TINJAUAN PUSTAKA
Virginia Henderson dalam Potter dan Perry (1997) dalam buku “Ilmu
Keperawatan Dasar” 2015, membagi kebutuhan dasar manusia membagi
kebutuhan dasar manusia ke dalam 14 komponen sebagai berikut.
a. Bernafas secara normal.
b. Makan dan minum yang cukup
c. Eliminasi (buang air besar dan kecil).
d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan.
e. Tidur dan istirahat.
f. Memilih pakaian yang tepat.
g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan
menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan.
h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan.
i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan
orang lain.
6
7
2. Kebutuhan Oksigenasi
a. Pengertian Oksigenasi
Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen
sangat diperlukan dalam proses metabolism tubuh. Masalah kebutuhan
oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Hal ini telah terbukti pada seseorang yang kekurangan oksigem
akan mengalami hipoksia dan bisa mengalami kematian (Andin & Yuni,
2017).
Proses pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilaakukan dengan cara
pemberian oksigen melalui saluran pernafasan, memulihkan dan memperbaiki
organ pernafasan agar berfungsi secara normal serta membebaskan saluran
pernafasan dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen.
Adina mengatakan bahwa Oksigenasi merupakan proses penambah O 2
ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna dan
tidak berbau, yang mutlak dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Akibat
oksigenisasi terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Walaupun begitu,
penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh, akan memberikan
dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
emosi, misalnya timbul rasa takut, cemas dan marah, akan mempercepat
denyut jantung sehingga kebutuhan oksigen meningkat.
4) Gaya Hidup
Gaya hidup mempengaruhi status oksigenasi, misalnya pada
seseorang perokok daoat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh
darah arteri. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan
vasokontraksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah koroner.
Akibatnya, suplai darah kejaringan menurun.
5) Status Kesehatan
Pada orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit
pernafasan, dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen
manunisa. Sebaliknya, pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem
pernafasan berfungsi dengan baik dengingga dapat memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh secara adekuat.
2) Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen
yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler.
Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab
lain hipoksia antara lain :
a) Menuruunya hemoglobin
b) Berkurangnya konsentrasi oksigen.
c) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen
d) Menurunnya difusi oksigen dari alveoli kedalam darah seperti pada
pneumonia
e) Menurunya perfusi jaringan seperti pada syok
f) Kerusakan atau gangguan ventilasi
Tanda-tanda hipoksia di antaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya
kemampuan konsentrasi. nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam,
sianosis, sesak napas, serta jari tabuh (clubbing fugur).
3) Gagal napas
Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi
kebutuhan karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat
sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas karbondioksida dan oksigen. Gagal
napas ditandai oleh adanya peningkatan karbondioksida dan penurunan
oksigen dalam darah secara signifikan. Gagal napas disebabkan oleh
gangguan sistem saraf pusat yang mengontrol pernapasan, kelemahan
neuromuskular, keracunan obat, gangguan metabolisme, kelemahan otot
pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
b. Keluhan utama
Keluhan utama akan membantu dalam mengkaji keluhan pasien tentang
kondisi saat ini untuk menentukan prioritas masalah dan intervensi
keperawatan. Keluhan utama yang biasa muncul pada pasien kanker paru
dengan gangguan pola nafas tidak efektif adalah sesak napas dan nyeri dada.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat penyakit sekarang di mulai dengan perawat
menanyakan tentang perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga pasien
meminta pertolongan dan dilakukannya pengkajian saat itu. Misalnya, sejak
kapan keluhan di rasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut
terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana pertama kali keluhan
timbul, apa yang dilakukan ketika keluhan terjadi, keadaan apa yang
memperberat dan memperingan keluhan, adakah usaha mengatasi keluhan ini
sebelum meminta pertolongan, berhasil atau tidakkah usaha tersebut dan
sebagainya.
Setiap keluhan utama harus ditanyakan kepada pasien sedetail-detailnya,
dan semuanya diterangkan pada riwayat penyakit sekarang. Pada umumnya,
beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala adalah lama
timbulnya (durasi), lokasi penjalarannya, sifat keluhan, berat ringannya,
mulai timbulnya, serta faktor-faktor yang memperingan atau memperberat,
dan gejala yang menyertainya.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu pada pasien kanker paru dengan gangguan pola
nafas tidak efektif adalah pasien memiliki riwayat penyakit Tuberkulosis.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada masalah pola nafas meliputi empat teknik , yaitu
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
1) Inspeksi
a) Kondisi kulit dan membran mukosa
b) Bagian dada (misalnya kontur rongga interkosta, diameter
antero posterior, struktur toraks, dan pergerakan dinding dada)
16
2. Diagnosa Keperawatan
Di dalam buku “Diagnosis Keperawatan” 2015 menjelaskan bahwa,
diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan.
Perumusan diagnose keperawatan biasanya terdiri dari respon manusia
(masalah/problem) atau disingkat “P”, faktor yang berhubungan (etiologi) atau
disingkat “E”, dan tanda dan gejala (symptom) atau yang disingkat “S” (Setiadi,
2012).
Menurut Amin & Hardhi 2016, diagnosa yang muncul pada pasien
Kanker Paru antara lain :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Gangguan pola nafas tidak efektif
c. Nyeri akut
3. Perencanaan Keperawatan
Menurut buku “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)” 2018,
Intervensi pada pasien Kanker Paru sebagai berikut :.
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluraan pernafasan untuk mempertahankan kebersihan
jalan nafas.
2) Penyebab
a) Fisiologis
(1) Spasme jalan nafas
(2) Hipersekresi jalan nafas
(3) Disfungsi neuromuskuler
19
Table 2.1 intervensi masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif
Diagnosa Keperawatan Intervensi Utama Intervensi Pendukung
Bersihan jalan nafas tidak Latihan batuk efektif 1. Dukung kepatuhan
efektif 1. Observasi program pengobatan
Tujuan : - Identifikasi 2. Edukasi fisioterapi dada
Setelah dilakukan asuhan kemampuan batuk 3. Edukasi pengukuran
keperawatan diharapkan jalan - Monitor adanya retensi respirasi
nafas pasien bersih dengan sputum 4. Fisioterapi dada
kriteria hasil : - Monitor tanda dan 5. Konsultasi via telepon
1. Tanda – tanda vital gejala infeksi sputum 6. Manajemen asma
pasien dalam rentang - Monitor input dan 7. Manajemen alergi
normal output cairan (misalnya 8. Manajemen anafilakasi
2. Pasien mampu jumlah dan 9. Manajemen isolasi
melakukan nafas dalam karakteristik sputum) 10. Manajemen ventilasi
3. Pasien mampu 2. Terapeutik mekanik
mengeluarkan dahak - Atur posisi semi fowler 11. Manajemen jalan napas
4. Menunjukan jalan nafas atau fowler buatan
yang paten (pasien tidak - Pasang perlak dan 12. Pemberian obat inhalasi
merasa tercekik, irama bengkok dipangkuan 13. Pemberian obat
nafas, frekuensi pasien intrapleura
pernafasan dalam - Buang sekret pada 14. Pemberian obat
rentang normal, tidak tempat sputum intraadermal
ada suara tambahan) 3. Edukasi 15. Pemberian obat nasal
- Elaskan tujuan dan 16. Pengaturan posisi
prosedur batuk efektif 17. Penghisapan jalan napas
- Anjurkan pasien napas 18. Penyapihan ventilasi
dalam melalui hidung mekanik
selama 4 detik, ditahan 19. Perawatan trakheostomi
selama 2 detik, 20. Skrining tuberkulosis
kemudian keluarkan 21. Stabilisasi jalan napas
dari mulut dengan bibir 22. Terapi oksigen
mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
- Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam
hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang
ke-3
4. Kolaborasi
- Kalaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Pemantauan respirasi
1. Observasi
- Monitor frekuensi,
irama, kedalaman dan
upaya napas
- Monitor pola napas
(seperti bradipnea,
takipnea, hiperventilasi,
Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Boit, atasksik)
- Monitor kemampuan
batuk efektif
- Monitor adanya
sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray
toraks
2. Teraupetik :
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantuan
22
- Monitor kemampuan
batuk efektif
- Monitor adanya
sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray
toraks
2. Teraupetik :
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
3. Edukasi:
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantuan
c. Nyeri akut
1) Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsun
kurang dari 3 bulan.
2) Penyebab
a) Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia,
neoplasma)
b) Agen pencedera kimiawi (misalnya tebakar, bahan kimia iritan)
c) Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terbaar,
terpotong, mengangkat benda berat, prosedur operasi, trauma,
latihan fisik berlebihan)
3) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
Mengeluh nyeri
b) Objektif
(1) Tampak meringis
25
Pemberian analgesik
1. Observasi
- Identifikasi karakteristik
nyeri (misalnya
pencetus, pereda,
kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
dan durasi)
- Identifikasi riwayat
alergi obat
- Identifikasi kesesuaian
jenis analgesik
(misalnya narkotika,
27
non-narkotika, atau
NSAID) dengan tingkat
keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik
- Monitor efektifitas
analgesik
2. Terapetik
- Diskusikan jenis
analgesik yang disukai
untuk mencapai
analgesia optimal, jika
perlu
- Pertimbangkan
penggunaan infus
kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
- Tetapkan target
efektifitas analgesik
untuk mengoptimalkan
respons pasien
- Dokumentasikan
respons terhadap efek
analgesik dan efek yang
tidak diinginkan
3. Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
4. Kolabrorasi
- Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis
analgesik, sesuai
indikasi
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Kozier & Snyder (2010), implementasi keperawatan merupakan
sebuah fase dimana perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah
dilaksanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri
atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang
digunakan untuk melaksanakan intervensi.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap implementasi dimulai dari
pengkajian lanjutan, membuat prioritas, menghitung alokasi tenaga, memulai
28
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Dinarti, Aryani, Nurhaeni, Chairani, & Tutiany (2013), evaluasi
asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subyektif,
obyektif, assessment, planing). Komponen SOAP yaitu S (subyektif) dimana
perawat menemukan keluhan klien yang masih dirasakan setelah dilakukan
tindakan. O (obyektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi klien secara langsung dan dirasakan setelah selesai tindakan
keperawatan. A (assesment) adalah kesimpulan dari data subyektif dan obyektif
(biasaya ditulis dala bentuk masalah keperawatan). P (planning ) adalah
perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan dihentikan, dimodifikasi atau
ditambah dengan rencana kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.
b. Invasi lokal
1) Nyeri dada
2) Dispnea karena ada efusi pleura
3) Invasi ke pericardium, terjadi tamponade atau aritmia
4) Sindrom vena cava superior
5) Sindrom Horoner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
6) Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
7) Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf
simpatis setvikalis
c. Gejala penyakit metastasis
1) Pada otak, tulang, hati, adrenal
2) Limfadenopati serikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis)
d. Sindrom praneoplastik (terdapat pad 100% kanker paru), dengan gejala :
1) Sistematik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
2) Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
3) Hipertrofi osteoartopi
4) Neurologic : demential, ataksia, tremor, neuropati perifer
5) Neuromiopati
6) Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalasemia)
7) Dermatologic : eritema multiform, hyperkeratosis,jari tubuh
8) Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)
e. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
1) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
2) Kelainan berupa nodul soliter
5. Penatalaksanaan Terapi
Pengobatan kanker paru sangat bergantung pada kecekatan ahli paru
untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini
akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu lebih
32
(Performance status) yang harus lebih dari 60 menurut skala Karnosfk atau 2
menurut skala WHO.
Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker
dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan
satu jenis obat antikanker dapat dilakukan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian kemoterapi adalah
timbulnya efek samping (toksisitas). Efek samping yang akan muncul akibat
kemoterapi antara lain kelelahan fisik, mual, muntah, sariawan, kerontokan
rambut, serta munculnya tukak pada perut. Kemoterapi juga bisa membuat
tubuh menjadi lebih rentan untuk terkena infeksi.
d. Terapi oksigen
Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigen via masker
atau nasal kanul sesuai dengan permintaan. Bahkan jika pasien tidak terlalu
jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang
dibutuhkan untuk memperbaiki dyspnea dan kecemasan.