Anda di halaman 1dari 5

Mal Jual DVD Bajakan akan Digeledah

"REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG - Tak bisa dipungkiri, banyaknya mall yang menjual


VCD, DVD, dan Blueray bajakan semakin merajalela. Bahkan di setiap mal Jakarta dan
sekitarnya hampir tidak ada yang tidak menjual kaset bajakan. Hak cipta yang dibajak berupa
film, video game, dan software.

"Untuk memberantasnya, saat ini kami sedang menggalakkan tindakan represif," ujar Ahmad
Mujahid Ramli, Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual kepada media, Rabu (25/4), saat
konferensi pers usai pemusnahan barang bukti pembajakan hak cipta di halaman kantor HKI,
Tangerang.

Ramli mengatakan, untuk menangani permasalahan pembajakan hak cipta yang tak pernah ada
hentinya, HKI akan melakukan penggerebekan terhadap mal atau plaza yang kedapatan menjual
barang bajakan. Sweeping akan dilakukan Dirjen HKI dengan bantuan Polri.

Penggerebekan akan dilakukan bagi mal yang tidak mencantumkan pemberitahuan atau
mendeklarasikan sebagai mal yang bebas pelanggaran hak cipta. Mal atau plaza yang kedapatan
menjual barang bajakan akan ditindak tegas Direjn HKI sesuai dengan hukum yang berlaku.

Untuk mengatasi permasalahan pembajakan VCD, DVD, dan Blueray di mal, Ramli mengimbau
kepada masyarakat untuk sadar akan pelanggaran tersebut. Masyarakat harus membangun
kesadaran masing-masing untuk menghormati sebuah karya dan hak cipta.

Data dari Dirjen HKI menyatakan, terhitung dari Maret 2011 sampai dengan April 2012 sudah
terjadi sekitar 40 kasus pelanggaran hak cipta dan pemalsuan. Kasus tersebut di antaranya, 4
kasus pelanggaran hak cipta, 27 kasus pemalsuan merek, 7 kasus desain industri, dan 2 kasus
bidang hak paten. Dari seluruh penggerebekan, petugas berhasil menyita 64.954 keping VCD,
DVD, dan Blueray bajakan.

Sweeping petugas HKI bersama Polri berhasil menggerebek mal besar di Jakarta, yakni Mal
Ratu Plaza di Jakarta Pusat dan Mal Ambasador di Jakarta Selatan. Kedua mal tersebut
kedapatan menjual pemalsuan software komputer yang melanggar hak cipta.

Pantauan Republika, Rabu (25/4), sejumlah mal terkemuka di wilayah Tangerang, beberapa di
antaranya masih terlihat menjual VCD, DVD, dan Blueray bajakan. Penjualan barang bajakan
tersebut secara terang-terangan, tidak tersembunyi. Seolah-olah barang ilegal tersebut terkesan
legal dan bebas diperjual belikan.

Toko-toko yang menjual kaset bajakan tersebut lebih dari 10 di tiap mal-nya. Mereka menjual
VCD MP3, DVD film, games dan software, dan menyediakan Blueray film dalam kualitas
bagus. Harga VCD dan DVD bajakan dijual seharga 7 ribu per keping, dan Blueray 15 ribu per
keping."

 Analisis Kasus 
    Pelanggaran hak cipta yang ada di Indonesia sudah jadi budaya indonesia bukan hal baru lagi
untuk diperbincangkan tapi hal baru untuk diperbaiki. pelanggaran hak kekayaan intelektual
yang ada di indonesi bukan satuan lagi tapi beraneka ragam seperti hak cipta, hak ekonomi, Hak
merek, Hak paten, hak desain industri dan hak yang lainnya.
    Satu kasus pelanggaran yang hampir mencakup semua adalah DVD VCD MP3 bajakan seperti
film, lagu, software, games dan lain-lain. permasalahan yang ada di indonesia ini memang sudah
menjadi budaya yang mengakar yang sulit untuk diberantas dan dibenahi. karena, masyarakat
yang menjadi konsumen pun sudah jadi kebiasaan untuk membeli yang bajakan dengan iming-
iming harga yang miring dan sangat murah ini tapi hampir sama kualitasnya. UU yang menjadi
pedoman untuk mencegah itu terjadi masih terlalu lemah dan kurangya aksi pasti untuk
menegakkan hukum itu sendiri. akhirnya yang terjadi dari kelengahan itu banyak yang mencari
kesempatan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan menyalahgunakannya.
      beberapa akhir tahun ini pemerintah mulai mengkaji kembali tentang UU hak kekayaan
intelektual untuk di revisi. Pengkajian UU ini untuk membereskan pembajakan yang terjadi di
setiap lokasi seperti mall dan toko di pinggir jalan. penelahaan UU ini hanya khusus untuk
merubah beberapa pasal dari undang-undang saat ini, merubah setiap hukum sedikit demi sedikit
seperti cara yang diterapkan presiden jokowi. Salah satu RUU yang sedang di telaah yaitu hak
cipta yang kemudian dilanjutkan dengan hak merek. Penggalakan kaset bajakan ini di mulai
sudah dari tahun lalu yang kemudian mulai di beri himbauan atau sosialisasi bahwa akan ada
penggeledahan dari mall ke mall jika ada kaset bajakan di perjual-belikan. Penggerebekan akan
dilakukan bagi mal yang tidak mencantumkan pemberitahuan atau mendeklarasikan sebagai mal
yang bebas pelanggaran hak cipta. Mal atau plaza yang kedapatan menjual barang bajakan akan
ditindak tegas Direjn HKI sesuai dengan hukum yang berlaku. RUU dan UU tentang hak
kekayaan intelektual ini sedang di benahi secara mendalam oleh pemerintah agar menaikan
derajat bangsa di mata dunia sehingga pasar bebas bisa percaya dan industri kreatif bisa lebih
membangun negara.

Kesimpulan
Kasus tentang pelanggaran hak kekayaan intelektual yang sudah lama menjamur bertahun-tahun
ini bisa dibenahi dengan cepat dan pemerintah dapat menegaskan UU tentang HKI agar
masyarakat bisa lebih memahami. Sosialisasi dari pemerintah pun perlu dilakukan agar
masyarakat ataupun penjual nakal lebih mengetahui apa itu HKI dan kerugiannya jika bajakan
terus berkeliaran dengan bebas. Masyarakat pun harus sadar bahwa membeli bajakan sama saja
dengan menghancurkan bangsa perlahan demi perlahan karena jika membeli bajakan sama saja
dengan tidak mendukung negara untuk maju bersaing dengan negara maju lainnya. Masyarakat
perlu di bina untuk tidak membeli barang bajakan sehingga penjual pun tidak mau lagi menjual
barang bajakan.

sumber
http://humas.dgip.go.id/penelahaan-kembali-uu-merek-no-15-tahun-2001/
http://humas.dgip.go.id/category/merek/
www.hukumonline.com/klinik/detail/lt54192d63ee29a/ini-hal-baru-yang-diatur-di-uu-hak-cipta-
pengganti-uu-no-19-tahun-2002
http://edukasi.kompasiana.com/2010/08/24/plagiat-dan-pelanggaran-hak-cipta-236894.html
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt541828f96c17c/dpr-setujui-ruu-hak-cipta-jadi-uu
Inul Vizta Menang di Pengadilan atas Kasus Pelanggaran Hak Cipta

Liputan6.com, Jakarta Kasus dugaan pelanggaran hak cipta yang dituduhkan label Nagaswara
terhadap rumah karaoke Inul Vizta memasuki babak akhir. Kasus tersebut berakhir dengan
kemenangan Inul Vizta sebagai pihak tergugat.

Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Selasa (29/3/2016), memutuskan untuk membebaskan bos Inul
Vizta, Kim Sung Ku. Keputusan tersebut disyukuri oleh salah satu pemilik Inul Vizta, Inul
Daratista.

Puji syukur kepada Allah. Pengadilan memutuskan bebas, saya tidak bisa berkata apa-apa lagi
karena saya terlalu senang," kata Inul Daratista usai sidang.

Inul berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukungnya dalam kasus ini. "Terima
kasih banyak teman-teman yang sudah mendukung saya selama ini. Sudah memberikan
kepercayaan kepada saya dan seluruh tim yang bekerja, kepada masyarakat yang memberikan
hiburan ternyata kami dapat kepercayaan," kata Inul.

Sebelumnya, bos Inul Vizta, Kim Sung Ku, dituduh atas pelanggaran hak cipta oleh Nagaswara.
Kim Sung Ku dituduh melanggar hak mechanical rights. Nagaswara keberatan Inul
Vizta memutar video bajakan dan bukan asli yang mereka buat, dari lagu-lagu yang dinyanyikan
artis asuhan perusahaan rekaman itu. Atas tuduhan tersebut, Kim Sung Ku terancam hukuman
lima tahun penjara.

Sebelumnya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuntut hukuman satu tahun penjara dan denda Rp
3 miliar untuk Kim Sung Ku. (Pur/Fei)
Inul Vizta Jadi Tersangka Pelanggaran Hak Cipta

Pemegang saham terbesar Inul Vizta, Inul Daratista (Foto:Antara/Teresia May)

Metrotvnews.com, Jakarta: PT Vizta Pratama, perusahaan pemegang franchise rumah


bernyanyi (karaoke) Inul Vizta, menjadi tersangka atas kasus pelanggaran hak cipta.

"Berkas PT Vizta Pratama sudah P21, dalam waktu dekat akan memasuki tahap dua," ungkap
kuasa hukum Nagaswara, Eddy Ribut, saat ditemui di Bareskrim Polri, Selasa (17/3/2015).

Nagaswara menganggap Inul Vizta melanggar hak cipta dengan mengedarkan dan menyalin lagu tanpa
membayar royalti untuk produser dan pencipta lagu.

Direktur Utama Nagaswara, Rahayu Kertawiguna, yang turut hadir, menjelaskan bahwa sudah terdapat
pemanggilan kepada pihak terkait, namun terlapor K, dirut Inul Vizta, saat ini masih berada di Korea.

Sebelumnya, Nagaswara yang turut merasa dirugikan oleh Inul Vizta melapor ke Mabes Polri pada
Jumat, 8 Agustus 2014.

Inul Vizta dilaporkan melanggar Undang-Undang Hak Cipta Pasal 2 Ayat 1, Pasal 72, Pasal 49 Ayat 1 dan
UU. No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Pemegang saham terbesar Inul Vizta, pedangdut Inul Daratista, belum berkomentar atas kasus dugaan
pelanggaran hak cipta yang dilayangkan Nagaswara tersebut.

Sebetulnya, ini bukan kali pertama karaoke Inul Vizta tersandung masalah. Pada 2009, Andar Situmorang
pernah mengajukan gugatan kepada Inul Daratista sebagai pemegang saham terbesar PT Vizta Pratama
yang menaungi outlet karaoke Inul Vizta.

Andar mengajukan gugatan materi Rp5,5 triliun karena 171 lagu ciptaan komponis nasional, (alm) Guru
Nahum Situmorang berada di 20 outlet Inul Vizta tanpa izin. Gugatan yang diproses di Pengadilan Negeri
Tata Niaga Jakarta Pusat akhirnya dimenangkan Inul.

Pada 2012, Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) mengadukan Inul Vizta ke Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat terkait lisensi penggunaan lagu. Namun, oleh pihak pengadilan, gugatan tersebut ditolak karena
salah konsep. Pada akhirnya, KCI dan Inul sepakat berdamai.

Pada Januari 2014, band Radja melaporkan Inul Vizta ke Mabes Polri karena dianggap menggunakan
lagu "Parah" tanpa izin. Inul terancam hukuman 7 tahun penjara dan denda Rp5 miliar karena diduga
melanggar UU No. 19 th 2002 tentang Hak Cipta.
Kasus sengketa sepeda motor Tossa Krisma dengan Honda Karisma

Kasus ini berawal dari kesalahan penemu merek. Dilihat dengan seksama antara Krisma dan
Karisma memiliki penyebutan kata yang sama. Tossa Krisma diproduksi oleh PT.Tossa Sakti,
sedangkan Honda Karisma diproduksi oleh PT.Astra Honda Motor. PT.Tossa Sakti tidak dapat
dibandingkan dengan PT.Astra Honda Motor (AHM), karena PT.AHM perusahaan yang mampu
memproduksi 1.000.000 unit sepeda motor per tahun. Sedangkan PT.Tossa Sakti pada motor
Tossa Krisma tidak banyak konsumen yang mengetahuinya, tetapi perusahaan tersebut
berproduksi di kota-kota Jawa Tengah, dan hanya beberapa unit di Jakarta.

Permasalahan kasus ini tidak ada hubungan dengan pemroduksian, tetapi masalah penggunaan
nama Karisma oleh PT.AHM. Sang pemilik merek dagang Krisma (Gunawan Chandra),
mengajukan gugatan kepada PT.AHM atas merek tersebut ke jalur hukum. Menurut beliau,
PT.AHM telah menggunakan merek tersebut dan tidak sesuai dengan yang terdaftar di Direktorat
Merek Dirjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM. Bahkan PT.AHM
diduga telah menggunakan merek tidak sesuai prosedur, karena aslinya huru Karisma di desain
dengan huruf balok dan berwarna hitam putih, sedangkan PT.AHM memproduksi motor tersebut
dengan tulisan huruf sambung dengan desain huruf berwana.
Akhirnya permohonan Gunawan Chandra dikabulkan oleh hakim Pengadilan Niaga Negeri.

Namun, PT.AHM tidak menerima keputusan dari hakim pengadilan, bahkan mengajukan
keberatan melalui kasasi ke Mahkamah Agung. PT.AHM menuturkan bahwa sebelumnya
Gunawan Chandra merupakan pihak ketiga atas merek tersebut. Bahkan, beliau menjiplak nama
Krisma dari PT.AHM (Karisma) untuk sepeda motornya. Setelah mendapat teguran, beliau
membuat surat pernyataan yang berisikan permintaan maaf dan pencabutan merek Krisma untuk
tidak digunakan kembali, namun kenyataannya sampai saat ini beliau menggunakan merek
tersebut.

Hasil dari persidangan tersebut, pihak PT.Tossa Sakti (Gunawan Chandra) memenangkan kasus
ini, sedangkan pihak PT.AHM merasa kecewa karena pihak pengadilan tidak
mempertimbangkan atas tuturan yang disampaikan. Ternyata dibalik kasus ini terdapat
ketidakadilan bagi PT.AHM, yaitu masalah desain huruf pada Honda Karisma bahwa pencipta
dari desain dan seni lukis huruf tersebut tidak dilindungi hukum.

Dari kasus tersebut, PT.AHM dikenakan pasal 61 dan 63 Undang-Undang No.15 Tahun 2001
tentang merek sebagai sarana penyelundupan hukum. Sengketa terhadap merek ini terjadi dari
tahun 2005 dan berakhir pada tahun 2011, hal ini menyebabkan penurunan penjualan Honda
Karisma dan pengaruh psikologis terhadap konsumen. Kini, PT.AHM telah mencabut merek
Karisma tersebut dan menggantikan dengan desain baru yaitu Honda Supra X dengan bentuk
hampir serupa dengan Honda Karisma.

Anda mungkin juga menyukai