Disusun oleh
Sri Wahyuni
14201.09.17051
LAPORAN PENDAHULUAN
LEMBAR PENGESAHAN
( )
( ) ( )
Kepala Ruangan
( )
1.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI
1.2 PENGERTIAN
Faringitis akut adalah radang akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid pada
dinding faring (Rospa, 2011). Menurut Vincent (2004) Faringitis akut adalah infeksi pada
faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri
tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran limfonodi leher dan
malaise. Pendapat lain Faringitis merupakan peradangan akut membrane mukosa faring
dan struktur lain di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat dekat dengan hidung dan
tonsil, jarang terjadi hanya infeksi local faring atau tonsil. Oleh karena itu, pengertian
faringitis secara luas mencakup tonsillitis, nasofaringitis, dan tonsilofaringitis.
1.3 ETIOLOGI
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2008) Virus merupakan etiologi terbanyak
faringitis akut, terutama pada anak berusia < 3 tahun (prasekolah). Virus penyebab
penyakit respiratori seperti Adenovirus, Rhinovirus, dan virus parainfluenza dapat
menjadi penyebab faringitis. Virus Epstein Barr (Epstein Barr virus,EBV) dapat
menyebabkan faringitis, tetapi disertai dengan gejala infeksi mononikleosis seperti
splenomegali dan limfadenopati genelisata. Infeksi sistemik seperti infeksi virus campak,
virus Rubella, dan berbagai virus lainnya juga dapat menunjukan gejala faringitis akut.
Streptococcus ß hemolitikus grup A adalah bakteri penyebab terbanyak faringitis akut.
Bakteri tersebut mencakup 15 – 30 % dari penyebab faringitis akut pada anak.
Pendapat lain dikemukakan oleh Bibhat K Mandal (2006) etiologi dari faringitis akut
adalah :
1. Streptococcus pygenes
2. Virus EPSTEIN-BARR (EBV)
3. Corynebacterium diphtheria
1.4 KLASIFIKASI
1. Faringitis akut
Faringitis virus atau bakterialis akut adalah terjadi pada pilek biasa sebgai
akibat penyakit infeksi akut seperti eksantema atau influenza dan dari erbagai
penyebab yang tidak biasa. Radang tenggorokan yang disebabkan oleh virus dan
bakteri yaitu streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang
masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan
batuk. Faringitis ini terjadinya masih baru, belum berlangsung lama (mendadak).
2. Faringitis kronis
Radang tenggorokan yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama, biasanya
tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di
tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau
tinggal dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan, menderita batu
kronik, dan kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.
a. Faringitis kronis hiperflasi
Terjadi perubahan mukosa dinding posterior, tampak mukosa menebal.
b. faringitis kronis atrofi
sering timbul bersama dengan rinitis atrofi sehingga menimbulkanrangsangan serta
infeksi faring.
1.5 PATOFISIOLOGI
Menurut Arif Mansjoer (2007) pathofisiologi dari faringitis akut adalah penularan
terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel terkikis
maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan
sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung
menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah
dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu –
abu terdapat folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel dan bercak – bercak
pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan
membengkak sehingga timbul radang pada tenggorok atau faringitis.
patogenesis dari faringitis akut yaitu bakteri maupun virus dapat secara langsung
menginfasi mukosa faring yang kemudian menyebabkan respon peradangan lokal.
Rhinovirus menyebabkan iritasi mukosa faring sekunder akibat sekresi nasal. Sebagian
besar peradangan melibatkan nasofaring uvula, dan palatum mole. Perjalanan penyakitnya
ialah terjadi inokulasi dari agen infeksius di faring yang menyebabkan peradangan local,
sehingga menyebabkan eritema faring, tonsil, atau keduanya. Infeksi streptokokus
ditandai dengan invasi local serta penglepasan toksin ekstraseluler dan protease. Transmisi
dari virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi akibat kontak tangan dengan secret
hidung di bandingkan dengan kontak oral. Gejala akan tampak setelah masa inkubasi yang
pendek, yaitu 24-72 jam.
1.6 PATHWAY
1.7 MANIFESTASI KLINIS
Faringitis streptokokus sangat mungkin jika di jumpai tanda dan gejala berikut:
1. Awitan akut, disertai mual dan muntah
2. Faring hiperemis
3. Demam
4. Nyeri tenggorokan
5. Tonsil bengkak dengan eksudasi
6. Kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri
7. Uvula bengkak dan merah
8. Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder
9. Ruam skarlantina
10. Petikie palatum mole
Menurut Wong (2010) manifestasi klinik dari faringitis akut :
1. Demam (mencapai 40°C)
2. Sakit kepala
3. Anorexia
4. Dysphagia
5. Mual, muntah
6. Faring edema atau bengkak
1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Menggunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak, terdapat detritus, berupa
bercak , kelenjear submandibular membengkak dan nyeri tekan.
2. Pemeriksaan biposi
Jaringan pemeriksaan didapatkan di saluran pernafasan dengan menggunakan tehnik
endoskopi, jaringan tersebut akan diperiksa menggunakan mikroskopunutk mengetahu
adanya peradangan oleh virus atau bakteri
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan berupa sel darah putih, dan analisa gas darah
1.9 KOMPLIKASI
1. Demam scarlet, yang di tandai dengan demam dan bintik kemerahan.
2. Demam reumatik, yang dapat menyebabkan inflamasi sendi, atau kerusakan pada
katup jantung. Demam reumatik merupakan komplikasi yang paling sering terjadi
pada faringitis akut.
3. Glomerulonefritis, komplikasi berupa glomerulonefritis akut merupakan respon
inflamasi terhadap protein M spesifik. Komplek antigen- antibody yang terbentuk
berakumulasi pada glomerulus ginjal yang akhirnya menyebabkan glomerulonefritis
ini.
4. Abses peritonsilar biasanya disertai dengan nyeri faringeal, disfagia, demam dan
dehidrasi
1.10 PENATALAKSANAAN
1. Antibiotic golongan penicillin atau sulfanomida
2. Obat oral dengan penicillin
3. Tirah baring
4. Pemberian cairan yang adekuat
5. Diet ringan
6. Obat kumur hngat
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
2.1 IDENTITAS
1. Identitas anak
a. Nama : nama untuk mengenal dan memanggil agar menghindari dari kekeliruan
pada klien di RS
b. Umur : umur untuk mengantisipasi diagnose dan intervensi yang akan diberikan.
c. Tanggal lahir : dikaji untuk mengetahui umur klien.
d. Jenis kelamin : untuk mencocokan identitas sesuai dengan nama klien, gar
menghindari kekeliruan bila ada nama sama.
2. Identitas orang tua
a. Nama ; untuk memanggil atau mengenal juga untuk penanggung jawab
terhadap klien.
b. Umur : untuk mengetahui umur dari orang tua klien serta untuk mengetahui
apakah termasuk umur dewasa atau lansia karena berhubungan dengan
pengetahuan kleuarga.
c. Pekerjaan : jenis pekerjaan akan menunjukan tingkat keadaan ekonomi
keluarga yang dapat mempengaruhi keadaan kesehatan keluarga.
d. Alamat ; dicatat untuk mempermudah hubungan bila ada keadan mendesak dan
juga untuk emnghindari kekeliruan jika nama sama.
2.2 RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Umumnya mengatakan sakit tenggorok, penyebaran nyeri ke telinga, rasa
gatal/kering pada tenggorokan, disertai demam.
2. Riwayat penyakit sekarang
Mengatakan sakit tenggorok, rasa gatal/kering pada tenggorokan, demam, perubahan
pendengaran, suara parau/serak jika laring terkena.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
adanya faringitis sering mengenai tonsil, kaji apakah pengobatan adekuat,
pengobatan yang tak sempurna dapat memicu terjadinya Faringitis
4. Riawayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit faringitis.
2.3 POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola personal hygiene : klien akan enggan untuk melalukan oral hygine
2. Pola nutrisi : klien akan mengalami kesulitan makan karena kesulitan menelan atau
nyeri saat menelan, klien akan mengalami mual muntah, dan kehilangan nafsu
makan
3. Pola aktivitas : pola aktivitas akan menurun karena adanya kelemahan
4. Pola istirahat tidur : klien akan rewel karena berhubungan dengan hipertermia dan
adanya secret di jalan nafas sehingga menimbulkan ketidak nyamanan.
2.4 PERIKSAAN FISIK
1. Pada pemeriksaan leher aka nada nyeri tenggorokan dan kesulitan menelan
2. Pada pemeriksaan pernafasan biasanya klien Faringitis mengalami kesulitan
bernapas karena ada pembesaran pada tonsil yang hoperemis dan mengalami
peningkatansuhu tubuh.
3. Kebersihan mulut buruk
4. Pada pernapasan : Stridor inspirasi, bila menghebat akan terjadi sesak napas dan
retraksi otot-otot pernapasan, sianosis dan dispnea.
5. Pada pemeriksaan suhu tubuh biasanya klien akan mengalami suhu tubuh yang
tinggi karena berhubungan dengan proses imflamasi.
2.5 DIAGNOSA
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi,
2. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi tertahan
3. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
dan adekuat,
5. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan iritasi jalan napas atas,
2.6 INTERVENSI
No Diagnose SLKI SIKI
koeperawatan
1 Hipertermi b/d Tujuan: setelah dilakukan Manajemen hipertermi
proses imflamasi asuhan keperawatan selama 1. Identifikasi
3x24 jam diharapkan suhu penyebab hipertermi
menurun 2. Monitor suhu tubuh
Montor komplikasi
Kriteria Hasil :
akibat hipertermi
1. Termogulasi 4. Longgarkan atau
Indicator SA ST lepaskan pakaian
Suhu 2 5 Lakukan pendinginan
tubuh eksternal (kompres
Suhu kulit 2 5 dingin atau hangan
Menggigi 2 5 tepid sponge)
l 6. Kolaborasi
pemberian cairan
2. Tingkat kenyamanan dan elektrolit
Indicator SA ST intravena, jika perlu
Gelisah 2 5
Keluhan 2 5
panas
Menangi 2 5
s
Disusun Oleh :
Sri Wahyuni
14201.09.17051
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara batuk efektif dengan tehnik fisioterapi dada
2. Untuk mengetahui apa itu faringitis akut
3. Untuk mengetahui tanda gejala dari faringitis akut
1.3 SASARAN
Keluarga An. Z di ruang mawar 7 RS Islam lumajang
1.4 SUB POKOK PEMBAHASAN
1. Pengertian faringitis akut
2. Tanda gejala faringitis akut
3. Untuk mengetahui cara batuk efektif dengan tehnik fisioterapi dada
1.5 METODE
1. Tanya jawab
2. Ceramah
1.6 KRITERIA EVALUASI
1 Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di kamar mawar 7 RS Islam
Lumajang
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2 Evaluasi Proses
a. keluarga antusias terhadap materi penyuluhan
b. keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
c. keluarga dapat melakukan role play dengan benar
3 Evaluasi Hasil
Keluarga klien mengetahui tentang faringitis akut, tanda gejalanya, dan cara batuk
efektif.
1.7 KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap Wakt Kegiatan Penyuluh Peserta Metode Media
u
Pendahulua 5 1) memberi salam Menjawab Ceramah
n menit 2) memperkenalkan diri salam dan tanya
3) menjelaskan tujuan Mendengarkan jawab
penyuluhan memperhatika
4) menjelaskan pokok n
materi yang akan di Menjawab
sampaikan pertanyaan