Anda di halaman 1dari 22

ANATOMI FISIOLOGI

Anatomi dan Fisiologi Sistem Getah Bening/Limfatik dan

Imunitas Tubuh

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

ACHMAD YANUAR FERDIANSYAH (P21345121001)

ALVIRA OKTAVIANI (P21345121007)

DYAH GAYATRI AS SIFA (P21345121024)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 2

PRODI D3 SANITASI

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2021
Kata pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah “Anatomi
dan fisiologi sistem getah bening/limfatik dan imunitas tubuh” dapat selesai pada
waktunya. Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Dra. Tjipto Rini, M. Kes selaku dosen,
dan kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan makalah dari awal hingga
selesai.

Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga penyajian makalah selanjutnya
dapat kami tingkatkan. Semoga makalah ini dapat membantu mengantarkan para pembaca
untuk mencapai sukses dalam pendidikan, kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Jakarta, 17 Oktober 2021

Penulis

i
Daftar isi
Kata pengantar............................................................................................................................i
Daftar isi.....................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan.....................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Definisi dan Fungsi Sistem Limfatik...........................................................................3
2.1.1 Definisi Sistem Limfatik......................................................................................3
2.1.2 Fungsi Sistem Limfatik........................................................................................3
2.2 Nodus Limfe, Proses Aliran Limfa, dan Gangguan SIstem Limfatik.........................4
2.2.1 Nodus Limfe.........................................................................................................4
2.2.2 Proses Aliran Limfa.............................................................................................4
2.2.3 Pembuluh Limfa...................................................................................................6
2.2.4 Organ Limfatik.....................................................................................................7
2.2.5 Gangguan Sistem Limfatik..................................................................................8
2.3 Sistem Imunitas...........................................................................................................9
2.3.1 Imunitas Aktif......................................................................................................9
2.3.2 Imunitas Pasif.....................................................................................................10
2.4 Pertahanan Spesifik...................................................................................................11
2.4.1 Definisi...............................................................................................................11
2.4.2 Karakteristik.......................................................................................................11
2.4.3 Komponen Respon Imun....................................................................................12
2.5 Pertahanan Non Spesifik...........................................................................................12
2.6 Sel sel yang terlibat dalam respon imun....................................................................14
2.6.1 Sel Limfosit T....................................................................................................14
2.6.2 Sel Limfosit B....................................................................................................14
2.6.3 Sel NK (Natural Killer Cells).............................................................................15
2.7 Kelainan/Gangguan Respon Imun.............................................................................15
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................17
Daftar Pustaka..........................................................................................................................18

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem limfatik merupakan suatu jalur tambahan tempat cairan dapat mengalir dari
ruang interstisial ke dalam darah. Hal yang terpenting, sistem limfatik dapat
mengangkut protein dan zat-zat berpartikel besar keluar dari ruang jaringan, yang tidak
dapat dipindahkan dengan proses absorpsi langsung ke dalam kapiler darah.
Pengembalian protein ke dalam darah dari ruang interstisial ini merupakan fungsi yang
penting dan tanpa adanya fungsi tersebut, kita akan meninggal dalam waktu 24 jam.

Pembentukan cairan limfe berasal dari cairan interstisial yang mengalir ke dalam sistem
limfatik. Cairan limfe yang pertama kali mengalir dari setiap jaringan mempunyai
komposisi yang hampir sama dengan cairan interstisial. Sistem limfatik juga
merupakan salah satu jalan utama untuk obsorpsi zat makanan dari saluran cerna
terutama absorpsi lemak. Setelah menyantap makanan berlemak cairan limfe dalam
duktus torasikus kadang-kadang mengandung 1-2 % lemak.

Sistem imun adalah bagian terpenting dari sistem pertahanan tubuh (Baratawidjaja dan
Rengganis, 2004). Sistem imun melindungi tubuh dari masuknya berbagai
mikroorganisme seperti bakteri dan virus yang banyak terdapat di lingkungan hidup.
Dengan adanya sistem imun, tubuh mampu mempertahankan diri dari infeksi yang
dapat disebabkan oleh mikroorganisme, dimana mikroorganisme akan selalu mencari
inang untuk diinfeksi. Penurunan sistem imun akan meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi.

Mekanisme pertahanan tubuh terhadap agen infeksi yang masuk ke dalam tubuh terdiri
dari spesifik dan nonspesifik. Salah satu sistem imun spesifik yang berperan adalah
antibodi (Kresno, 2010). Antibodi imunoglobulin G paling penting dalam penyakit
yang diinduksi oleh toksin, penyakit mikroba dengan polisakarida kapsul sebagai
penentu virulensi, dan pada pencegahan beberapa infeksi virus (Baratawidjaja dan
Rengganis, 2012; Roeslan, 2002). Sistem imun spesifik hanya akan aktif ketika tubuh
telah terpapar oleh suatu antigen.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari anatomi sistem limfatik?
2. Apa saja fungsi dari sistem limfatik?
3. Bagaimana proses Aliran Limfa?
4. Apa definisi dari Sistem Imunitas?
5. Apa saja Sel sel yang terlibat dalam respon imun?
6. Apa saja Kelainan/Gangguan dari Respon Imun?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Dapat mengetahui definisi dari anatomi sistem limfatik
2. Dapat mengetahui fungsi dari sistem limfatik
3. Dapat mengetahui proses Aliran Limfa
4. Dapat mengetahui definisi dari Sistem Imunitas
5. Dapat mengetahui Sel sel yang terlibat dalam respon imun
6. Dapat mengetahui Kelainan/Gangguan dari Respon Imun

2
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Fungsi Sistem Limfatik


2.1.1 Definisi Sistem Limfatik
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi
mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa)
berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke
dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa
melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem
sirkulasi.

Limpa adalah kelenjar tanpa saluran (ductless) yang berhubungan erat dengan
sistem sirkulasi dan berfungsi menghancurkan sel darah merah tua. Limpa
termasuk salah satu organ sistem limfoid, selain timus, tonsil, dan kelenjar
limfe. Limpa merupakan organ limfoid terbesar dan terletak di bagian
depan dan dekat punggung rongga perut di antara diafragma dan lambung.
Secara anatomis, tepi limpa yang normal berbentuk pipih. Fungsi limpa yaitu
mengakumulasi limfosit dan makrofaga, degradasi eritrosit, tempat cadangan
darah, dan sebagai organ pertahanan terhadap infeksi partikel asing yang masuk
ke dalam darah.

Limpa dibungkus oleh kapsula, yang terdiri atas dua lapisan, yaitu satu lapisan
jaringan penyokong yang tebal dan satu lapisan otot halus. Perpanjangan
kapsula ke dalam parenkim limpa disebut trabekula. Trabekula mengandung
arteri, vena, saraf, dan pembuluh limfe. Parenkim limpa disebut pulpa yang
terdiri atas pulpa merah dan pulpa putih. Pulpa merah berwarna merah gelap
pada potongan limpa segar. Pulpa merah terdiri atas sinusoid limpa. Pulpa putih
tersebar dalam pulpa merah, berbentuk oval dan berwarna putih kelabu.

2.1.2 Fungsi Sistem Limfatik


Adapun fungsi dari sistem limfa, yaitu:

a. Mengangkut limfosit.
b. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke sirkulasi darah.
c. Membawa lemak emulsi dari jaringan sekitar usus halus ke darah.

3
d. Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan
penyebaran.
e. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat imun (antibodi)
untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme

2.2 Nodus Limfe, Proses Aliran Limfa, dan Gangguan SIstem Limfatik
2.2.1 Nodus Limfe
Nodus limfa merupakan organ yang berbentuk kacang atau oval yang terletak
sering berkumpul disepanjang pembuluh limfe. Limfe mengalir melalui
sejumlah nodus biasanya 8-10 nodus sebelum kembali ke sirkulasi vena. Nodus
ini memiliki berbagai ukuran yaitu sebagian berukuran kecil seperti kepala
peniti dan yang paling besar berukuran sebesar almond.

Sebuah kelenjar limfe mempunyai pinggiran yang cembung dan yang cekung.
Pinggiran yang cekung disebut hilum. Sebuah kelenjar terdiri atas jaringan
fibrus, jaringan otot, dan jaringan kelenjar. Disebelah luar, jaringan limfe
terbungkus oleh kapsul fibrus. Dari sini keluar tajuk-tajuk dari jaringan otot dan
fibrus, yaitu trabeculae, masuk kedalam kelenjar dan membentuk sekat-sekat.
Ruangan diantaranya berisi jaringan kelenjar, yang mengandung banyak sel
darah putih atau limfosit.

Pembuluh limfe aferen menembus kapsul dipinggiran yang cembung dan


menuangkan isinya kedalam kelenjar. Bahan ini bercampur dengan benda-benda
kecil daripada limfe yang banyak sekali terdapat didalam kelenjar dan
selanjutnya campuran ini dikumpulkan pembuluh limfe aferen yang
mengeluarkan melalui hilum. arteri dan vena juga masuk dan keluar kelenjar
melalui hilum. Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai ditempat-tempat
terbentuknya limfosit. Kelompok-kelompok utama terdapat didalam leher, axila,
torax, abdomen, dan lipatan paha. Nodus limfa diselubungi jaringan ikat longgar
yang membagi nodus menjadi nodulus-nodulus. Tiap nodulus mengandung
ruang-ruang (sinus) yang berisi limfosit dan makrofag. Saat cairan limfa
melewati sinus maka makrofag akan memakan bakteri dan mikroorganisme.

2.2.2 Proses Aliran Limfa


Proses jalan limfe dimulai dari keluarnya cairan, yang disebut cairan interstisiil
yang mengandung zat-zat makanan didalamnya, keluar dari kapiler darah.

4
Setelah keluar dari kapiler darah kemudian masuk ke dalam jaringan-jaringan
disekelilingnya. Kemudian cairan interstisiil ini akan memberikan zat-zat
makanan dari jaringan. Kemudian setelah itu cairan tersebut akan berkumpul di
lekak-lekak jaringan yang kecil sekali. Dari lekak-lekak tersebut limfe
mengalir melalui jalan-jalan limfe. Proses masuknya seperti pada susunan
jalan darah, pertama limfe itu masuk kedalam kapiler. Antara kapiler yang satu
dengan yang lain bertemu dan akhirnya menjadi besar, yaitu pembuluh limfe.
Pada akhirnya jalan-jalan limfe akhirnya menjadi dua buah, yaitu ductus
thoracicus dan ductus lymphaticus dexter. Ductus thoracicus ini dimulai dari
sebuah perluasan yang dinamakan systerna cycli.

Pada ductus thoracicus ini menerima limfe dari isi badan dari seluruh pasangan
belakang dari dinding dada, dinding perut, daerah bahu sebelah kiri, leher
sebelah kiri dan kepala sebelah kiri. Sedangkan untuk truncus lymphaticus
dexter, pangkalnya menereima limfe dari sebagian besar dinding dada sebelah
kanan, kepala sebelah kanan, leher sebelah kanan dan bahu sebelah kanan,
kelenjar limfe yang ada ditempat semuanya itu berkumpul di kelenjar limfe
sebelah kanan, yang terletak di dekat dada. Dari perkumpulan tersebut terdiri
dari 3-4 pangkal, dan akhirnya menjadi satu yaitu ductus lymphaticus dexter.

Pembuluh limfe ini lebih kecil dan dindingnya lebih tipis dari pembuluh darah.
Sebelum limfe dialirkan kedalam darah limfe ini akan disaring di nodus-nodus
limfatikus. Karena limfe saat di lekak-lekak jaringan dapat terdapat kuman
penyakit dan benda-benda debu seperti zat arang, sebelum dialirkan ke dalam
pembuluh darah limfe-limfe tersebut disaring terlebih dahulu. Pembersihan
tersebut terjadi di nodus limfatikus atau di kelenjar-kelenjar limfe. Dan kuman-
kuman tersebut yang tertahan disana akan dimusnahkan oleh limfosit yang
terdapat di kelenjar-kelenjar limfe. Terkadang terdapat kuman yang lebih kuat,
hal demikian dapat terjadi, bila terdapat kuman-kuman nanah, dan akibatnya
kelenjar tersebut akan bernanah. Dan kelenjar-kelanjar limfe juga bisa berwarna
hitam bila terdapat seperti zat arang. Setelah masuk ke vasa darah, limfe
tersebut pertama akan dibawa ke ginjal, di ginjal tersebut zat-zat yang ada di
dalam cairan tersebut akan dikeluarakan. Di dalam pembuluh limfe juga
terdapat klep-klep sehingga cairan limfe tidak bisa kembali.

5
2.2.3 Pembuluh Limfa
Ada 2 saluran utama yaitu duktus torasikus dan duktus limfe kanan

a. Ductus Limfaticus Dexter (Pembuluh Limfe Kanan) Pembuluh limfe ini


mengangkut limfe yang berasal dari kepala, dada sebelah kanan, dan
lengan kanan. Pembuluh limfe kanan bermuara pada pembuluh balik di
bawah vena subclavia dextra (vena yang melewati tulang selangka
sebelah kanan).
b. Ductus Thoracicus (Pembuluh Limfe Dada) Pembuluh ini mengangkut
limfe yang berasal dari bagian tubuh lain dan bermuara ke pembuluh
balik di bawah vena subclavia sinestra (vena yang melewati tulang
selangka kiri). Pembuluh limfe dada juga merupakan tempat
bermuaranya pembuluh kil atau pembuluh lemak, yaitu pembuluh yang
mengumpulkan asam lemak yang diserap dari usus. Lemak inilah yang
menyebabkan cairan limfe berwarna kuning keputih-putihan.

Limfe berasal dari cairan seluruh bagian tubuh. Hal ini memungkinkan di dalam
limfe terdapat kuman-kuman penyakit. Kuman-kuman penyakit ini perlu difilter
oleh pembuluh limfe. Proses ini dilakukan oleh kelenjar limfe. Jadi, bila
terdapat kuman pada suatu luka, maka kuman tersebut akan dibinasakan
sebelum masuk ke dalam sirkulasi darah. Di dalam tubuh manusia terdapat
beberapa kelenjar tubuh sebagai berikut:

a. Kelenjar limfe di lipat siku, ketiak, lipatan paha, lutut, dan leher.
b. Kelenjar limfe di selaput lendir usus.
c. Kelenjar folikel di pangkal lidah.
d. Tonsil.
e. Adenoid di dinding tekak

Sistem sirkulasi limfe juga mempunyai beberapa fungsi penting di dalam tubuh
di antaranya sebagai berikut:

a. Mengambil kelebihan cairan di dalam jaringan dan mengirimkannya ke


darah.

6
b. Mengabsorpsi lemak dan asam laktat di usus halus dan mengangkutnya
ke darah.Membantu mempertahankan tubuh dari penyakit yaitu
dengan melawan bibit penyakit yang masuk, menyaring racun yang
dihasilkan oleh bibit penyakit tersebut, serta membentuk antibodi.

2.2.4 Organ Limfatik


a. Organ Limfatik Primera.
1) Sumsum Tulang Merah: merupakan jaringan penghasil
limfosit. Sel-sel limfosit yang dihasilkan tersebut akan
mengalami perkembangan. Limfosit yang berkembang di dalam
sumsum tulang akan menjadi limfosit B. Sedangkan limfosit
yang berkembang di dalam kelenjar timus akan menjadi limfosit
T. Limfosit-limfosit ini berperan penting untuk melawan
penyakit.
2) Kelenjar Timus: memiliki fungsi spesifik, yaitu tempat
perkembangan limfosit yang dihasilkan dari sumsum merah
untuk menjadi limfosit T. Timus tidak berperan dalam
memerangi antigen secara langsung seperti pada organ-organ
limfoid yang lain. Untuk memberikan kekebalan pada limfosit T
ini, maka timus mensekresikan hormon tipopoietin.
b. Organ Limfatik Sekundera
1) Nodus Limfe: berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan
terdapat di sepanjang pembuluh limfe. Nodus limfa terbagi
menjadi ruangan yang lebih kecil yang disebut nodulus. Nodulus
terbagi menjadi ruangan yang lebih kecil lagi yang disebut sinus.
Di dalam sinus terdapat limfosit dan makrofag. Fungsi nodus
limfa adalah untuk menyaring mikroorganisme yang ada di
dalam limfa. Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam leher,
axial, thorax, abdomen, dan lipatan paha.
2) Limpa: Limpa merupakan organ limfoid yang paling besar.
Kelenjar yang dihasilkan dari limpa berwarna ungu tua. Limpa
terletak di belakang lambung. Fungsi limpa antara
lain:membunuh kuman penyakit;membentuk sel darah putih

7
(leukosit) dan antibodi;menghancurkan sel darah merah yang
sudah tua.
3) Nodulus Limfatikus: merupakan sekumpulan jaringan limfatik
yang tersebar di sepanjang jaringan ikat yang terdapat pada
membran mukus yang membatasi dinding saluran pencernaan,
saluran reproduksi, saluran urin, dan saluran respirasi. Beberapa
bentuk nodulus limfatikus yaitu tonsil dan folikel limfatik. Tonsil
terdapat di tenggorokan. Folikel limfatik terdapat di permukaan
dinding usus halus. Letak nodulus limfatikus sangat strategis
untuk berperan dalam respon imun melawan zat asing yang
masuk dalam tubuh melalui pencernaan atau pernafasan.

2.2.5 Gangguan Sistem Limfatik


Penyakit dan gangguan dari sistem limfatik biasanya diobati oleh
immunologists. Ahli bedah vaskular, ahli kulit, ahli kanker dan physiatrists juga
terlibat dalam pengobatan berbagai penyakit limfatik. Ada juga terapis
lymphedema yang mengkhususkan diri dalam drainase manual dari sistem
limfatik.
a. Lymphedema adalah pembengkakan kronis pada tungkai yang
disebabkan oleh akumulasi cairan getah bening yang terjadi jika sistem
limfatik rusak atau tidak berfungsi dengan baik. Sementara anggota
badan biasanya terlibat, wajah, leher dan perut mungkin juga
terpengaruh. Banyak mengembangkan terapi kanker gangguan berikut–
terutama kanker payudara di mana kelenjar getah bening di bawah
lengan dikeluarkan–infeksi berulang, luka atau bedah vaskuler
b. Limfoma Hodgkin adalah jenis kanker yang biasanya terjadi ketika sel-
sel darah putih dalam tubuh menjadi sakit atau rusak.
c. Penyakit Castleman disebabkan oleh tumor jinak yang mempengaruhi
kelenjar getah bening. Meskipun tidak secara khusus kanker, itu adalah
mirip dengan limfoma dan sering diobati dengan kemoterapi. Penyakit
Castleman terlokalisasi mempengaruhi kelenjar getah bening perut dan
dada. Penyakit multisenter Castleman mempengaruhi lebih dari satu
daerah kelenjar getah bening serta limfoid yang mengandung organ
seperti limpa.

8
d. Lymphangiomatosis adalah penyakit yang melibatkan beberapa kista
atau lesi yang terbentuk dari pembuluh limfatik. Dalam gajah, infeksi
pada pembuluh limfatik menyebabkan penebalan kulit dan pembesaran
jaringan di bawahnya, terutama di kaki dan alat kelamin.
e. Lymphangiosarcoma adalah tumor jaringan lunak ganas, sedangkan
limfangioma adalah tumor jinak yang terjadi sering berkaitan dengan
sindrom Turner.
f. Lymphangioleiomyomatosis adalah tumor jinak otot polos limfatik di
paru-paru.
g. Leukemia limfoid dan limfoma disebut “leukemia” ketika dalam darah
atau sumsum dan “lymphoma” ketika berada di jaringan limfatik.
h. Filiaris limfatik adalah penyakit di mana cacing parasit menyusup sistem
getah bening melalui gigitan nyamuk. Sekitar 120 juta orang di seluruh
dunia terkena penyakit ini.

2.3 Sistem Imunitas


Sistem imunitas (pertahanan tubuh) adalah sistem yang berperan penting dalam
menjaga kesehatan tubuh kita atau munitas adalah kemampuan tubuh untuk menahan
atau menghilangkan benda asing atau sel abnormal yang berpotensi merugikan
(Lauralee Sherwood, 2012) dan merupakan kelompok sel, molekul, dan organ yang
bekerja sama untuk mempertahankan tubuh terhadap serangan benda asing yang dapat
menyebabkan penyakit, seperti bakteri, virus, jamur, atau sel yang abnormal (Arif
Priadi, 2009).

Sistem imunitas manusia terdiri atas organ limfatik primer (sumsum tulang merah,
kalenjar timus) dan organ limfatik sekunder (limpa, nodus limfa, tonsil). Didalam
tubuh, sistem tersebut dapat mengenali dan membedakan antara materi asing yang
berasal dari luar tubuh (debu, virus, dan mikroba) dengan materi dari dalam tubuh.
Mekanisme pertahanan tubuh manusia dibedakan atas respons nonspesifik dan respons
spesifik.

2.3.1 Imunitas Aktif


Imunitas aktif merupakan kekebalan tubuh yang diperoleh dari dalam tubuh,
karena tubuh membuat antibodi sendiri. Jenis kekebalan ini dapat terbentuk baik
secara alami ataupun buatan. Kekebalan aktif alami (natural immunity) adalah

9
kekebalan tubuh yang diperoleh tubuh setelah seseorang sembuh dari serangan
suatu penyakit. Sebagai contoh, orang yang pernah terserang penyakit seperti
cacar air, campak, dan gondongan tidak akan terserang penyakit yang sama
untuk kedua kalinya. Sebab, tubuh yang terserang sudah begitu kenal atau tidak
asing dengan antigen yang menyerang. Akibatnya, darah membentuk antibodi
untuk melawan antigen tersebut. Selain secara alami, kekebalan aktif dapat
diperoleh secara buatan. Kekebalan aktif buatan (induced immunity) diperoleh
dari luar tubuh, yakni setelah tubuh mendapatkan vaksinasi. Vaksinasi
merupakan proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh supaya tubuh
membentuk antibodi sehingga kebal terhadap suatu penyakit. Sementara vaksin
ialah kuman penyakit yang sudah dilemahkan atau dijinakkan sehingga tidak
berbahaya bagi tubuh.

2.3.2 Imunitas Pasif


Imunitas pasif merupakan kekebalan yang diperoleh bukan dari antibodi yang
disintesis dalam tubuh, melainkan tinggal memakainya saja. Seperti halnya
kekebalan aktif, kekebalan pasif juga terjadi secara alami dan buatan.
Kekebalan pasif alami adalah kekebalan yang diperoleh bukan dari tubuhnya
sendiri, melainkan dari tubuh orang lain. Misalnya kekebalan bayi yang
diperoleh dari ibunya. Ketika masih dalam kandungan, bayi mendapatkan
antibodi dari ibunya melalui plasenta dan tali pusat. Kemudian setelah lahir,
bayi mendapatkan antibodi dari ASI eksklusif melalui proses menyusui.
Sedangkan kekebalan pasif buatan adalah kekebalan yang diperoleh dari
antibodi yang sudah jadi dan terlarut dalam serum. Sepintas antibodi ini mirip
dengan vaksin. Perbedaannya yakni vaksin bersifat sementara, sedangkan serum
dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama. Bahkan dapat
digunakan seumur hidup. Sebagai contoh adalah suntikan ATS (Anti Tetanus
Serum) dan suntikan IG (Globulin Imun).

Sistem pertahanan tubuh ibarat benteng yang melindungi tubuh dari serangan
berbagai macam antigen. Akan tetapi, adakalanya sistem pertahanan tubuh
justru menyerang dan merusak tubuh itu sendiri. Keadaan semacam ini disebut
dengan autoimun. Menurut beberapa penelitian, penyakit autoimun lebih
banyak menyerang wanita daripada pria, khususnya wanita usia produktif.
Penyakit ini tidak menular, namun memiliki kecenderungan bersifat menurun.

10
Seseorang dikatakan menderita autoimun apabila sistem pertahanan tubuhnya
mengalami kesalahan. Kesalahan ini ditandai dengan penyerangan antibodi hasil
sintesis tubuh terhadap sel, jaring-an dan organ di dalam tubuh yang sama.
Akibatnya, sistem kekebalan tubuh mengalami peradangan.Autoimun pada
manusia kebanyakan menyebabkan timbulnya penyakit.

2.4 Pertahanan Spesifik


2.4.1 Definisi
Sistem pertahanan tubuh spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap patogen
tertentu yang masuk ke tubuh. Sistem ini bekerja apabila pathogen telah berhasil
melewati sistem pertahanan tubuh nonspesifik. Sistem pertahanan tubuh spesifik
disebut juga dengan sistem kekebalan tubuh atau sistem imun. Sistem kekebalan
tubuh terbentuk karena adanya peran antigen dan antibodi. Pertahanan tubuh
secara spesifik dilakukan oleh antibodi yang dibentuk oleh limfosit karena
adanya antigen yang masuk ke tubuh. Limfosit terdiri atas dua tipe, yaitu
limfosit B (sel B) dan limfosit T (sel T).

Sistem pertahanan spesifik terutama tergantung pada sel-sel limfoid. Ada dua
populasi utama sel limfoid, yaitu sel T dan sel B. Rasio sel T terhadap sel B
sekitar 3:1. Limfosit berkembang pada organ limfoid primer, sel T berkembang
di timus, sedangkan sel B di hepar janin atau di sumsum tulang. Kedua jenis sel
tersebut kemudian akan bermigrasi ke jaringan limfoid sekunder, tempatnya
merespon antigen (Wahab dan Julia, 2002).

2.4.2 Karakteristik
a. Jutaan antigen yang berbeda terjadi diversifikasi limfosit selama proses
maturasi
b. Imunitas terbentuk setelah terkena antigen
c. Imunitas hasil kerja limfosit B dan limfosit T. Sel B matur di bone marrow,
sel T matur di kelenjar thymus
d. Limfosit B membuat sel plasma menghasilkan antibodi, protein yang
mampu menetralkan antigen. Antibodi ini disekresikan ke darah, limfa, dan
cairan tubuh lain.
e. Limfosit T menyerang langsung ke sel yang terkena antigen. Sel T yang lain
mengatur respons imun.

11
f. Limfosit mengenal antigen karena memiliki molekul reseptor pada
permukaannya. Reseptor dan antigen sering disebut lock and key.
g. Bekerja ketika pertahanan non spesifik gagal.

2.4.3 Komponen Respon Imun

Sistem imun dilengkapi dengan kemampuan untuk memberikan respons imun


non spesifik, misalnya fagositosis, maupun kemampuan untuk memberikan
respons imun spesifik yang dilakukan oleh sel-sel dan jaringan limfoid yang
tergolong kedalam system limforetikuler. Sistem ini terdiri atas sejumlah organ
limfoid yaitu:

a. Kelenjar timus
b. Kelenjar limfe
c. Limfa
d. Tonsil

Berbagai jenis sel serta jaringan diluar organ limfoid, seperti:

a. Peyer,s patches yang terdapat pada dinding usus


b. Jaringan limfoid yang membatasi saluran nafas dan saluran urogenital
c. Jaringan limfoid dalam sumsum tulang dan dalam darah

Sistem limforetikuler inilah yang merupakan system kendali dari semua


mekanisme respons imun. Disamping system limforetikuler diatas, masih ada
unsur-unsur lain yang berperan dalam mekanisme respons imun, dan faktor
faktor humoral lain diluar antibodi yang berfungsi menunjang mekanisme
tersebut.

2.5 Pertahanan Non Spesifik


Pertahanan tubuh nonspesifik merupakan respons pertama terhadap patogen yang
masuk ke dalam tubuh. Pertahanan tubuh nonspesifik berfungsi untuk melawan
berbagai jenis infeksi yang umum terjadi tanpa melibatkan adanya proses seleksi dan
memori terhadap jenis patogen tertentu.

Respon imun nonspesifik pada umumnya merupakan imunitas bawaan (innate


immunity), artinya bahwa respon terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh dapat

12
terjadi walaupun tubuh belum pernah terpapar pada zat tersebut. Respon imun
nonspesifik dapat mendeteksi adanya zat asing dan melindungi tubuh dari kerusakan
yang diakibatkannya, tetapi tidak mampu mengenali dan mengingat zat asing tersebut.
Komponen-komponen utama respon imun nonspesifik adalah pertahanan fisik,
kimiawi, humoral dan selular. Pertahanan ini meliputi epitel dan zat-zat antimikroba
yang dihasilkan dipermukaannya, berbagai jenis protein dalam darah termasuk
komplemen komplemen sistem komplemen, mediator inflamasi lainnya dan berbagai
sitokin, selsel fagosit yaitu sel-sel polimorfonuklear, makrofag dan sel natural killer
(NK) (Kresno, 2010). Mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik dibagi menjadi 2 tahap,
diantaranya:

a. Pertahanan Garis pertama


Pertahanan garis pertama dibedakan menjadi pertahanan secara fisik dan
kimiawi. Pertahanan fisik merupakan barrier pertama yang mencegah patogen
masuk ke dalam tubuh. Pertahanan fisik diperankan oleh kulit, membrane
mukosa dan silia. Sedangkan pertahanan kimiawi merupakan senyawa kimia
hasil sekresi yang berfungsi untuk membunuh patogen yang masuk.

Beberapa contoh dari pertahanan kimiawi adalah keringat yang disekresikan


oleh kelenjar keringat pada kulit berfungsi untuk membunuh mikroorganisme.
Asam klorida (HCl) yang disekresikan oleh lambung berfungsi untuk
membunuh patogen yang masuk bersamaan dengan makanan. Mukus atau
lender di saluran pernafasan berperan untuk membunuh patogen yang masuk
bersama dengan udara. Kelenjar saliva dan air mata mengandung enzim lisozim
yang bersifat sebagai antibakteri.

b. Pertahanan Garis Kedua

Patogen yang berhasil melewati pertahanan garis pertama akan diatasi oleh
pertahanan garis kedua. Pertahanan garis kedua meliputi fagositosis, inflamasi,
demam, interferon, dan sistem komplemen.

 Fagositosis, adalah proses dimana sel fagosit menelan atau memakan sel lain
atau patogen.
 Inflamasi atau peradangan, merupakan respon tubuh terhadap suatu infeksi
yang ditandai dengan adanya pembengkakan, nyeri, panas, dan kemerahan.

13
 Demam yang merupakan suatu kondisi ditandai dengan naiknya suhu tubuh
diatas ambang normal. Demam berfungsi untuk menghambat penyebaran
dan pertumbuhan patogen yang masuk.
 Interferon merupakan suatu protein yang dihasilkan oleh leukosit akibat
adanya infeksi virus. Terdapat 3 jenis interferon yaitu IFN-α, IFN-β, dan
IFN-Y yang berfungsi untuk melawan virus.
 Sistem Komplemen, protein komplemen dapat memberikan respon
pertahanan dengan cara melekat pada dinding bakteri dan menyebabkan
pembentukan lubang pada dinding bakteri, sehingga cairan dan ion dari sel
bakteri akan keluar sehingga menyebabkan kematian sel bakteri.

2.6 Sel sel yang terlibat dalam respon imun


Respon imun diperantarai oleh berbagai sel dan molekul larut yang disekresi oleh sel-
sel tersebut. Sel-sel utama yang terlibat dalam reaksi imun adalah limfosit (sel B, sel T,
dan sel NK), fagosit (neutrofil,eosinofil, monosit, dan makrofag), sel asesori
(basofil,sel mast, dan trombosit), sel-sel jaringan, dan lain-lain. Bahan larut yang
disekresi dapat berupa antibodi, komplemen, mediator radang, dan sitokin. Walaupun
bukan merupakan bagian utama dari respon imun, sel-sel lain dalam jaringan juga dapat
berperan serta dengan memberi isyarat pada limfosit atau berespons terhadap sitokin
yang dilepaskan oleh limfosit dan makrofag.

2.6.1 Sel Limfosit T


Sel limfosit T merupakan sel-sel yang berasal dari sumsum tulang dan
mengalami maturasi di timus. Maturasi ini berfungsi untuk memberikan
kemampuan pada sel limfosit T membedakan sel terinfeksi dan sel normal. Ada
2 macam sel limfosit T yaitu sel limfosit T helper (sel T CD4 +) dan sel limfosit
T sitotoksik (sel T CD8+).

2.6.2 Sel Limfosit B


Sel B yaitu limfosit yang melakukan peran penting pada respon imun humoral
yang berbalik pada imunitas selular yang diperintah oleh sel T. Fungsi utama sel
limfosit B yaitu kepada menciptakan antibodi melawan antigen.

Sel B terbagi menjadi dua jenis:

 Sel B-1 atau sel B CD5

14
Merupakan sel B yang ditemukan pada ruang peritoneal dan pleural dan
memiliki kemampuan kepada berkembangbiak.
 Sel B-2 atau sel B konvensional
Merupakan sel B hasil sintesis sumsum tulang yang memenuhi plasma
darah dan jaringan sistem limfatik dan tidak memiliki kemampuan
kepada berkembangbiak.

2.6.3 Sel NK (Natural Killer Cells)


Sel NK adalah turunan limfosit yang mempunyai andil sangat besar
dalam sistem imun bawaan. Jumlah sel NK adalah 10-15% dari semua limfosit
perifer darah. Sel NK termasuk dalam kelompok sel limfoid bawaan yaitu
kelompok sel limfoid namun bekerja pada sistem imun bawaan. Sel NK
mengekpresikan reseptor yang berbeda dengan turunan limfosit pada umumnya
yaitu tidak memiliki TCR, CD3, dan reseptor Ig.

Sel NK tidak menyerang sel yang mempunyai ekspresi protein MHC (sama


seperti sel T CD8), tetapi menyerang sel yang tidak memiliki ekspresi protein
MHC tubuh. Sel-sel dinamakan sel pembunuh alami karena sel-sel bisa
langsung beraksi tanpa membutuhkan aktivasi.

2.7 Kelainan/Gangguan Respon Imun


a. Autoimun
Gangguan autoimun atau gangguan sistem kekebalan tubuh menyebabkan aktivitas
yang tidak normal atau berlebihan pada sistem kekebalan tubuh, dimana tubuh
menyerang dan merusak jaringannya sendiri dan dapat menurunkan kemampuan
tubuh untuk melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh. Contoh penyakit
autoimun yaitu lupus eritomatosus, psoriasis, multiple sclerosisi dan lain-lain.

b. Alergi
Alergi atau hipersensitif merupakan suatu respons imun yang berlebihan terhadap
sesuatu yang biasanya tidak berbahaya. Sel metosit dan besofil adalah sel imun
yang terkait dengan alergi. Sedangkan antigen IgE mampu melawan antigen seperti
debu, serbuk sari dan spora. Respons terhadap alergi dapat terjadi dengan cepat dan
fatal, terutama jika menyebar keseluruh tubuh. Respons alergi dapat dihindari

15
dengan perlakuan tertentu dengan cara memberikan dosis kecil antigen sehingga
hanya sedikit antibody IgE yang dihasilkan.

c. Lupus
Lupus adalah kondisi di mana tubuh mengembangkan antibodi autoimun yang
dapat menempel pada jaringan di seluruh tubuh, seperti sendi, paru-paru, sel darah,
saraf, dan ginjal. Sel darah putih pada pengidap lupus justru menyerang tubuh
sendiri, sehingga kerap disebut penyakit autoimun.

d. Multiple scelioarsis
Adalah gangguan progresif yang terkait dengan sistem imun dan bisa merusak
lapisan pelindung saraf dan juga menyebabkan penurunan fungsi sel di otak dan
punggung.

e. Rheumatoid arthritis
Ini adalah suatu peradangan sendi yang bisa menghancurkan jaringan persendian
hingga bentuk tulang dan bisa menyebabkan cacat permanen jika tidak diobati.

f. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus, yaitu tipe I (insulin-dependent dibetes mellitus). Antibody
menyerang sel- sel beta di dalam pankreas yang memproduksi hormon insulin di
pankreas, dan para penderitanya memerlukan suntikan insulin untuk bertahan
hidup.

g. AIDS
AIDS atau Acquired Immuno-Deficiency Syndrome, merupakan penyakit
menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang akibat infeksi HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Virus HIV ini menyerang sel-sel T penolong (T helper).
Virus HIV bersifat dorman dalam tubuh manusia. Namun selama masa dorman
tersebut virus HIV dapat ditularkan kepada orang lain. Virus HIV ditularkan
melalui air mani, cairan vagina, darah, penggunaan jarum suntik yang tercemar HIV

16
dan berhubungan seks. HIV tidak menular melalui kontak fisik dan penggunaan
peralatan yang sama dengan penderita.

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi
mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa berasal dari plasma
darah yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya.
Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam
kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.

Adapun fungsi dari sistem limfa, yaitu:

a. Mengangkut limfosit.
b. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke sirkulasi darah.
c. Membawa lemak emulsi dari jaringan sekitar usus halus ke darah.
d. Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran.
e. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat imun (antibodi) untuk
melindungi tubuh terhadap mikroorganisme

Sistem imunitas (pertahanan tubuh) adalah sistem yang berperan penting dalam
menjaga kesehatan tubuh kita atau munitas adalah kemampuan tubuh untuk menahan
atau menghilangkan benda asing atau sel abnormal yang berpotensi merugikan.

Didalam tubuh, sistem tersebut dapat mengenali dan membedakan antara materi asing
yang berasal dari luar tubuh (debu, virus, dan mikroba) dengan materi dari dalam
tubuh. Mekanisme pertahanan tubuh manusia dibedakan atas respons nonspesifik dan
respons spesifik.

Respon imun diperantarai oleh berbagai sel dan molekul larut yang disekresi oleh sel-
sel tersebut. Sel-sel utama yang terlibat dalam reaksi imun adalah limfosit (sel B, sel T,
dan sel NK), fagosit (neutrofil,eosinofil, monosit, dan makrofag), sel asesori
(basofil,sel mast, dan trombosit), sel-sel jaringan, dan lain-lain.

17
18
Daftar Pustaka

Isnaeni, Wiwi. 2006.Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius

Snell. 1997. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC

Pearce. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia

Peters TR, Edwards KM. 2000. Cervical Lymphadenopathy and Adenitis. Pediatrics in
Review.(21);12.

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia, edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Syaifuddin, 2013. Fisiologi Tubuh Manusia. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Medika

http://eprints.undip.ac.id/44549/3/Dinda_Sekar_Paramitha_22010110120033_Bab2KTI.pdf

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4452531/10-penyakit-ini-termasuk-gangguan-
autoimun
https://www.scribd.com/doc/311441483/Makalah-Fisiologi-Ttg-Sistem-Limfatik-Dan-
Imunitas-Manusia

http://repository.unpas.ac.id/29209/8/BAB%20III%20%28NEW%29.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai