak yang malas. Namun, pihak yang tidak mendapat

akses untuk kehidupan yang lebih baik.

B. Tipologi kaum duafa


1. Pengertian kaum duafa
Dalam Al-Quran, kata dhuafa juga berasal dari dh’afa atau dhi’afan.
Makna kata lemah ini menyangkut lemah dalam aspek kesejahteraan atau
finansial. Kata ini seperti yang terdapat dalam ayat berikut, “Dan hendaklah
takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah (dhi’afan) , yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka.”(QS An-Nisaa’: 9)

Dalam ayat lainnya, kata dhuafa juga terdapat dalam QS Al-Qasas ayat
4. “Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi
dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas
segolongan dari mereka, menyembelih anak lakilaki mereka dan
membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun
termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Dalam ayat tersebut, dapat kita pahami bahwa dhuafa juga bisa berarti
sebagai kaum yang lemah karena terlahir akibat penindasan atau
kesewenang-wenangan adanya pemerintah atau sistem yang zalim.
Akibatnya, masyarakat yang lemah tersebut menjadi miskin secara
struktural. Muncul banyaknya anak yatim, kaum miskin, gelandangan, atau
pengemis di jalanan.
Jika dilihat dari berbagai sudut pandang, maka lemah yang dimaksud
dalam hal ini bisa mencakup:
Lemah dari segi sikap yang bukan diakibatkan karena malas belajar
Lemah dari segi fisik atau kurang tenaga. Bisa karena sakit, sudah tua atau
cacat. Bukan karena sengaja bermalas-malasan
Lemah dari segi ekonomi. Mereka adalah orang-orang yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan sehari-hari karena tekanan keadaan. Bukan karena
malas atau tidak berusaha mencari nafkah
Lemah dari segi pikiran. Termasuk orang-orang yang kurang cerdas, bukan
karena tidak mau menuntut ilmu.

2. Golongan kaum dhuafa

Adapun yang termasuk ke dalam golongan kaum dhuafa adalah:


1. Anak-anak Yatim
Anak yatim merupakan anak-anak yang ditinggal ayahnya dalam
keadaan belum baligh. Di usia ini, mereka biasanya masih memerlukan
bimbingan, kasih sayang hingga dukungan berupa materi. Nabi Muhammad
menjanjikan surga bagi siapapun yang dengan ikhlas menggantikan posisi
orang tuanya dengan memberikan apa yang mereka butuhkan.
2. Janda dan Orang-orang Miskin
Ketika seorang wanita yang sudah menikah kehilangan suaminya,
maka hilanglah orang yang menjadi tumpuan hidupnya dalam mencari
nafkah. Janda-janda seperti ini termasuk golongan lemah yang patut
dibantu.
Hal yang sama juga berlaku untuk orang-orang miskin. Orang miskin
sendiri merupakan orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
tanggungannya (termasuk istri dan anak-anaknya). Kebanyakan di antara
mereka bekerja, namun penghasilannya tidak cukup untuk kebutuhan
pokoknya. Dalam sebuah hadisnya, Nabi Muhammad bersabda, “Barang
siapa yang menyisihkan harta untuk menghidupi para janda dan orang-
orang miskin, maka pahalanya sama seperti berjuang di jalan Allah.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
3. Orang-orang Fakir
Jika orang miskin adalah orang-orang yang memiliki penghasilan
namun kebutuhannya masih belum terpenuhi, maka fakir kondisinya lebih
parah dari itu. Orang-orang fakir adalah mereka yang hidupnya sangat
sengsara, tidak punya harta maupun tenaga untuk mencari nafkah.

4. Muallaf
Muallaf atau orang yang baru memeluk Islam juga termasuk golongan
kaum dhuafa. Meskipun secara fisik maupun harta keadaannya mencukupi,
mereka masih dikatakan lemah dari segi keimanannya. Karena itu, mereka
juga memerlukan bantuan baik berupa materi maupun non-materi.
5. Hamba Sahaya atau Budak
Hamba sahaya atau budak merupakan orang-orang yang sangat lemah.
Mereka bahkan tidak memiliki kemerdekaan dan kebebasan untuk
mengatur hidupnya sendiri. Hamba sahaya biasanya juga tidak memiliki
harta benda. Meski memiliki tenaga, mereka hanya bisa menggunakannya
untuk keperluan sang pemilik. Saat ini sistem perbudakan sendiri sudah
dihapuskan.

6. Korban Bencana
Para korban bencana adalah orang-orang yang terkena musibah
sehingga kehilangan harta dan jiwa yang mereka miliki. Korban bencana
juga termasuk golongan lemah yang wajib dibantu.
3. Keistimewaan menyantuni kaum dhuafa

Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk membantu


kaum dhuafa adalah dengan menyalurkan sebagian harta yang kita miliki
untuk kesejahteraan mereka. Seseorang yang menyantuni mereka dalam
Islam mendapatkan keistimewaan yang besar. Beberapa keutamaan tersebut
antara lain:
1. Allah SWT akan menyelamatkan mereka yang menyantuni kaum dhuafa
dari berbagai kesusahan di hari kiamat, serta diberikan kegembiraan disaat
mengalami kesulitan.
2. Menyantuni kaum yang kurang mampu, terutama anak yatim dapat
melembutkan hati seorang muslim. Kasih sayang yang diberikan untuk
anak yatim dapat menghilangkan sifat buruk yang ada dalam diri manusia,
contohnya kikir, dusta, iri, dan dengki.
3. Mendapatkan tempat di samping Rasulullah dalam surga.
4. Mensucikan diri dari keserakahan. Hal tersebut karena menyantuni
golongan kurang beruntung membuat seseorang menjadi menjadi rendah
hati dan mulia, baik di mata manusia maupun di mata Allah.

4. Tipologi kaum dhuafa

Ada 4 tipologi, yaitu :

 kaum dhuafa yang memiliki cukup kemauan dan kemampuan untuk


mau berubah

 kaum dhuafa yang kurang memiliki kemauan tapi cukup kemampuan

 kaum dhuafa yang memiliki cukup kemauan tapi ku rang kemampuan

 dan kaum dhuafa yang kemauan dan ke mampuannya kurang


Berdasarkan kemampuan berusaha yang dimiliki di satu sisi, dan adanya
kemauan untuk tidak lagi menjadi orang miskin pada sisi lain, dapat
dibangun empat tipologi kaum dhuafa :
Tipe I adalah mereka yang relatif memiliki kemampuan berusaha
sekaligus kemauan untuk tidak menjadi orang miskin. Namun dikarenakan
berbagai faktor, mereka masih hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka
adalah para pengusaha mikro atau petani gurem yang memiliki onuet kecil
dan menghadapi kendala internal dan eksternal.
Tipe II adalah mereka yang sebenarnya relatif memiliki kemampuan
berusaha, tapi kurang memiliki kemauan. Mereka ini adalah orang yang
bermental pengemis, yang senantiasa mengharapkan dan bahkan bergantung
pada bantuan pihak lain. Tipe IQ adalah mereka yang mau berusaha tapi
kurang memiliki kemampuan.
Tipe lll ini adalah orang yang kebingungan bagaimana keluar dari
kemiskinan karena ketiadaan sumberdaya yang dibutuhkan. Sedangkan
Tipe IV adalah mereka yang tidak memiliki kedua-duanya. Kelompok ini
adalah fatalis yang rnengaggap bahwa kemiskinan adalah takdir yang tidak
bisa diubah. Masing-masing tipe ini membutuhkan pendekatan berbeda-
beda.

5. Etika dalam menyantuni kaum duafa


Etika dalam menyantuni kaum dhuafa antara lain:
1. Ikhlas, tidak menceritakan perbuatannya kepada orang lain dan lebih
utama disembunyikan.
2. Tidak menjelek- jelekkan kaum dhuafa walaupun dia telah membantunya.
3. Memberikan motivasi agar kaum dhuafa dapat meningkatkan kualitas
hidupnya.
4. Tidak mengungkit- ungkit pemberiannya di hadapan banyak orang karena
dapat menyebabkan kaum dhuafa malu.
5. Istiqomah dalam membantu kaum dhuafa.
6. Berbicara dengan sopan dan tidak menyinggung perasaan kaum dhuafa.
7. Lebih utama memberikan santunan yang dapat bermanfaat jangka panjang
sehingga kaum dhuafa dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan
kelayakan hidup.

Berikut ini contoh sikap perilaku menyantuni kaum dhuafa:


1. Membantu memberi makan kepada anak terlantar.
2. Membantu biaya sekolah fakir miskin.
3. Menjagakan harta anak yatim hingga anak tersebut besar dan dapat
mengelola hartanya sendiri.
4. Memberikan sedekah kepada orang cacat seperti tuna netra.
5. Memberikan bantuan berupa pekerjaan kepada fakir miskin sesuai
kemampuan mereka.
6. Memelihara anak yatim di rumahnya.
7. Memberikan bantuan musafir yang kehabisan bekal.
8. Berinfaq/ sedekah melalui lembaga amil zakat yang biasanya sudah
memiliki data kaum dhuafa.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://jurnalekis.blogspot.com/2012/02/pemberdayaan-ekdhuafaonomi-.html
2. https://brainly.co.id/tugas/6987998
3. http://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/korupsi-menyuburkan-kemiskinan
4. http://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/korupsi-menyuburkan-kemiskinan
5. https://www.academia.edu/5449676/Makalah_Kaum_Dhuafa
6. http://jurnalekis.blogspot.com/2012/02/pemberdayaan-ekonomi-dhuafa.html?
m=1
7. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
8. https://amp-kompas
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/skola/read/2020/11/24/172143
169/kemiskinan-definisi-jenis-dan-faktor-penyebabnya?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16189518626315&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A
%2F%2Fwww.kompas.com%2Fskola%2Fread
%2F2020%2F11%2F24%2F172143169%2Fkemiskinan-definisi-jenis-dan-
faktor-penyebabnya
9. https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-kemiskinan-menurut-para-
ahli/
10. https://voi-id.cdn.ampproject.org/v/s/voi.id/amp/37805/penyebab-
kemiskinan-definisi-dan-data-orang-miskin-di-indonesia?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16189534253110&amp_ct=1618953699487&referrer=https%3A
%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https
%3A%2F%2Fvoi.id%2Fekonomi%2F37805%2Fpenyebab-kemiskinan-
definisi-dan-data-orang-miskin-di-indonesia
11. https://www.academia.edu/29497528/makalah_tentang_kemiskinan_doc
x
12. https://m-republika-co-
id.cdn.ampproject.org/v/s/m.republika.co.id/amp/n6trji?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16192428250887&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A
%2F%2Fwww.republika.co.id%2Fberita%2Fn6trji%2Fmembedah-fikih-
zakat-indonesia-3

Anda mungkin juga menyukai