Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN POST OPERASI BPH (BENIGN PROSTATIC

HYPERPLASIA) DENGAN MASALAH NYERI AKUT

NURSING CARE IN CLIENT WHO HAVE POST OPERATIVE BPH (BENIGN


PROSTATIC HYPERPLASIA) WITH ACUTE PAIN PROBLEMS

Azizah, Lailatul 1) Wibowo 2) Wisoedhanie Widi Anugrahanti 3)


Prodi D-III Keperawatan, Akademi Keperawatan Panti Waluya Malang
Email : azizahlailatul09@gmail.com

ABSTRAK
BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) adalah keadaan kelenjar prostat mengalami pembesaran,
memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium
uretra. Tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk melakukan Asuhan Keperawatan klien Post
Operasi BPH dengan Masalah Nyeri Akut. Desain penelitian ini menggunakan metode studi kasus
dengan 2 klien sebagai responden. Berdasarkan pengkajian didapatkan data skala nyeri klien 1 yaitu
5 (skala 1-10), skala nyeri klien 2 yaitu 6 (skala 1-10) dan telah diberikan asuhan keperawatan
selama 3 hari dengan 9 intervensi salah satunya yaitu terapi relaksasi dan distraksi. Hasil yang
didapatkan adalah masalah nyeri akut pada kedua klien dapat berkurang dilihat menggunakan
indikator skala nyeri yaitu skala nyeri 1 pada klien 1 dan skala nyeri 2 pada klien 2. Oleh karena itu
pada klien post operasi BPH dengan masalah nyeri akut perlu menggunakan teknik relaksasi dan
distraksi sehingga nyeri dapat terkontrol dan berkurang.

Kata kunci : Post Operasi BPH (Benign Prostatic Hyperplasia), Nyeri

ABSTRACT
BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) is a condition the prostate gland extends upward into the
bladder and blocks the flow of urine by closing the urethral orifice. The purpose of this study is give
nursing care to post operative BPH clients with acute pain. The design of this study uses a case
study method with 2 clients as respondents. Based on the study, pain scale on client 1 is 5 (scale 1-
10), pain scale on client 2 is 2 (scale 1-10) and has been given nursing care for 3 days with 9
interventions, one of them is relaxation and distraction therapy. The results on client 1 and 2 is a
acute pain has been problem reduce seen using pain scale indicators, the scale of pain client 1 is 1
and the scale of pain client 2 is 2. Therefore post BPH surgery with acute pain problems need to be
using relaxation and distraction techniques so the client pain can be controlled and reduced.

Keywors : Post Operative BPH (Benign Prostatic Hyperplasia), Pain.

1
PENDAHULUAN Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) dapat
menyebabkan obstruksi sehingga dapat
Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) adalah
dilakukan penanganan dengan cara melakukan
pembesaran kelenjar dan jaringan seluler kelenjar
tindakan yang paling ringan yaitu secara
prostat yang berhubungan dengan perubahan
konservatif (non operatif) sampai tindakan yang
endokrin berkenaan dengan proses penuaan
paling berat yaitu operasi. Terdapat macam-
(Suharyanto,Toto, 2009).Pembesaran prostat
macam tindakan bedah yang dapat dilakukan
disebabkan oleh dua faktor penting yaitu
pada klien BPH antara lain, Prostatektomi
ketidakseimbangan hormon estrogen dan
Suprapubis, Prostatektomi Parineal,
androgen, serta faktor umur atau proses penuaan
Prostatektomi Retropubik, Insisi Prostat
sehingga obstruksi saluran kemih dapat terjadi
Transuretral (TUIP), Transuretral Reseksi
(Andredkk, 2011).
Prostat (TURP) (Purnomo,2011).

Adanya obstruksi ini akan menyebabkan, respon


Tindakan pembedahan dapat menyebabkan
nyeri pada saat buang air kecil dan dapat
kerusakan jaringan yang actual dan potensial
menyebabkan komplikasi yang lebih parah
sehingga seseorang dapat mengalami nyeri yang
seperti gagal ginjal akibat terjadi aliran balik ke
berdampak pada aktivitas sehari-hari. Nyeri
ginjal selain itu dapat juga menyebabkan
merupakan salah satu gejala yang sering timbul
peritonitis atau radang perut akibat terjadinya
pasca bedah dimana melibatkan empat proses
infeksi pada kandung kemih (Andredkk, 2011).
fisiologis: transduction, transmission,
modulationdanperception. Nyeri sebagai
Berdasarkan data WHO pada tahun 2016 di
konsekuensi operasi yakni pengalaman sensorik
dunia penderita BPH (Benigna Prostat
dan emosional yang tidak menyenangkan, terkait
Hyperplasia) sebanyak 30 juta. Di Indonesia
dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial
pada tahun 2017 terdapat 6,2 juta kasus
(Herdman, 2015). Nyeri pasca operasi
(Purnomo, 2014). Di RS Panti Waluya terdapat
disebabkan karena trauma (reseksi jaringan
45 kasus BPH, yang dilakukan tindakan
prostat), iritasi foley kateter dan traksi kateter
pembedahan terdapat 10 kasus dalam jangka
pasca operasi pada luka operasi (Ariani, dkk,
waktu 1 tahun mulai dari 01 Januari 2017 hingga
2010).
31 Desember 2017.

2
Nyeri pasca operasi harus menjadi perhatian HASIL
utama dari perawat professional dalam merawat 1. Pengkajian
pasien pasca operasi, karena adanya nyeri dapat Pada klien 1 didapatkan data bahwa klien berusia
menyebabkan gangguan intake nutrisi dan 59 tahun, jenis kelamin laki-laki pendidikan
aktifitas istirahat pasien, dan pada akhirnya terakhir SLA. Masuk rumah sakit tanggal 26 Juni
berkontribusi pada komplikasi sehingga 2018 dengan keluhan kesakitan pada saat BAK,
memperpanjang masa perawatan pasien BAK sering namun sedikit-sedikit, kemudian
(Hospitalisasi). Pasien yang menjalani operasi pada tanggal 26 Juni 2018 klien ke IGD RS Panti
dapat mengalami kehilangan control serta emosi Waluya, di IGD dilakukan tindakan pemasangan
yang dapat berdampak pada meningkatnya infuse, oleh dokter IGD klien disarankan untuk
persepsi nyeri ( Mangku G dkk, 2015). MRS. Klien mengatakan pada tanggal 28 Juni
2018 dilakukan operasi TUR-P. Saat dilakukan
Sebagai perawat pertolongan kesehatan yang pengkajian post op klien mengatakan nyeri, nyeri
dapat diberikan adalah memberikan terapi semakin terasa ketika kencing dan bergerak,
relaksasi nafas dalam dan distraksi nyeri hilang ketika tidur, klien mengatakan nyeri
mendengankan musik atau hal kesukaan klien seperti disayat benda tajam (perih) dan terasa
untuk mengalihkan perhatian nyeri klien. (Ackley, seperti terbakar, klien mengatakan nyeri pada
2011). alat kelaminnya, klien mengatakan skala nyeri 5
menggunakan skala nyeri numerik, klien
METODE dilakukan spolling, sisa cairan spolling 300 cc
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus (Ns 0,9%), cairan IV Farmadol 100 ml, produksi
dengan 2 klien yang mengalami post operasi cairan dan urine 1200 cc berwarna kemerahan
BPH dengan masalah Nyeri Akut di RS Panti pada urobag. Klien terpasang kateter 3 jalur
Waluya Malang. Pengambilan data pada klien 1 ukuran 22 untuk spolling.
pada tanggal 28 Juni – 30 Juni 2018, sedangkan
klien 2 pada tanggal 11 September-13 September Pada klien 2 didapatkan data bahwa klien berusia
2018. Penulis menggunakan teknik pengumpulan 72 tahun, jenis kelamin laki-laki pendidikan
data dengan melakukan wawancara, observasi, terakhir SLA. Masuk rumah sakit tanggal 10
pemeriksaan fisik, dan pendokumentasian September 2018 dengan keluhan tidak bisa
meliputi pengkajian, analisa data, rencana kencing sejak 2 minggu yang lalu tepatnya pada
keperawatan, implementasi dan evaluasi tanggal 23/08/2018, Kemudian pada tanggal
keperawatan. 10/09/2018 oleh keluarga klien di bawa ke IGD
3
RS Panti Waluya. Pada tanggal 11/09/2018 klien verbal dari ketidaknyamanan dan gunakan
dilakukan operasi TUR-P dan Vesicolitrotopsy. komunikasi terapeutik untuk mengetahui
Saat dilakukan pengkajian klien mengatakan pengalaman nyeri klien, ajarkan teknik relaksasi
masih pusing dan mual, Klien mengatakan nyeri, seperti nafas dalam dan tehnik distraksi seperti
nyeri semakin terasa ketika bergerak, nyeri menonton tv, mendengarkan music, atau hal
hilang ketika tidur, klien mengatakan nyeri kesukaan klien untuk mengalihkan perhatian
seperti disayat benda tajam, klien mengatakan nyeri klien, kontrol lingkungan yang dapat
nyeri pada perut bagian bawah, klien mengatakan mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
skala nyeri 6 menggunakan skala nyeri numerik, pencahayaan dan kebisingan, kolaborasi dengan
klien mengatakan nyeri hilang timbul. Klien tim medis lain dalam pemberian analgesic.
terpasang kateter 3 jalur ukuran 24 untuk
spolling, sisa cairan spolling 600 cc (Ns 0,9%), 4. Evaluasi Keperawatan
produksi urine 1700 cc berwarna kemerahan Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan
tidak ada gumpalan pada urobag. Klien juga secara mandiri maupun kolaborasi dengan
terpasang drain spiral dengan produksi 0 cc. penatalaksanaan tindakan keperawatan maupun
tindakan invasive yaitu operasi TUR-P dan
2. Diagnosa Keperawatan Vesicolitrotopsy dan dilakukan implementasi
Berdasarkan hasil pengkajian pada klien 1 dan 2 keperawatan tambahan dengan pengontrolan
dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu nyeri relaksasi distraksi menggunakan terapi
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera musik dapat mengurangi maupun menghilangan
(biologis, zat kimia, fisik dan psikologis). nyeri setelah pembedahan. Pada klien 1 masalah
klien teratasi terbukti dari semua kriteria hasil
3. Intervensi Keperawatan nyeri berkurang, pada evaluasi pertama klien
Pada klien 1 dan 2 telah ditetapkan rencana menunjukan skala nyeri 5 dan setelah dilakukan
keperawatan sesuai dengan tinjauan pustaka hari ke 3 klien menunjukkan skala nyeri 1, klien
yaitu Kaji nyeri secara komprehensif termasuk dapat menyebutkan waktu kejadian nyeri setelah
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dilakukan tindakan pembedahan, klien dapat
dan faktor presipitasi, kaji skala nyeri dengan mendemontrasikan teknik nafas dalam dan
pengkajian PQRST, berikan klien posisi nyaman ekspresi wajah klien tenang. Sedangkan pada
pada waktu istirahat ataupun tidur, kaji tanda- klien 2 nyeri berkurang terbukti hari 1 post
tanda pembengkakan pada daerah post operasi, operatif klien mengatakan skala nyeri 6 dan pada
monitor tanda-tanda vital, observasi reaksi non hari ke 3 skala nyeri 2, klien mengatakan nyeri di
4
perut bagian bawah setelah dilakukan operasi, dikarenakan kedua klien mengatakan nyeri
klien dapat mendemontrasikan teknik nafas setelah menjalani operasi. Kedua klien memiliki
dalam, mendengarkan music dan ekpresi wajah persamaan pada etiologi masalah.
tenang.
3. Intervensi Keperawatan
PEMBAHASAN Pada klien 1 dan 2 telah dilakukan intervensi
1. Pengkajian sesuai dengan teori, intervensi dilakukan secara
Berdasarkan fakta dengan data di atas, klien 1 mandiri maupun kolaboratif.
dan 2 mengalami BPH dengan masalah
keperawatan nyeri akut post operatif ditandai 4. Implementasi Keperawatan
dengan kedua klien mengatakan nyeri setelah di Pada klien 1 dari intervensi 1-9 yang telah
lakukan pembedahan. Pada klien 1 nyeri terasa direncanakan seluruhnya dapat dilaksanakan,
ketika kencing dan bergerak, nyeri seperti disayat akan tetapi pada intervensi untuk mengurangi
benda tajam (perih) dan terasa seperti terbakar, nyeri dengan teknik distraksi mendengarkan
skala nyeri 5. Pada klien 2 nyeri terasa ketika music tidak dilakukan karena klien beranggapan
bergerak, Klien mengatakan nyeri seperti disayat bahwa dengan nafas dalam nyeri sudah
benda tajam pada perut bagian bawah, skala berkurang. Klien 2 dilakukan intervensi no 1-9,
nyeri 6. Terdapat luka terbuka post operasi yang sesuai dengan tinjauan teori namun ada beberapa
terbalut kassa pada perut bagian bawah intervensi yang dilaksanakan dengan bantuan
(Hipogastrium). Hal tersebut sesuai dengan teori keluarga.
menurut Andarmoyo (2013), nyeri akut adalah
nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit 5. Evaluasi Keperawatan
atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang Pada klien 1 masalah teratasi, terbukti dari
cepat, dengan intensitas yang bervariasi ringan semua kriteria hasil nyeri berkurang, pada
sampai berat dan berlangsung dalam waktu evaluasi pertama klien menunjukan skala nyeri 5
beberapa detik hingga enam bulan. dan setelah dilakukan hari ke 3 klien
menunjukkan skala nyeri 1, klien dapat
2. Diagnosa Keperawatan menyebutkan waktu kejadian nyeri setelah
Dari hasil pengkajian pada klien 1 dan 2 dapat dilakukan tindakan pembedahan, klien dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu nyeri mendemontrasikan teknik nafas dalam dan
akut, berhubungan dengan agens cedera ekspresi wajah klien tenang. Sedangkan pada
(biologis, zat kimia, fisik dan psikologis), klien 2 nyeri berkurang terbukti hari 1 post
5
operatif klien mengatakan skala nyeri 6 dan pada SARAN
hari ke 3 skala nyeri 2, klien mengatakan nyeri di Bagi Lahan Penelitian
perut bagian bawah setelah dilakukan operasi, Sesuai dengan hasil penelitian, terapi relaksasi
klien dapat mendemontrasikan teknik nafas nafas dalam, distraksi mendengarkan musik
dalam, mendengarkan music dan ekpresi wajah rohani baik untuk mengalihkan nyeri dan
tenang.. Hal ini sesuai teori Ackley (2011) yang spiritual lansia, maka penulis berharap penelitian
menyatakan bahwa diagnosa nyeri akut memiliki ini dapat digunakan sebagai salah satu data yang
kriteria hasil berupa Skala nyeri berkurang, tanda bisa digunakan untuk meningkatkan dan
vital dalam rentang normal, dapat mengembangkan pelaksanaan asuhan
mengidentifikasi (skala, intensitas, frekuensi dan keperawatan pada klien post operasi BPH
tanda nyeri) ketika berlangsung, mampu (Benign Prostatic Hyperplasia) dengan masalah
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu nyeri akut pada klien rawat inap di Rumah Sakit.
menggunakan teknik nonfarmakologi seperti
teknik distraksi dan relaksasi, kompres hangat, Bagi Institusi Pendidikan
imajinasi terbimbing, dan hypnosis diri untuk Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti
mengurangi nyeri, mencari bantuan), berharap institusi pendidikan mampu menambah
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan materi asuhan keperawatan klien post operasi
menggunakan manajemen nyeri, tidak terdapat BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) dengan
gangguan konsentrasi, klien tidak terbangun masalah nyeri akut, sehingga mahasiswa lebih
karena nyeri, wajah menjadi segar dan tidak kompeten dalam melakukan penyuluhan kepada
meringis kesakitan, tidak takut terjadinya cidera. klien post operasi BPH (Benign Prostatic
Hyperplasia) dengan masalah nyeri akut.
KESIMPULAN
Asuhan Keperawatan pada klien post operasi Bagi Peneliti Selanjutnya
BPH ( Benign Prostatic Hyperplasia) di Rumah Penulis berharap bagi peneliti selanjutnya
Sakit Panti Waluya Malang telah dilaksanakan mampu melanjutkan atau mengembangkan
dan pada klien 1 dan 2 berhasil. Hal ini dapat tentang penelitian “Asuhan Keperawatan pada
dibuktikan dari evaluasi saat klien 1 mengatakan klien post operasi BPH (Benign Prostatic
nyeri berkurang dengan skala nyeri 1. Pada klien Hyperplasia) dengan masalah nyeri akut” baik
2 klien mengatakan nyeri berkurang dengan kasus aktual maupun resiko.
skala nyeri 2.

6
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, Betty, dkk. 2011. Nursing Diagnosis


handbook:an evidence based cevide to
planning care.USA: mosby Elsevier

Andarmoyo, 2013. Skala nyeri visual analog


scale. Jakarta: Salemba Medika

Andre, Terrence & Eugene. 2011. Case Files


Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: Karisma
Publishing Group

Ariani, D Wahyu. 2010. Manajemen Operasi


Jasa. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Herdman, T Heather. 2015. Diagnosa


Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-
2016. Edisi 10. Jakarta: EGC

Mangku G dkk. 2015. Buku Ajar Ilmu Anastesi


dan reanimasi. Jakarta : Indeks

Purnomo. 2014. Dasar-dasar Urologi. Jakarta:


CV.Agung

Suharyanto, toto. 2009. Asuhan Keperawatan


Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Trans Info Me

7
Lembar konsultasi pembimbing 1

8
Lembar konsultasi pembimbing 2

9
Lembar pernyataan

10
11

Anda mungkin juga menyukai